Kelompok 3 :
Maulina Agustiningsih 1710246646
Dewi Sartikah Putri Harahap 1710246647
Mayta Kusuma Pujayanti 1710246648
Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan
keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan
PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada GAAP. Dimana sebelumnya menerapkan teory
kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori entitas.. Terdapat kekurangan pada teori ini
sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada
dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat perhatian. Namun demikian entity
theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori pendahulunya proprietary theory. Dalam
konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada
konklusi yang sama, yaitu stewardship atau pertanggungjawaban (accountability). Versi pertama
adalah Versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan
pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal
ini entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang
status dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua yaitu pandangan yang
lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya
sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan “utang”, perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas pemegang
saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan dan pemegang
saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.
Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban dan ekuitas membutuhkan definisi, pengukuran,
penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai
pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. LIABILITAS
a) Peranan Liabilitas
Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas menggunakan
prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas.Prinsip matching mengharuskan
entitas memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan.Konsep
matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi (payback
period).Penggunaan dana untuk pendanaan tambahan produksi diperlukan untuk jangka
pendek,saat liabilitas jatuh tempo entias telah memperoleh hasil penjualan sehingga dapat
mengembalikan liabilitas.
1) Pengertian
Pengertian Liabilitas menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut :
Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan
usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa
datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber
daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi
jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai
akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.
Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit
tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari
sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi.
Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board) liabilitas adalah sebagai
pengorbanan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa depan yang timbul dari kewajiban
sekarang suatu entitas usaha untuk menyerahkan aset atau menyerahkan jasa kepada pihak lain
yang terjadi sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Sedangkan menurut IAI Liabilitas
merupakan kewajiban perusahaan masa kini yg timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
5) Penggolongan Liabilitas
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang
menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
A) Liabilitas Lancar (current liabilities)
Liabilitas lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun
atau satu siklus normal operasi perusahaan. Menurut PSAK No.1 paragraf 67 suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika :
a. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam silklus
operasi normal.
b. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jk waktu 12 bln setelah
periode pelaporan.
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bln setelah periode pelaporan.
PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan untuk
liabilitas jangka pendek tersebut adalah ;
Utang dagang dan terutang lainnya.
Provisi.
Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013)
Akuntansi Pajak Penghasilan.
Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013).
Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
B) Jenis Liabilitas
1. Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek
a. Utang Bank
Utang bank akan diakui nilai kontraknya dikurangi dengan provisi biaya transaksi dari
penarikan uang tersebut.Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu 1 tahun atau kurang.Misalnya : entitas untuk menghadapi penjualan di
tahun ajaran baru memerlukan tambahan persediaan,untuk itu diperlukan tambahan modal kerja
selama 3-5 bulan.
Contoh Perhitungan :
PT BUMI pada tanggal 1 September 2015 menarik utang dari Bank NISP sebesar
Rp.750.000.000 dengan bunga 16% untuk jangka waktu 180 hari.Buatlah Jurnal atas transaksi di
atas!
Jawab:
-Menentukan Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 September 2015.
1/9- Cash Rp 750.000.000 -
Bank Paybale - Rp 750.000.000
2015
-Menentukan Jurnal Penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 atas bunga yang terutang dan
belum dibayarkan.
Bunga= Rp 750.000.000 * 16% * 120/360 = Rp 40.000.000
31/12- Interset Expense Rp 40.000.000 -
Interset Payable - Rp 40.000.000
2015
-Menentukan Jurnal pada saat jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.
Beban bunga = Rp 750.000.000 * 16%*60/360 =Rp 20.000.000
28/2/2016 Interset Expense Rp 20.000.000 -
Interset Payable Rp 40.000.000 -
Bank Payable Rp 750.000.000 -
Cash - Rp 810.000.000
Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit
ditarik.Pokok utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang.Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif
atas utang ini.Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung tingkat bunga (diskonto) yang
akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada
tanggal jatuh tempo.
b. Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes atau promissory notes.Wesel bayar
merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa
mendatang.Wesel bayar biasanya berbunga,jika tidak berbunga maka wesel akan dijual dengan
diskon.Nilai diskon mencerminkan bunga dibayar di muka.
Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes,sedangkan bukti
transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank.Jika dalam penerbitan wesel bayar,pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan
menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
B) Liabilitas Jangka Pendek Terkait Dengan Kegiatan Operasi Entitas
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan
operasi entitias. Utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak lain.
Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah
disepakati ,misalnya untuk utang dagang.utang dibayar pada saat jatuh tempo, pajak yang
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo,tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai tanggal jatuh
tempo.
a. Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang bergerak
dibidang perdagangan,utang usaha disebut sebagai utang dagang. Uatang dagang timbul saat
entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Pembelian secara tunai dilakukan
jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit atau membeli secara tunai dimana
secara eknomis lkebih murah dibandingkan membeli secara kredit. Pembelian kredit sering
dituliskan dalam term : 2/10, n/60 FOB Shipping Point artinya pembelian akan diberikan diskon
2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60 hari dan titik
pengakuan digudang penjual.
c) Pengukuran
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya,
penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya
kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban
akan makin mendekati nilai nominal. Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus
dilunasi.
Jika Mengacu pada IFRS, metode pengukuran liabilitas yang umum digunakan adalah
historical cost (atau modified cost historis). Pengukuran dengan metode fair value digunakan
pada awal pengukuran yang melibatkan liabilitas yang berhubungan dengan leases (IAS 17), dan
IFRS 3 mengenai kombinasi bisnis (business combination). Nilai wajar adalah (IAS 17 par.4)
adalah jumlah asset yang bisa ditukar atau kewajiban diselesaikan antara pihak terkait, pihak
yang bersedia dalam transaksi. Sehingga kewajiban yang timbul dari financial lease diakui
awalnya dengan metode fair value atau dengan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum
(IAS 17, para. 20) pada tahun berikutnya, liabilitas diukur dengan metode kos yang diamortisasi
(amortized cost).
Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti (PSAK No.57 paragraf
10). Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada
provisi terdapat ketidakpastian waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa datang
untuk menyelesaikan provisi tersebut (PSAK No.57 paragraf 11 dan Kieso 2011 hal. 677). Utang
dagang adalah liabilitas untuk membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok dan
telah ditagih melalui faktur atau secara formal sudah disepakati dengan pemasok. Sedangkan
akrual adalah liabilitas membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok, tetapi belum
dibayar, ditagih atau secara formal disepakati dengan pemasok, termasuk jumlah yang masih
harus dibayar kepada pegawai (misalnya jumlah tunjangan cuti). Meskipun sering kali perlu
dilakukan estimasi atau penaksiran jumlah dan waktu akrual, tingkat ketidakpastian akrual pada
umumnya lebih rendah dari pada tingkat ketidakpastian provisi. Akrual sering dilaporkan sebagai
bagian dari utang dagang atau utang lain, sedangkan provisi dilaporkan secara terpisah.
a) Pengakuan Provisi
b) Pengungkapan Provisi
Dalam PSAK 57 Paragraf 84, untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :
Contoh 1 :
A: Garansi ini merupakan kewajiban masakini sebagai akibat peristiwa masa lalu.
Peristiwa masa lalu tersebut adalah penjualan barang-barang elektronik dengan
garansi yang disertakan. Garansi mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi, sehingga adanya kemungkinan besar (probable)
kalim dari para pelanggan terhadap garansi yang telah didapatkan dari pembelian
barang-baran elektronik tersebut.
c) Pengukuran Provisi
IFRS menjelaskan bahwa jumlah yang seharusnya diakui adalah dari estimasi terbaik dari
sebuah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini. Estimasi terbaik
harus sesuai dengan jumlah besaran yang akan entitas bayarkan untuk menyelesaikan
kewajbannya pada laporan posisi keuangan (Kieso, 2011, hal 680). PSAK No. 57 paragraf 37
juga menyatakan bahwa estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban kini adalah jumlah yang rasional akan dibayar entitas untuk menyelesaikan
kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk mengalihkan kewajibannya kepada pihak
ketiga pada saat itu.
