Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR

LAPORAN AKHIR
PUTARAN KRITIS

Oleh

Radinal Fernandes
NIM : 1507113616

LABORATORIUM KONSTRUKSI MESIN


PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
tepat waktu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada kedua orang tua yang
sampai sekarang ini masih sudi membiyayai seluruh keperluan penulis dalam
pembuatan laporan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Feblil
Huda sebagai dosen pengampu mata kuliah Fenomena Dasar dan pada para
asisten yang membantu penulis dalam proses praktikum dan penulisan laporan
Putaran Kritis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak kekurangan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini guna untuk dunia pendidikan dan penulis sendiri.

Pekanbaru, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR NOTASI .................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan ................................................................................................................1
1.3 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar .........................................................................................................3
2.1.1 Pengertian ..............................................................................................3
2.1.2 Massa bergerak dibidang horizontal ......................................................6
2.1.3 Massa bergerak dibidang vertical ..........................................................6
2.1.4 Olakan poros (whirling).........................................................................7
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................10
3.2 Prosedur Praktikum ..........................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data pengujian .................................................................................................13
4.1.1 Data Pengujian 1 Pembebanan ............................................................13
4.1.2 Data Pengujian 2 Pembebanan ............................................................15
4.2 Analisa Data .....................................................................................................17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................20
5.2 Saran .................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Model fisik poros dengan beban ditengah.......................................... 4


Gambar 2. 2 Model fisik poros dengan beban sembarang ...................................... 4
Gambar 2. 3 Struktur yang dikenai 1 beban ............................................................ 5
Gambar 2. 4 Struktur yang dikenai 2 beban ............................................................ 5
Gambar 2. 5 Struktur yang dikenai 3 beban ............................................................ 5
Gambar 2. 6 Massa bergerak disuatu bidang horizontal ......................................... 6
Gambar 2. 7 Massa bergetar pada bidang vertical .................................................. 7
Gambar 2. 8 Olakan poros (whirling) ..................................................................... 7
Gambar 3. 1 Motor .................................................................................................10
Gambar 3. 2 Poros ................................................................................................. 10
Gambar 3. 3 Rotor ................................................................................................. 10
Gambar 3. 4 Bantalan ............................................................................................ 11
Gambar 3. 5 Slide regulator .................................................................................. 11
Gambar 3. 6 Tachometer ....................................................................................... 11
Gambar 3. 7 Mistar ............................................................................................... 12
Gambar 3. 8 Kunci pas .......................................................................................... 12
Gambar 4. 1 Pengujian 1 pembebanan ...................................................................13
Gambar 4. 2 Grafik Tegangan vs Putaran kritis .................................................... 14
Gambar 4. 3 Pengujian 2 pembebanan .................................................................. 15
Gambar 4. 4 Grafik Tegangan vs Putaran kritis .................................................... 16
Gambar 4. 5 Defleksi vs Posisi Rotor 1 pembebanan ........................................... 16
Gambar 4. 6 Defleksi vs Posisi Rotor 2 pembebanan ........................................... 16

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4. 1 Data pengujian 1 pembebaban ............................................................. 13
Tabel 4. 2 Data pengujian 2 pembebanan ............................................................. 15

iv
DAFTAR NOTASI

L = Panjang Poros (mm)


M = Massa (kg)

Nc = Putaran Kritis (rpm)

P = Gaya (N)

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)

I = Inersia (mm4)

δ = Defleksi (mm)

K = Konstanta Kekakuan Poros (N/m)

a,b = Posisi rotor (mm)

E = Modulus Elastisitas (MPa)

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari suatu keadaan dimana
suatu mesin yang menggunakan poros bergerak mengalami getaran yang
seharusnya tidak terjadi ketika digunakan, Pedati (Andong) yang berjalan tidak
mulus (naik turun) ketika sedang ditarik oleh kuda dijalan yang lurus pada
kecepatan tinggi, patahnya poros turbin pembangkit dan lain sebagainya.
Fenomena-fenomena seperti itu terjadi dapat dikarenakan oleh beban yang
terdapat pada sistem itu sendiri. Telah kita ketahui bahwasanya suatu material
atau sistem jika diberi beban akan mengalami pelendutan (defleksi). Dalam
bidang konstruksi sifat material yang dapat terdefleksi merupakan suatu hal yang
sangat menakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi maka struktur yang
dibangun baik itu struktur statis maupun dinamis akan roboh atau mengalami
kegagalan. Oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat matang untuk
membangun suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin
pada pembangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan putaran tertentu
poros akan terdefleksi akibat berat rotor maupun berat poros itu sendiri. putaran
operasi yang dapat menyebabkan defleksi terbesar itulah yang disebut dengan
putaran kritis, yang dapat membuat struktur poros tersebut gagal sehingga dalam
operasi harus dihindari kecepatan putar yang demikian. Oleh karena itu perlu
pengetahuan yang dalam mengenai putaran kritis ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini antara lain :
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengamati hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan
yang telah di tentukan.

