Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lia Nurhayati

NPM : 11151021

Kelas : 4 FA 1

EPIDEMIOLOGI

Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada saluran
pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak (20 – 30%) dan pada orang
dewasa (5 -15%). Bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A (GABHS, dikenal juga sebagai
Streptococcus pyogenes).

GABHS umumnya dikenal sebagai “radang tenggorokan.” yaitu penyebab bakteri yang
paling umum dan dipengaruhi perubahan musim. Penyebaran biasanya terjadi karena adanya
kontak langsung dari penderita seperti biasanya dari tangan, dengan tetesan saliva atau sekresi
hidung, area yang padat dll. Masa Inkubasi fangitis yang di sebabkan oleh bakteri GABHS
umumnya 2-5 hari. Sedangkan untuk anak usia dibawah 3 tahun, jarang disebabkan oleh
GABHS

ETIOLOGI

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40−60%),
bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Virus menyebabkan sebagian besar kasus
faringitis akut. Virus yang menyebabkan faringitis yaitu rhinovirus (20%), coronavirus (5%),
adenovirus (5%), virus herpes simpleks (4%), virus influenza (2%), virus parainfluenza (2%),
dan virus Epstein-Barr (1 %).

Dari semua penyebab bakteri, GABHS adalah yang paling umum (10% - 30% orang dari
segala usia dengan faringitis). Pada pediatrik, GABHS menyebabkan 15% - 30% kasus faringitis.
Pada orang dewasa, GABHS menyebabkan 5% sampai 15% dari kasus faringitis. Penyebab
faringitis akut lainnya yang kurang umum adalah Streptococcus Kelompok C dan G,
Corynebacterium diphtheriae, Neisseria gonorrhoeae, Mycoplasma pneumoniae,
Arcanobacterium haemolyticum, Yersinia enterocolitica, and Chlamydia pneumoniae.

FATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari faringitis akut adalah penularan terjadi melalui droplet. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa
tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna kuning, putih, atau abu – abu terdapat folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa
folikel dan bercak – bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi
meradang dan membengkak sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

Anda mungkin juga menyukai