Anda di halaman 1dari 29

KELOMPOK 14

NAMA : PRISKA ALVYANA

HAIRUL HANAFI PURBA

JUR/SEM : MPI-1/V

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir


semua aspek kehidupan manusia. Dimana berbagai permasalahan “hanya dapat dipecahkan
kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia
ke dalam era persaingan global yang semakin ketat.”1

Sebagai bangsa perlu meningkatkan mutu sumber daya manusia agar mampu berperan
dalam persaingan global. Maka dari itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan keniscayaan yang harus dilakukan dengan pendidikan secara terencana, terarah,
intensif, efektif dan efisien. Jika bangsa ini tidak mau kalah dalam persaingan dengan negara-
negara lain dalam menjalani era globalisasi tersebut.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan proses yang terintegrasi dengan proses


peningkatan kompetensi manusia itu sendiri.2 Menyadari pentingnya proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Maka pemerintah bersama masyarakat telah berusaha untuk
mewujudkan peningkatan tersebut antara lain melalui pengembangan, perubahan, perbaikan

1
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Tekonologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004) hlm. 142
2
Conny R. Semiawan, dan Soedijarto, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang
Abad XXI (Jakarta: PT. Grasindo, 1991) hlm. 26

1
kurikulum dan sistem evaluasi, pengembangan dan pengadaan materi ajar, perbaikan sarana
pendidikan, serta pendidikan dan pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.3

Pada kenyataannya upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan belum


menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu indikator kekurang berhasilan ini
ditunjukkan antara lain dengan NUN siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP
dan SMA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan stagnan
dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.”
Bahkan akhir-akhir ini banyak sekolah yang tidak memenuhi target menjadi sekolah
berintegritas. Disamping itu dalam kondisi krisis multidimensi yang berkepanjangan.
Pendidikan telah menarik perhatian berbagai pihak untuk meningkatkan mutunya. Namun di
banyak yang mengeluhkan mengenai tingginya biaya karena peningkatan mutu tentu diiringi
dengan peningkatan biaya.

Kurikulum atau isi merupakan salah satu komponen yang memiliki peran yang cukup
strategis dalam sistem pendidikan baik secara nasional maupun dalam lingkup sekolah.4
Maksud strategis ini yaitu perubahan kurikulum tentu banyak membawa perubahan yang
signifikan dalam dunia pendidikan. Kurikulum dan pembelajaran adalah kegiatan inti sekolah
dan pengelolaannya merupakan bagian yang sangat penting dari manajemen sekolah.
Manajemen kurikulum dan kegiatan pembelajarannya mencakup kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian kurikulum.5 Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional
pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.
Karena itu pada level sekolah yang paling penting adalah bagaimana mengimplementasikan
dan mengadaptasi kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu sekolah
juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi
sekolah, karakteristik peserta didik, potensi daerah, kebutuhan masyarakat dan lingkungan
setempat.

Dalam proses pengembangan kurikulum kepala sekolah harus memiliki strategi dalam
pelaksanaannya, seperti pada penelitian Siska Agustina dkk “Strategi tersebut diantaranya
mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan di tingkat
gugus kecamatan. Pelatihan Kurikulum 2013 tersebut bertujuan untuk memberikan

3
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Jakarta: Bumi Aksara,
2007) hlm. 24.
4
Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hlm. 1
5
Nurdin Marty, Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi Daerah
(Yogyakarta: Arruz Media, 2008) hlm. 85

2
pemahaman kepada guru-guru terkait dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 mulai dari
pembuatan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program kegiatan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Sosialisasi Kurikulum 2013 kepada orangtua siswa bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada orangtua siswa terkait pelaksanaan kurikulum 2013.
Selain memberikan sosialisasi, sekolah juga memberikan buku penghubung kepada siswa
agar orangtua siswa mengetahui kegiatan sehari-hari anaknya di sekolah.Memberikan
motivasi kepada guru-guru terkait pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan memberikan reward
pada guru-guru kelas. Mengadakan supervisi di kelas-kelas yang bertujuan untuk mengetahui
kinerja guru-guru selama melaksanakan proses belajar mengajar. Pelaksanaan supervisi
bertujuan untuk mengetahui kinerja guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas-kelas.”

Hal ini semakin penting mengingat bahwa proses pemberdayaan fungsi sekolah
bukanlah persoalan yang ringan. Untuk pemberdayaan ini harus dimulai dari pola manajemen
yang baik, karena manajemen yang baik hanya akan terbentuk jika kepemimpinan kepala
sekolah dapat berjalan dengan efektif.

