Anda di halaman 1dari 42

PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN

LIABILITAS DAN EKUITAS

Kelompok 3 :
 Maulina Agustiningsih 1710246646
 Dewi Sartikah Putri Harahap 1710246647
 Mayta Kusuma Pujayanti 1710246648

Program Magister Akuntansi


Universitas Riau
Tahun
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan
keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan
PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada GAAP. Dimana sebelumnya menerapkan teory
kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori entitas.. Terdapat kekurangan pada teori ini
sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada
dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat perhatian. Namun demikian entity
theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori pendahulunya proprietary theory. Dalam
konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada
konklusi yang sama, yaitu stewardship atau pertanggungjawaban (accountability). Versi pertama
adalah Versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan
pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal
ini entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang
status dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua yaitu pandangan yang
lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya
sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya.
Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang saham
merupakan “utang”, perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas pemegang
saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan dan pemegang
saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana melaporkan atau
menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis dapat dipertahankan.
Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban dan ekuitas membutuhkan definisi, pengukuran,
penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai
pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. LIABILITAS
a) Peranan Liabilitas
Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas menggunakan
prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas.Prinsip matching mengharuskan
entitas memadankan antara bentuk investasi dan jenis pendanaan yang digunakan.Konsep
matching ini juga terkait dengan konsep periode pengembalian investasi (payback
period).Penggunaan dana untuk pendanaan tambahan produksi diperlukan untuk jangka
pendek,saat liabilitas jatuh tempo entias telah memperoleh hasil penjualan sehingga dapat
mengembalikan liabilitas.
1) Pengertian
Pengertian Liabilitas menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut :
Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan
usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa
datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber
daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi
jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai
akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.
Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit
tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari
sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Liabilitas menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan
(KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi.
Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board) liabilitas adalah sebagai
pengorbanan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa depan yang timbul dari kewajiban
sekarang suatu entitas usaha untuk menyerahkan aset atau menyerahkan jasa kepada pihak lain
yang terjadi sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Sedangkan menurut IAI Liabilitas
merupakan kewajiban perusahaan masa kini yg timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.

2) Karakteristik Utama Kewajiban


1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti
dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena
untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun
dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha
tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha
dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan,
pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga
kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.
2. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada 2 hal:
waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal neraca
kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber
ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau
bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.
a. Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban
bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat. Contoh : utang
pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi.
b. Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan
memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika
bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian
uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari raya
c. Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata
karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban
member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.
d. Keharusan Bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang
atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan
sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak
cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai
kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan
juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi
tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan
via statemen keuangan.

3) Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)


FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut
di atas, yaitu:
1) Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan
membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang
kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan
aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban
lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya
pengeluaran kas.
2) Identitas terbayar jelas
Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan bahwa
kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat
ditentukan pada saat keharusan terjadi.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa
datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
3) Berkekuatan hukum
Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat
ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban
sebenarnya merupakan bayangan cermin asset.
Hutang dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:
1. Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa
peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa) kepada entitas tertentu.
2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk
tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk
membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
3. Kewajiban equitable
Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil
oleh perusahaan karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.

4) Unconditional Right Of Offset


Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di
masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang.
Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang
atau jasa telah diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak
ada satu pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum barang
tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk
menerima barang tersebut. Dalam kondidi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas
pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan bila kewajiban terhadap komitmen pembelian
tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan yang material
terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka panjang ditandatangani, maka
kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian. Oleh
karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang terjadi dari
pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang
timbul. Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa mendatang
akan dilakuka atau akan terjadi.
b. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti.
Menurut Kam (1990) hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:
1. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk
mengakui hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.
2. Pemakaian prinsip konservatisme
Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan. Jadi
rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap
rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
3. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat
segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi.Apabila pengukuran terhadap hutang
sangat subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat
dalam neraca.

5) Penggolongan Liabilitas
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang
menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
A) Liabilitas Lancar (current liabilities)
Liabilitas lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun
atau satu siklus normal operasi perusahaan. Menurut PSAK No.1 paragraf 67 suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika :
a. Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam silklus
operasi normal.
b. Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jk waktu 12 bln setelah
periode pelaporan.
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bln setelah periode pelaporan.
PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka pendek
yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan untuk
liabilitas jangka pendek tersebut adalah ;
 Utang dagang dan terutang lainnya.
 Provisi.
 Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
 Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013)
Akuntansi Pajak Penghasilan.
 Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013).
 Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan.

6) Jenis dan Klasifikasi


A) Klasifikasi
Liabilitas diklasifikasikan liabilitas yang nilainya tidak pasti dan di estimasi berdasarkan
informasi yang tersedia (PSAK 57 (Revisi 2009) Provisi)).

B) Jenis Liabilitas
1. Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek
a. Utang Bank
Utang bank akan diakui nilai kontraknya dikurangi dengan provisi biaya transaksi dari
penarikan uang tersebut.Utang bank jangka pendek adalah utang suatu entitas kepada bank
dengan jangka waktu 1 tahun atau kurang.Misalnya : entitas untuk menghadapi penjualan di
tahun ajaran baru memerlukan tambahan persediaan,untuk itu diperlukan tambahan modal kerja
selama 3-5 bulan.
Contoh Perhitungan :
PT BUMI pada tanggal 1 September 2015 menarik utang dari Bank NISP sebesar
Rp.750.000.000 dengan bunga 16% untuk jangka waktu 180 hari.Buatlah Jurnal atas transaksi di
atas!
Jawab:
-Menentukan Jurnal yang dibuat pada saat menerima utang 1 September 2015.
1/9- Cash Rp 750.000.000 -
Bank Paybale - Rp 750.000.000
2015

-Menentukan Tanggal Jatuh Tempo.


September 30-1 = 29
Oktober = 31
November = 30
Desember = 31
Januari = 31
Februari = 28
Total = 180 hari
Maka, Jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.

