Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ilmu dan kehidupan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Semua
manusia di muka bumi pasti secara langsung maupun tidak langsung mempelajari ilmu.
Filsafat ilmu hadir sebagai slaah satu satu sarana pemikiran mempelajari ilmu. Di dalam
mempelajari filsaat ilmu, terkandung berbagai makna dan cara untuk mencoba memahami
ilmu itu sendiri lebih dalam. Tujuannya tidak lain adalah untuk dapat diaplikasikan ke
dalam kehidupan itu sendiri. Karena memang pada dasarnya, untuk mencapai suatu
kehidupan yang baik dan benar, diperlukan suatu pedoman dan dasar, yaitu ilmu itu
sendiri.
Manusia dikaruniai akal pikiran dan keinginan untuk selalu ingin mengetahui dan
mencari kebenaran. Untuk itu manusia selalu berupaya menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahamannya dari berbagai segi kenyataan yang ingin dicari tahu
kebenarannya. Apabila manusia telah menemukan suatu kebenaran, hal tersebut dapat
digunakan sebagai dasar yang akan membawa mereka untuk memperbaiki kehidupan. Jadi
ilmu itu sendiri amatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. lmu boleh diumpamakan
pelita yang menerangi kegelapan hidup manusia. Kita haruslah sedar bahawa ilmu itu
adalah sumber segala yang kita ada sekarang. Selain itu juga yang terpenting, ilmu dan
kemahiran yang ada pada seseorang itu juga dapat memberikan manfaat kepada orang
lain.
Melalui makalah ini, penulis akan mencoba membahas mengenai hubungan ilmu dan
kehidupan, serta sikap dan pandangan masyarakat terhadap ilmu itu sendiri. Selain itu
akan coba dibahas fungsi dan manfaat ilmu dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana
aplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibut
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Ilmu ?
2. Sikap masyarakat terhadap ilmu ?
3. Fungsi ilmu dalam kehidupan sehari-hari?
BAB 1I
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu, Apa itu ilmu ?