Untuk mewujudkan siswa yang memiliki out put yang baik serta guru yang
profesional dalam kinerjanya, semua itu bermuara kepada kepemiminan seorang kepala
sekolah, karena kepala sekolah sangat mempengaruhi kinerja suatu organisasi sekolah. Hal
ini juga tidak terlepas dari komunikasi yang baik kepala sekolah terhadap guru dan tenaga
kependidikan, komunikasi memiliki peran penting bagi kehidupan organisasi termasuk
organisasi sekolah. Proses interaksi komunikasi yang intensif antara kepala sekolah, guru,
tenaga kependidikan dan anak didik menjadi sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu,
seorang kepala sekolah dapat melakukan proses transformation value dan knowledge
transformation pada para guru atau pendidik. Termasuk melalui komunikasi, kepala sekolah
dapat memberi motivasi/semangat kepada para guru untuk meningkatkan profesionalitasnya.

Komunikasi yang terjadi di sekolah, terutama antara kepala sekolah dengan guru, jika
dilakukan secara baik dan intensif maka akan mempengaruhi sikap guru dalam mengemban
tugasnya sehari-hari, yang berujung pada terjadinya frofesioalitasnya di sekolah. Sebaliknya,
apabila proses interaksi komunikasi yang terjadi di sekolah itu kurang baik, maka akan
melahirkan sikap yang apatis. Terutama ketika terjadi perbedaan pendapat atau konflik
diantara mereka. Jika terjadi, maka dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal.

3
Diantara kedua belah pihak perlu terjalin komunikasi dua arah atau komunikasi timbal
balik yang intensif. Sehingga saling memiliki keterbukaan dan kerjasama yang harmonis
antara kepala sekolah dengan guru, agar tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan
tersebut dapat tercapai. Pada umumnya, komunikasi berlangsung secara timbal balik dan
menghasilkan feedback secara langsung dalam menanggapi suatu pesan. Komunikasi yang
dilakukan dengan dua arah dan feedback secara langsung akan sangat memungkinkan untuk
terjadinya komunikasi yang efektif. Hakikat dari hubungan interpersonal ini adalah ketika
berkomunikasi, kepala sekolah bukan hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga
membangun relationship baik kepada komunikan (guru) maupun pihak-pihak yang terkait di
sekolah.

Terkait dengan proses penyampaian informasi tersebut, komunikasi dapat dikatakan


berhasil apabila terdapat proses pemahaman makna dari satu orang kepada orang lain. Maka,
diharapkan bagi kepala sekolah dan para guru untuk melakukan interaksi komunikasi secara
efektif.

Pentingnya pelaksanaan komunikasi kepala madrasah kepada staf pimpinan, guru dan
komite sekolah dalam suatu organisasi di sekolah untuk meningkatkan profesionalitasnya,
terutama guru sebagai pendidik terhadap siswa-siswa, komunikasi yang baik dilakukan
kepala madrasah kepada stakeholder akan membangun keberhasilan dalam menwujudkan
profesionalitas guru di sekolah.

Dalam pelaksanaan komunikasi yang efektif dalam organisasi sekolah yang


melibatkan banyak orang dari berbagai tingkatan, menurut Laws dan Smith ada prinsip-
prinsip komunikasi yang baik yaitu: komunikasi harus terjadi dengan penuh keterbukaan dan
kepercayaan, bukan berarti menceritakan segalanya atau menyampaikan hal tidak relevan
dengan situasi kerja. Sikap dapat dipercaya ini sangat penting dalam membangun komunikasi
yang baik antar manajer dengan staf, manajer dengan masyarakat, manajer dengan siswa,
ataupun dengan pihak lain.

Upaya membina komunikasi tidak sekadar untuk menciptakan kondisi yang menarik
dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan
dalam suatu sekolah. Dengan demikian, setiap personil dapat bekerja dengan tenang dan
menyenangkan serta terdorong untuk berprestasi lebih baik, dan mengerjakan tugas
mendidiknya dengan penuh kesadaran.

4
Hal utama lainnya dalam proses komunikasi di sekolah sangat erat hubunganya
dengan perasaan dan emosional dari orang yang terlibat di dalamnya, karena sikap emosional
dari pendengar akan terlihat ketika mereka merespon informasi tertentu. Keterbukaan
memacu tumbuhnya kepercayaan dalam berkomunikasi, dapat menumbuhkan sikap
berpartisipasi dan perasaan keterlibatan dari si pendengar, dengan keterlibatannya pada
proses konsultasi dan komunikasi yang baik akhirnya akan menumbuhkan perasan positif dan
moral yang tinggi sehingga mendukung program dan tujuan sekolah yang telah direncanakan.
Sisi lain yang juga perlu diperhatikan dalam proses berkomunikasi adalah seorang kepala
sekolah harus bisa membangun jaringan komunikasi efektif dan berperan sebagai seorang
komunikator ulung. Kepala sekolah harus bisa membuat model komunikasi yang beragam
dan tidak membosankan. Serta dalam penyampaian proses komunikasi ini jangan sampai
terjadi “Comunicatiaon overload” atau kejenuhan akan informasi sehingga warga sekolah
tidak merasa tertarik lagi akan komunikasi yang disampakain manajer.