-Menentukan Jurnal Penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 atas bunga yang terutang dan
belum dibayarkan.
Bunga= Rp 750.000.000 * 16% * 120/360 = Rp 40.000.000
31/12- Interset Expense Rp 40.000.000 -
Interset Payable - Rp 40.000.000
2015

-Menentukan Jurnal pada saat jatuh tempo pada tanggal 28 Februari 2016.
Beban bunga = Rp 750.000.000 * 16%*60/360 =Rp 20.000.000
28/2/2016 Interset Expense Rp 20.000.000 -
Interset Payable Rp 40.000.000 -
Bank Payable Rp 750.000.000 -
Cash - Rp 810.000.000

Utang bank ada juga yang mensyaratkan pembayaran bunga pada saat kredit
ditarik.Pokok utang entitas adalah jumlah utang dalam kontrak dikurangi dengan bunga yang
dipotong/dibayarkan di depan mengurangi utang.Entitas harus mengukur tingkat bunga efektif
atas utang ini.Tingkat bunga efektif diukur dengan menghitung tingkat bunga (diskonto) yang
akan menyamakan utang dalam kontrak dikurangi bunga dengan present value dari nilai pada
tanggal jatuh tempo.
b. Wesel Bayar
Wesel bayar atau sering disebut sebagai notes atau promissory notes.Wesel bayar
merupakan janji dari pihak penarik wesel untuk membayarkan sejumlah nilai tertentu di masa
mendatang.Wesel bayar biasanya berbunga,jika tidak berbunga maka wesel akan dijual dengan
diskon.Nilai diskon mencerminkan bunga dibayar di muka.
Dokumen transaksi wesel adalah surat wesel atau promissory notes,sedangkan bukti
transaksi utang bank adalah dokumen kredit bank.Jika dalam penerbitan wesel bayar,pihak
penerbit mengeluarkan biaya transaksi maka biaya transaksi tersebut akan diperhitungkan
menambah biaya bunga sehingga bunga efektif wesel akan menurun.
B) Liabilitas Jangka Pendek Terkait Dengan Kegiatan Operasi Entitas
Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi timbul karena konsekuensi kegiatan
operasi entitias. Utang ini muncul karena entitas menangguhkan pembayaran kepada pihak lain.
Penundaan pembayaran ini dapat dilakukan sampai dengan tanggal jatuh tempo yang telah
disepakati ,misalnya untuk utang dagang.utang dibayar pada saat jatuh tempo, pajak yang
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo,tagihan kepada pihak lain dibayar sesuai tanggal jatuh
tempo.
a. Utang Usaha
Utang usaha adalah utang terkait dengan kegiatan utama entitas. Untuk entitas yang bergerak
dibidang perdagangan,utang usaha disebut sebagai utang dagang. Uatang dagang timbul saat
entitas melakukan pembelian kepada pemasok secara kredit. Pembelian secara tunai dilakukan
jika pemasok tidak membolehkan membeli secara kredit atau membeli secara tunai dimana
secara eknomis lkebih murah dibandingkan membeli secara kredit. Pembelian kredit sering
dituliskan dalam term : 2/10, n/60 FOB Shipping Point artinya pembelian akan diberikan diskon
2% jika dilunasi sampai dengan 10 hari, utang jatuh tempo dalam waktu 60 hari dan titik
pengakuan digudang penjual.

Pengambilan diskon = 100%- diskon x 360


jangka waktu – jangka diskon 100

Diskon penjualan 2/10, n/30 setara dengan bunga( 100%-2%)/100% x 360/(30-10 =


17,64%. Dengan cara perhitungan yang sama term perjanjian 2/15, n/45 sama dengan 11,76%
perjanjian kredit 3/10, n/45 sama dengan 9,98%.
b. Beban Yang Masih Harus Dibayar
Entitas belum membayar beban tersebut karena kesepakatan kontrak menyatakan
pembayaran tidak dilakukan pada saat beban terjadi atau karena keterlambatan waktu penagihan.
Beban yang masih harus dibayar yang sering muncul dilaporan posisi keuangan antara lain.
1) Beban gaji.Karyawan telah berhak atau gaji karena sudah bekerja namun tidak belum
dibayarkan oleh perusahaan
2) Bunga yang masih harus dibayar/utang bunga. Bunga sudah menjadi beban dengan
berlalunya waktu namun baru dibayarkan sesuai dengan tanggal dalam perjanjian
kredit
3) Beban operasi yang masih harus dibayar. Beban atas jasa pihak lain kepada
perusahaan atas kegiatan operasinya, namun belum dibayarkan oleh perusahaan.
c. Pendapatan Diterima dimuka
Pada saat kas diterima dari pelanggan, entitas akan mencatat pendapatan diterima dimuka.
Jika pekerjaan telag diselesaikan atau barang telah dikirimkan, pendapatan diterima dimuka
tersebut akan didebit dan diakui sebagai pendapatan (kredit).
d. Utang Terkait Imbalan Kerja
Imbalan kerja diberikan dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, pension, dan lainnya, untuk
mengelola pembayaran gaji, entitas biasanya memilki sistem gaji (payroll system) yang dapat
menghitung gaji untuk tiap karyawan, potongan untuk tiap invidu. Gaji menurut UU Pajak
Penghasilan merupakan penghasilan bagi pihak yang menerima gaji dan entitas yang
.membayarkan harus memotong pajak saat pembayaran gaji dilakukan. Pajak yang dipotong oleh
badan atas gaji dan penghasilan lain yang diterima oleh pekerja disebut PPh Pasal 21. Gaji
perbulan tersebut disetahunkan, kemudian dikalikan dengan tariff yang berlaku (PPh Pasal 17
untuk wajib pajak pribadi ) untuk mendapatkan pajak setahun
e. Utang Pajak Pihak Ketiga
Pajak yang dipotong di antaranya adalah PPh 21 atas gaji yang diterima pekerja.PPh 26 atas
penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri,PPh 23 atas jasa,sewa,bunga royalti.Jika
pembayaran pajak tidak dilakukan bersamaan dengan pembayaran kepada pihak ketiga maka
akan timbul utang pajak penghasilan.
f. Utang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai yang diciptakan oleh
perusahaan.PPN sebenarnya ditanggung oleh konsumen sebagai pemakai barang atau jasa,namun
pengusaha kena pajak atau entitas yang bertugas melakukan pemungutan pajak.
PPN tidak mempengaruhi nilai penjualan atau persediaan (pembelian) kecuali PPN yang
tidak dapat dikreditkan.Hal ini sesuai dengan PSAK 14 (Revisi 2010) Persediaan dan PSAK 16
(Revisi 2011) Aset Tetap yang menyatakan bahwa pajak yang dapat dikreditkan tidak boleh
menambah harga perolehan persediaan dan aset tetap.
Utang PPN akan dibayarkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.Jika PPN masukan
lebih besar,maka kelebihan pembayaran PPN ini akan dikompensasi pada pembayaran pajak
periode berikutnya atau dimintakan restitusi.Sebelum restitusi diberikan,pihak raja akan
melakukan pemeriksaan.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan atas penjualan
barang mewah.PPnBM tidak dapat dikreditkan.Bagi produsen barang mewah,PPnBM yang
dikenakan harus disetorkan ke kas negara.Bagi importir barang mewah,PPnBM dibayarkan ke
kas negara bersamaan dengan pembayaran pajak impor dan bea masuk.
g. Utang Pajak Penghasilan
Beban pajak penghasilan terdiri dari dua yaitu pajak kini dan pajak tangguhan.Pajak kini
adalah pajak yang dihitung menurut ketentuan pajak atas penghasilan yang diperoleh entitas
dalam satu periode.Pajak kini juga merupakan pajak terutang dalam satu tahun fiskal yang
tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan ditambah pajak final jika ada.
Pajak terutang dalam satu tahun fiskal dikurangi pajak yang telah dipotong pihak lain
akan menghasilkan pajak kurang (PPh 29) atau lebih bayar akhir tahun (PPh 28).PPh 29 atau
pajak kurang bayar akan disajikan sebagai utang pajak kini.
Contoh perhitungannya
PT Gundul untuk tahun pajak yang berakhir 31 Desember 2015 menghitung jumlah pajak
terutang sebesar Rp 430.000.000.Pajak yang telah dibayar melalui angsuran PPh 25 sebesar Rp
360.000.000 dan dipotong oleh pihak lain PPh 23 Rp 20.000.000.Perusahaan mencatatnya
sebagai pajak dibayar di muka.Buatlah Jurnal penyesuaiannya!
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2015.
31/12- Tax expense Rp 430.000.000 -
2015 Pendapatan dibayar di - Rp 20.000.000
muka PPh 23
Pajak di bayar di muka - Rp 360.000.000
PPh 24
PPh Payable 29 - Rp 50.000.000

