Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN SERAT TEKSTIL ALAMI DARI POHON PISANG

DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI MENGGUNAKAN


EKSTRAK ABU LIMBAH POHON PISANG
Imam Santosa
Program studi Teknik Kimia
Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Dr Soepomo, Janturan Yogyakarta
imamsuad@yahoo.com

Abstrak - Serat tekstil alami yang banyak disposability tinggi, dapat diperbarui, dapat
digunakan saat ini adalah kapas. Kapas tidak didaur ulang dan biodegradable.
cocok ditanam di Indonesia, sehingga harus Tanaman pisang tumbuh subur dan
diimpor dari India, China, danJepang. Untuk
memenuhi kebutuhan tekstil perlu
banyak terdapat di negeri ini.Serat pisang
dikembangkanpengganti kapas sebagai dapat diekstraksi dengan menggunakan
alternatif bahan baku tekstil. metode kimia, mekanis atau biologis.
Serat pohon pisang dipisahkan dari batang Metode mekanik gagal untuk
semu secara mekanik. Bagian pohon pisang lain menghilangkan materi bergetah dari
yang tidak digunakan dikeringkan kemudian
dibakar untuk diambil abunya. Abu ini di
permukaan bundel serat. Prosedur biologi
ekstrak menggunakan air, kemudian ekstrak untuk menghasilkan bundel serat harus
digunakan untuk mendelegnifikasi serat pohon melibatkan lebih dari dua prosedur lain
pisang, agar diperoleh serat pisang yang bebas tanpa membahayakan lingkungan. Proses
getah dan lignin. Variabel yang dipilih adalah biologi memerlukan waktu yang lama dan
konsentrasi ekstrak dan waktu delignifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak abu
tempat yang luas. Selain itu
serat pisang dan abu kayu dengan aquades prosesnyasukar dikendalikan
dapat diperoleh dengan cara pengadukan, karenadipengaruhi oleh kelembaban,
maserasi maupun pengadukan dengan sinarmatahari, pH, dan sebagainya,
pemanasan. Perolehan kandungan alkali ekstrak sehingga mutu hasil sering tidak seragam.
abu serat pisang sekitar dua kali lipat dari
ekstrak abu kayu. Kandungan alkali ekstrak
Mengolah serat alami dengan proses
ketiga proses itu berbeda untuk setiap abu tapi kimia memberikan keuntungan waktu
tidak terlalu besar. Delignifikasi serat batang pengolahan yang menjadi jauh lebih
semu pisang dapat dilakukan dengan ekstrak singkat, tempat pengolahan tidak seluas
abu pohon pisang dengan kadar alkali ekstrak tempat pembusukan, pengawasan lebih
serat pisang setara dengan 0,3 N - 1,35 N. Waktu
yang dibutuhkan untuk delignifikasi 15-30
mudah, mutu serat dapat dikendalikan dan
menit, tergantung kepekatan kadar alkali. lebih seragam. Akan tetapi zat-zat kimia
untuk perebusan seperti Soda Api, Soda
Kata kunci : ekstrak abu, serat pisang, Abu, Asam Nitrat, dan lainnyaseperti yang
delignifikasi selama ini dipakai pada industry kertas
I. PENDAHULUAN tidak ramah terhadap lingkungan. Perlu
Serat tekstil alami yang banyak diupayakan penggunaan bahan yang
digunakan saat ini adalah kapas. Kapas berasal dari abu limbah pertanian,
tidak cocok ditanam di Indonesia, sehingga misalnya abu jerami, sekam padi, kelopak
harus diimpor dari India, China, batang pisang.
danJepang. Untuk memenuhi kebutuhan Serat pisang abaca dapat digunakan
tekstil yang semakin meningkat perlu untuk berbagai keperluan seperti dalam
dikembangkan langkahdiversifikasi serat industri tekstil, kertas atau kerajinan
alami sebagai alternatif bahan baku tangan. Pisang adalah kertas serbaguna
tekstil.Serat alami memiliki beberapa karena tahan air dan lebih kuat dari kayu
keunggulan dibandingkan dengan serat pulp kertas, yang berarti dapat digunakan
sintetis seperti kepadatan rendah, kekakuan dalam kemasan dan bahkan sebagai dasar
yang tepat dan sifat mekanik dan juga
C.1-1
untuk bahan bangunan. Indonesia berikutnya volume ekspor tersebut terus
merupakan salah satu sentra keragaman menurun dan mencapai titik terendah pada
pisang dengan lebih dari 200 tahun 2004 yaitu hanya 27 ton (Badan
jenispisang.Sekitar 50 persen produksi Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
pisang Asia berasal dari Indonesia. Luas 2004).
areal tanaman pisang di Indonesia 85.690
Ha menghasilkan pisang 4.177.155 ton Tabel 1: wilayah penghasil pisang di
(Astawan, 2005). Gross Michel (pisang Indonesia
Ambon),komoditas yang paling diminati No Propinsi Pisang
dalam perdagangan pisang dunia
(Damayanti, 2004).Serat kulit pohon, Produk
Luas Produ
seperti pisang, sangat kompleks dalam tivitas
Panen ksi
struktur.Mereka umumnya lignoselulosa, (Ton/H
(Ha) (Ton)
yang terdiri dari spiral mikrofibrilselulosa a)
dalam matriks amorf dari lignin dan 1 Sumatra 18.340 41,10 753.7
hemiselulosa. 30
Penelitian ini menawarkan pembuatan
serat tekstil alami dari pohon pisang dan 2 Jawa 43.546 60,28 2.625.
abu limbah pohon pisang. Serat pohon 134
pisang dipisahkan dari batang semu secara
3 Kaliman 5.264 46,35 243.9
mekanik. Bagian pohon pisang lain yang
tan 75
tidak digunakan dikeringkan kemudian
dibakar untuk diambil abunya. Abu ini di 4 Sulawesi 5.382 43,52 234.2
ekstrak menggunakan air, kemudian 17
ekstrak digunakan untuk merebus serat
pohon pisang, agar diperoleh serat pisang 5 Maluku 7.734 18,69 144.5
yang bebas getah dan lignin.Lignin harus + Papua 55
dihilangkan karena dapat membuat serat INDON 85.690 48,75 4.177.
mengalami degradasi. Untuk mengetahui ESIA 155
kualitas ekstrak abu pelepah pisang
digunakan abu kayu keras sebagai
Lebih rinci Astawan (2005)
pembanding.
menyebutkan, sentra produksi pisang di
Indonesia adalah Jawa Barat (Sukabumi,
II. LANDASAN TEORI
Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa
Indonesia termasuk salah satu penghasil
Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo,
pisang terbesar di Asia karena sekitar 50
Kesugihan, Kutosari, Pringsurat,
persen produksi pisang Asia berasaldari
Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi,
Indonesia.Relatif besarnya volume
Malang), Sumatera Utara
produksi nasional dan luas panen
(Padangsidempuan, Natal, Samosir,
dibandingkan dengan komoditas buah
Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang,
lainnya, menjadikan buah pisang tanaman
Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing
unggulan di Indonesia. Penanaman pisang
Tinggi, Ogan Komering Ilir, Ogan
berskala besar telah dilakukan di beberapa
Komering Ulu, Baturaja), Lampung (Kayu
tempat. Antara lain di pulau Halmahera
Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi,
(Maluku Utara), Lampung, Mojokerto
Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
(Jawa Timur), dan beberapa tempat
Gross Michel (pisang Ambon), yaitu
lainnya, sehingga Indonesia pernah
komoditas yang paling diminati dalam
pengekspor pisang dengan volume