Komunikasi yang efektif merupakan dasar dari keberhasilan manajemen dalam


konteks sekolah efektif, Sinclair mengemukakan Komunikasi yang baik di dalam sekolah
efektif baik antara kepala sekolah dengan guru atau komunikasi antar guru maupun
komunikasi antar staf sekolah yang lainnya, karena itu proses komunikasi ini terjadi bisa dari
bawah ke atas atau dari atas ke bawah atau juga sejajar.6

Setelah dilakukannya observasi disekolah MAN Tanjung Morawa ditemukan


beberapa masalah mengenai komunikasi kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum di
MAN Tanjung Morawa. Pertama, sulitnya kepala sekolah menyampaikan informasi terbaru
megenai kurikulum kepada guru-guru dan siswa dikarenakan sering adanya tugas keluar.

Kedua, kurangnya minat guru dalam mendengarkan tentang apa yang telah
diinformasikan atau disampaikan oleh kepala sekolah mengenai kurikulum K13

B. Fokus Masalah
1. Komunikasi
2. Pengembangan Kurikulum
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah agar kurikulum disekolah
MAN Tanjung Morawa dapat berkembang ?

6
Sinclair and Hatton, The Motivation in School (Sidney; Allen & Unwin, 1988), h. 155.

5
2. Bagaimana strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi,
agar kurikulum tersebut dapat berkembang ?
3. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi kesulitannya dalam
berkomunikasi ?

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Komunikasi Kepala Sekolah

Menurut Zhou (2011), “communication refers to the exchange of ideas or


information, from which people get mutual understanding and trust as well as establishing
good interpersonal relationship”7 komunikasi adalah proses pertukaran ide dan informasi
antar individu, atau singkatnya, komunikasi adalah penyampaian informasi antara seseorang
dengan lainnya. Selaras dengan pendapat ini, menurut Well dan Prensky (1996) “komunikasi
merupakan penyampaian pesan dari sumber melalui media kepada penerima”.8

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.


Maksud dari komunikasi tersebut tidak hanya sekedar menyampaikan informasi saja, namun
ada harapan dari pemberi informasi tentang mengapa ia mau melakukan komunikasi seperti
ide, gagasan, atau saran yang dimilikinya, diketahui dan dimengerti oleh penerima
komunikasi dan lebih lanjut mau menerima serta melakukan ide, gagasan, atau saran tersebut.

7
Mark Zhou, Advnce in education and Managament (Hongkong: Springer, 2011) hlm. 209
8
William D. Wells, dan David Prensky., Consumer Behavior (USA: Willey, 1996) hlm. 427

6
Mengacu pada definisi-definisi di atas dapat disintesiskan bahwa komunikasi adalah
proses pertukaran ide dan informasi antar individu yang didasarkan pada aturan aturan
pengetahuan agar informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima informasi.

Dalam kontek komunikasi, kesamaan makna sangat penting bahkan melampaui


kesamaan bahasa, sebab percakapan antara dua orang yang memiliki kesamaan bahasa belum
menjamin keduanya memiliki kesamaan makna. Dengan kata lain, percakapan akan
berlangsung bila hubungan komunikasi antara komunikator (sender) dan komunikan
(receiver) bersifat informatif. Namun demikian, komunikasi tidak hanya bersifat informatif
tetapi juga persuasif. Artinya, komunikasi tidak hanya bertujuan agar orang lain tahu dan
mengerti, tetapi juga berharap agar orang lain menerima suatu paham, keyakinan atau
melakukan suatu perbuatan tertentu Dengan demikian, komunikasi bukan hanya
penyampaian informasi, tetapi juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap
publik (public attitude).