C) Liabilitas Jangka Panjang (long-term liabilities)


Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari
satu tahun atau siklus normal operasi perusahaan. Sedangkan Utang jangka panjang menurut
Kieso (2008 : 238) “terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin dimasa
depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi
perusahaan.
Jenis-jenis hutang jangka panjang antara lain :
1. Utang Hipotek
Utang hipotek (mortgage payable) adalah pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva tetap.
2. Utang Obligasi
Utang obligasi/saham (bonds payable) adalah pinjaman jangka panjang yang timbul
karena perusahaan menjual/mengeluarkan surat-surat obligasi. Utang obligasi terjadi apabila
perusahaan memenuhi kebutuhhan tambahan modal kerja dengan cara mengeluarkan surat
obligasi. Surat obligasi adalah sebuah kontrak yang memuat janji untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, dan bunga periodik dengan tingkat tertentu
dari nilai nominal. Harga jual obligasi tergantung pada tarif bunga obligasi. Semakin besar
bunganya, harga jual obligasi tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah
tingkat bunga obligasi harga jualnya akan semakin rendah.
3. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah pinjaman jangka yang diterima dari bank atau lembaga keuangan
lain, yang digunakan untuk perluasan perusahaan.
4. Liabilitas Jangka Panjang Yang Akan Jatuh Tempo Pada Periode Berikutnya
Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan,diklasifikasikan dalam jangka pendek meskipun :
1) 1.Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari 12 bulan
2) 2.Perjanjian untuk pembiayaan kembali,atau pendjadwalan kembali pembayaran,atas
dasar jangka panjang telah diselesaikan setelah periode pelaporan dan sebelum tanggal
penyelesaian laporan keuangan untuk tidak mensyaratkan pembayaran sebagai
konsekuensi atas pelanggaran tersebut.
Entitas mengklasifikasi liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka pendek karena pada akhir
periode pelaporan entitas tidak memiliki hak untuk menunda penyelesaian liabilitas tersebut
dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
7) Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas
a) Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah
pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam
rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya
dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria
umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis
kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau
apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
1) Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur
pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum
yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar
hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi
kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti
substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
2) Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu
yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban.
Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian
dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
3) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease
obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam
transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau
secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi
salah satu kriteria kapitalisasi).
4) Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan
informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak
hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah
rupiahnya.

b) Kaidah Pengakuan Kewajiban


a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu
pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya (to perform).
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya
belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual
(accrued liabilities).
Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung
a. Aset cukup pasti turun nilainya
b. Kewajiban cukup pasti timbul
c. Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi
d. Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak

c) Pengukuran
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya,
penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya
kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban
akan makin mendekati nilai nominal. Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus
dilunasi.
Jika Mengacu pada IFRS, metode pengukuran liabilitas yang umum digunakan adalah
historical cost (atau modified cost historis). Pengukuran dengan metode fair value digunakan
pada awal pengukuran yang melibatkan liabilitas yang berhubungan dengan leases (IAS 17), dan
IFRS 3 mengenai kombinasi bisnis (business combination). Nilai wajar adalah (IAS 17 par.4)
adalah jumlah asset yang bisa ditukar atau kewajiban diselesaikan antara pihak terkait, pihak
yang bersedia dalam transaksi. Sehingga kewajiban yang timbul dari financial lease diakui
awalnya dengan metode fair value atau dengan nilai sekarang dari pembayaran lease minimum
(IAS 17, para. 20) pada tahun berikutnya, liabilitas diukur dengan metode kos yang diamortisasi
(amortized cost).

8) Penyajian dan Pengungkapan Liabilitas

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya


sejalan dengan aset. PSAK No. 1 mengatur bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek
disajikan lebih dahulu dari kewajiban jangka panjang . Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua
kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan, atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
 Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam
catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh
temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari
satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam
kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban
lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang
menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.
 Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan
hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam
neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang
menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh
tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan
aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.
D) Provisi

Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti (PSAK No.57 paragraf
10). Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada
provisi terdapat ketidakpastian waktu atau jumlah yang harus dikeluarkan pada masa datang
untuk menyelesaikan provisi tersebut (PSAK No.57 paragraf 11 dan Kieso 2011 hal. 677). Utang
dagang adalah liabilitas untuk membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok dan
telah ditagih melalui faktur atau secara formal sudah disepakati dengan pemasok. Sedangkan
akrual adalah liabilitas membayar barang atau jasa yang telah diterima atau dipasok, tetapi belum
dibayar, ditagih atau secara formal disepakati dengan pemasok, termasuk jumlah yang masih
harus dibayar kepada pegawai (misalnya jumlah tunjangan cuti). Meskipun sering kali perlu
dilakukan estimasi atau penaksiran jumlah dan waktu akrual, tingkat ketidakpastian akrual pada
umumnya lebih rendah dari pada tingkat ketidakpastian provisi. Akrual sering dilaporkan sebagai
bagian dari utang dagang atau utang lain, sedangkan provisi dilaporkan secara terpisah.

a) Pengakuan Provisi

Provisi diakui jika (PSAK No. 57 paragraf 14):


a. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu
b. Kemungkinan besar (probable) penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan
arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
c. Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

b) Pengungkapan Provisi

Dalam PSAK 57 Paragraf 84, untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :

 Nilai tercatat pada awal dan akhir periode


 Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan
jumlah pada provisi yang ada
 Jumlah yang digunakan yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi
selama periode bersangkutan
 Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan
 Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul
karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Contoh 1 :

Perusahaan X memberikan garansi kepada pelanggannya dalam penjualan barang


elektronik. Garansi yang diberikan berlaku tiga tahun dari barang yang dijual. Berdasarkan
pengalaman masa lalu, ada kemungkinan klaim dari pelanggan yang membeli barang-barang
elektronik tersebut.

Q: Apakah Perusahaan X seharusnya mengakui biaya garansi pada laporan posisi


keuangannya?

A: Garansi ini merupakan kewajiban masakini sebagai akibat peristiwa masa lalu.
Peristiwa masa lalu tersebut adalah penjualan barang-barang elektronik dengan
garansi yang disertakan. Garansi mengakibatkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi, sehingga adanya kemungkinan besar (probable)
kalim dari para pelanggan terhadap garansi yang telah didapatkan dari pembelian
barang-baran elektronik tersebut.

Maka, Perusahaan X harus mengakui provisi tersebut.


Contoh 2:

Seorang karyawan menuntut sebuah perusahaan tempat ia bekerja karena kecelakaan


yang menimpanya saat jam kerja sehingga menimbulkan sebuah luka yang cukup serius akibat
fasilitas perusahaan tersebut. Pengacara perusahaan tersebut yakin bahwa perusahaan tersebut
akan menang dalam penuntutan tersebut. Setelah melakukan investigasi tersebut, pengacara
yakin, kemenangan yang akan perusahaan dapatkan diatas 50 persen.

Q: Apakah seharusnya perusahaan tersebut mengakui provisi tersebut pada


akhir periode?

A: Meskipun kecelakaan tersebut dari peristiwa masa lalu, namun perusahaan


tersebut tidak harus membayar kerugian kepada karyawannya karena
pengacara telah melakukan penyelidikan dan kecil kemungkinan untuk
kalah.

Perusahan tidak perlu mengakui provisi tersebut, kecuali jika pegacaranya


menyatakan bahwa kemungkinan besar perusahaan akan kalah dalam tuntutan tersebut,
maka perusahaan harus mengakui provisi tersebut pada akhir periode.

c) Pengukuran Provisi

IFRS menjelaskan bahwa jumlah yang seharusnya diakui adalah dari estimasi terbaik dari
sebuah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini. Estimasi terbaik
harus sesuai dengan jumlah besaran yang akan entitas bayarkan untuk menyelesaikan
kewajbannya pada laporan posisi keuangan (Kieso, 2011, hal 680). PSAK No. 57 paragraf 37
juga menyatakan bahwa estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban kini adalah jumlah yang rasional akan dibayar entitas untuk menyelesaikan
kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk mengalihkan kewajibannya kepada pihak
ketiga pada saat itu.

Dalam menentukan sebuah estimasi terbaik, manajemen entitas harus menggunakan


sebuah judgement berdasarkan pengalaman masa lalu atau jenis perusahaan yang sejenis,
berdiskusi dengan para ahli dan sebagainya (Kieso, 2011, hal. 680). Namun, jika estimasi yang
andal tidak dapat dibuat, maka libilitas yang ada tidak dapat diakui. Oleh karena itu, liabilitas
tersebut diungkapkan sebagai liabilitas kontinjensi (PSAK No.57 paragraf 26).

E) Liabilitas Kontinjensi
a) Pengertian Liabilitas Kontinjensi
Liabilitas kontinjensi adalah (PSAK No. 57 paragraf 10)
1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

b) Pengakuan Liabilitas Kontinjensi

Menurut PSAK 57 paragraf 28, entitas tidak diperkenankan mengakui liabilitas


kontinjensi karena (Kieso, 2011, hal 691):

1. Sebuah kewajban yang mungkin atau possible (belum dipastikan sebagai kewajiban
masa kini)
2. Sebuah kewajiban maa kini yang kemungkinan besar tidak dapat dilakukan
pembayaran (peyelesaiannya)
3. Sebuah kewajiban masa kini yang tidak dapat diukur estimasinya secara andal.

c) Pengukuran Liabilitas Kontinjensi


Karena kemungkinan arus keluar dalam sebuah penyelesaian kecil, maka entitas harus
mengungkapkan liabilitas kontinjensi pada akhir periode pelaporan, menyediakan deskripsi yang
singkat darimana asal liabilitas kontinjensi itu berasal dan di mana secara praktis (Kieso, 2011,
hal. 691):

1. Estimasi dari dampak keuangannya


2. Sebuah indikasi dari ketidkpastian yang berhubungan dengan jumlah atau waktu
arus keluar
3. Kemungkinan dari penggantian tersebut.

d) Hubungan atara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi


Secara umum, provisi juga bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam jumlah dan
waktu (PSAK No. 57 paragraf 12). Perbedaan mendasar dari kedua liabilitas tersebut adalah
(PSAK No. 57 paragraf 13):

1. Provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibuat estimasi andal)
karena merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan besar (probable)
mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
2. Sedangkan liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas karena
liabilitas kontinjensi tersebut merupaka salah satu dari berikut ini:
a. Kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas memiliki
kewajiban kini yang akan menimbulkan arus keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi
b. Kewajiban kini yang tidak memiliki criteria pengakuan secara probable
karena estimasi yang memadai dan andal tidak dapat dibuat.

IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai:

1. Kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya
akan dikonfirmasi hanya oleh kejadian atau kejadian yang non satu atau lebih peristiwa
masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas atau
2. Kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
a. Bukan kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan
manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.
Utang garansi adalah utang yang timbul jika ada complain dari pelanggan mengenai produk
perusahaan yang disertai dengan kartu garansi. Kedua utang ini disusun berdasarkan fair value
(berapa kemungkinan utang dari komplain penjualan).

F) Aset Kontinjensi
a) Pengertian Aset Kontinjensi
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di
masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam entitas kendali entitas (PSAK No. 57 paragraf
10).
Kieso (2011, hal 692) menyebutkan beberapa karakteristik dari aset kontinjensi:
1. Kemungkinan penerimaan dana dari hibah, donasi, bonus, hadiah
2. Kemungkinan merestitusi selisih lebih pembayaran pajak kepada pemerintah
3. Penundaan kasus di pengadilan yang kemungkinan besar menguntungkan.

b) Pengakuan Aset Kontinjensi


Menurut PSAK 57 paragraf 31, entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi.
Hal ini disebabkan karena dapat menimbulkan pengakua peghasilan yang mungkin tidak pernah
terealisasikan, namun jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, maka aset tersebut bukan
merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

2. EKUITAS

Konsep Ekuitas
A. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandangyang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
B. Teori Proprietary
Teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan.Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik.Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal,
makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik.Dengan demikian
tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang
digunakan adalah:
Aktiva – hutang = modal
Aktiva merupakan kekayaan pemili, sementara hutang merupakan kewajiban
pemilik.Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika
usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka
nilai perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi
prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan
firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen
perusahaan dengan pemilik perusahaan.Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah
setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur
kenaikan bersih kekayaan.
A. Makna laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara
biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik
1. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori
proprietary.Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan
perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik.Hal ini berarti
terdapat pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan.
Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik.
Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:

Aktiva = Hutang = Modal


Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)

Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak
perusahaan menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya
Ada 2 versi teori entitas , yaitu
a. Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity
holders) yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus
melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik
b. Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan
berkentingan terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha
( entitas yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai
partner dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang
ekuitas sebagai pihak luar perusahaan. Olek karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang
ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
a. Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
b. Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
c. Aktiva adalah milik perusahaan
d. Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
e. Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total
aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna laba Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca,
alasannya:
a. Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka
b. Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
c. Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
d. Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
e. Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional:
a. Bunga pinjaman adalah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan
biaya bagi kreditor
b. Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
c. Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Menurut pandangan baru:
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan
pajak penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit
usaha tersebut.
2. Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas,
pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori
entitas. Dalam pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen.Namun
demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami
kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau
pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual.Tujuan pendekatan ekuitas residual
adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka
pengambilan keputusan investasi.Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki
ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh
karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang
disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi dividen
masa datang bagi pemegang saham biasa
3. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan
teori entitas.Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham.Sedankan dalam teori
enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan.Dalam arti luas pihak-pihak yang
berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan
masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori
akuntansi sosial
4. Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan
asumsi personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori
entitas. Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas
operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang
menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan
akuntansi sebagai berikut
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan
retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi
legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di
sektor pemerintah dan lembaga nir laba.
Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :

a. Perorangan

Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan modalnya tidak terbagi atas saham.
Harta kekayaan pribadi pemilik entitas terikat pada utang piutang usaha perorangan.

b. Partnership atau persekutuan


 Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota Firma bertanggung jawab
renteng atas kewajiban Firma sebagai suatu persekutuan perorangan.
 Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara Modal Pesero Aktif dan Modal
Pesero Komanditer. Pesero aktif adalah pesero yang bertindak aktif sebagai pengurus
CV. Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai pengurus CV dan hanya
bertanggung jawab sebatas modal CV yang menjadi bagiannya.
c. Corporation atau perseroan

Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri atas saham. Tanggungjawab
persero terbatas pada jumlah modal saham yang disetor jika PT telah disahkan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

d. Koperasi

Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi adalah simpanan pokok anggota,
mirip saham atas nama, tak dapat dipindah tangankan dan dapat diambil kembali bila
anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas koperasi atau kekayaan bersih
koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil
usaha termasuk cadangan. Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau
perseroan merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan mengumpulkan modal
dalam jumlah besar.

Karakteristik khusus dari bentuk corporation yang mempengaruhi akuntansi termasuk :

 Pengaruh hukum perseroan atau hukum corporation


Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus melengkapi ketentuan-ketentuan
ataupun aspek legalitas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Setiap pemerintahan
memiliki undang-undang perseroan yang berbeda. Akuntansi untuk permodalan
perseroan mengikuti ketentuan undang-undang yang ada.
 Sistem saham
Modal perseroan umumnya terdiri atas sejumlah besar saham. Jumlah saham yang
dimiliki menentukan kepemilikan masing-masing pemilik.
 Berbagai kepentingan pemilik.
Salah satu sumber modal perseroan adalah saham, saham biasa dan saham preferen.
Saham biasa melambangkan kepemilikan perusahaan. Pemilik saham biasa memiliki
hak untuk mengendalikan manajemen perusahaan. Sedangkan saham preferen
memiliki hak awal untuk mengklaim bagian keuntungan perusahaan. Berbagai
kepentingan ini hanya terdapat di perseroan yang salah satu sumber modalnya adalah
saham.

a) Pengertian Ekuitas

Pengertian ekuitas tidak dapat didefinisi secara independen terhadap asset dan kewajiban.
Ekuitas pemilik pada dasarnya bukan kewajiban, tetapi merupakan klaim sisa (residual
claim) terhadap aktiva. Dalam kerangka dasar Standar Akuntansi Indonesia (2002), Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas sebagai berikut (pasal 49): ekuitas adalah hak
residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada dasarnya ekuitas
berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan (deviden) atau
kerugian usaha.
Ekuitas didefinisikan sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan
kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomi masa datang (Soewardjono,
2005). Karena didefinisi atas dasar asset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana asset dan kewajiban diukur.
FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 6 mendefinisikan ekuitas
sebagai "hak sisa terhadap aktiva suatu entitas setelah dikurangi hutang". Dari definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
a. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan
hutang perusahaan.
b. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva
neto baik yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya)
maupun investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik.
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan
bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa
datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada
bagaimana aset dan kewajiban diukur.

b) Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepintingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan lain adalah menyediakan
informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan [pihak
lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, inrformasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal
adalah:
a. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya;
b. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembangan modal
setoran kepada pemegang saham;
c. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya
(urutan proteksi).
c) Penggolongan Ekuitas

Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu modal setoran
dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis dan modal
setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham
treasuri atau modal sumbangan). Modal perseroan dipisahkan antara modal setoran dan laba
ditahan.Modal setoran dapat digolongkan menjadi:

1. Modal Setoran (Contributed Capital)


Modal Setoran mencakup Modal Yuridis dan Modal Setoran Lainnya. Modal yuridis yang
dihitung berdasarkan nilai nominal (par value) saham menunjukkan aktiva neto yang tidak dapat
didistribusikan ke pemegang saham. Kelebihan nilai di atas nilai nominal diakui sebagai agio
saham (additional paid-in capital).

a. Modal Yuridis (Legal Capital), terdiri dari:


1. Nilai nominal dari saham preferen (Par Value of Preferred stock)
2. Nilai nominal saham biasa (Par Value of common stock)
3. Umum (atau saham preferen berlangganan) (Common (or preferred stock
subscribed)
4. Surat saham dan opsi (Stock Warrant and options)
5. Dividen saham yang akan dibagikan (Stock dividends to be distributed)
6. Saham biasa dari penerbitan kembali (common stock from the reissuance of)
b. Modal Setoran Lainnya (Paid-in Capital), terdiri dari:
a. Pada saham preferen (on preferred stock)
b. Pada saham biasa (on common stock)
c. Dari sumber lain (pemecahan saham, saham preferen, konversi, dll) saham. (from
other sources (stock splits, preferred stock, conversion, etc) stock.
1. Share Capital
Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam urutan yang paling
akhir saat perusahaan dilikuidasi, sehingga resikonya adalah yang paling besar.
2. Share Premium
Agio Saham merupakan selisih antara nilai nominal dengan nilai pasar.
3. Accumulated Other Comprehensive Income
Seluruh perubahan modal selama periode tertentu kecuali yang berasal dari investasi
pemilik dan distribusi ke pemilik.
4. Treasury Shares
Treasury Shares adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari peredaran untuk
sementara waktu.
5. Non-Controlling Interest
Hak non pengendali merupakan pemegang saham minoritas, kepimilikannya tidak
signifikan.

2. Laba Ditahan (Retained Earnings)/(Earned Capital)


Laba ditahan terdiri dari Laporan Laba/Rugi, penyesuaian periode sebelumnya, dan
deviden. Oleh karena Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laba ditahan, maka dapat
dikatakan bahwa ada hubungan saling terkait atau artikulasi (articulation) antara Laporan
Laba/Rugi dan Neraca.

3. Penyesuaian Modal Belum Terealisasi (Unrealized Capital Adjustment).


a. Kerugian portofolio yang belum direalisasi untuk efek non-pasar (Unrealized portfolio
losses for non-market securities)

b. Selisih kurs yang belum direalisasi dan rugi (Unrealized foreign exchange gains and
losses)

c. Modal sumbangan (Donated capital).

Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan


Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang
saham yaitu:
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari
akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut
telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba
ditahan menunjukan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset
tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan
harus digabungkan dengan modal setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena modal
setoran merupakan dana besar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukan perlindungan
bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis
dapat digunakan untuk pembagian dividen.

2) Modal Yuridis
a) Pengertian
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak
lain.Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau nilai
minimun yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis adalah jumlah rupiah
"minimal" yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis.
Tujuan penyajian modal yuridi ini adalah untuk memberi informasi kepada para
pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan investasinya. Akuntansi menggap
pengungkapan modal yuridis tersebut tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada
jumlah rupiah yang benar-benar disetor oleh pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak
antara perseroan dengan pemegang saham.
b) Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara
cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang
secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah
rupiah yang disetor atau dibayar melebihi modal yiridis tersebut.
Modal saham ini juga merupakan batastanggung jawab pemegang saham dan batas kerugian
pribadi yang harus ditanggung pemegang saham. artinya, dalam hal terjadi likuidasi pemegang
saham tidak dapat menuntun pembagian kekayaan atas dasar modal yang disetor (kecuali
adanya sisa untuk itu). Sebaliknya, dalam hal hasil penjualan aset dalam likuidasi tidak dapat
menutup seluruh hutang perseroan, pemegang saham tidak dapat diminta untuk menutup utang
lebih dari modal saham atau modal yang telah disetor kecuali pemegang saham sebagai direksi.

3) Modal Setoran Lain


Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham sehingga secara
akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal
tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan
daripada untuk menunjukan nilai salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham
dapat diterbitkan tanppa nilai nominal. Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal
yaitu:
Pasal 42 undang-undang no 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa nilai nominal
tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menentukan modal yuridis.
Nilai niminal merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor investor sehingga
membentuk modal yuridis. Jika modal saham terjual dengan harga diatas nominal, dapatkah
selisihnya diperlakukan sebagai laba ditahan karen modal yuridis telah terpenuhi?
Dalam hal ini, Patton danLittleton (1970) menegaskan bahwa perseroan merupakan
kesatun usaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntasni mempunyai fungsi
ganda pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang
sebenarnya. Fungsi ganda ini menimbulkan masalah pelaporan ekuitas pemegang saham karena
konsep kesatuan usaha dan konsep hukum sangat berbeda. Dari segi hukum ada tendesi untuk
memandang ekuitas pemegang saham sebagai jumlah rupiah tertentu yang menjadi batas
penarikan kembali dana yang ditanamkan oleh pemegang saham tanpa memperhatikan setoran
yang sesungguhnya. Dari segi akuntansi, yang menganut substansi dari pada bentuk, memandang
ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik tertanam diperusahaan
termasuk laba ditahan.
c) Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan
secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal.
Dalam hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan
kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia
untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan
berbagai masalah teoretisnya adalah:
1. Pemesanan saham
2. obligasi terkonversi atau brhak tukar