E) Liabilitas Kontinjensi
a) Pengertian Liabilitas Kontinjensi
Liabilitas kontinjensi adalah (PSAK No. 57 paragraf 10)
1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
1. Sebuah kewajban yang mungkin atau possible (belum dipastikan sebagai kewajiban
masa kini)
2. Sebuah kewajiban maa kini yang kemungkinan besar tidak dapat dilakukan
pembayaran (peyelesaiannya)
3. Sebuah kewajiban masa kini yang tidak dapat diukur estimasinya secara andal.
1. Provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal)
karena merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan besar (probable)
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
2. Sedangkan liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas karena
liabilitas kontinjensi tersebut merupaka salah satu dari berikut ini:
a. Kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas memiliki
kewajiban kini yang akan menimbulkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi
b. Kewajiban kini yang tidak memiliki criteria pengakuan secara probable
karena estimasi yang memadai dan andal tidak dapat dibuat.
1. Kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya
akan dikonfirmasi hanya oleh kejadian atau kejadian yang non satu atau lebih peristiwa
masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas atau
2. Kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
a. Bukan kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan
manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
Utang garansi adalah utang yang timbul jika ada complain dari pelanggan mengenai produk
perusahaan yang disertai dengan kartu garansi. Kedua utang ini disusun berdasarkan fair value
(berapa kemungkinan utang dari komplain penjualan).
F) Aset Kontinjensi
a) Pengertian Aset Kontinjensi
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam entitas kendali entitas (PSAK No. 57 paragraf
10).
Kieso (2011, hal 692) menyebutkan beberapa karakteristik dari aset kontinjensi:
1. Kemungkinan penerimaan dana dari hibah, donasi, bonus, hadiah
2. Kemungkinan merestitusi selisih lebih pembayaran pajak kepada pemerintah
3. Penundaan kasus di pengadilan yang kemungkinan besar menguntungkan.
2. EKUITAS
Konsep Ekuitas
A. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandangyang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
B. Teori Proprietary
Teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan.Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik.Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal,
makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik.Dengan demikian
tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang
digunakan adalah:
Aktiva – hutang = modal
Aktiva merupakan kekayaan pemili, sementara hutang merupakan kewajiban
pemilik.Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika
usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka
nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi
prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan dengan pemilik perusahaan.Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah
setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur
kenaikan bersih kekayaan.
A. Makna laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara
biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik
1. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori
proprietary.Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan
perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik.Hal ini berarti
terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan.
Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik.
Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:
Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya
Ada 2 versi teori entitas , yaitu
a. Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity
holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus
melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik
b. Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha
( entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai
partner dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang
ekuitas sebagai pihak luar perusahaan. Olek karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang
ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
a. Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
b. Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
c. Aktiva adalah milik perusahaan
d. Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
e. Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total
aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna laba Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca,
alasannya:
a. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka
b. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
c. Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
d. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
e. Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional:
a. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan
biaya bagi kreditor
b. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
c. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Menurut pandangan baru:
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan
pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit
usaha tersebut.
2. Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas,
pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori
entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen.Namun
demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami
kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau
pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.Tujuan pendekatan ekuitas residual
adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka
pengambilan keputusan investasi.Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki
ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh
karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang
disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi dividen
masa datang bagi pemegang saham biasa
3. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan
teori entitas.Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham.Sedankan dalam teori
enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan.Dalam arti luas pihak-pihak yang
berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan
masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori
akuntansi sosial
4. Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan
asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori
entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas
operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang
menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan
akuntansi sebagai berikut
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan
retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi
legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di
sektor pemerintah dan lembaga nir laba.
Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :
a. Perorangan
Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi atas saham.
Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada utang piutang usaha perorangan.
Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggungjawab
persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor jika PT telah disahkan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
d. Koperasi
Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok anggota,
mirip saham atas nama, tak dapat dipindah tangankan dan dapat diambil kembali bila
anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih
koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil
usaha termasuk cadangan. Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau
perseroan merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan mengumpulkan modal
dalam jumlah besar.
a) Pengertian Ekuitas
Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap asset dan kewajiban.
Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual
claim) terhadap aktiva. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49): ekuitas adalah hak
residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada dasarnya ekuitas
berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan (deviden) atau
kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan
kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang (Soewardjono,
2005). Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana asset dan kewajiban diukur.
FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 mendefinisikan ekuitas
sebagai "hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang". Dari definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
b. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva
neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya)
maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan
bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa
datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana aset dan kewajiban diukur.
Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu modal setoran
dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis dan modal
setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham
treasuri atau modal sumbangan). Modal perseroan dipisahkan antara modal setoran dan laba
ditahan.Modal setoran dapat digolongkan menjadi:
b. Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign exchange gains and
losses)
2) Modal Yuridis
a) Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak
lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau nilai
minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah
"minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi menggap
pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada
jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham.
b) Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara
cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang
secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah
rupiah yang disetor atau dibayar melebihi modal yiridis tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan batas kerugian
pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal terjadi likuidasi pemegang
saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali
adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat
menutup seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang
lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham sebagai direksi.
4. dividen saham
6. saham treasuri
Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan
adalah biaya historis. Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan,
persekutuan dan perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan
perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun menurut
pandangan akuntansi perusahaan perorangan terpisah dari pemiliknya. Perseroan terbatas
menurut pandangan hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia
sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan (artificial entity). Pada bab ini
pembahasan ditekankan pada perseroan terbatas.
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan yang
kepemilikannya diwujudkan dengan saham. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh
perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut serta menyerahkan sumber daya (harta) ke
perseroan akan diberikan saham yang kemudian disebut pemegang saham. Perseroan adalah
bentuk perusahaan yang kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham. Dengan demikian pemilik
dari usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah kepemilikan tercermin pada jumlah
saham yang dipegangnya. Perseroan dapat diklasifikasikan dari segi kepemilikannya sebagai
berikut:
Perseroan sektor masyarakat/public perseroan jenis ini saham-sahamnya dimiliki oleh
unit-unit pemerintah atau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit pemerintah.
Perseroan sektor swasta
Bukan saham
Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak menerbitkan saham.
Contoh dari bentuk ini adalah yayasan gereja,yayasan sosial dan sekolah, dll.
Saham
Merupakan perseroan yang menerbitkan saham untuk menunjukkan kepemilikan. Jadi
perseroan berbentuk saham, kepemilikan pada perusahaan tercermin dalam jumlah saham
yang dipegangnya. Jenis perseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya dipegang oleh beberapa
pemegang saham (mungkin satu keluarga) dan tidak tersedia untuk pembelian umum).
b. Perseroan terbuka (perusahaan publik): perseroan yang kepemilikannya berbentuk saham
dan saham perseroan ini diperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar
modal. Pemilik atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini bias berubah-ubah
setiap saat, tergantung penjualan dan pembelian saham di bursa efek untuk perusahaan
yang berbentuk perseroan.
Terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:
a. Saham biasa (common stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak
perseroan secara umum dan pemegangnya menanggung risiko terbatas atas kerugian dan
menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima
dividen atau tidak dijamin atas pembagian aset bila perusahaan dilikuidasi. Namun
pemegang saham ini memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional
perusahaan.
b. Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak
istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian
aset saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan
dividen sebesar prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai
pari atau nilai nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak memiliki hak
suara dalam hal penentuan kebijakan operasi perusahaan.
Untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal, akun-akun
berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut:
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas harus mengungkapkan
hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas
laporan keuangan:
(ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh;
(iii) nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal;
(iv) rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;
(v) hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
(vi) saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau
entitas asosiasi; dan
(vii) saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan
saham, termasuk jumlah dan persyaratan;
b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.
Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 78 bagi entitas yang modalnya tidak terbagi dalam
saham, seperti persekutuan atau trust, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan
paragraf 77 (a), yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis
penyertaan, hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.
Pada PSAK No.1 paragraf 104 mengenai laporan perubahan ekuitas disebutkan bahwa
entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara
terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepada kepentingan non-pengendali;
(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian
kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25;
(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang
timbul dari:
105. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode, dan nilai dividen per saham.
106. Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-masing jenis modal
disetor, saldo akumulasi dari masing-masing jenis pendapatan komprehensif lain dan
saldo laba.
107. Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik
turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,
akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara
langsung berkaitan dengan tranksaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas
selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk
keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.
Kesimpulan
Selanjutnya Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara
perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen
yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena
keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna
pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep
kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari
manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan
suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan
merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran
merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan
merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau
modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan
pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus
dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar
substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik
tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.
REFERENCES
Kieso, Weygandt, and Terry D. Warfield, 2011. “Intermediete Accounting: IFRS Edition”. United
States: Jhon Willey.
Fransiskusanwar.blogspot.com/akuntansi-keuangan-2-liabilitas-jangka-pendek