1
2

3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada variasi
tegangan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah kita dapat
melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada suatu poros yang telah diberi beban
diputar dengan kecepatan tertentu, dapat kita ketahui fenomena defleksi dan
putaran kritis, dan kita dapat mengetahui besarannya sehingga dapat dihindari
dalam operasi suatu sistem mekanik, dan juga dpat membantu kita dalam
merancang sebuah poros.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori dasar


2.1.1 Pengertian
Putaran kritis adalah batas antara putaran mesin yang memiliki jumlah
putaran normal ngan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang tinggi. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar, motor listrik dan lain sebagainya.
Timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian yang lainnya. Jadi dalam perancangan poros perlu mempertimbangkan
putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kitisnya. Karena
pada dasarnya poros-poros memiliki sift elasitis, dan menunjukkan karakteristik
pegas, maka untuk mengilustrasikannya konsep dari suku-uku dasar yang dipakai
dan digunakan analisa sebah system masa dan pegas yang sederhana.

Poros biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen seperti roda


gigi (gear). Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau
beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya. Jika putarannya dinaikkan maka terjadi getaran yang luar biasa besarnya.
Putaran ini disebut putaran kritis. Karena getaran memberikan efek beban yang
berulang-ulang yang menyebabkan terjadinya defleksi pada poros yang
menyebabkan poros transmisi menjadi tidak lurus lagi akibat material mengalami
kelelahan akibat pembebanan yang terjadi terus menerus yang terjadi (fatigue), di
dukung dengan panas yang di akibatkan gesekan antar roda gigi yang menyebaban
material berubah struktur namun itu hanya berpengaruh kecil karena panas tidak
meningkat akibat adanya pelumas (oli). Sebaliknya apabila poros transmisi tidak
lurus lagi maka memberikan efek getaran yang lebih besar lagi yang
mengakibatkan kerugian energi dan bisa menyebabkan kerusakan.

3
4

Gambar 2. 1 Model fisik poros dengan beban ditengah

Gambar 2. 2 Model fisik poros dengan beban sembarang

m×g
k= …………………………………………………………....(2.1)
δ

60 k
Nc = √ ……………………..………………………………....(2.2)
2𝜋 m

Dimana :
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
δ = Defleksi (mm)
k = Konstnta kekakuan poros (N/m)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)

Sumbu suatu poros akan terdefleksi dari kedudukan semulanya boila


dikenai beban. Poros harus kuat menahan defleksi yang berlebih sehingga
mencegah ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap
5

pengaruh beban. Digram bebda bebas yang dikenai beban dapat dilihat dibawah
ini:

Gambar 2. 3 Struktur yang dikenai 1 beban

Defleksi maksimum yang dikenai 1 beban dapat dihitung menggunakan


persamaan berikut:

P×a×b
δ= (L2 − a2 − b2 )………………………..…………(2.3)
6 × E × I ×L

Gambar 2. 4 Struktur yang dikenai 2 beban

Gambar 2. 5 Struktur yang dikenai 3 beban


6

Defleksi maksimum untuk 2 pembebanan dan 3 pembebanan ditentukan


dengan metode super posisi.

Pa
Y𝑚𝑎𝑥 = (3L2 − 4a2 )………………….....……………………(2.4)
4EI

πd4
I= ……………………………………………….………………(2.5)
64

Dimana :
E = Modulus elastisitas poros (mm4)
I = Momen inersia poros (N/mm2)

2.1.2 Massa bergerak dibidang horizontal


Gambar dibawah memperlihatkan suatu massa dengan berat W pound yang
diam atas suatu permukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer
melalui sebuah pegas. Dalam analisa, massa pegas akan diabaikan. Massa
dipindahkan sejauh x dari posisi keseimbangannya, dan kemudian dilepaskan.
Jika Ingin menentukan tipe dari gerakan massa, dapat digunakan persamaan-
persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. 6 Massa bergerak disuatu bidang horizontal

2.1.3 Massa bergetar disuatu bidang vertical


Gambar dibawah memperlihatkan massa yang digantung dengan sebuah
pegas vertical. Beban menyebabkan pegas melendut sejauh Xo. Bayangkan massa
7

ditarik kebawah pada suatu jarak Xo dari posisi keseimbangannya dan kemudian
dilepaskan dan ingin diketahui garaknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 2. 7 Massa bergetar pada bidang vertical


Dari kedua sistem diatas, Massa yang bergetar secara vertical mempunyai
frekuansi yang sama seperti massa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi
yang terjadi disekitar posisi keseimbangan.