Beberapa proses komunikasi yang harus dilalui oleh pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya agar sampai pada tujuan komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif,
terdapat Pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan pada
komunikan (receiver). Ini berarti ia memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam
lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi
giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator dalam konteks
pengertiannya. Jadi, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Jadi, bidang
pengalaman merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
antara komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman
komunikator, maka akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

B. Ciri-ciri Komunikasi

Suranto (2011) menyebutkan ada lima ciri dari komunikasi, yaitu:9

1. Arus pesan dua arah.

9
Suranto AW., Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) hlm. 14

7
Komunikasi menempatkan pemberi dan penerima pesan dalam posisi yang sejajar
sehingga penyampaian pesan mengikuti arus dua arah dapat berganti peran secara tepat.
2. Suasana nonformal.
Komunikasi biasanya berlangsung dalam suasana nonformal sehingga pesan komunikasi
biasanya bersifat lisan, bukan tertulis.
3. Umpan balik segera.
Komunikasi biasanya mempertemukan komunikan dengan komunikator secara tatap
muka sehingga respon dapat diketahui dengan segera baik secara verbal maupun non
verbal.
4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.
Komunikasi merupakan metode dalam komunikasi yang menuntut komunikan dan
komunikator berada dalam jarak dekat secara fisik maupun psikologis, yakni berada
dalam satu lokasi tertentu dan keintiman hubungan individu.
5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara stimultan dan spontan, baik
secara verbal maupun non verbal.
C. Tujuan Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang berorientasi pada tujuan
tertentu. Adapun tujuan dari komunikasi menurut Suranto (2011: 19-22) adalah:10

1. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain.


Pada prinsipnya komunikasi hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian
kepada orang lain dan untuk menghindarkan kesan dari orang lain sebagai pribadi yang
tertutup, dingin dan cuek.
2. Menemukan diri sendiri.
Seseorang melakukan komunikasi karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik
pribadi berdasarkan informasi yang didapat dari orang lain.
3. Menemukan dunia luar.
Dengan melakukan komunikasi maka akan memperoleh kesempatan untuk mengetahui
berbagai kejadian di dunia luar berdasarkan informasi yang penting dan aktual dari orang
lain.
4. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis.

10
Ibid., hlm. 19-22

8
Kebutuhan yang paling mendasar dalam diri manusia adalah kebutuhan untuk
membentuk dan membina hubungan baik dengan orang lain.
5. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku.
Dalam prinsip komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain, yang mana pesan tersebut bertujuan untuk memberitahu atau
mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara langsung maupun secara tidak langsung.
6. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu.
Dalam beberapa suasana saat melakukan komunikasi dapat memberikan suasana rileks
dan mendatangkan kesenangan.
7. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi.
Dengan melakukan komunikasi yang baik maka dapat terjadi pendekatan secara
langsung berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi sehingga akan
memiliki dampak baik bagi komunikan maupun komunikator.
8. Memberikan bantuan (konseling)
Komunikasi dapat digunakan sebagai proses kegiatan pemberian bantuan bagi orang lain
yang memerlukan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki


tujuan untuk membantu seseorang menjalin hubungan dan interaksi yang baik dan bermakna
dengan orang lain, membantu seseorang mengetahui dan memahami karakteristik pribadi
keadaan dirinya sendiri serta mengoptimalkan sikap positif yang dimiliki untuk senantiasa
menilai diri dan orang lain secara positif.

D. Bentuk-bentuk Komunikasi

Proses komunikasi akan terjadi apabila pengirim pesan menyampaikan informasi baik
berupa lambang verbal maupun non verbal kepada penerima pesan. Lebih lengkapnya akan
dijelaskan seperti berikut:

1. Komunikasi Verbal
Komunikasi secara verbal yaitu komunikasi dengan menggunakan kata- kata. Cara
mengungkapkan perasaan tergantung pada kesadaran dan penerimaan terhadap perasaan
tersebut. Ada empat cara mendeskripsikan perasaan secara jelas, yaitu dengan: (a)
mengidentifikasi atau menyebutkan nama dari perasaan tersebut, misalnya untuk
mengungkapkan perasaan bahagia dengan kalimat “Saya sangat bahagia”; (b)
menggunakan kalimat kiasan perasaan, misalnya untuk mengungkapkan perasaan sakit

9
hati dengan kalimat “hati saya tersayat-sayat mendengar itu”; (c) mengungkapkan bentuk
tindakan yang ingin dilakukan, misalnya mengatakan “Saya merasa ingin menampar
wajahnya” untuk mengungkapkan kebencian terhadap seseorang; (d) mengungkapkan
dengan kiasan kata-kata, misalnya untuk mengungkapkan kondisinya yang bahaya
dengan menggunakan kalimat “Saya merasa seperti diujung tanduk”.
2. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi menggunakan tanda-tanda informasi verbal maupun non verbal dalam
menyampaikan pesan, sehingga pesan yang disampaikan dapat menunjukan kedekatan
hubungan antara komunikator dan komunikan serta pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh lawan komunikasi secara baik dan mendapat umpan balik secara tepat.
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat-isyarat non
linguistik untuk menyampaikan pesan kepada komunikan, misalnya: sorot mata, raut
muka, ekspresi 31 wajah, jeda dalam berbicara, gerak tubuh, dan sebagainya. Melalui
pesan nonverbal dapat menunjukkan tujuan dan respon emosional yang apa adanya.
E. Konsep Dasar Kurikulum

Kata kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia, namun berasal dari bahasa
Yunani yang semula dipakai dalam bidang olah raga, yaitu curere yang berarti jarak lari
paling jauh yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan lomba lari sepenuhnya.11 Dalam
bukunya, Ramayulis mengutip dari Langgulung yang menyatakan bahwa kurikulum berasal
dari kata curir yang berarti orang yang lari dan curare yang berarti tempat berpacu.12
Kurikulum juga diambil dari kata Chariot yang berarti semacam kereta pacu pada zaman
dahulu.13 Jika dalam dunia pendidikan, maka konteksnya berubah yakni suatu materi yang
harus ditempuh oleh peserta didik dan pendidik yang sedang melakukan kegiatan
pembelajaran.

Menurut Harsono, kurikulum merupakan gagasan atau materi pendidikan yang ideal
yang diekpresikan dalam praktik kegiatan pembelajaran. Saat ini definisi kurikulum semakin
berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan yang ideal

11
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 55
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006) hlm. 150
13
Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),1-2. Lihat juga Khoiron Rosyadi,
Pendidikan Profetik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 240

10
tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi
pendidikan.14

Menurut Grayson, kurikulum adalah suatu perencanaan (planning) untuk menjadikan


keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran melalui konsep pendidikan.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu mata pelajaran, sehingga
memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan model, pendekatan, metode,
teknik dan strategi pembelajaran. Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan
baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.15

Dari definisi tersebut di atas, inti dari kurikulum, terdapat tiga pilar yang sedang
berlangsung yaitu: 1) Adanya proses pengajaran, 2) Fasilitasi peserta didik untuk belajar,
sebagai proses pembelajaran peserta didik, dan 3) Informasi baru yang didapat peserta didik
sebagai hasil interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai hasil dari proses
pembelajaran.

F. Model Pengembangan Kurikulum

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model pengembangan kurikulum


merupakan ulasan teoritis tentang pengembangan kurikulum secara menyeluruh ataupun
hanya sebagian komponen kurikulum. Diantaranya adalah sebagaimana yang dikemukakan
oleh Sukmadinata berikut ini:

1. The Administration model. Model ini disebut juga line staff karena inisiatif dan gagasan
pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi. Model ini memiliki langkah-langkah kerja antara lain: a) administrator
pendidikan membentuk komisi mengarah, b) komisi pengarah (stering komite)
merumuskan rencana umum dan landasan filosofis serta tujuan untuk seluruh wilayah
sekolah, c) membentuk komisi kerja pengembangan kurikulum secara operasional, d)
membentuk komisi pengarah memeriksa hasil kerja komisi kerja dan menyempurnakan
bagian-bagian tetentu yang dianggap perlu penyempurnaan. Karena sifatnya yang datang
dari atas, maka model ini juga disebut model “top down atau”line staff.”

14
Harsono, Pengantar Problem-Based Learning (Yogyakarta: Medika, 2005) hlm. 9
15
Grayson Lawrence, On a Methodology for Curriculum Design (Engineering Education, 1978) hlm. 15

11
2. The grass roots model. Upaya pengembangan model ini adalah yang berasal dari bawah,
yaitu guru-guru atau sekolah. Ada empat prinsip yang digunakan dalam model ini yaitu,
a) kurikulum akan bertambah baik kalau kompetensi profesi guru bertamabah baik. b)
kompetensi guru bertambah baik kalau guru menjadi personil-personil yang dilibatkan
dalam perbaikan kurikulum, c) jika guru bersama-sama bertanggung jawab atas suatu
yang menjadi tujuan yang dicapai, dalam memilih dan memecahkan masalah yang
dihadapi serta dalam memutuskan dan menilai hasil, keterlibatan mereka akan lebih
terjamin, d) sebagai oarang yang bertemu dalam kelompok tatap muka mereka akan
mengerti satu sama lain dan membantu adanya konsensus dalam prinsip-prinsip dasar,
tujuan dan perencanaan.
3. Beauchamp’s system. Teori ini diprakarsai oleh Beauchamps, yang mengemukakan ada
lima langkah penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu, a) menentukan arena
pengembangan kurikulum yang dilakukan, yang berupa kelas, system persekolahan
regional atau nasional, b) menetapkan personalia, yaitu siapa yang turut serta terlibat
dalam pengembangan kurikulum, c) mengorganisasikan dan menentukan prosedur
perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, materi pelajaran dan kegiatan
belajar secara sistematis di sekolah, d) melaksanakan kurikulum yang membutuhkan
kesiapan semua pihak, mulai dari guru, siswa fasilitas, biaya dan manajerial dari
pimpinan sekolah dan adminstrator, e) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
kurikulum oleh guru, desain kurikulum, hasil belajar siswa dan keseluruhan sistem
kurikulum.
4. The demonstration model. Model ini juga bersifat grass roots, atau dari bawah yang
diprakarsai oleh guru dan bekerjasama dengan para ahli. Model ini pada umumnya
berskala kecil, hanya mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
5. Taba’s inverted model. Langkah- langkah pengembangan kurikulum model Taba yaitu:
mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama guru, mengadakan revisi dan
konsolidasi, menguji unit eksperimen, cmengadakan revisi dan konsolidasi,
pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum, dan implementasi dan diseminasi.
6. Roger’s interpersonal relations model. Rogers menawarkan empat langkah
pengembangan kurikulum yaitu: pemilihan target dan sistem pendidikan, partisipasi guru
dalam pengalaman kelompok yang intensif, pengembangan pengalaman kelompok yang
intensif, pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit
pelajaran, dan melibatkan orang tua dalam pengalaman kelompok yang intensif.

12
7. Emerging technical models. Model ini melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru,
struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan
masyarakat. Ada dua langkah yang dilakukan yaitu: a) mengadakan kajian secara
saksama tentang masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh
dan mengidentifikasi faktorfaktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah
tersebut, b) implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.
8. Emerging technical models. Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta
nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-
model kurikulum.16

G. Proses Pengembangan Kurikulum

Kurikulum adalah sebuah rencana yang dibuat dengan mendasarkan berbagai kondisi
yang ada untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu proses pembuatan dan
pengembangan kurikulum merupakan sebuah proses berantai yang berkesinambungan antara
proses yang satu dengan proses yang lain. Lebih lanjut Muhaimin mengemukakan bahwa
kurikulum sebagai suatu rencana pada intinya adalah upaya untuk menghasilkan lulusan, atau
mengubah input peserta didik dari kondisi awal menjadi peserta didik yang memiliki
kriteria;17 1) mampu memahami konsep yang mendasari standar kompetensi yang harus
dikuasai, 2) mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan tuntutan standar kompetensi yang
harus dicapai dengan cara dan prosedur yang benar serta hasilyang baik, dan 3) mampu
mengaplikasikan kemampuanya dalam kehidupan sehari-hari (didalam maupundi luar
sekolah). Dengan demikian kompetensi merupakan kombinasi yang baik dari penguasaan
ilmu (knowledge), ketrampilan dalam melaksanakan pekerjaan (skill), dan sikap yang
dituntutuntuk menguasai suatupekerjaan (attitude). Tanpa memiliki 3 kriteria di atas, maka
mustahil suatu kurikulum disebut sebagai kurikulum yang baik.

Hamalik, membagi proses pengembangan kurikulum dalam dua jenis proses, yakni
pengembangan dalam arti perekayasaan (engineering) dan pengembangan dalam arti
konstruksi.18 Proses pengembangan dalam arti pertama, terdiri dari empat tahap; konstruksi
ialah mengembalikan model kurikulum yang diharapkan berdasarkan dasar yang telah

16
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Praktek dan Teori, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007) hlm. 161-170
17
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)
hlm. 234
18
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 109

13
direncanakan tersebut; implementasi ialah pelaksanaan kurikulum; dan evaluasi ialah menilai
kurikulum secara komperenhesif dan sistematik apakah sudah dilaksanakan atau belum
dilaksanakan.

Pada umumnya para ahli kurikulum memandang kegiatan kurikulum sebagai suatu
proses yang terus- menerus dan merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa
komponen kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Pengembangan
kurikulum merupakan proses yang komprehensif, yang meliputi kegiatan perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Mengacu pada siklus pengembangan kurikulum tersebut diatas
juga dapat diketahui bahwa pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah
pengembangan komponen kurikulum yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri, yaitu
tujuan, bahan, kegiatan, dan evaluasi. Hal ini dilakukan agar kurikulum dapat berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data informasi yang


akurat. Selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan pada kurikulum
tersebut bila diperlukan, melakukan penyesuaian kurikulum dengan keadaan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prosese


pengembangan kurikulum tidak sederhana selama ini dilakukan oleh Tim Pengembangan
Kurikulum (TPK). Pengembangan kurikulum ternyata mempunyai rambu-rambu yang harus
dipatuhi dengan seksama. Ketika pengembang kurikulum tidak mengikuti aturan atau
prosedur yang di tetapkan akan mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan yang berakibat
kualitas pendidikan tidak mencapai hasil yang maksimal.

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan judul “Komunikasi Kepala Sekolah dalam Pengembangan


Kurikulum Di MAN Tanjug Morawa“ dilaksanakan di Sekolah MAN Tanjung Morawa.
MAN Tanjung Morawa dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan sekolah ini merupakan
salah satu sekolah yang menjadi pilloting project dalam penerapan Kurikulum 2013 dan pada
tahun ajaran 2016/2017 MAN Tanjung Morawa juga telah menerapkan Kurikulum 2013 edisi
revisi.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September 2018 dan 20 September 2018.

15
B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskrriptif kualitiatif. Penelitian deskriptif kulitatif adalah penelitian yang menggambarkan
atau melukis objek peneltian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskrptifkan seluruh gejala atau keadaan yang
ada pada saat penelitian dilakukan. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
desain penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan tentang komunikasi, pengembangan
dan upaya yang dilakukkan kepala sekolah dalam pengembangan Kurikulum di MAN
Tanjung Morawa.

C. Teknik/Instrumen Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka dilakukan
pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti antara lain:

Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah 2011: 131). Teknik pengambilan data
dengan metode observasi lebih efektif dengan menggunakan daftar pengamatan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti staff kepala sekolah bagian
kurikulum. Observasi dilaksanakan selama dua kali pertemuan di MAN Tanjung
Morawa. Kegiatan observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu
pengembangan kurikulum melalui komunikasi yang dilakukan kepala sekolah.
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bahan yang sangat penting dalam sebuah penelitian, hal ini
disebabkan karena dokumentasi sebagai bagian dari metode lapangan ( field metode)
yang dibutuhkan peneliti untuk menelaah, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari
simbol simbol data penelitian.
Dokumentasi adalah gambaran mengenai pengalaman hidup yang dilengkapi dengan
data-data yang diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Disisi lain
dokumentasi juga merupakan bahan tertulis maupun filim yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan dari orang dan kelompok tetentu.
Dokmen yang dipilih dan dikumpulkan dengan penelitian ini adalah dokumen seputar
tentang kurikulum dan profilnya di MAN Tanjung Morawa.

16
2. Wawancara

Berdasarkan teknik wawancara yang kami lakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-


Manar Nurul Iman dilakukan dua tahap wawancara, yaitu:

Wawancara 1: Narasuber pada wawancara pertama ini kami lakukan kepada bapak
Aswin Hendratna S.Pd. selaku Bagian Kesiswa di MAN Tanjung Morawa

Wawancara 2: Narasumber pada wawancara Kedua ini kami lakukan kepada bapak
Arwansyah S.Ag. selaku Bagian Kurikulum di MAN Tanjung Morawa

Pada wawancara pertama dan kedua peneliti menanyakan seputar komunikasi dalam
penyampaian informasi mengenai pengembangan kurikulum di MAN Tanjung Morawa,
meliputi komunikasi yang dilakukan kepala sekolah, kendala atau hambatan dalam
pengembangan kurikulum, strategi dalam pengembangan kurikulum, dan model komunikasi
yang dilakukan kepala sekolah

D. Teknik analisis data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Setelah
berhasil mengumpulakan data dari lokasi penelitian, maka langkah selanjutnya ialah
menganalisis dan kemudian menyajikan secara tertulis dalam laporan tersebut.

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model
Miles and Huberman, aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data dalam penelitian ini artinya merangkum atau mencari pokok-pokok
yang penting dari setiap data yang diperoleh. Jika data yang diperoleh di lapangan semakin
banyak maka peneliti harus memfokuskan pokok permasalahannya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

17
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Penyajian data (data display)

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah mendisplaykan data. Dalam


penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kuasal atau interaktif, hipotesis atau teori.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI

A. Temuan Penelitian
1. Temuan Umum
2. Temuan Khusus

Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum yang


dilakukan di MAN Tanjung Morawa sangat bagus, dengan menyampaikan informasi-
informasi terbaru dengan para staff dan guru-guru lalu disampaikan lagi dengan siswa.
Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah dengan megutus bagian kurikulum untuk
mengontrol segala kegiatan guru-guru, dan memecahkan masalah yang ada jika ada kesulitan.

18
B. Pembahasan
1. Bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah agar kurikulum disekolah
MAN Tanjung Morawa dapat berkembang ?
Komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengutus bagian kurikulum
setiap pukul 9.30 WIB sebelum jam istirahat, melakukan pengontrolan ke ruangan guru
dengan menanyakan apa saja keluahan yang dialami guru-guru karna pelaksanaan
kurikulum baru dan memecahkan masalah dari kesulitan-kesulitan tersebut dan
memberikan motivasi.
Bentuk komunikasi yang dilakukan kepala sekolah adalah komunikasi yang
menggunakan tanda-tanda informasi verbal maupun non verbal dalam menyampaikan
pesan, sehingga pesan yang disampaikan dapat menunjukan kedekatan hubungan antara
komunikator dan komunikan serta pesan yang disampaikan dapat diterima oleh lawan
komunikasi secara baik dan mendapat umpan balik secara tepat. Komunikasi non verbal
adalah komunikasi yang menggunakan isyarat-isyarat non linguistik untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan, misalnya: sorot mata, raut muka, ekspresi 31
wajah, jeda dalam berbicara, gerak tubuh, dan sebagainya. Melalui pesan nonverbal
dapat menunjukkan tujuan dan respon emosional yang apa adanya.

2. Bagaimana strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi, agar
kurikulum tersebut dapat berkembang ?
Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum diantaranya
mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan di
tingkat gugus kecamatan. Pelatihan Kurikulum 2013 tersebut bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada guru-guru terkait dengan pelaksanaan Kurikulum 2013
mulai dari pembuatan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan program
kegiatan pelaksanaan Kurikulum 2013. Sosialisasi Kurikulum 2013 kepada orangtua
siswa bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orangtua siswa terkait
pelaksanaan kurikulum 2013. Selain memberikan sosialisasi, sekolah juga memberikan
buku penghubung kepada siswa agar orangtua siswa mengetahui kegiatan sehari-hari
anaknya di sekolah.Memberikan motivasi kepada guru-guru terkait pelaksanaan
Kurikulum 2013 dengan memberikan reward pada guru-guru kelas. Mengadakan
supervisi di kelas-kelas yang bertujuan untuk mengetahui kinerja guru-guru selama

19
melaksanakan proses belajar mengajar. Pelaksanaan supervisi bertujuan untuk
mengetahui kinerja guru-guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas-kelas.

3. Apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi kesulitannya dalam
berkomunikasi ?
Dengan sering mengadakan rapat dengan guru-guru yang dilakukan kepala sekolah untuk
menyampaikan informasi-informasi, melakukan pengawasan kepada guru-guru dan
siswa dengan masuk keruangan guru dan kelas mengenai informasi-informasi yang akan
disampaikan

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembehasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan


yatu komunikasi kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum di MAN Tanjung Morawa
ini sudah berjalan dengan baik. Dan kendalanya hanya terdapat pada kepala sekolah yang
mendapat tugas keluar, jadi karna hal tersebut informasi-informasi terbaru menjadi tertunda
sehingga terlambat dalam penyampaiannya.

B. SARAN

20
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis ingin mengajukan
beberapa saran yaitu, merujuk pada hasil penelitian, diharapkan kepala sekolah terus
meningkatkan komunikasi-komunikasi yang diterapkan disekolah agar kurikulum yang
digunakan terus berkembang guna meningkatkan mutu pendidikan

Daftar Pusta

AW, Suranto., 2011, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu

Hamalik, Oemar., 2006, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Remaja


Rosdakarya

Harsono., 2005, Pengantar Problem-Based Learning, Yogyakarta: Medika

Lawrence, Grayson., 1978, On a Methodology for Curriculum Design, Engineering


Education

21
Marty, Nurdin., 2008, Implementasi Dasar-dasar Manajemen Sekolah Dalam Era Otonomi
Daerah Yogyakarta: Arruz Media.

Muhaimin., 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja


Grafindo Persada

Muslich, Masnur., 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Jakarta:
Bumi Aksara.

Nasution., 2004, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),1-2. Lihat juga Khoiron
Rosyadi, Pendidikan Profetik Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nizar, Samsul., 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Pers

Prawiradilaga, Salma., 2004, Mozaik Tekonologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Ramayulis., 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia

Rusman., 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: Rajawali Pers

Semiawan, Conny R, dan Soedijarto., 1991, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan


Nasional Menjelang Abad XXI, Jakarta: PT. Grasindo.

Sinclair and Hatton., 1988, The Motivation in School, Sidney; Allen & Unwin.

Sukmadinata, Nana Syaodih., 2007, Pengembangan Kurikulum, Praktek dan Teori, Bandung:
Remaja Rosdakarya

Wells, William D. dan David Prensky., 1996, Consumer Behavior, USA: Willey

Zhou, Mark., 2011, Advnce in education and Managament Hongkong: Springer.

22
Dokumentasi

23
24
25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai