Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model konseptual adalah seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka piker suatu cara melihat
keperawatan, atau suatu gambarantentang lingkup keperawatan (Anderson
McFarlane, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).
Teori keperawatan merupakan konseptualitas dari beberapa aspek
keperawtan guna menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, serta dasar
pelaksanaan asuhan keperawatan (Meleis, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,


saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok diri masyarakat yang
tinggal si suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama,
area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang
mempunyai interest yang sama (Dermawan, 2012).

Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga


diperlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat
mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas
merupakan suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas,
mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada
penggunaan teknologi tepat guna (Dermawan, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas ?
2. Bagaimana Peran dan Fungsi Perawat dalam Keperawatan Komunitas ?

1.3 Tujuan

1
1. Mahasiswa dapat mengetahui Teori dan Model Konseptual dalam
Keperawatan Komunitas ?
2. Mahasiswa dapat mengetahui Peran dan Fungsi Perawat dalam
Keperawatan Komunitas ?

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas

Model konseptual adalah seperangkat konsep dan pernyataan yang


mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka piker suatu cara melihat
keperawatan, atau suatu gambarantentang lingkup keperawatan (Anderson
McFarlane, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).

Teori keperawatan merupakan konseptualitas dari beberapa aspek


keperawtan guna menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, serta dasar
pelaksanaan asuhan keperawatan (Meleis, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).

2
Model dan konsep teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan
dalam praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan komunitas yang
menitikberatkan pada peningkatan status kesehatan masyarakat mengacu pada
berbagai model konseptual yang ada. Tidak ada teori global yang sesuai untuk
setiap situasi. Sehingga pemahaman mengenai model konsep dan teori menjadi
penting guna membuka wawasan dan menstimulasi peningkatan kualitas serta
inovasi intervensi keperawatan.

1. Model Lingkungan Florence Nightingale


Konsep Nightingale merupakan model awal keperawatan yang
menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan yang dikenal
dengan istilah environmental model. Konsep Nightingale memberikan perawat
cara berpikir tentang klien dan lingkungannya. Nightingale tidak melihat
perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemeberian udara
yang bersih, pencahayaan (penerangan), kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan, dan nutrisi yang adekuat. Lingkungan eksternal tersebut menurut
Nightingale yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan individu.
Nightingale menyatakan bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan,
maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara
hidup seseoang daripada mengkaji fisik dan tubuhnya. Nightingale dalam teori
deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan dan kerangka
rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya (Widyanto, 2014).
2. Model Sistem Imogene King
Model sistem king menjelaskan bahwa komunitas merupakan suatu sistem
yang terdiri dari sub sistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial
yang lebih luas. Subsistem yang ada di komunitas saling berinteraksi,
intelerasi, dan interdepedensi antara satu dengan yang lainnya. Jika terdapat
gangguan atau stressor yang terjadi pada salah satu subsistem, maka akan
berpengaruh pada komunitas secara keseluruhan. Misalnya terdapat gangguan
pada subsistem pelayanan kesehatan dan sosial, maka masyarakat yang sakit
akan kehilangan saran untuk mendapakan pelayanan kesehatan yang terjangkau
sehingga membutuhkan intervensi keperawatan. Keluarga sebagai subsistem
komunitas merupakan sistem terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik
sekaligus umpan balik antara keluarga dan komunitas.

3
Kerangka kerja konsep sistem king terdiri dari tiga subsistem yaitu sistem
personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. Sistem personal merupakan
sistem terbuka yang terdiri atas konsep mengenai presepsi dirinya, pola tumbuh
kembang, body image, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan. Sistem
interpersonal mengenai interaksi manusia, masyarakat, transaksi, peran, dan
stress. Sedangkan sistem sosial meliputi organisasi, otoritas, kekuatan, status,
dan pembuatan keputusan.

Maka berdasarkan model sistem King ini, untuk mengetahui maslah


komunitas perlu dilakukan pengkajian pada keluarga yang merupakan bagian
dari subsistem komunitas. Oleh sebab itu, intervensi keperawatan yang
diberikan melibatkan dua sasaran yaitu keluarga dan komunitas sebagi unit
pelayanan dasar dimasyarakat atau komunitas (Widyanto, 2014).