2.1.4 Olakan Poros (Whirling)


Ketika suatu poros di beri putaran, maka akan selalu terjadi fenomena
whirling. Whirling adalah keadaan dimana poros berputar akan mengalami
defleksi yang besar akibat dari gaya sentrifugal yang di hasilkan oleh eksentrisitas
massa poros. Fenomena whirling ini terlihat sebagai poros berputar pada
sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar
relative mengelilingi sumbu poros.
Fenomena ini dapat digambarkan sebagai berikut:

δ
m
k

k.δ

Gambar 2. 8 Olakan poros (whirling)


8

Dimana:
k = Konstanta kekakuan poros (N/m)
δ = Defleksi (m)
m = Massa (kg)

Konstanta (k) kekakuan poros merupakan suatu bilangan yang menyatakan


besarnya gaya yang digunakan untuk mempertahankan eksentrisitas poros
terhadap defleksi. Konstanta kekakuan poros dapat ditentukan dengan persamaan:

𝑚.𝑔 𝑃
𝑘= = ……………………………………………..……………(2.6)
𝛿 𝛿
Dimana:
g = Gravitasi (9,81 m/𝑠 2 )
P = Gaya (N)

Defleksi (δ) merupakan keadaan dimana sebuah batang dengan panjang L


yang dikenai beban sebesar P maka akan mengalami pelendutan sejauh X (mm).
Besarnya defleksi untuk setiap material berbeda-beda bergantung pada posisi
pembebanan, modulus elastisitas bahan (E), Inersia penampang (I), serta panjang
batang (L).
Bila terdapat beberapa benda yang berputar pada satu poros, maka dihitung
terlebih dahulu putaran-putaran kritis Nc1, Nc2, Nc3, …, dari masing-masing
benda tersebut yang seolah-olah berada sendiri pada poros, maka putaran kritis
total dari sistem Nc,tot dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

1 1 1 1
= + + …………………………......…………(2.7)
𝑁2 𝑐,𝑡𝑜𝑡 𝑁2 𝑐1 𝑁2 𝑐2 𝑁2 𝑐3
9

2.2 Teori Dasar Alat Uji


Alat uji putaran kritis ini berfungsi sebagai alat pengujian pada poros yang
digunakan untuk mencari putaran kritis dan defleksi pada sebuah poros. Adapun
bagian-bagian pada alat uji putaran kritis ini yaitu:
1. Motor berfungsi sebagai alat untuk memutar poros yang diuji.
2. Bantalan berfungsi sebagaibantalan atau penopang poros agar dapat berputar.
3. Rotor berfungsi sebagi beban yang dipasang pada poros.
4. Slide regulator befungsi untuk mengatur tegangan arus ke motor yang
bertujuan untuk mengatur kecepatan putar poros.
5. Tachometer berfungsi untuk mengukur kecepatan putar poros.
6. Mistar berfungsi untuk mengatur jarak rotor.
7. Poros sebagai benda uji.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan kali ini yaitu:
1. Motoran, berfungsi sebagai alat untuk memutar poros yang diuji

Gambar 3. 1 Motor
2. Poros, sebagai benda uji

Gambar 3. 2 Poros
3. Rotor, berfungsi sebagi beban yang dipasang pada poros.

Gambar 3. 3 Rotor
4. Bantalan, berfungsi sebagaibantalan atau penopang poros agar dapat
berputar.

10
11

Gambar 3. 4 Bantalan
5. Slide regulator, befungsi untuk mengatur tegangan arus ke motor yang
bertujuan untuk mengatur kecepatan putar poros.

Gambar 3. 5 Slide regulator


6. Tachometer, berfungsi untuk mengukur kecepatan putar poros.

Gambar 3. 6 Tachometer
7. Mistar, berfungsi untuk mengatur jarak rotor.
12

Gambar 3. 7 Mistar
8. Kunci pas, digunakan untuk membuka dan mengunci bantalan.

