KONTRAKSI

Kontraksi atau penegangan otot adalah suatu proses berulang bersama relaksasi dalam
mekanisme kerja alat gerak aktif. Kontraksi otot digenerasikan oleh interaksi siklik aktin dan
miosin dengan hidrolisis ATP. Pada proses ini, sistem melalui beberapa tahapan. Interaksi siklik
ini diatur oleh perubahan tropomiosin (Tm) dan troponin (Tn) yang terletak pada filamen aktin
saat merespon perubahan konsentrasi kalsium intraseluler. (Ebashi & Ohtsuki, 2007)

Bagi otot yang bergerak secara sadar (otot volunter), kontraksi terjadi akibat usaha sadar
yang berasal dari otak. Otak mengirim sinyal dalam bentuk potensial aksi melalui sistem saraf
dan menuju neuron motoric yang menginervasi beberapa sabut otot. (Cacioppo et al, 2000).
Dalam beberapa reflex, sinyal untuk kontraksi dapat berasal dari saraf tulang belakang melalui
umpan balik dengan korteks serebri (grey matter). Otot yang digerakkan secara tidak sadar (otot
involunter) seperti otot jantung dan otot polos dalam gastrointestinal tract (GIT) dan sistem
vaskuler berkontraksi akibat aktivitas otak tak sadar atau stimulus endogen terhadap otot itu
sendiri. Aksi lain seperti lokomosi, pernapasan, dan pengunyahan mempunyai aspek reflek:
kontraksi dapat terjadi secara sadar atau tidak sadar.

Terdapat tiga jenis utama dari jaringan otot:

1. Otot skeletal yang berperan dalam pergerakan

2. Otot jantung yang berperan dalam pemompaan darah
3. Otot polos yang berperan dalam kontraksi berkelanjutan dalam pembuluh darah,
gastrointestinal tract, dan daerah lain dalam tubuh.
 Otot skeletal dan otot jantung termasuk dalam golongan otot bergaris karena penampilan
bergarisnya ketika dilihat melalui mikroskop. Hal ini dikarenakan pola yang sangat beraturan
dan berdampingan dari pita A dan pita I.

Profil impuls saraf, bagi sebagian besar bagian, selalu serupa, tidak berlaku bagi otot
skeletal yang mampu menghasilkan berbagai macam tingkatan dari gaya kontraktil. Fenomena
ini dapat dijelaskan dengan force summation. Force summation mendeskripsikan akan tambahan
kontraksi kedutan tiap individu untuk meningkatkan intensitas dari kontraksi otot secara
keseluruhan. Hal ini dapat dicapai dalam dua cara, yaitu: (Shwedyk, 1977)

1. Dengan meningkatkan jumlah dan ukuran unit kontraktil secara bersama-sama. Hal
ini disebut multiple fiber summation.
2. Dengan meningkatkan frekuensi yang mana potensial aksi dikirim ke sabut otot,
bernama frequency summation.

Multiple fiber summation terjadi ketika sinyal lemah dikirim oleh sistem saraf pusat
untuk kontraksi otot. Unit-unit motorik yang lebih kecil cenderung lebih eksitabel daripada yang
memiliki ukuran lebih besar, sehingga distimulasi lebih dulu. Seiring dengan bertambahnya
kekuatan sinyal, banyak unit motorik yang tereksitasi dengan penambahan unit-unit motorik
yang berukuran lebih besar, dengan unit-unit motorik berukuran paling besar memiliki kekuatan
kontraktil 50 kali lebih besar daripada unit-unit motorik yang lebih kecil. Seiring dengan unit
motorik yang berukuran lebih besar teraktivasi, kekuatan kontraksi otot menjadi berangsur-
angsur menguat. Suatu konsep yaitu size principle/prinsip ukuran menghasilkan gradasi kekuatan
otot selama kontraksi lemah untuk terjadi dalam tahapan kecil, yang mana akan berangsur-
angsur menjadi besar saat gaya yang lebih besar didapat .

