Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Activity Based Manajemen”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen
Ernawati Malik SE.,M.Ak dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen di
Universitas Muhammadiyah Buton Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Baubau, 16 April 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Activity Based Management ........................................ 3
2.2 Tujuan dan Manfaat Activity Based Management .................... 4
2.3 Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen ..... 5
2.4 Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan
ABM Dalam Suatu Organisasi .................................................. 8
2.5 Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan
Informasi .................................................................................... 9
BAB III ANALISIS / EVALUASI
3.1 Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima” .............................................. 14
3.2 Analisis Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima” ................................ 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 17
4.2 Rekomendasi Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima” ....................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat
dan relevan telah mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan
aktivitas. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah suatu pendekatan di
seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen
pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk
pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen
berdasarkan aktivitas menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas/Activity
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya berdasarkan aktivitas
meningkatkan keakuratan mengalokasikan biaya dengan pertama-tama
menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada produk atau
pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.
Analisis nilai proses di lain pihak, menekankan pada analisis aktivitas,
yaitu mencoba untuk menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang
diperlukan secara lebih efisien, dan untuk menghapus aktivitas yang tidak
memberikan nilai bagi pelanggan. Manajemen berdasarkan aktivitas
memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan
mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena
perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan
nilai bagi pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih
rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih
rendah dari pesaing.
Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan terima
(realisasi untuk pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (hal yang
dikorbankan pelanggan). Apa yang diterima, disebut sebagai produk total
(total product). Produk total seluruh manfaat baik wujud (tangible) maupun

1
2

tidak berwujud (intangible) yang pelanggan terima dari produk yang dibeli.
Pengorbanan pelanggan meliputi biaya meliputi biaya pembelian produk,
waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan mempelajari
cara menggunakan produk, dan biaya-biaya paska pembelian, yang
didefinisikan sebagai biaya penggunaan, pemeliharaan, dan menjual
kembali produk tersebut. Meningkatkan nilai bagi pelanggan berarti
meningkatkan realisasi untuk pelanggan, menurunkan pengorbanan
pelanggan, atau keduanya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan activity based manajemen ?
1.2.2 Bagaimana tujuan dan manfaat activity based management ?
1.2.3 Bagaimana model dimensi dan penerapan activity based manajemen ?
1.2.4 Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan
activity based management dalam suatu organisasi ?
1.2.5 Bagaimana langkah-langkah value analysis dalam menghasilkan
informasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari activity based
manajemen.
1.3.2 Untuk memahami dan mendeskripsikan tujuan dan manfaat activity
based management.
1.3.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan model dan penerapan dimensi
activity based manajemen.
1.3.4 Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor yang
mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam
suatu organisasi.
1.3.5 Untuk memahami dan mendeskripsikan langkah-langkah value
analysis dalam menghasilkan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Activity Based Management


Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih
besar daripada pengorbanannya, karena setiap aktivitas adalah biaya.
Manajemen berdasarkan aktivitas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan
tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu
meliputi bidang alat kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat
harga, kualitas produk, dan kualitas pelanggan.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan
sumber-sumber daya yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas
adalah pengorbanan input untuk memperoleh output dan keuntungan.
Manajemen harus berusaha meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah
dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara sistematis.
Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan
mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan
purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti
pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan
barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan penyimpanan.
Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di
seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen
pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan
dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11). Menurut
Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah
pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas

3
4

dengan tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value


yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value
tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based
Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki
nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa
penting, yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan
aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen, dan
pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari
penyedia nilai tersebut.

2.2 Tujuan dan Manfaat Activity Based Management


ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu
untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus
menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk
atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat
digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi
konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah
manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi,
mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan
mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan
aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci
perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
2.2.1 Manfaat ABM menurut Supriyono (1999;356) adalah :
a. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan)
organisasi dan aktivitas-aktivitasnya.
b. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk
setiap tipe produk dan jasa.
c. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.
5

d. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak


bernilai tambah.
e. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah.
f. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan
pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan
tidak semata berdasar informasi keuangan.
g. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.