Ketika kita mencoba mencari pengertian dari ilmu, terdapat berbagai macam dan
pendapat mengena definisi ilmu itu sendiri. Pengertian ilmu menurut kamus besar
Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu
hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2. lmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat,
lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu
sihir, dan sebagainya.
Sedangkan pengertian ilmu menurut beberapa ahli adalah :
1. Menurut Nazir, Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil – dalil tertentu menurut kaidah –
kaidah umum.
2. Menurut Shapere, konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu adanya
rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi.
3. Menurut Schulz, Pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif
dan konsistensi dengan realitas sosial.
4. Menurut Minto Rahayu, Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang
bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba
dan diuji
5. Menurut Popper, Ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin
direorganisasi
Dari semua pendapat dan definisi tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi.
Secara Etimologi, Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat
berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-
masalah sosial, dan sebagainya.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa
penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai
ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu
alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,
sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas
dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Jadi penulis dapat menyimpulkan Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
disusun secara sistematis, yang didapat dari rasa ingin tahu manusia akan kebenaran
dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Sikap Masyarakat Terhadap Ilmu
Manusia merupakan makhluk sosial dan hidup berdampingan dengan yang lainnya.
Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya
sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dan kehidupan lebih
baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk
mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan
manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri
dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama. Di dalam kehidupan
bermasyarakat, ilmu dipandang merupakan sesuatu hal yang penting, bahkan wajib dimiliki.
Seseorang akan mendapatkan status sosial yang tinggi apabila ia memiliki ilmu yang tinggi
pula, karena ilmu yang dimiliki dapat membantu meningkatkan taraf kehdupan manusia
menjadi lebih baik.
Dewasa ini, ilmu dianggap sebagai hal yang kurang diprioritaskan, Semua orang
sebenarnya tahu bahawa ilmu sangat penting dan dilihat dari segi agama, wajib untuk dicari.
Tetapi masih ada negara yang mempunyai masyarakat dengan kadar buta huruf yang tinggi di
kalangan penduduknya. Negara ini juga akan ketinggalan jauh jika dibandingkan dengan
negara maju. Mereka tidak dapat membendung atau menyelesaikan masalah buta huruf
kerana daya kesadaran masyarakat untuk kepentingan mencari ilmu amatlah kurang dan
lemah. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut, adalah kemiskinan. Namun
kemiskinan bukanlah faktor tunggal yang menghambat berkurangnya antusias masyarakat di
dalam ilmu itu sendiri. Faktor lainnya adalah argumentasi dan cara pandang maupun
pemikiran masyarakat itu sendiri.
Seiring dengan meningkatnya globlisasi, pertumbuhan perekonomian, politik, dan
pertumbuhan di segala bidang ikut meningkat. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk
melakukan segala macam usaha dan upaya bagaimana bertahan hidup dan melangsungkan
kehidupannya. Ilmu tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya dasar menjalankan kehidupan.
Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu secara akademis. Manusia dengan tingkat finansial
rendah, dalam hal ini masyarakat kecil yang terjerat dengan kemiskinan, mulai mencari jalan
lain dan dasar lain untuk menopang kehidupannya. Ilmu akademis bukan lagi menjadi hal
yang wajib. Mereka akhirnya mencoba mencari ilmu yang lain yang bisa didapatkan dengan
mudah, yaitu Kemahiran dan pengalaman. Di dalam situasi yang mendesak, manusia akan
dapat mengeluarkan kemampuan maksimalnya, dan dari kebiasaan maka kemampuan dasar
yang dimiliki akan semakin terasah. Hal tersebutla yag disebut kemahiran dan pengalaman.
Kedua hal tersebut yang pada akhirnya dijadikan dasar baru pengganti ilmu akademik.
Sikap masyarakat tehadap ilmu, berubah dari masa ke masa ditinjai dari situasi yang
dihadapi juga sudut pandang pribadi masyarakat itu sendiri. Bagi masyarakat yang secara
sukses menjalankan kehidupannya, mendapatkan pekerjaa yang sesui dengan ilmu akademis
yang telah diambilnya, maka masyarakat tersebut akan menganggap bahwa ilmu merupakan
suatu hal yang penting di dalam kehidupannya. Tanpa ilmu, dia tidak akan memperoleh jalan
menuju kesuksesan hidup. Ilmu dipandangnya sebagai suatu hal dasar yang wajib dimiliki
untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Sikap dia terhadap ilmu akan sangat
membanggakan. Dia akan berusaha terus mencari ilmu setinggi-tingginya karena sangat
berpengaruh bagi tingkat khualitas hidupnya yang lebih baik.
Namun bagi masyarakat yang lain, dimana masyarakat tersebut juga menganggap
pencarian ilmu itu sebagai sesuatu yang penting, namun belum berhasil mengaplikasikannya
maka anggapan masyarakat tersebut akan pentingnya ilmu, akan memudar dan
mempengaruhi sikapnya dalam menilai ilmu itu sendiri. Sebagai contoh, seorang sarjana di
bidang khusus, kemudian, dia memperoleh pekerjaan di bidang lain yang bertolak belakang
dengan ilmu akademis yang telah dipelajarinya selama ini. Dia akan memandang ilmu bukan
satu-satunya hal yang paling dasar dan mutlak dimiliki yang mempengaruhi kehidupannya.
Dua contoh di atas menunjukkan sikap masyarakt terhadap ilmu. Ilmu memang
sampai kapanpun akan dianggap sebagai hal yang penting dan dasar untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, namun sikap masyarakt terhadap ilmu, sangat bergantung pada
bagaimana situasi dan kondisi yang mereka hadapi, serta peranan padangan pribadi
masyarakat terhadap ilmu. Pandangan tersebut biasanya dipengaruhi oleh bagaimana segala
bentuk ilmu yang telah dipelajari berpengaruh bagi pribadi kehidupan masyarakat itu sendiri.