Frequency summation untuk otot skeletal terjadi saat gaya yang dikeluarkan dari otot
dikontrol oleh beberapa frekuensi yang mana potensial aksi dikirim ke sabut otot. Potensial aksi
tidak menjangkau otot secara sinkron dan selama kontraksi, beberapa bagian sabut otot akan
aktif pada waktu tertentu. Pada keadaan tipikal, ketika manusia menggunakan otot sekeras yang
ia bias hasilkan saat sadar, sekitar satu pertiga sabut otot akan aktif bersamaan, namun dapat
dipengaruhi pula oleh berbagai fisiologis seperti organ tendon Goldi dan sel Renshaw. Tingkatan
kontraksi sabut lemah ini termasuk suatu mekanisme protektif untuk menghindari
avulsi/perusakan tendon karena gaya yang dihasilkan oleh 95% hasil kontraksi seluruh sabut
cukup untuk merusak suatu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ebashi, S., Ohtsuki, I. 2007. Regulatory Mechanisms of Striated Muscle Contraction. Tokyo:
Springer

Cacioppo, J. T., Tassinary L. G., Berntson G. G. 2000. The Skeletomotor system: surface
electromyography, Handbook of psychophysiology, Second edition.

Shwedyk E., Balasubramanian R., Scott R. N. 1977. A nonstationary model for the
Electromyogram IEEE Transactions on Biomedical Engineering, Vol. 24, No. 5, September

Contraction or muscle tension is a process done in an active workspace. Muscle

contraction is generated by actinic cyclic interactions and myosin with ATP hydrolysis. In this
process, the system done through several stages. This cyclic disorder is caused by tropomyosin
(Tm) and troponin (Tn) that located on the actin filament at the same time with intracellular
calcium levels. (Ebashi & Ohtsuki, 2007)

For the muscles that move consciously (voluntary muscle), contraction occurs due to
conscious effort coming from the brain. The brain sends signals in the form of action potential
through the nervous system and into the motoric neurons that conserve some muscle fiber.
(Cacioppo et al, 2000). In some reflexes, the signal for contraction can originate from the spinal
cord via feedback mechanism with the cerebral cortex (gray matter). Involuntary muscles such as
heart muscle and smooth muscle in the gastrointestinal tract (GIT) and the vascular system
contract due to unconscious brain activity or endogenous stimuli to the muscle itself. Other
actions such as locomosi, breathing, and mastication have reflex aspects: contractions can occur
consciously or unconsciously.
 There are three main types of muscle tissue:

1. Skeletal muscles that play a role in movement

2. Heart muscle that plays a role in blood pumping

3. Plain muscle plays a role in continuous contraction in blood vessels, gastrointestinal

tract, and other areas of the body.

Skeletal muscles and heart muscle are included in the striated muscle because of their
striped appearance when viewed through a microscope. This is because the pattern is very
regular and side by side of ribbon A and ribbon I.

The nerve impulse profile, for the most part, always the same, does not apply to skeletal
muscles capable of producing various levels of the contractile force. This phenomenon can be
explained by force summation. Force summation describes the additional contraction of each
individual twitch to increase the intensity of the overall muscle contraction. This can be achieved
in two ways: (Shwedyk, 1977)

1. By increasing the number and size of contractile units together. This is called multiple
fiber summation.

2. By increasing the frequency at which the action potential is sent to the muscle fiber,
that is called the frequency summation.

Multiple fiber summation occurs when a weak signal is sent by the central nervous
system to muscle contraction. Smaller motor units tend to be more exitable than larger ones, thus
stimulated first. As signal strength increases, many motor units are excited by the addition of
larger motor units, with the largest motor units having contractile strength 50 times greater than
the smaller motor units. As the larger motor units are activated, the strength of muscle
contraction becomes gradually strengthened. A concept that size principle / principle of size
produces a gradation of muscle strength during weak contractions to occur in small stages, which
will gradually become large when greater force is obtained.
 Frequency summation for skeletal muscle occurs when the force released from the
muscle is controlled by several frequencies where the action potential is sent to the muscle fiber.
The action potential does not reach the muscles in sync and during contraction, some parts of the
muscle fiber will be active at any given time. In typical circumstances, when humans use the
muscle as hard as it can produce when conscious, about one-third of the muscle fiber will be
active at the same time, but it can also be influenced by various physiologists such as the tendon
organ of Goldi and Renshaw cells. This level of weak coir contraction includes a protective
mechanism to avoid avulsion / destruction of the tendon because the force produced by 95%
contraction results throughout the coir is sufficient to damage a body.