2.3 Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen


2.3.1 Model Dimensi Activity Based Management
Activity based management menekankan pada biaya
berdasarkan aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) dan analisis
nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006;
487).
a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan
pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki
keakuratan pembebanan biaya. Sebagaimana sumber biaya
ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya dibebankan pada
produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-
Based Costing (ABC), didasarkan pada ABC generasi kedua
yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi
pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya
produk yang terdiri atas dua tahap yaitu melacak biaya pada
berbagai aktivitas dan membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk
menyempurnakan ketelitian biaya produk, namun ABC
6

generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang


bersifat komprehensif yang digunakan sebagai sumber
informasi utama Activity-Based Management (ABM). ABC
generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan
menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber,
aktivitas-aktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-objek
biaya. Asumsi yang mendasari adalah objek-objek biaya
menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas dan aktivitas-aktivitas
menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan
sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan
mengkomunikasikan informasi.
b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi
ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang
dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan
biaya. Dimensi inilah yang memberikan kemampuan untuk
mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses adalah
dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai
pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga
mencakup analisis penyebab biaya, analisis aktivitas-aktivitas
dan evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC.
Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan
yang dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara
pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah
serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan
tertentu.
2.3.2 Penerapan Activity Based Manajemen
Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn
ABC. ABM dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2
tujuan utama, yaitu:
7

a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan


menyajikan informasi biaya yang lebih akurat.
b. Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya
program-program pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan aktivitas dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang
tidak bernilai tambah adalah operasi yang tidak perlu dan tidak
penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya
yang tidak bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya
dari beberapa aktivitas yang bisa dihilangkan tanpa mengurangi
kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan. Berikut adalah
lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya
tak bernilai tambah pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu:
a. Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis
aktivitas, yang mengidentifikasi semua aktivitas penting
organisasi.
b. Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria
untuk menentukan aktivitas yang bernilai tambah adalah:
1) Apakah aktivitas tersebut perlu ?
2) Apakah aktivitas tersebut efisien ?
3) Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang
tidak ?
c. Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya,
dalam mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah,
sangat penting untuk memahami jalan dimana aktivitas
terhubung bersama.
d. Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara
terus-menerus dan membandingkan kinerja dengan tolak ukur,
perhatian manajemen mungkin terarah pada aktivitas yang tidak
perlu dan tidak efisien.
8

e. Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai


tambah harus disoroti pada laporan pusat biaya. Dengan
mengedintifikasi akktivitas tak bernilai tambah, dan melaporkan
biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk
mengembangkan proses dan menghilangkan biaya tak bernilai
tambah.

2.4 Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam


Suatu Organisasi
Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system
manajemen biaya yang baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis
bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan dari organisasi tersebut
umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi, karena
perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan. Faktor-faktor
yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam
suatu organisasi adalah sebagai berikut:
2.4.1 Budaya Organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari
karyawan termasuk perilaku, nilai, keyakinan yang dianut oleh
karyawan. Budaya organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama
serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya organisasi
sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu
organisasi.
2.4.2 Top management support and commitment
Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti
ABM dan ABC membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena
itu dukungan dan peran serta top manajer sangatlah diperlukan untuk
keberhasilan penerapannya.
2.4.3 Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang
sudah dirancang untuk menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan
9

dari proses yang sudah ada sangat mendukung keberhasilan


penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah daftar
dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
2.4.4 Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti
pelatihan serta meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan
kerja yang cepat sangatlah penting. Keberhasilan penerapan dari
program manajemen biaya yang baru membutuhkan keahlian, peran
serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.

2.5 Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi


Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan
informasi tentang mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan
dilakukan. Analisa ini menekankan pada upaya untuk memaksimumkan
sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance
individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
2.5.1 Driver analysis
Untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu
Aktivitas. Setiap aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan
output. Input aktivitas merupakan sumber-sumber ekonomi yang
dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output
aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas.
Output yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan
kuantitatif tertentu yang disebut dengan Activity Output Measure.
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan
menyebabkan perubahan jumlah biaya aktivitas, akan tetapi satuan
ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan langsung dengan
penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu analisa yang disebut dengan analisa driver. Analisa
Driver bertujuan untuk menunjukan penyebab munculnya biaya
aktivitas.
10

2.5.2 Activity analysis


Untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja
yang telibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta
rekomendasi bagi manajemen tentang aktivitas tersebut. Analisa
aktivitas akan diuraikan di bawah ini. Analisa aktivitas merupakan inti
dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu proses
identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu
menjawab 4 pertanyaan berikut ini:
a. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?
b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang
dibutuhkan oleh setiap aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan
organisasi termasuk rekomendasi untuk tetap mempertahankan
nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas
adalah penentuan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh
karena itu dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat dibedakan menjadi 2
jenis aktivitas yaitu:
a. Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)
Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat
mempertahankan kegiatan operasional perusahaan. Dapat pula
dikatakan bahwa aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang
diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien. Biaya untuk
melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya
aktivitas bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang
seharusnya terjadi dalam melaksanakan sutau aktivitas.
Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai
tambah meliputi:
11

1) Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang


dilakukan untuk memenuhi peraturan atau perundangan
yang berlaku.
2) Discretionary activities, merupakan aktivitas yang
dilakukan untuk memenuhi 3 kriteria berikut yaitu
aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau
bentuk, perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan
oleh aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang
memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.
b. Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)
Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan
tetapi dilaksanakan dengan tidak efisien. Biaya untuk
melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas tidak
bernilai tambah. Biaya inilah yang harus dieliminasi karena
menimbulkan adanya pemborosan, contohnya:
1) Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses
produksi untuk setiap jenis produk
2) Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang
dalam proses dan barang jadi dari satu departemen. ke
departemen lain
3) Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya
bahan baku, menunggu datangnya BDP yang dikirimkan
dari bagian atau departemen lain
4) Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk
meyakinkan bahwa barang telah memenuhi spesifikasi
atau kualitas yang diharapkan.
5) Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang
Dalam Proses, produk selesai sebagai persediaan di
gudang menunggu waktu pemakaian atau pengiriman.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah
penurunan biaya (cost reduction) yang ditimbulkan karena
12

adanya continues improvement. Dalam lingkungan yang kompetitif,


perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang diinginkan
konsumen dalam waktu yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini
mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan yang terus
menerus dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat
menurunkan biaya malalui dengan 4 cara berikut ini:
a. Activity elimination, memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai
tambah dengan mengidentifikasikan kemudian mengeliminasi
aktivitas tersebut.
b. Activity selection, pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda
disebabkan kerena srtategi yang saling bersaing. Strategi
berbeda membutuhkan aktivitas berbeda. Dipilih aktivitas yang
biayanya rendah untuk hasil yang sama.
c. Activity reduction, pengurangan waktu dan konsumsi sumber
ekonomi yang diperlukan suatu aktivitas. Pendekatan ini
terutama ditujukan untuk peningkatan efisiensi dan peningkatan
aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.
d. Activity sharing, peningkatan efisiensi aktivitas dengan
memanfaatkan skala ekonomi, khususnya dengan meningkatkan
jumlah kuantitas cost driver tanpa meningkatkan biaya
aktivitasnya.
2.5.3 Activity Performace Measurement
Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu
aktivitas dengan menggunakan alat ukur finansial maupun non
finansial. Alat ukur yang digunakan harus mampu mengetahui
bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat
ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara
terus menerus dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal
yaitu waktu, kualitas serta efisiensi.
a. Waktu
13

1) Reliability : Jumlah pengiriman yang tepat waktu atau


jumlah pengiriman
2) Responsiveness : cycle time (waktu untuk melaksanakan 1
aktivitas), velocity(jumlah output aktivitas yang dihasilkan
dalam satuan waktu tertentu)
3) Manufacturing cycle efficiency : waktu
pemrosesan/(waktu proses+ waktu perpindahan + waktu
inspeksi + waktu tunggu )
b. Kualitas
Jumlah produk cacat, jumlah produk cacat/total produksi,
% kegagalan eksternal, jumlah sisa bahan atau jumlah bahan
yang digunakan. Untuk aktivitas pembelian ukuran kualitas
dapat dinilai dengan Jumlah kesalahan atau jumlah total
permintaan pembelian, jumlah kesalahan setiap order
pembelian.
c. Efisiensi
1) Efisiensi operasi: Output/bahan, output/JKL, output/ jam
mesin
2) Efisiensi mesin : % kapasitas mesin yang terpakai
3) Persediaan : Perputaran persediaan, jumlah persediaan,
lamanya persediaan
BAB III
ANALISIS / EVALUASI