3. Model Adaptasi Sister Calista Roy

Sister Calista Roy lahir di Los Angeles, California pada tanggal 14


Oktober 1939. Roy menyelesaikan pendidikan Diploma Keperawatan pada
tahun 1963 di Mount Saint Mary’s Collage, Los Angeles dan menyelesaikan
Master Keperawatan di California University pada tahun 1996. Roy
menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun 1977 di Universitas yang sama. Roy
bersama Dorothy E. Johnson mengembangkan teori model konseptual
keperawatan. Ketika bekerja sebagai perawat anak, Roy melihat suatu
perubahan besar pada anak dan mereka memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dalam respon yang lebih besar terhadap perubahan fisik dan
psikologis. Roy mengembangkan dasar konsep keperawatannya pada tahun
1964-1966 dan baru di operasionalkan pada tahun 1968. Pada saat itu Mount
Saint Mary’s College mengadopsi teori adaptasi sebagai dasar filosofi
kurukulum keperawatannya. Roy menjabat sebagai asisten Professor pada
Departemen Nursing di Mount Saint Mary’s Collage pada tahun 1982. Model
Adaptasi dari Roy dipublikasikan pertama pada tahun 1970.

Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio, psiko, sosial


sebagai satu kesatuan yang utuh. Asumsi dasar model teori adaptasi Roy ada 2
(Dua). Pertama, setiap individu selalu menggunakan koping yang bersifat

4
positif maupun negatif. Kemampuan adaptasi seseorang dipengaruhi oleh 3
(Tiga) komponen yaitu penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya
perubahan itu sendiri dan pengalaman beradaptasi terhadap perubahan yang
ada. Kedua, Individu selalu berada dalam rentang sehat sakit, yang
berhubungan dengan efektivitas koping yang dilakukan untuk mempertahankan
kemampuan adaptasi.

Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu dihadapkan pada


berbagai persoalan kompleks. Hal itu menuntut manusia untuk melakukan
adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri adalah respon
dalam melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas
diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Gambar 3.1 Skema Model Adaptasi Roy

Skema model adaptasi Roy dimulai dari proses input yang menjelaskan
adanya 3 (tiga) tingkatan stimulu adaptasi pada manusia, diantaranya :

a. Stimuli fokal yaitu stimulus yang berlangsung beradaptasi dengan


individu dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap individu.
b. Stimuli Kontektual yaitu stimulus yang dialami individu baik internal
maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, serta dapat diukur secara subyektif.

5
c. Stimuli residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sulit untuk diobservasi.
Tahap selanjutnya setelah adanya input stimuli adaptasi yaitu proses
kontrol yang melibatkan 3 (tiga) komponen, yaitu :
a. Mekanisme Koping
Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme
koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia. Proses
tersebut ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang
sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme
koping yang didapat dimana koping tersebut diperoleh melalui
pengembangan atau pengalaman yang diperoleh melalui
pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya.
b. Regulator Subsistem
Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuh yaitu
saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.
c. Cognator Subsistem
Proses koping seseorang yang menyertakan 4 (empat) sistem
pengetahuan dan emosi yaitu pengolahan persepsi dan informasi,
pembelajaran, pertimbangan, dan emosi (Widyanto, 2014).
Roy mengemukakan pandangan tentang manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan dalam kaitannya dengan teori adaptasi, bahwa manusia makhluk
bio-psiko-sosial secara utuh. Adaptasi dijelaskan oleh Roy melalui sistem
efektor/model adaptasi yang terdiri dari 4 (empat) faktor, yaitu :
a. Fungsi Fisiologis
Sistem adaptasi fisiologis antara lain oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit,
fungsi neurologis, endokrin dan reproduksi.
b. Konsep Diri
Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana individu
dalam mengenal pola-pola interaksi sosial saat berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri menunjukan pada nilai, kepercayaan, emosi,
cita-cita serta perhatian yang diberikan untuk menyatakan keadaan
fisik.
c. Fungsi Peran
Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
individu dalam mengenal pola-pola interaksi sosial saat berhubungan