Gambar 3. 8 Kunci pas

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun proses praktikum Putran Kritis ini yaitu:
1. Pasanglah alat uji sesuai petunjuk ( dibantu asisten )
2. Pasang semua peralatan seprerti pengatur putaran rotor, motor, bantalan dan
peralatan lain dalam keadaan baik
3. Pasang 1 buah rotor dan osisikan letaknya
4. Hidupkan motor dan atur tegangan dengan slide regulator
5. Hitung putaran – putaran rotor
6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda
7. Tambahkan pembebanan dengan menambah 1 buah rotor
8. Lakukan kembali prosedur 3- 6 hingga semua data didapat
9. Catatlah data pengujian pada tabel.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


4.1.1 Data pengujian 1 pembebanan

Gambar 4. 1 Pengujian 1 pembebanan


a. L (panjang poros) : 0.64 m

b. m (massa rotor) : 1.625 kg

c. I (inersia poros) : 7.85 × 10-9 mm4

d. d (diameter poros) : 0.02 mm

e. E ( modulus elastisitas poros) : 1.9 × 1011 N/mm2

f. g (percepatan gravitasi bumi) : 9.81 m/s2

Tabel 4. 1 Data pengujian 1 pembebaban


V a b Nc keq
P (N) 𝛿 (mm) Nc_T
(Volt) (mm) (mm) (rpm) ( N/mm)
125 1462
530.090
150 0,15 0.49 1480 3.00727E-05 5456.823
× 103
175 1488
125 1462
369.793
150 0.2 0.44 1478 15.49125 4.31085E-05 4557.687
× 103
175 1485
125 1461
301.241
150 0.25 0.39 1476 5.29185E-05 4113.605
× 103
175 1485

13
14

Tegangan vs Putaran Kritis


1490
Putaran Kritis (Rpm)
1485
1480
1475
1470
1465
1460
1455
0 50 100 150 200
Tegangan (volt)

Gambar 4. 2 Grafik Tegangan vs Putaran kritis

 Contoh perhitungan untuk poros yang beri satu beban dengan diberi
tegangan 125 V:
a= 0,15 m
b = 0.49 m

1. Perhitungan inersia
  D4
I
64
π. 0,024
I= = 7,85x10−9 m4
64
2. Perhitungan gaya pada poros
P  m g
P = 1,625 kg . 9,81 m/s2 = 15,9413 N
3. Perhitungan defleksi
P  a b
 ( L2  a 2  b 2 )
6 E  I  L
15,9413 N . 0,15 m . 0,49m
δ= (0,642 − 0,152 − 0,492 )
6 .1,9x1011 Pa . 7,85x10−9 m4 . 0,64
δ = 3.0072x10-5m
4. Perhitungan konstanta kekakuan poros
15

P
k

15,9413 N
k= =530090.24 N/mm
3.0072x10−5m

5. Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 530090.24 N/mm
Nc = √ = 5456.822 rpm
2π 1,625

4.1.2 Data penguian 2 pembebanan

Gambar 4. 3 Pengujian 2 pembebanan


a. L (panjang poros) : 0.64 m

b. m (massa rotor) : 3.25 kg

c. I (inersia poros) : 7.85 × 10-9 mm4

d. d (diameter poros) : 0.02 mm

e. E ( modulus elastisitas poros) : 1.9 × 1011 N/mm2

f. g (percepatan gravitasi bumi) : 9.81 m/s2

Tabel 4. 2 Data pengujian 2 pembebanan


V a b Nc keq
P (N) 𝛿 (mm) Nc_T
(Volt) (mm) (mm) (rpm) ( N/mm)
125 1473
0,16 0.16 31.8825 0.000161 198619.5 2361.897
150 1484
16

175 1488
125 1471
150 0.18 0.18 1481 0.000176 180919.5 2254.201
175 1488
125 1467
150 0.2 0.2 1478 0.00019 167458.8 2168.722
175 1483

Tegangan vs Putaran Kritis


1490
Putaran Kritis (Rpm)

1485
1480
1475
1470
1465
1460
1455
0 50 100 150 200
Tegangan (volt)

Gambar 4. 4 Grafik Tegangan vs Putaran kritis

 Contoh perhitungan untuk poros yang beri dua beban dengan diberi
tegangan 125 V:
A = 0.16 m
M = 2. 1,625 = 3,25 kg