3.1 Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima”


Sebagai contoh UD. 3 S’Prima Kota Batu merupakan salah satu UKM
di Kota Batu yang bergerak di bidang produksi tahu, ada dua jenis produk
yang dihasilkan yaitu tahu mentah dan tahu goreng. Ada beberapa proses
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengolah biji kedelai hingga
menjadi tahu mentah dan tahu goreng. Untuk meningkatkan profitabilitas
dan efisiensi biaya produksi maka UD. 3 S’Prima dapat menerapkan
Activity Based Manajemen (ABM). Dengan menerapkan ABM
pengambilan keputusan dapat lebih akurat karena data yang disajikan lebih
relevan. Penerapan ABM dapat menghilangkan aktivitas yang bernilai
tambah rendah sehingga dapat menghindari biaya-biaya yang tidak
memberikan manfaat bagi perusahaan.
Pada tahun 2011 di Kota Batu masih didominasi oleh industri kecil.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian di
Kota Batu adalah sentral dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan
menghasilakan output yang berguna bagi masyarakatnya, akan tetapi
permasalahannya terdapat pada perubahan lingkungan bisnis membuat
persaingan antar perusahaan dalam merebut pasar menjadi sangat
kompetitif. ABM memberikan suatu penawaran penyelesaian dari
permasalahan tersebut dengan cara pengendalian pada semua aktivitas
normal perusahaan yang memfokuskan pada efektivitas bisnis serta berguna
untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan memberikan
laba bagi perusahaan.
Aktivitas merupakan poin utama dari sebuah perusahaan dalam
memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam pembuatan produk diperlukan
berbagai aktivitas dan setiap aktivitas tersebut memerlukan sumber daya
untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Aktivitas inilah penyebab timbulnya

14
15

biaya. Aktivitas dibedakan menjadi dua yaitu, aktivitas yang memiliki nilai
tambah tinggi (perancangan produk,pemrosesan oleh tenaga kerja langsung,
penambahan bahan langsung atau pengiriman produk) dan aktivitas yang
memiliki nilai tambah rendah (scheduling, moving,waiting, inspecting,
storing).
Kegiatan suatu organisasi atau unit organisasi dikatakan efisien jika
 dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau
biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah
tertentu.
 Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau
biaya yang lebih kecil untuk menghasilkan output dalam jumlah yang
lebih besar.
Dengan adanya pengurangan pada aktivitas yang tidak bernilai tambah
rendah maka biaya yang digunakan untuk proses produksi menjadi
menurun, dan penurunan biaya produksi dapat meningkatkan laba yang
diperoleh perusahaan. Pengukuran tingkat efisiensi pada penelitian ini
adalah dengan mengetahui biaya produksi (input) yang dapat dikurangi
dengan pengeleminasian low value added activity (LVA) tanpa adanya
pengurangan total penjualan tahu (output). Pengefisienan dapat dilakukan
dengan cara mereduksi aktivitas yang hanya sedikit memberikan nilai
tambah bagi perusahaan, setelah terjadi pengurangan biaya (cost reduction)
maka dapat diketahui tingkat efisiensi dengan cara membandingkan antara
input dan output perusahaan sebelum dan setelah diterapkan activity based
manajemen (ABM).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, rasio
profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba atau keuntungan,profitabilitas suatu perusahaan
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.
16