2.3 Fungsi Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari


Fungsi ilmu dalam kehidupan memang sangat penting karena dengan ilmu maka hidup
menjadi lebih mudah dan terarah. Lahirnya dan berkembangnya Ilmu telah banyak membawa
perubahan dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dengan makin intensnya penerapan Ilmu
dalam bentuk teknologi yang telah menjadikan manusia lebih mampu memahami berbagai
gejala serta mengatur kehidupan secara lebih efektif dan efisien. Hal itu berarti bahwa ilmu
mempunyai dampak yang besar bagi kehidupan manusia, dan ini tidak terlepas dari fungsi
dan tujuan ilmu itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu digunakan sebagai dasar dari
manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya.
Pengetahuan termasuk dalam hal iini ilmu, pada dasarnya memiliki tiga landasan pengembangan,
yaitu ontologis epistemologis dan aksiologis. Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui atau
dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. (ruang lingkup). Epistemologis
membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
Bagaimana batas dan ruang lingkup sebuah konsep mempertajam sesuatu. Aksiologis merupakan bagian dari
kebunaan ilmu dan membahas tentang manfaat pengetahuan yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
diperolehnya.
Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya.. Dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah
manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun menjadi lebih dinamis dan berwarna. Dengan ilmu,
manusia senantiasa: mencari tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,
manusia juga menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya dan menggunakan penemuan-
penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Manusia pun menjadi lebih aktif
mengfungsikan akal untuk senantiasa mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Selain itu
berkat ilmu, manusia menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu. Selain itu juga dapat melakukan
banyak hal di berbagai aspek kehidupan dan menjalani kehidupan dengan nyaman dan aman
Ditijau dari segi agama, orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya, mendapat seluruh kebaikan
dan mendapat pahala yang tidak terputus. Dalam kehidupan ini, kita tidak pernah lepas dari ujian
dan permasalahan. Namun, hanya orang berilmu yang dapat menyelesaikan dengan baik.
Bahkan, dengan ilmu tersebut tak jarang orang berilmu mengajarkannya kepada orang lain
sehingga ia mendapatkan kebaikan yang banyak. Jadi fungsi ilmu memang tidak lepas dari
kehidupan sehari-hari. Dimanapun dan kapanpun serta bahkan pada situasi sekecil apapun,
implikasi pemanfaatan ilmu akan terlihat secara nyata di dalam kehidupan kita. Segala ilmu
kita manfaatkan dan kita aplikasikan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan
mengendalikan segalanya, termasuk mengendalikan alam. Kita harus tahu bahwa ilmu
sebenarnya besifat netral, tidak mengenal baik dan buruk. Kita sebagai manusialah adalah
penentunya.
Pemanfaatan ilmu di dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai etika karena apabila
tidak menggunakan etika maka ilmu tersbut akan berubah fungsinya menjadi penghasil
bencana. Misalnya ilmu pengetahuan mengenai teknologi nulir yag digunakan untuk
menyerang negara lain. Sehingga akhirnya banyak terjadi kerusakan ekologi dan sosial dan
banyaknya koban yang ditimbulkan. Maka dari itu fungsi ilmu dalam kehidupan sehari-hari
harus diaplikasikan sejalan dengan etika yang berlaku dalam masyarakat agar dicapai
keinginan selaras dan dapat mengembangakan kehidupan pribadi dan masyarakt dengan
baik.. Sesuai dengan salah satu pepatah Nelson Mandela yang berbunyi “knowledge and
education is the most powerful weapon. We can use to change the world”. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dengan mempelajari dan memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya,
kita dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih baik. Dan hal tersbut dapat dimulai
dengan pemanfaatan fungsi ilmu itu sendiri di dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
ANALISIS DAN KESIMPULAN

Setelah pembahasan yang dijabarkan pada bab sebelumnya, kemudian pada bab

ini penulis akan menjawab pertanyaan yang tertera dalam rumusan masalah.

Hakikat pengertian ilmu itu sendiri adalah, ilmu merupakan kumpulan

pengetahuan yang bersumber dari keingintahuan manusia sebagai usahanya untuk

mencari kebenaran, yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode-

metode tertentu dimana pada akhirnya, hasil yang diperoleh dikelompokkan dalam

masing-masing bidang keilmuan dan berfungsi untuk digunakan manusia sebagai

pedoman dan dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah dan rintangan dalam

hidupnya agar lebih baik dan selaras.