6
dengan orang lain. Interaksi tersebut tergambar pada peran primer,
sekunder, maupun tersier.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individu maupun kelompok.
Proses terakhir dari skema adaptasi Roy adalah adanya respon adaptasi
individu yang dapat berupa respon adaptif maupun meladaptif. Tujuan dari
aplikasi model adaptasi Roy dalam keperawatan komunitas adalah
denganmempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku maladaptif
pada komunitas. Bentuk upaya pelayanan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan komunitas dengan memberikan intervensi yang
mampu mempertahankan perilaku adaptif. Kegiatan lain yang dapat dilakukan
dapat berupa upaya menekan stressor yang ada dalam komunitas untuk
meningkatkan mekanisme adaptasi (Widyanto, 2014).

4. Model Health Care System Betty Neuman


Betty Neuman lahir di Ohio tahun 1924, dia anak kedua dari 3 bersaudara
dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ketika berumur 11 tahun
ayahnya meninggal setelah 6 tahun dirawat karena chronic renal failure (CRF).
Pandangan Neuman mengenai perawat dipenngaruhi oleh pujian ayahnya
mengenai perawat dan pekerjaan ibunya sebagai bidan didesa. Setelah lulus
SMA Neuman tidak dapat melanjutkan pendidikan keperawatan. Dia bekerja
sebagai teknisi pada perusahaan pesawat terbang dan sebagai juru masak di
Ohio dalam rangka menabung untuk pendidikannya dan membantu ibu serta
adiknya. Adanya program wajib militer di keperawatan mempercepat
masuknya Neuman ke sekolah keperawatan. Neuman lulus program diploma
RS Rakyat (sekarang RSUP Akron Ohio) tahun 1974 dan MS Kesehatan
Masayarakat serta Konsultan Keperawatan Jiwa tahun 1966 dari Universitas
California LA. Tahun 1985 Neuman menyelesaikan Phd dalam bidang Clinical
Psychology dari Universitas Pasific Western.
Model konsep Health Care System Neuman memandang kilen sebagai
sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang
dinamis. Sistem Neuman terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang berinteraksi secara konstan dengan stressor di lingkungan

7
secara dimensional. Neuman bependapat bahwa stressor merupakan kekuatan
dilingkungan yang dapat mengubah kestabilan sistem. Stressor dikategorikan
dalam 3 (tiga) area, yaitu:

a. Stressor intra personal, yaitu stressor yang terjadi didalam individu


dan berhubungan dengan lingkungan internal seperti emosi, perasaan,
atau respon imun.
b. Stressor inter personal, yaitu stressor yang terjadi di antara individu
atau keluarga atau lebih yang berpengaruh pada sistem seperti
pengharapan peran.
c. Stressor ekstra personal, yaitu stressor yang terjadi diluar individu itu
sendiri masalah keuangan atau sosial politik.

Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang


dapat mengganggun keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu
fleksibel line of defense, normal lineof defense, dan resitance defense. Fleksibel
line of defense atau garis pertahanan fleksibel digambarkan dengan garis putus-
putus yang mengelilingi komunitas dan (buffer zone) yang menunjukan suatu
tingkat kesehatan dinamis akibat respons awal atau perlindungan pada sistem
dari stressor. Contoh garis pertahanan fleksibel seperti ketersediaan pelayanan
kesehatan, iklim, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Selain itu terdapat normal line of defense atau garis pertahanan normal
yang merupakan tingkat kesehatan komunitas yang dicapai saat itu. Garis
pertahanan normal berupa pola koping dan kemampuan dalam pemecahan
masalah dalam jangka panjang yang diperlihatkan sebagai kesehatan
komunitas. Garis pertahanan normal tersebut seperti ketersediaan pelayanan,
adanya perlindungan terhadap status nutrisi secara menyeluruh, tingkat
pendapatan (cost level), sikap atau perilaku masyarakat terhadap kesehatan,
kondisi, rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Selanjutnya terdapat
resitance defense atau garis perthanan resisten yang merupakan mekanisme
internal untuk menghadapi stressor seperti tingkat pendidikan masyarakat,
ketersediaan pelayanan kesehatan, transportasi, tempat rekreasi, dan cakupan
imunisasi. Intervensi ditekankan pada ketiga garis pertahanan tersebut yang
mengalami gangguan, yaitu :

