Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Asumsi
Untuk menghitung kelayakan usaha pullet dibutuhkan asumsi sebagai berikut:
a. DOC Layer yang akan dipelihara 4.000 ekor.
b. Ayam dipelihara selama 13 minggu di kandang terbuka (open house) milik pribadi.
c. Jumlah pekerja satu orang dengan gaji Rp 2.200.000 per bulan.
d. Kematian (mortalitas) ayam 2%.
e. Harga pakan pre-starter Rp 6.500/kg, starter Rp 6.200/kg dangrower Rp 6.150/kg.
f. Harga sekam padi Rp 3.000/kg.
g. Harga jual pullet Kualitas I Rp 4.000/minggu atau harga pullet umur 13 minggu Rp
52.000/ekor.
B. Biaya Produksi
C. Penerimaan
Keterangan (Rp)
Penjualan 3.920 ekor ayam pullet @Rp 203.840.000
52.000
Penjualan 360 karung kotoran ayam @Rp 1.800.000
5.000
Total Biaya 205.640.000
D. Keuntungan
Profit (Rp)
Penerimaan 205.640.000
Total biaya 152.760.000
Jumlah (-) 52.880.000
E. Analisa Usaha
Analisa Usaha digunakan untuk meninjau kelayakan sebuah usaha/bisnis yang akan
dilaksanakan. Indikator yang digunakan ialah menilai Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
dan Break Even Point (BEP)
1. R/C Ratio
R/C Ratio = Penerimaan / Biaya Produksi
= Rp 205. 640.000 / Rp 152.760.000
= 1,35
Artinya angka 1,35 menunjukkan bisnis pullet yang dilaksanakan menguntungkan.
2. BEP
BEP Harga = Total Biaya / Total Produksi Pullet
= Rp 152.640.000 / 3.920 ekor
= Rp 38.969/ekor
BEP Jumlah = Total Biaya / Harga Jual
= Rp 152.760.000 / Rp 52.000/ekor
= 2.938 ekor
Artinya bisnis pullet ini tidak akan mendapatkan keuntungan maupun kerugian, bila
menjual ayam pullet dengan harga Rp 38.969/ekor (mortalitas 2%). Sementara itu, jika
harga jualnya Rp 52.000/ekor, jumlah ayam pullet yang harus diproduksi 2.938 ekor
(mortalitas 2%).
Home » AYAM PETERLUR » KUNCI SUKSES PEMELIHARAAN PULLET
1. Lokasi kandang
Lokasi kandang pullet harus terpisah dari lokasi ayam produksi jika tidak dilakukan maka
kemungkinan besar dapat terjadi penularan penyakit dari ayam produksi (secara umur lebih tua
dan lebih mempunyai kekebalan) kepada pullet yang mempunyai sedikit kekebalan disbanding
ayam produksi. Hal ini karena ayam tua telah mendapatkan vaksi yang lebih lengkap sehingga
jika terjadi wabah penyakit maka ayam tua relative lebih tahan dan ayam muda akan mudah
terserang. Penyakit yang paling dikhawatirkan menyerang ayam muda adalah penyakit yang
berhubungan dengan reproduksi dan terbawa sampai produksi nanti seperti coccidioasis, ND, IB,
dan ILT
1. Perkembangan genetic
Berat badan ayam sampai umur 35 hari harus mencapai rata-rata 380 gram/ ekor (strain isa
brown) dan 360 gram / ekor (strain hisex brown). Untuk mencapai berat badan tersebut sangat
penting diperhatikan jumlah alat pemanas (brooding), kepadatan kandang, jenis dan jumlah
pakan, serta intensitas pemberian pakan. Semakin sering pemberian pakan maka semain baik
berat badan dan keseragamannya karena saat kita memberikan pakan baru maka ayam akan lebih
semngat untuk makan (aroma akan baru yang segar). Berdasarkan pengalaman, jumlah pemanas
yang dibutuhkan untuk 5000 ekor DOC sekitar 3-4 tabung LPG ukuran 50 kg dan diberikan
samapai ayam berumur 12 hari.