3. saham istimewa terkonversi atau brhak tukar

4. dividen saham

5. hak beli saham, opsi, dan warna

6. saham treasuri

d) Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas

Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan
adalah biaya historis. Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan,
persekutuan dan perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan
perseorangan tidak diakui sebagai entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun menurut
pandangan akuntansi perusahaan perorangan terpisah dari pemiliknya. Perseroan terbatas
menurut pandangan hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia
sehingga dapat dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan (artificial entity). Pada bab ini
pembahasan ditekankan pada perseroan terbatas.
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan yang
kepemilikannya diwujudkan dengan saham. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh
perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut serta menyerahkan sumber daya (harta) ke
perseroan akan diberikan saham yang kemudian disebut pemegang saham. Perseroan adalah
bentuk perusahaan yang kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham. Dengan demikian pemilik
dari usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah kepemilikan tercermin pada jumlah
saham yang dipegangnya. Perseroan dapat diklasifikasikan dari segi kepemilikannya sebagai
berikut:
 Perseroan sektor masyarakat/public perseroan jenis ini saham-sahamnya dimiliki oleh
unit-unit pemerintah atau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit pemerintah.
 Perseroan sektor swasta
 Bukan saham
Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak menerbitkan saham.
Contoh dari bentuk ini adalah yayasan gereja,yayasan sosial dan sekolah, dll.
 Saham
Merupakan perseroan yang menerbitkan saham untuk menunjukkan kepemilikan. Jadi
perseroan berbentuk saham, kepemilikan pada perusahaan tercermin dalam jumlah saham
yang dipegangnya. Jenis perseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya dipegang oleh beberapa
pemegang saham (mungkin satu keluarga) dan tidak tersedia untuk pembelian umum).
b. Perseroan terbuka (perusahaan publik): perseroan yang kepemilikannya berbentuk saham
dan saham perseroan ini diperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar
modal. Pemilik atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini bias berubah-ubah
setiap saat, tergantung penjualan dan pembelian saham di bursa efek untuk perusahaan
yang berbentuk perseroan.
Terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:
a. Saham biasa (common stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak
perseroan secara umum dan pemegangnya menanggung risiko terbatas atas kerugian dan
menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima
dividen atau tidak dijamin atas pembagian aset bila perusahaan dilikuidasi. Namun
pemegang saham ini memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional
perusahaan.
b. Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak
istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian
aset saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan
dividen sebesar prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai
pari atau nilai nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak memiliki hak
suara dalam hal penentuan kebijakan operasi perusahaan.
Untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal, akun-akun
berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut:

a. Saham preferen atau saham biasa


Akun ini memperlihatkan jenis saham yang diterbitkan dengan nilai parinya. Akun ini
dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan, dan tidak ada penambahan ayat jurnal pada akun
ini kecuali ada penambahan saham yang diterbitkan atau adanya penarikan saham.
b. Tambahan modal disetor
Akun ini menunjukkan kelebihan modal disetor di atas nilai pari saham.tambahan modal
disetor ini meliputi agio saham atau disagio saham.
Dua perkiraan baru digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan,yaitu (1) saham biasa atau
preferen yang dipesan menunjukkan kewajiban perseroan untuk menerbitkan saham setelah
pembayaran akhir saldo pesanan oleh mereka yang telah memesan saham, (2) piutang pesanan,
menunjukkan jumlah yang harus ditagih sebelum saham pesanan akan diterbitkan. Kontroversi
terjadi sehubungan dengan penyajian piutang pesanan saham dineraca. Beberapa orang
mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada seksi aset lancar. Piutang
dagang muncul dari transaksi penjualan pada kegiatan bisnis seperti yang biasa sedangkan
piutang pesanan berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan kontribusi modal
yang belum dibayarkan kepada perseroan.
Ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standar akuntansi keuangan yang berlaku khusus
untuk industri yang bersangkutan, misalnya koperasi.
Untuk badan usaha PT modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan
modal disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan
sebagai bagian dari tambahan modal disetor. Berikut ini merupakan unsur-unsur penambahan
modal disetor PT; Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah
modal, seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang
lebih rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari
penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat
perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya. Akun
tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun
laba/rugi luar biasa.
Untuk pencatatannya, penambahan modal disetor dicatat berdasarkan hal-hal berikut ini:
1. Jumlah uang yang diterima.
2. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenis saham yang diatur
dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoran saham tunai dalam bentuk mata uang
asing dinilai dengan kurs berlaku tanggal setoran. Untuk jenis saham yang diatur dalam
mata uang asing dalam akta pendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing
lain harus dikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yang
berlaku pada tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusan pemerintah
menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang asing yang timbul sehubungan dengan
transaksi modal harus dibukukan sebagai bagian darimodal dalam akunselisih kurs atas
modal disetor dan bukan merupakan unsur laba rugi.
3. Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.
4. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu harga
pasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar dibursa efek, atau nilai wajar
yang disepakati rapat umum pemegang saham untuk saham yang tidak ada harga
pasarnya.
5. Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.
6. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajar aktiva bukan
kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui dewan
komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di bursa efek, atau nilai kesepakatan dewan
komisaris dan penyetor bentuk barang.
Untuk pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan hal-hal berikut ini:
 Jumlah uang yang dibayarkan; atau
 Besarnya hutang yang timbul; atau
 Nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlah yang
diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilai nominalnya, selisih yang
terjadi dibukukan pada akun agio saham. Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan
penarikan kembali saham yang telah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan
dengan mendebet akun modal saham dan mengkredit modal saham yang diperoleh kembali
sebesar jumlah yang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan. Saham
yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentuk penyerahan aktiva bukan
kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilai wajar aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar
saham yang bersangkutan, tergantung mana yang lebih jelas.
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisih antara jumlah
yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yang diterima pada saat
pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugi perusahaan. Perolehan kembali saham
yang telah dikeluarkan dapat dicatat dengan menggunakan cost atau par value method. Dengan
cost method, saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan
disajikan sebagai pengurang atas jumlah modal. Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga
perolehan kembali, disajikan sebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis,
disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali
dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikan per
jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dari perolehan kembali
saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karena transaksi perolehan kembali, defisit
tersebut dibebankan pada saldo laba.
Metode nilai nominal atau par value method lazimnya digunakan dalam hal saham yang
diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari. Dengan metode nilai nominal
(par value method), saham yang diperoleh kembali dicatat sebesar nilai nominal saham yang
bersangkutan dan disajikan sebagai pengurang akun modal saham. Apabila saham yang diperoleh
kembali tersebut semula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio saham akan didebit
dengan agio saham yang bersangkutan. Dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih besar dari pada
jumlah yang diterima pada saat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan dengan mendebet
akun saldo laba, .sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya dianggap
sebagai unsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan modal dari
perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehan kembali dilakukan
dalam rangka penarikan saham.
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlah yang
diterima pada saat pengeluarannya dengan mendebet akun modal saham yang diperoleh kembali
dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan. Pada saat saham tersebut dijual
kembali, selisih antara jumlah yang tercatat dengan harga jualnya ditambahkan pada akun modal
yang berasal dari sumbangan.Dividen Perseroan Terbatas.
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan
dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen termaksud.
Kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar. Bila dividen
dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebit sebesar nilai wajar
aktiva yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk pembagian dividen dalam bentuk aktiva bukan
kas dan saham harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagian dividen
saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yang diinvestasikan kembali oleh
mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividen saham dicatat berdasarkan nilai wajar
saham. Termasuk dalam pengertian nilai wajar adalah harga pasar saham PT yang sahamnya
terdaftar di bursa efek atau harga sesuai peraturan dalam akta pendirian PT yang sahamnya tidak
terdaftar dibursa efek, dengan syarat telah disetujui rapat umum pemegang saham serta tak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal.
Konversi agio menjadi saham tak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.

e) Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas

Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas harus mengungkapkan
hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas
laporan keuangan:

a. Untuk setiap jenis saham:

(i) jumlah saham modal dasar;

(ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbitkan tetapi
tidak disetor penuh;

(iii) nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki nilai nominal;

(iv) rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;

(v) hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
(vi) saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas anak atau
entitas asosiasi; dan

(vii) saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak penjualan
saham, termasuk jumlah dan persyaratan;

b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas.

Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 78 bagi entitas yang modalnya tidak terbagi dalam
saham, seperti persekutuan atau trust, mengungkapkan informasi yang setara sesuai dengan
paragraf 77 (a), yang memperlihatkan perubahan selama suatu periode dari setiap jenis
penyertaan, hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.

Pada PSAK No.1 paragraf 104 mengenai laporan perubahan ekuitas disebutkan bahwa
entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:

(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara
terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan
kepada kepentingan non-pengendali;

(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian
kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25;

(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang
timbul dari:

(i) laba rugi;

(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang


menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada
pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilang pengendalian.

105. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode, dan nilai dividen per saham.
106. Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-masing jenis modal
disetor, saldo akumulasi dari masing-masing jenis pendapatan komprehensif lain dan
saldo laba.

107. Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik
turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari
transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,
akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi yang secara
langsung berkaitan dengan tranksaksi tersebut, perubahan keseluruhan atas ekuitas
selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk
keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.

Kesimpulan

Entitas memberikan manfaat untuk mendanai kegiatan perusahaan.Entitas


menggunakan prinsip matching dalam memutuskan penggunaan liabilitas. Liabilitas
menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK)
adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat
ekonomi.
PSAK 1 (Revisi 2009) mengharuskan entitas menyajikan liabilitas jangka pendek
terpisah dari liabilitas jangka panjang.Pemisahan jangka pendek dan jangka panjang
menggunakan jangka waktu 12 bulan atau satu siklus operasi perusahaan.
Jenis Liabilitas :
1. Utang Berbunga Dalam Jangka Pendek :
a. Utang bank
b. Wesel bayar
c. Liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode berikutnya
2. Liabilitas jangka pendek terkait kegiatan operasi :
a. Utang usaha
b. Beban yang masih harus di bayar
c. Pendapatan diterima di muka
d. Utang terkait imbalan kerja
e. Utang pajak pihak ketiga
f. Utang PPN dan PPNBM
g. Utang pajak penghasilan

Selanjutnya Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara
manajemen dan pemilik. Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara
perseroan dengan para pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen
yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan
modal setoran lain.
Ekuitas didefinisikan secara sintatik sebagai hak residual atas aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintatik bukan semantik karena
keperluan untuk memprtahankan artikulasi statemen keuangan. Ekuitas mengandung makna
pemilikan. Oleh karena itu, untuk organisasi nonbisnis ekuitas sering disebut sebagai aset bersih.
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal, yaitu hak atas penyelesaian klaim, hak
penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian, atas dasar konsep
kesatuan usaha kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar perusahaan yang terpisah dari
manajemen.
Modal setoran perlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan
suatu bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan
merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan aset. Modal setoran
merupakan perubahaan aset dalam rangka pendanaan (transaksi modal) sedangkan laba ditahan
merupakan perubahan aset dalam rangka produksi (transaksi operasi).
Kontrak yang sesungguhnya antara pemegang saham dan perseroan ditunjukan oleh
keseluruhan dana yang disetor (modal setoran) tanpa memperhatikan adanya modal yuridis atau
modal saham yang sering dianggap sebagai batas perlindungan bagi pihak lain. Pemisahan dan
pelaporan modal yuridis tidak menjadi masalah secara teknis. Akan tetapi, secara konseptual
modal yuridis dan modal setoran lain harus ditotal untuk menunjukan modal setoran yang harus
dibedakan dengan laba ditahan. Dari segi akuntansi, yang mendasarkan diri pada konsep dasar
substansi di atas bentuk, ekuitas pemegang saham adalah seluruh jumlah yang secara ekonomik
tertanam dalam perseroan termasuk laba ditahan.

REFERENCES

Kieso, Weygandt, and Terry D. Warfield, 2011. “Intermediete Accounting: IFRS Edition”. United
States: Jhon Willey.

PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan

PSAK 57 Tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi

Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.


http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/.
(diakses pada tanggal 16 Maret 2016)

Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas.


http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-akuntansiliabilitas.html.
(diakses pada tanggal 16 Maret 2016)

Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.

Suwardjono. 2010. Teori akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.

Fransiskusanwar.blogspot.com/akuntansi-keuangan-2-liabilitas-jangka-pendek

Anda mungkin juga menyukai