8
a. Intervensi pada gangguan garis pertahanan fleksibel bersifat promosi
dengan memberikan pendidikan kesehatan serta demonstrasi
keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien dirumah
atau komunitas guna meningkatkan kesehatan dan keseimbangan
pertahanan normal.
b. Intervensi pada gangguan garis pertahanan normal bersifat prevensi
seperti detekdi dini tumbuh kembang balita atau keluarga.
c. Intervensi pada gangguan garis pertahanan resisten bersifat kuratif dan
rehabilitatif. Seperti melakukan prosedur keperawatan melatih klien
duduk atau berjalan, memberikan konseling untuk penyelesaian
masalah, melakukan kerjasama lintas program maupun lintas sektor
untuk menyelesaikan masalah serta melakukan rujukan lintas program
maupun lintas sektor.
Model konsep Neuman ini menganalisis interaksi 4 (empat) variabel yang
menunjang keperawatan komunitas yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek
sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Asumsi Neuman tentang keterkaitan
keempat aspek tersebut dengan paradigma keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Manusia, merrupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merepukan satu kesatuan dari
variabel yang utuh yaitu fisiologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan, dan spiritual.
b. Lingkungan, meliputi seluruh faktor internal dan eksternal atau
pengaruh dari sekitar atau sistem spiritual.
c. Sehat, merupakan kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan serta suatu keseimbanganyang dinamis sebagai dampak
keberhasilan dalam menghindari atau mengatasi stressor. Sehat
menurut Neuman merupakan keseimbangan bio, psiko, sosio, kultural,
dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu pertahanan
fleksibel, normal, dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan menjadi 8
(delapan), yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat psikologi, medis, dan sosial.
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik misalnya khawatir sakit atau ragu-ragu akan
kesehatannya.

9
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik tetapi kurang
mampu secara ekonomi maupun interaksi sosial dengan
masyarakat.
4) Hypocondriacial, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan
tanpa alasan.
5) Medically, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal daripada
menyerah karena mempertahankan kesehatannya serta berjuang
untuk keselamatan/kesehatan orang lain.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit tetapi
mempunyai harapan baik.
8) Seiously ill, yaitu benar-benar sakit,baik psikologis, medis,
maupun sosial.

Tabel 3.1 Delapan Tahapan Klasifikasi Sehat

No Label Health Dimension


Sosial Psikologi Medis
1. Normally well Baik Baik baik
2. Pessimistic Baik Sakit baik
3. Socialli ill Sakit Baik Baik
4. Hypocondriacal Sakit Baik Sakit
5. Medically ill Baik Baik Sakit
6. Martyr Baik Sakit Sakit
7. Optimistic Sakit Baik Sakit
8. Seriously ill Sakit Sakit Sakit

d. Keperawatan, sebagai bagian dari ilmu dan kiat yang diaplikasikan


guna membantu individu, keluarga, kelpmpok, dan komunitas untuk
mempertahankan tingkat kesehatan berhubungan dengan
ketidakseimbangan yang terjadi pada ketiga garis pertahanan yaitu
fleksibel, normal dan resisten. Upaya tersebut berfokus

Aplikasi model Neuman dalam Keperawatan Komunitas dikembangkan


menjadi model community as paetner. Model ini sebagai panduan proses
keperawatan dalam pengkajian komunitas, analisa dan diagnosis, perencanaan,
implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan primer,
sekunder, dan tersier, dan serta program evaluasi. Model ini berfokus pada

10
komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan (Widyanto, 2014).

Model community as partner digunakan sebagai panduan proses


keperawatan dalam pengkajian komunitas, analisa dan diagnosis, perencanaan,
implementasi dan progam evaluasi. Implementasi komunikasi terdiridari tiga
tingkatan pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier. Fokus model ini
adalah menjadikan komunitas sebagai partner ditandai dengan roda pengkajian
komunitas dengan menyatukan anggota masyarakat sebagai intinya dan
penerapan proses keperawatan sebagai pendekatan (Widyanto, 2014).