Intesitas pemberian pakan sebaiknya dilakukan 6-7 kali perhari hingga ayam berumur 21 hari.
Contohnya, ayam yang berumur 14 hari menghabiskan pakan sebanyak 18 gram maka setiap
pemberian pakan diberikan 3 gram. Setelah itu, pemnerian pakan dilakuakn 4 kali perhari dengan
selang waktu 2-3 jam hingga ayam berumur 112 hari (siap bertelur).
Setelah ayam berumur 112 hari sampai afkir, makanan diberikan 3 kali perhari dengan selang
waktu 3 – 4 jam. Sebagai contoh Pakan diberikan pada pagi hari pada pukul 7 (60 % pakan)
kemudian siang hari pukul 11 (20% pakan) dan sore hari pukul 14 (20% pakan) dengan porsi
terbesar diberikan pada pagi hari karena keda waktu yang panjang pada malam hari (ayam tidak
diberi makan pada malam hari). Contoh, jika ayam sedang berproduksi menghabiskan pakan 118
gram/ ekor/ hari maka maka pada pagi hari diberikan 70 gram siang hari 24 gram dan sore hari
24 gram.
Berdasarkan pengamatan, pemberian pakan dengan cara ini akan menghasilkan berat badan
yang optimal. Dengan cara ini ayam yang berumur 112 hari bias mencapai rata-rata 1.386 gram/
ekor (strain isa brown) padahal standar genetic 1.360 gram , lumayan lebih tinggi disbanding
standarnya.
1. Program vaksinasi dan obat
Program vakisnasi bukanlah sesuatu yang mempunyai standar tertentu akan tetapi harus sesuai
dengan keadaan / situasi penyakit deerah lokasi peternakan. Oleh karena itu dalam menyususn
program vaksinasi salah satunya dibutuhkan pengetahuan mengenai sejarah penyakit
sebelumnya. Contonya, penyusunan program vaksinasi di daerah Blitar tidaklah sama dengan
penyusunan program vaksinasi di daerah Jember dimana kejadian kasus ILT di blitar sudah
tersebar merata sedangkan di Jember kejadian ILT masih sangat jarang sehingga tindakan
vaksinasi ILT di jember sangat tidak disarankan.
1. Intensitas cahaya
Dalam pemeliharaan ayam petelurintensitas cahaya harus selalu dikontrol. Untuk periode umur
35 hari sebainya pemberian cahaya dilakukan secara terus menerus supaya pembesaran DOC
merata dan DOC tetap makan meskipun malam hari sehingga tingkat konsumsi pakan bias
maksimal. Setelah 35 hari sampai 91 hari justru penggunaan cahaya mulai dibatasi dengan
intensitas cahaya 30-40 foot candle atau gelapnya seperti cahaya yang kita lihat dibawah meja
tulis dalam rumahpada pagi hari tanpa bantuan lampu. Kemudian pada umur 91 hari keatas
intensitas cahaya mulai dinaikan menjadi 60 foot candle. Kemudian pada masa produksi
intensitas cahaya dinaikan lagi menjadi 120 foot candle. Dengan pengontrolan cahaya maka
penentuan dewasa kelamin dapat kita atur.
1. Control pakan
Sebenarnya saya ingin membahas tentang kandungan nilai protein kasar (PK) dan metabolisme
energy (ME) pada pakan ayam, namun saya rasa nanti bakal kepanjangan namun yang perlu
diketahui bahwa perkembangan berat badan dan dewasa kelamin diatur oleh sebuah kelenjar
yang namanya pituitary (pada hipofisa). Pemberian pakan dengan energy tinggi akan
menyebabkan pengeluaran folikel stimulating hormone (FSH) yang efeknya
membantu pertumbuhan calon telur. Sedangkan pemberian pakan dengan protein tinggi akan
meningkatkan produksi growth hormone. Pemberian pakan tinggi energy dan protein tidak
disarankan melebihi 12 hari, jika target berat badan sudah tercapai sebelum 12 hari maka
pemberianya dihentikan.