Sikap masyarakat terhadap ilmu bergantung pada bagaimana ilmu

berimplikasi dan berpengaruh terhadap kehidupan pribadi masyarakat itu sendiri.

Apabila di dalam kehidupan, ilmu bermanfaat secara totalitas dan selaras, dalam hal

ini, ilmu akademis yang diambil atau dipelajari diperoleh manfaatnya secara

langsung dalam bentuk penyelesaian masalah ataupun ilmu yang diperoleh dapat

dimanfaatkan dalam pekerjaan yang dijalani, maka ilmu akan dipandang sebagai

sesuatu yang menjadi patokan dan wajib dipelajari sehingga berimplikasi langsung

pada sikap masyarakat untuk menghargai ilmu itu sendiri dan berlomba-lomba

untuk terus mencari dan meningkatkan keilmuannya.

Sedangkan sebaliknya, bagi masyarkat dimana di dalam kehidupannya,

fungsi ilmu sebagai dasar tergantikan oleh pengalaman maupun keahlian, dimana

juga oleh beberapa masyarakat yang terkena kemiskinan atau faktor lain yang

menghambat diperolehnya ilmu secara maksimal, maka ilmu akan dipandang hanya

sebagai pelengkap dan bukan sebagai suatu hal yang krusial yang harus ada pada

tiap individu. Dampaknya terhadap sikap masyarakat adalah keingintahuan dan

daya juang masyarakat akan kebenaran menjadi melemah, selain itu masyarakat

tidak lagi berlomba-lomba mencari ilmu namun mencoba mencari jalan lain
bagaimana melangsungkan kehidupannya secara baik walau tanpa ilmu akademik.

Namun pemikiran tersebut hanya sebuah pemikiran sekilas karena pengalaman dan

keahlian juga dapat dinilai sebagai bagian dari ilmu. Jadi pada dasarnya, sikap

masyarakat terhadap ilmu adalah sangat membutuhkan dan ilmu tetap dianggap

sebagai sesuatu yang penting bagaimanapun bentuk ilmu itu sendiri.

Fungsi ilmu dalam kehidupan sehari-hari sudah terbukti sangat penting dan

tidak terbatas jumlahnya. Ilmu membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik

karena dengan ilmu, manusia mampu mengatasi berbagai macam kesulitan dan

hambatan, bahkan menguasai segalanya, termasuk alam. Ilmu mampu mengubah

peradaban manusia dari masa ke masa, dari peradaban sulit menjadi peradaban

yang lebih baik dan canggih dengan perkembagan teknologoi. Perkembangan

teknologi merupakan hasil dari implikasi keingintahuan manusia untuk terus

berlomba-lomba meninggikan keilmuannya dan mengembangkan ilmu yang telah

ada. Perkembangan ilmu yang baik juga harus didasari dengan etika yang baik agar

ilmu yang diaplikasikan dapat bermanfaat dengan baik. Dengan begitu, ilmu dan

kehidupan sangat erat kaitannya satu sama lain. Untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik, diperlukan ilmu dan pengembangannya. Dan studi mengenai

pemahaman ilmu lebih dalam, salah satunya dapat dipelajari melalui filsafat ilmu.
DAFTAR PUSTAKA :
Bagus, Lorenz, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2002).
Bakker, J. W. M., Filsafat Kebudayaan (sebuah pengantar), cet. ke-12 (Yogyakarta:
Kanisius, 2004).
Montolalu, John, Filsafat Budaya (Catatan Kuliah Untuk Mahasiswa), (Pineleng: STF-SP,
2007).
Montolalu, John, Filsafat Ilmu (Catatan Kuliah Untuk Mahasiswa), (Pineleng: STF-SP,
2007).
Sumartana, Th., Ecce Homo, (Jakarta: Aurora, 1994)
Magnis-Suseno, Franz, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Kanisius, 1992).

Anda mungkin juga menyukai