3.2 Analisis Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima”


Perusahaan Tahu UD. 3 S’Prima dalam aktivitas produksinya belum
menerapkan activity based manajemen sehingga masih ada beberapa
aktivitas yang memiliki nilai tambah rendah. Setelah aktivitas tersebut
diidentifikasi maka dapat dianalisis mana yang merupakan aktivitas bernilai
tambah tinggi dan aktivitas yang bernilai tambah rendah. Aktivitas yang
bernilai tambah adalah aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan
bisnis atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan konsumen. Pihak
manajemen harus berusaha untuk mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah
tersebut dengan cara mengelola aktivitas-aktivitas tersebut secara efisien
dan tepat waktu. Dengan diketahuinya penghematan yang dapat dilakukan
apabila UD. 3 S’Prima telah menerapkan activity based manajemen maka
dapat dipakai sebagai estimasi penghematan biaya yang akan terjadi untuk
tahun yang akan datang.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di
seluruh sistem dan terintegrasi yang memfokuskan perhatian
manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai
untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen,
2006; 11). Menurut Mulyadi (2007; 731) Activity-Based Management
(ABM) adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan
pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba
yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut
Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis
aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa
bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa
penting, yaitu manajemen berbasis aktivitas berfokus pada
pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh
konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk
menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
4.1.2 ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang
diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan
untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi
konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM
adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan
perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi
pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai
konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus

17
18

manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan


keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
4.1.3 Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan
aktivitas atau Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses.
Jadi, activity based management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang
memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan
pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki
keakuratan pembebanan biaya. Dimensi proses atau analisis nilai
proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang
aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya.
4.1.4 Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based
management dalam suatu organisasi adalah budaya organisasi, top
management support and commitment, Change process dan
Continuing education.
4.1.5 Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
a. Driver analysis, untuk menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan biaya suatu Aktivitas. Setiap aktivitas pasti
membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas
merupakan sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam
melaksanakan suatu aktivitas, sedangkan output aktivitas
merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Output
yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan
kuantitatif tertentu yang disebut dengan activity output measure.
b. Activity analysis, untuk menentukan aktivitas apa yang
dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu dan sumber
ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen
tentang aktivitas tersebut.
c. Activity Performace Measurement, yaitu pengukuran
performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan
19

menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat


ukur yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu
aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga
diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus
menerus dilakukan perusahaan.

4.2 Rekomendasi Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima”


4.2.1 Perusahaan perlu mengaplikasikan konsep activity based manajemen
(ABM) agar pihak manajemen dapat mengidentifikasi aktivitas-
aktivitas yang terjadi selama proses produksi.
4.2.2 Menerapkan konsep ABM dengan cara :
a. Melakukan pertanggung jawaban terhadap aktivitas yang
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses
produksi
b. Perusahaan dapat melakukan pengaturan tata letak antara
gudang penyimpanan dengan bak perendaman biji kedelai
c. Perusahaan dapat bekerjasama dengan lebih banyak distributor
atau pelanggan sehingga perusahaan dapat meminimalkan retur.
d. Perusahaan dapat menutup produksi tahu goreng dan
mengalihkan tenaga kerja penggoreng tahu ke bagian
pengolahan tahu mentah dan pemasaran
e. Memfokuskan kegiatan produksi ke tahu mentah
f. Membuka gerai khusus untuk penjualan tahu goreng ditempat-
tempat ramai.
4.2.3 Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan
mengetahui bagaimana manajemen berbasis aktivitas agar efektif dan
bisa meningkatkan customer value serta laba yang dicapai dari
penyediaan value tersebut.
20

DAFTAR PUSTAKA

D2bnuhatama.(2012), Activity Based Management (ABM). Tersedia


http://d2bnuhatama.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)

Dwisetiati.(2012), Activity Based Management. Tersedia


https://dwisetiati.wordpress.com/ (Diakses 15 April 2016)

Indri,Ramadhani.(2013), Activity Based Management. Tersedia


http://indriramadhaniekonomi.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)

Jimfeb, Jimfeb Article File 143/110. Tersedia www.jimfeb.ub.ac.id/ (Diakses 15


April 2016)

Larasati, Anissa Yuniar.(2013), Makalah ABM. Tersedia


https://www.academia.edu/ (Diakses 15 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai