Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pertama, sama-sama dibangun atas dasar kesatuan umat, yang menghuni sebuah batas teritorial
tertentu, bahkan sudah mampu melampaui konsep negara bangsa kini, dimana kesatuan didasari
oleh kesamaan senasib-sepenanggungan untuk membela tanah air. Itulah satu umat, satu kesatuan
masyarakat yang saling mempertahankan dan melindungi bila ada musuh yang datang menyerang.
Perjanjian dalam piagam itu dapat berjalan beberapa waktu sampai kelompok Yahudi berkhianat,
justru di saat genting ketika Muslimin akan menghadapi serbuan Quraisy. Pasca dibukanya jalan
demokrasi, muncul beberapa kalangan yang menolak Pancasila karena Pancasila lahir dan tinggal di
Indonesia.
Kedua, Piagam Madinah memberi hak sepenuhnya kepada tiap umat beragama untuk menjalankan
ibadah sesuai kepercayaan masing-masing. Demikian pula, Undang-Undang kita yang menjamin
eksistensi agama dan peribadatan tiap warga negaranya.
Ketiga, perlindungan diberikan kepada mereka yang tidak berbuat zalim (la ‘udwana illa ‘ala azh-
zhalimin). Zalim adalah lawan dari adil, siapa yang tidak melakukan kewajibannya dan melanggar hak
orang lain. Maka dia akan diberi sanksi sesuai kezalimannya, tanpa memandang pada etnis atau latar
belakang agamanya.
Keempat, Piagam Madinah mengakomodir semua golongan, justru dengan tanpa mencantumkan
secara eksplisit “syariat Islam” ke dalam body-text-nya. Pancasila dengan asas Ketuhanan Yang Maha
Esa sebenarnya sudah lebih baik. Di samping itu, spirit yang diperoleh dari piagam ini adalah, bahwa
tidak ada golongan yang mendapakan hak lebih sebagai warga negara dibanding golongan yang lain.
Kesamaan derajat dihadapan konstitusi inilah yang kemudian mendasari salah satu isi Pidato Bung
Karno pada hari kelahiran Pancasila, 1 Juni 1945. Beliau mengatakan: “Kita hendak mendirikan suatu
negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan
bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua”.