perdagangan pisang dunia (Damayanti,
mencapai lebih dari 100.000 ton pada
2004).
tahun 1996, tetapi pada tahun-tahun
C.1-2
Serat pisang adalah seratalami dengan dalam alkali kuat dan asam mineral encer
kekuatan tinggi, yang dapat dicampur (Stephenson, 1950).
dengan mudah dengan serat kapas atau Pemisahan serat dari lignin dapat
serat sintetis lainnya untuk menghasilkan dilakukan secara mekanis, kimia, dan
kain. Serat pisang juga digunakan dalam mikrobiologis (pembusukan). Secara
uang kertas kualitas keamanan tinggi, kain kimia, proses delignifikasi (penghilangan
kemasan untuk produk pertanian, tali kapal lignin) dapat dilakukan dengan perebusan
penarik, kabel pengeboran basah dll. menggunakan zat-zat kimia. Penghilangan
Tanaman pisang lapisan luar kasar lignin pada eceng gondok dapat dilakukan
umumnya digunakan untuk taplak meja dengan proses organosolv, dengan kondisi
tenun, bantal, kursi, dan tirai, sementara optimum yaitu larutan pemasak etanol
lapisan, bagian dalam halus sangat ideal dengan katalis asam sulfat pada kisaran pH
untuk sari halus, kimono, daneko-desain 2, waktu pemasakan 2 jam dan konsentrasi
busana seperti baju atas "Doo-Ri“. etanol 60 – 90% mencapai kondisi
optimum pada konsentrasi etanol 80%
Tabel 2. Komposisi Serat Pisang: diperolehhasil αselulosa 81% danklakson
lignin 78,6% (Artatidkk., 2009)
Se sel hemi pe li wat f a Ekstrak abu dibuat dengan cara
rat ulo selul kti gn er at s mengekstraksi abu limbah pertanian
sa osa n in sol & h dengan air. Suspensi yang terjadi
ubl disaring.Untuk memperoleh konsentrasi
e w yang tinggi, ekstrak abu yang diperoleh
mat a digunakan untuk mengektraksi abu baru.
eria x Untuk mengambil serat dari sabut kelapa
ls digunakan ekstrak abu dari kelopak batan
Pi 50- 25-30 3- 12 2-3 3 1 gpisang dengan konsentrasi alkali aktif
sa 60 5 - - - 0,7180gek/L (Sulistiawati, 1993).
ng % 18 5 1 Konsentrasi ekstrak abu untuk membuat
. serat dari daun nenas adalah 4,2 N
5 (Sugiharto, 1987). Abu tandan kosong
Standar: Menurut Metode Standar sawit sebaga ilimbah pada pabrik CPO
Nasional China (GB5889-86) mengandung kalium sebagai kalium
karbonat sebanyak 25,92% berat
Penyusun utama serat tumbuhan adalah (Imaduddin, dkk.,2008). Kadar kalium dari
selulose, hemiselulose, dan lignin. abu kulit kayu lunak 9,8%, abu kayu lunak
Selulose murni merupakan bahan serat 12,4%, abu kulit kayu keras 12,2%, abu
yang terdiri atas polimer rantai panjang kayu keras 20,4% (Pitman, 2006).
satuan glukose. Sifat-sifat selulose antara Tekstil adalah bahan yang berasal dari
lain berwarna putih, tidak larut dalam air, serat yang diolah menjadi benang atau kain
dan mempunyai kuat tarik yang tinggi. sebagai bahan untuk pembuatan busana
Hemiselulose tidak sama dengan selulose, dan berbagai produk kerajinan lainnya.
karena terdiri atas satuan pentose. Lignin Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat
adalah nama sekelompok senyawa yang disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil
berat molekulnya tinggi, yang berkaitan meliputi produk serat, benang, kain,
erat dengan selulose dan hemiselulose. Di pakaian dan berbagai jenis benda yang
dalam tanaman lignin berfungsi sebagai terbuat dari serat.
pengikat selulose untuk membentuk kayu.
Sifat-sifat senyawa ini tidak larut dalam
larutan H2SO4 72% dan air, tetapi larut

C.1-3
III. METODE PENELITIAN penyaringan, titrasi dengan HCl.
Penelitian dilakukan secara Endapan yang tersisa ditambah aquades
eksperimental di laboratorium universitas 100 cc diaduk dengan magnetik stirrer
Ahmad Dahlan, Yogyakarta. skala 3 selama waktu tertentu pada suhu
Alatpenelitianantara lain berupa: alat didih. Pisahkan filtrat dari endapan
penyerut serat pisang, panci, peralatan dengan penyaringan, titrasi dengan HCl.
gelas di laboratorium, alat-alata nalisis Diulang-ulang sampai 5 kali.
kimia volumetris (buret, labu Erlenmeyer, 6. Proses Esktraksi Lignin.
dan lain-lain), neraca digital, desikator, Timbang 20 gram serat batang semu
oven. Bahanpenelitian yang pisang, rendam dalam larutan 225 cc
utamaadalahpohon pisang, ekstrakabu ekstrak abu pelepah pisang ( 5, 10, 15,
yang diperoleh dengan mengekstraksi 20 dan 25 % berat) selama waktu
sendiriabu (bagian sisa pohonpisang) tertentu (15, 30, 45, 60 dan 75 menit)
menggunakan akuades. kemudian disaring. Serat pisang
Bahan-bahan untuk analisis kimia dikeringkan dan di oven. Filtrat
secara volumetric terdiri dari: KMnO4, kemudian diambil 10 cc dan dititrasi
Na2S2O3, KI, HCl, NaOH, indicator pp., dengan HCl 1 N.
indicator mo. Adapun tahap-tahap
penelitian yang dilakukan adalah : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengambilan serat pohon pisang Dari pengukuran diperoleh densitas bulk
Serat pohon pisang dipisahkan dari untuk abu kayu adalah 0,05388 gr/cc
batang pisang secara mekanik dengan sedangkan pelepah pisang sebesar 0,03466
mengiris tipis dengan pisau yang tidak gr/cc. Jadi untuk volume abu yang sama,
terlalu tajam menarik cakram batang abu kayu 1,58 kali lebih berat dibanding
kemudian mengambil seratnya. Serat abu serat pisang. Berdasar gambar 1
kemudian dikeringkan dengan cara dimana telah dilakukan ekstraksi
diangin-anginkan. pendahuluan dengan cara pengadukan
2. Mengukur densitas bulk abu. selama 15 menit, dari kedua abu dapat
Mengukur 100 cc abu kemudian dinyatakan alkalinitas abu serta pisang
ditimbang beratnya. Diulang 5 kali lebih tinggi sekitar 2,5 kali lipat dari abu
3. Ektraksi abu pendahuluan. kayu untuk ekstraksi dengan berat abu
Abu dengan berat tertentu (1, 2, 3, 4, yang sama. Setiap gram abu serat pisang
dan 5 gram) di masukkan dalam memiliki kandungan alkali setara dengan
aquades 100 cc diaduk dengan magnetik 0,0465 N, sedang abu kayu mengandung
stirrer skala 3 selama 15 menit. Setelah alkali setara dengan 0,0194 tiap gramnya.
itu filtrat dipisahkan dengan cara
disaring dan dititrasi menggunakan HCl.
4. Maserasi suhu kamar.
Menimbang 100 cc abu, rendam dengan
aquades 100 cc selama waktu tertentu
(1, 2, 3, 4, 5 hari). Pisahkan filtrat dari
endapan dengan penyaringan. Ambil
filtrat 10 cc titrasi dengan HCl.
5. Estraksi pada suhu didih.
Menimbang abu dengan berat tertentu
(5, 10, 15, 20 dan 25 gram), di
masukkan dalam aquades 100 cc diaduk
dengan magnetik stirrer skala 3 selama Gambar 1. Grafik hubungan berat abu
waktu tertentu pada suhu didih. ditambahkan dengan kandungan alkali dari
Pisahkan filtrat dari endapan dengan ekstraksi pendahuluan
C.1-4
Kemudian dilakukan analisa kandungan
ion-ion yang dianggap dominan dalam
ekstrak untuk memperkuat analisa. Dari
tabel 1 dapat dinyatakan kandungan
Kalium ekstrak abu pelepah pisang lebih
tinggi dibanding ekstrak abu kayu.
Kandungan kalium dan natrium ekstrak
abu pelepah pisang sekitar 3 kali
kandungan kalium dan natrium ekstrak abu
Gambar 2. Grafik hubungan waktu
kayu. Hal ini bersesuaian dengan hasil
maserasi terhadap kandungan alkali hasil
ekstraksi pendahuluan. Kandungan
ekstrak.
karbonat abu pelepah pisang yang tinggi
menunjukkan proses pembakaran pelepah
Selanjutnya dilakukan ekstraksi
pisang lebih sempurna dibanding abu kayu
berturutan lima kali selama waktu tertentu
dan berefek pada densitas bulk abu pelepah
pada titik didih. Abu dengan berat 5, 10,
pisang yang lebih rendah.
15, 20, dan 25 gram dilarutkan dalam 100
cc aquades. Data ini berguna apabila pada
Tabel 3. Hasil analisa kandungan ion abu.
aplikasi ekstraksi nantinya ingin dilakukan
optimalisasi pengambilan ekstrak abu. Dari
Abu
Abu gambar grafik 2 dan 3 terlihat pola yang
No. Jenis ion pelepah
kayu mirip. Perolehan kadar alkaline mendekati
pisang
kurva logaritmis, stage 1 ke 2 turun tajam,
1 Kalium 56,1493 628,536 2 ke 3 masih turun signifikan, seterusnya
2 Silika 1,07450 0,0208 kadar alkali ekstrak terambil tinggal
3 Karbonat 359,9 6417,2 sedikit.
4 Natrium 229,602 272,637
5 Magnesium 1,001 16,019

Pengambilan data dilanjutkan dengan


Maserasi 100 gram abu dalam 100 cc
aquades pada suhu kamar dengan lama
perendaman berbeda hari. Terjadi variasi
kadar alkali hasil analisa tapi tidak
mencolok. Dapat dinyatakan Gambar 3. Grafik hubungan berat abu
kesetimbangan ekstraksi telah terjadi di pelepah pisang ditambahkan dengan
hari pertama. Rata-rata normalitas untuk kandungan alkali dari ekstraksi pada titik
ekstrak abu kayu adalah 2,92 sedang untuk didih
ekstrak abu serat pisang adalah 4,83 tiap
100 gram abu. Ini sedikit lebih tinggi jika
dibanding dengan hasil ekstraksi
pendahuluan, dimana setiap gram abu
serat pisang memiliki kandungan alkali
setara dengan 0,0465 N, sedang abu kayu
mengandung alkali setara dengan 0,0194
tiap gramnya. Ada sedikit perbedaan wajar
karena perbedaan prosedur dan variasi
kandungan alaminya.

C.1-5
Gambar 4. Grafik hubungan berat abu kayu
ditambahkan dengan kandungan alkali dari
ekstraksi pada titik didih.

Dari perhitungan didapat kadar alkali


rata-rata tiap gram tiap stage di tabel 2.
Kadar alkali abu kayu diperoleh pada stage
1 adalah 0,0237 per gram lebih tinggi dari
proses ekstraksi pendahuluan namun lebih
rendah jika dibanding proses maserasi. Hal
ini menunjukkan tingginya variasi
kandungan abu kayu. Hal ini
dimungkinkan karena kayu umumnya Gambar 5. Grafik hubungan waktu
padat sehingga pembakarannya tidak delignifikasi terhadap berkurangnya berat
sempurna dan menghasilkan abu yang serat pisang.
umumnya bercampur karbon. Sedang
untuk abu pelepah pisang menghasilkan Dari gambar 6 yang menunjukkan
data yang konsisten dimana ekstraksi pada grafik hubungan normalitas ekstrak
titik didih menghasilkan kadar alkali terhadap waktu pada proses delignifikasi,
0,0561 per gram lebih tinggi dari maserasi ternyata tidak terjadi perubahan normalitas
maupun ekstraksi pada suhu kamar. Untuk yang signifikan. Hal ini kemungkinan
proses delignifikasi digunakan abu serat menunjukkan alkali pada proses
pisang. delignifikasi berfungsi sebagai katalis. Hal
ini menguntungkan karena dimungkinkan
Tabel 4. Kadar alkali rata-rata tiap gram penggunaan ekstrak abu berulang kali pada
tiap stage pada ekstraksi dengan proses delignifikasi.
pemanasan
Stage Abu pelepah
Abu kayu
ke pisang
1 0,023777884 0,056173675
2 0,006872771 0,012221267
3 0,002745689 0,00350706
4 0,001392061 0,001758767
5 0,0009717 0,000918903

Dari gambar 5 yang menunjukkan Gambar 6. Grafik hubungan normalitas


grafik hubungan waktu delignifikasi ekstrak terhadap waktu pada proses
terhadap berkurangnya berat serat pisang, delignifikasi.
dapat dinyatakan proses delignifikasi
berjalan dengan baik. Untuk delignifikasi V. KESIMPULAN DAN SARAN
menggunakan ekstrak abu pelepah pisang 5 1. Kesimpulan
gr/100 cc air dan 10 gr/100 cc air Ekstrak abu serat pisang dan abu kayu
diperlukan waktu sekitar 30 menit dan dengan aquades dapat diperoleh dengan
untuk kadar lebih tinggi diperlukan waktu cara pengadukan, maserasi maupun
sekitar 15 menit. Diatas waktu itu berat pengadukan dengan pemanasan. Perolehan
serat relatif tidak turun. Delignifikasi serat kandungan alkali ekstrak abu serat pisang
pisang ini membutuhkan normalitas dua kali lipat dari ekstrak abu kayu.
rendah, sehingga penggunaan ekstrak abu Kandungan alkali ekstrak ketiga proses itu
kayu juga memungkinkan. berbeda untuk setiap abu tapi tidak terlalu
C.1-6
besar. Delignifikasi serat batang semu Minyak Sawit, Bulletin of Chemical
pisang dapat dilakukan dengan ekstrak abu Reaction Engineering & Catalysis, 3(1-
pisang dengan kadar alkali ekstrak serat 3), 14-20
pisang setara dengan 0,3 N - 1,35 N. [6]. Mohanty AK, Mishra M, Drzal LT,
Waktu yang dibutuhkan untuk delignifikasi 2001, Composite Interfaces, Vol.
15-30 menit, tergantung kepekatan kadar Komposit Interface, Vol. 8, No. 5, pp.
alkali. 313–343
[7]. Mukherjee, KG; Satyanarayana, 1984,
2. Saran Structure and properties of some
Perlu dilakukan penelitian untuk vegetable fibres. Part 1: Sisal fiber.
mengetahui sifat-sifat serat pisang Journal of Jurnal Materials Science,
sehingga bisa dikembangkan kearah tekstil London, v.19, 3925- 3934.
serat alami atau mikrofiber. [8]. Mukhopadhyay S., Vijay G., Talwade
R.,Dhake JD, Pegoretti A, 2006, Some
VI. DAFTAR PUSTAKA Studies on Banana Fibers, International
[1]. Artati, E.K., Effendi, A., Haryanto, T., conference on Advances in Fibrous
2009, pengaruh Konsentrasi Larutan Materials, Nonwoven and Technical
Pemasak Pada Proses Delignifikasi Textiles, 7-9 August 2006, Coimbatore,
Eceng Gondok dengan Proses India. Coimbatore, India.
Organosolv, Ekuilibrium 8(1). [9]. Sugiharto, F.X., 1987, Hidrolisis Daun
[2]. Astawan, M. 2005. Pisang, Nenas dengan Ekstrak Abu Menjadi
BuahKehidupan.DinasKesehatan Serat, Laporan Penelitian Proses
Sulawesi Tenggara. (on line) 12 Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Januari 2008. Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://dinkes.sultra.org/index.php. [10]. Sulistiawati, E., 1993, Hidrolisis
[3]. Badan Penelitian dan Pengembangan Sabut Kelapa Menjadi Serat Dengan
Pertanian. 2004. Prospek dan Arah Katalisator Larutan Ektrak Abu Pada
Pengembangan Agribisnis: Dukungan Tekanan di Atas Satu Atmosfer,
Aspek Teknologi Laporan Penelitian, Jurusan Teknik
Pascapanen,http://www.litbang.deptan. Kimia, Universitas Gadjah Mada,
go.id Yogyakarta.
[3]. Departemen Pertanian. 2003. Luas [11]. Sulistiawati, E., 2001, Pemanfaatan
Panen, Produktivitas dan Produksi Limbah Pertanian: Pengambilan Serat
Buah-Buahan Tahun 2003 (Angka dari Sabut Kelapa dengan Ekstrak Abu
Tetap), Kelopak Batang Pisang secara
http://www.deptan.go.id/ditbuah/komo Hidrolisis, Prosiding Seminar
ditas/data_pisang.htm Pengelolaan dan Pengolahan Sampah,
[4]. Dispertan Banyumas. 2004. Data Universitas Ahmad Dahlan,
IndeksPertanianKab. Banyumas Yogyakarta.
2004.DinasPertanianTanamanPanganK [12]. Zhu, WH, Tobias, BC, Coutts, RSP,
ab.Banyumas. Langfors, G., Air-cured banana-fiber-
[5]. Imaduddin, M., Yoeswono, Wijaya, reinforced cement composites,
K., Tahir, I., 2008, Ekstraksi Kalium Concrete Composites 16 (1), 3–8.
dari Abu Tandan Kosong Sawit sebagai (1994).
Katalis pada Reaksi Transesterifikasi

C.1-7

Anda mungkin juga menyukai