1. Perhitungan inersia
  D4
I
64
π. (0,02m)4
I= = 7,85x10−9 m4
64

2. Perhitungan gaya pada poros


P  m g
P = 3,25 kg. 9,81 m/s 2 = 31,88N
17

3. Perhitungan defleksi
Pa
δmax = (3L2 − 4a2 )
24 E I
31,88N .0,16 m
δmax = (3. (0,64)2 − 4(0,16)2 )
24 . 1,9x1011 GPa .7,85x10−9 m4
δmax = 0.000161m

4. Perhitungan konstanta kekakuan poros


P
k

31,88N
k= = 198619.5 N/mm
0.000161 m

5. Perhitungan putaran kritis

60 k
Nc 
2  m

60 198619.5 N/mm
Nc = √ = 2361.897rpm
2π 3,250 kg

4.2 Analisa Data


Dari praktikum putaran kritis yang telah dilakukan, dapat dilihat fenomena-
fenomena yang terjadi saat poros dengan diameter D = 0.02 m dan panjang poros
L = 0.64 m dengan menggunakan 1 pembebanan dan 2 pembebanan, dimana
massa benan 1 pembebanan ialah m = 1.625 kg, sedangkan 2 pembebanan m =
3.25 kg yang diputar dengan teganagn tertentu. Dari praktikum kali ini dapat kitia
ketahui bahwa putaran kritis dipengaruhi oleh jumlah putaran, beban rotor dan
juga dipengaruhi oleh posisi beban rotor.
Dapat kita lihat pada grafik a (mm) vs Nc (rpm) pada 1 pembebanan dan 2
pembebanan, putaran kritis dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diatur pada
slide regulator. Jadi, jika semakin besar tegangan yang diberikan maka putaran
kritis akan semakin besar pula, tetapi tidak hanya tegangan saja yang
18

mempengaruhi besarnya putaran kritis seperti, beban rotor dan posisi rotor juga
mempengaruhi besarnya putaran kritis poros.
Pada grafik Defleksi vs Posisi rotor baik untuk 1 pembebanan maupun dua
pembebanan dapat kita lihat bahwa, semakin jauh posisi rotor dari bantalan maka
defleksi yang terjadi pada poros juga akan semakin besar.

Defleksi vs Posisi Rotor


0.00006
0.00005
Defleksi (mm)

0.00004
0.00003
0.00002
0.00001
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Posisi rotor(mm)

Gambar 4. 5 Defleksi vs Posisi Rotor 1 pembebanan

Defleksi Vs Posisi Rotor


0.000195
0.00019
0.000185
Defleksi (mm)

0.00018
0.000175
0.00017
0.000165
0.00016
0.000155
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Posisi Rotor (mm)

Gambar 4. 6 Defleksi vs Posisi Rotor 2 pembebanan


19

Untuk grafik a (m) vs defleksi (m) dengan satu maupun dua pembebanan,
defleksi dipengaruhi oleh jarak beban ke bantalan. Apabila semakin dekat jarak
beban ke bantalan maka defleksi yang terjadi akan semakin kecil. Dan apabila
semakin jauh beban dengan bantalan maka defleksi yang terjadi pada poros akan
semakin besar pula.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Putaran kritis poros sangat dipengaruhi oleh posisi dan beban rotor, semakin
dekat posisi rotor dari bantalan, maka defleksi yang terjadi semakin kecil.
2. Jika semakin kecil defleksi, maka akan semakin besar konstanta kekakuan
poros, dan jika semakin besar konstanta kekakuan poros, maka akan
semakin besar putaran kritis.
3. Jika putaran kritis sangat besar maka memungkinkan kegagalan pada poros
(pada suatu sisitem) akan terjadi, hal tersebut yang paling penting untuk
diperhatikan.

5.2 Saran
1. Utamakan kselamtan kerja dengan mengikuti SOP (Standar operasional
prosedur).
2. Perhatikan saat pemasangan rotor harus dengan kuat dan baik agar data
yang didapat lebih akurat.
3. Pada saat pengukuran putaran tachometer tidak boleh goyang dari pegangan
agar data yang didapat lebih akurat.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://technicmechanical.blogspot.com/2009/05/perencanaan-poros-macam-poros-
serta.html (diakses 17 0ktober 2017 )

Team Penyusun LKM. 2017. Penuntun Praktikum Fenomena Dasar Mesin


Bidang Konstruksi Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru
Thomson,W.T.,Theory Of Vibration With Application,4th ed., Prentice Hall,1993

Anda mungkin juga menyukai