1. Seleksi ayam
Dibahas pada artikel selanjutnya
1. Pemotongan paruh
Dibahas pada artikel selanjutnya
alam suatu kegiatan usaha, ada saja ide yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
jalannya usaha. Termasuk dalam menyediakan bibit ayam pullet. Pullet sendiri
merupakan ayam petelur yang akan memasuki usia siap produksi (bertelur).
Tidak dapat dipungkiri lagi dan pastinya sudah diketahui oleh para peternak bahwa
penyediaan pullet berkualitas merupakan salah satu kunci keberhasilan.
A. Peluang Usaha
Memelihara ayam petelur dari DOC memang terhitung banyak risiko, seperti mati dan
juga waktu produksi yang lebih panjang. Jadi, ada sebagian peternak yang memotong
jalan dengan memelihara ayam berumur dara (pra-layer) atau juga sudah umur produksi
(pullet) yang sudah berumur 57—112 hari (9—16 minggu).
B. Memulai usaha
Tentukan lokasi yang sesuai. Lokasi kandang pullet harus terpisah dari lokasi
ayam produksi. Jika tidak dilakukan maka kemungkinan besar dapat terjadi
penularan penyakit dari ayam produksi (secara umur lebih tua dan lebih
memiliki kekebalan) kepada pullet yang lebih rentan stres daripada ayam ras
pedaging.
Buatlah kandang litter dengan kepadatan 12—15 ekor/m2 dan mampu
menyediakan 3 hal kondisi ideal, yaitu suhu dan kelembapan udara, cahaya,
serta kualitas udara. Kandang tersebut dapat diatur kondisi udara dan
cahayanya sesuai keinginan.
Sediakan pemanas (brooding) untuk anak ayam.
Sediakan wadah untuk tempat pakan, minum, obat, dan vaksin.
Pengadaan DOC sesuai dengan strain ayam yang diinginkan dan dalam kondisi
sehat.
Satu periode pembesaran ayam pullet sekitar 3 bulan. Tingkat kelangsungan
hidup 97%.
C. Kendala
Periode pemeliharaan pada stadia grower memiliki 3 waktu kritis, yaitu umur
6—7 minggu, 12 minggu, dan 14 minggu.
Sulitnya memperoleh kondisi yang tepat seperti kebutuhan suhu, kelembapan,
pencahayaan, dan pakan.
Untuk produksi pullet dengan tujuan bisnis, pemasaran tentu juga menjadi faktor utama.
Agar mudah memasarkannya, jumlah pullet yang dipelihara hendaknya disesuaikan
dengan permintaan karena percuma menghasilkan pullet berkualitas, tetapi tidak dapat
dijual. Oleh karena itu, bagi pemula yang akan terjun ke bisnis pullet hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Lakukan survei terlebih dahulu mengenai pasarnya, mulai dari lokasi penjualan, pihak
pembeli, dan jumlah permintaan.
2) Lokasi pemeliharaan hendaknya di daerah sentra ayam petelur karena akan lebih
mudah memasarkannya serta meminimalkan biaya transportasi.
3) Peternak pullet hendaknya juga peternak layer (ayam petelur produksi) sehingga
minimal pullet dibuat untuk keperluan sendiri. Jika berhasil dan pullet yang dihasilkan
berkualitas (produksi telur tinggi), promosi akan lebih mudah dilakukan.
4) Pemeliharaan awal sebaiknya hanya untuk memenuhi pesanan. Jadi, begitu siap panen,
customer sudah ada.
5) Pisahkan antara pullet kualitas satu, dua, dan seterusnya. Hal itu untukmembedakan
harga jualnya (seleksi berdasarkan tampilan fisik dan bobot badannya).
Selain itu, yang sangat penting dan harus ditekankan adalah menjaga kepercayaan
pelanggan dengan cara selalu memenuhi permintaan sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Menjaga kualitas pullet yang dihasilkan dan ketepatan pengiriman juga perlu
diperhatikan. Jika customer merasa puas, biasanya tanpa ada promosi pun akan datang
pelanggan-pelanggan yang lain dengan sendirinya.