Gambar 3.2 Model Community as Partner

Dalam Buku Keperawatan Komunitas (2014) Anderson & Mc Farlane


(2006) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu
inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti. Sedangkan proses

11
keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan implementasi, dan evaluasi.

5. Model Self Care Dorothea E. Orem

Dorothea orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di


Amerika. Dorothea orem lahir lahir di baltimore, Maryland 1914. Orem
memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan master
keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, orem bekerja
sebagai staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi,
serta perawat konsultan. Orem menerima gelar doktor pada tahun 1976. Orem
adalah anggota subkomite kurikulumdi Universitas Katolik.

Model konsep keperawatan orem dikenal dengan Model Self Care


(perawatan diri) yang memandang bahwa setiap individu mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri (self care) guna memenuhi kebutuhan
hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan
sehat dan sakit. Teori orem berfokus pada kebutuhan pelayanan diri klien
sehingga klien dapat merawat dirinya sendiri sebagai bagian dari kebutuhan
dasar manusia. Menurut orem, kebutuhan dasar manusia terdiri dari
pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigen), pemeliharaan pengambilan
air, pemeliharaan dalam pengambilan makanan, pemeliharaan kebutuhan
proses eliminasi, pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat,
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial,
kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan
sehat dan kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan
potensi, pengetahuan dan keinginan manusia.

Dalam Model Self Care, Orem mengembangkan dua bentuk teori tersebut,
yaitu :

a. Perawatan diri sendiri (self care)

12
1) Self care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang
dilaksanakan oleh individu dalam memenuhi serta
mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan.

2) Self care agency merupakan kemampuan individu dalam


melakukan perawatan diri sendiri yang dapat di pengaruhi oleh
usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain sebagainya.

3) Therapeutic self caredemand merupakan tuntunan atau


permintaan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri
menggunakan metode dan alat yang tepat.

4) Self care requisites (kebutuhan self care) merupakan tindakan


yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri yang
merupakan aktivitas sehari-hari (activity daily living) dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh. Self care requisites terdiri dari 3
kelompok yaitu universal (kebutuhan fisiologis dan psikososial),
developmental (kebutuhan perkembangan), dan health deviation
(kebutuhan saat individu mengalami penyimpangam dari keadaan
sehat).

b. Self care deficit

Self care deficit merupakan bagian penting dalam perawatan secara


umum dimana segala perencanaan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self care secara terus menerus.
Dalam pemenuhan self care deficit, orem membagi bantuan yang
diberikan menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system) yaitu


bantuan menyeluruh yang diberikan kepada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri seperti pergerakan,
pengontrolan ambulasi, serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Misalnya klien dengan penurunan kesadaran, stroke, fraktur

13
vertebra, dan klien lain yang tidak mampu mengurus dirinya
sendiri.

2) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system) yaitu


bantuan sebagian yang diberikan kepada klien dengan
keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan. Misalnya klien
dengan fraktur fermur atau tibia, klien mampu melakukan
aktivitas seperti makan, minum namun membutuhkan bantuan
untuk melakukan hal lain seperti ambulasi.

3) Sistem pendukung dan edukatif (supportive seducation) yaitu


dukungan pendidikan yang diberikan kepada klien yang
memerlukan bantuan belajar, dengan tujuan agar klien mampu
melakukan asuhan keperawatan mandiri. Misalnya klien yang
tidak tahu diet untuk diabetes melitus membutuhkan bantuan
belajar mengenai diet tersebut guna mempertahankan bahkan
kesehatan (Widyanto, 2014).

6. Need Based Model Virginia Henderson

Teori keperawatan Virginia Henderson merupakan need based model atau


aktivitas hidup sehari-hari (activity daily living model) dengan memberikan
gambaran tugas perawat yang mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia.
Tujuan keperawatan berdasarkan konsep Henderson yaitu membantu klien
untuk mendapatkan kembali kemandiriannya scepat mungkin. Praktik
keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar
Henderson, yaitu :

a. Bernafas secara normal

b. Makan dan minum cukup

c. Eliminasi

d. Bergerak dan mempertahankan posisi yang di kehendaki

e. Isitirahat dan tidur

14
f. Memilih cara berpakaian, berpakaian, dan melepas pakaian.

g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal

h. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi

i. Menghindari bahaya lingkungan

j. Berkomunikasi dengan orang lain

k. Beribadah menurut keyakinan

l. Bekerja yang menjanjikan prestasi

m. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.

n. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu


pada perkembangan dan kesehatan normal (Widyanto, 2014).

7. Model Konsep Manusia Sebagai Unit (Kesatuan Model) Martha E. Rogers

Rogers memperkenalkan model konseptual yang dikenal dengan manusia


sebagai unit. Model ini memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh,
memilik integritas diri dan menunjukkan karakteristik yang lebih dari sekedar
gabungan beberapa bagian. Manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan
yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, yang berbeda antara individu satu
dengan yang lain. Model Rogers menekankan pada efek lingkungan terhadap
kesehatan seseorang. Tujuan keperawatan menurut Rogers adalah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, merawat
serta rehabilitasi klien yang sakit dengan pendekatan humanistik (Widyanto,
2014).

8. Model Tingkah Laku Johnson

Teori Johnson berfokus pada bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi


sakitnya dan bagaimana stress aktual atau potensial dapat mempengaruhi
kemampuan deradaptasi. Model konseptual Johnson ini dikenal dengan model
tingkah laku. Seseorang dipandang sebagai suatu sistem tingkah laku seperti
tubuh manusia yang dipandang sebagai sistem biologis. Subsistem yang
membentuk sistem tingkat laku menurut johnson yaitu :

15
a. Pencapaian, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui
ketrampilan yang kreatif.
b. Perhubungan (afilisasi), pencapaian hubungan dengan lingkungan
yang adekuat.
c. Penyerangan (agresif), koping terhadap ancaman di lingkungan.
d. Ketergantungan, keamanan serta kepercayaan.
e. Eliminasi pengeluaran sampah yang tidak berguna secara biologis.
f. Ingesti, sumber dalam memelihara integritas serta mencapai
kesenangan pencapaian pengakuan lingkungan.
g. Seksualitas, pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai.

Tujuan tindakan keperawatan untuk memperbaiki, mempertahankan, atau


mencapai keseimbangan dan stabilitas sistem tingkah laku pada tingkatan
setinggi mungkin pada individu. Variabel yang perlu diindentifikasi dari
ketidak adekuatan tingkah laku yaitu insuffisiensi (ketidakcukupan),
discrepancy (ketidaksesuaian), incompatibilitas (ketidakcocokan), dan
dominance (kekuatan).

Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan


subsistem yang membentuk sistem tingkah laku yang telah dijelaskan diatas.
Dalam kondisi normal klien berfungsi secara efektif di dalam lingkungannya.
Akan tetapi ketika stress mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi
tidak dapat diduga dan tidak jelas. Perawat mengidentifikasi ketidakmampuan
beraptasi dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi maslah dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Bentuk intervensi keperawatan agar tingkah
laku adekuat seperti membatasi atau memberi batasan tingkah laku,
mempertahankan atau melindungi dari stressor negatif, menghambat atau
menekan respons yang tidak efektif, dan memudahkan atau memberi
pemeliharaan dan rangsangan (Widyanto, 2014).

9. Model Transcultural Nursing Leiner

Tujuan teori transcultural nursing adalah untuk memberikan pelayanan


yang berbasis pada kultur. Leiner percaya bahwa perawat harus bekerja
dengan prinsip “care” dan memahami secara mendalam mengenai “care”.
Sehingga cultures care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan

16
landasan yang nyata dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang
efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Struktur sosial seperti
kepercayaan, politik, ekonomi, dan kekeluargaan adalah kekuatan signifikan
yang berdampak pada “care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi
sehat (Widyanto, 2014).

2.2 Peran dan Fungsi Perawat dalam Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,


saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama. Komunitas adalah kelompok diri masyarakat yang tinggal si
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest
yang sama (Dermawan, 2012).

Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga


diperlukan suatu kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat mencapai
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan
suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas, mudah
dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada penggunaan
teknologi tepat guna (Dermawan, 2012).

1. Definisi Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang
bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995 dalam Buku Ajar
Keperawatan Komunitas, 2012).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas


perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya
yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas
dan tanggung keperawatan swcara professional sesuai dengan kode etik

17
professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi
untuk kejelasan (Mubarak, 2005).

2. Elemen Peran

Menurut ahli elemen peran perawat meliputi :

Table.6.1 Elemen Peran Perawat


Care Giver

Client Advocate

Counselor

Educator

Element Role Collaborator

Coordinator

Change Agent

Consultant

Interpersonal
Process

a. Care Giver

Pada peran ini perawat diharapkan mampu :


1) Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi
mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah
yang kompleks.
2) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,
perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan
significan dari klien

18
3) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah
psikologis.

b. Client Advocate (Pembela Klien)

Tugas perawat :
1) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi lain yang diperlakukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya.
2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus di lakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
3) Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembela
termasuk di dalamnya peningkat apa yg terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak
klien (Disparty, 1998:140).
Hak-Hak Klien antara lain:
a. Hak Atas pelayanan yg sebaik-baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak Untuk menerima ganti rugi akibat kelainan tindakan
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
a. Hak atas informasi yg benar
b. Hak untuk berkerja sesuai standart
c. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klein
d. Hak untuk menolak tindakan yg kurang cocok
e. Hak atas rahasia pribadi
f. Hak atas balas jasa

c. Conserol

19
Konseling adalah proses membantu klein untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologi atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya di berikan dukungan emosional dan intelektual
Peran perawatan:
1) Mengidentifikasi perubahan pola interaksasi klien terhadap
keadaan sehat dan sakitnya.
2) Perubahan pola interaksasi merupakan “Dasar” Dalam
merencanakan motedo untuk meningkatan kemampuan adaptasinya
3) Memberikan konseling atau bimbingan penyeluhan kepada
individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengamalan
kesehatan dengan pengamalan yang lalu
4) Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
5) Mengubah prilaku hidup sehat (perubahan pola intereksasi).

d. Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru
membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif
antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek
khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Resman,
1998 :8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan
baru atau ketrampilan secara teknis.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian (1),
perencanaan (2), pelaksanaan (3), dan evaluasi (4).Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji
kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.Selama
perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.
Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama
evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat.Banyak faktor yang
mempengaruhi peningkatan kebutuhan pembelajaran tentang kesehatan
oleh perawat.Saat ini ada kecenderungan baru untuk peningkatan dan
penjagaan kesehatan daripada pelayanan, sebagai akibatnya masyarakat
ingin dan bisa memperoleh banyak pengetahuan dibidang kesehatan.
Peran perawat :

20
1) Dapat dilakukan kepada klien atau keluarga, tim kesehatan lain baik
secara spontan pada saat berinteraksi maupun formal (sudah
disiapkan terlebih dahulu).
2) Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan, gejala penyakitnya sesuai kondisi dan
tindakan yang spesifik.
3) Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam proses
keperawatan.

e. Collaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerja sama dengan ahli radiology dan lain lain dalam kaitannya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien.

f. Coordinator :
Peran perawat adalah:
1) Mengarahkan
2) Merencanakan
3) Mengonrganisasikan
Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima
pelayanan dari banyak professional.Misal : pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Aspek yang harus diperhatikan adalah : jenisnya, jumlah,komposisi,
persiapan, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, edukasi,
dan lain sebagainya.

g. Change Agent (Pembawa Perubahan/Pembaharu)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang


berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan
pada dirinya atau pada system.(Kemp, 1986).Marriner Torney
mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,
menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternative,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini.

21
Peningkatan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan,melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan klien tersebut.

h. Consultant
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi pasien terhadap
masalah yang dialami oleh pasien atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan.

3. Peran Perawat

A. Peran Perawat Menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989

Berdasarkan Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989 peran perawat


terdiri dari : peran sebagai asuhan keperawatan, advokat pasien (pembela)
pendidik, coordinator, konsultan dan peneliti yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 6.2 Peran perawat Menurut Konsorsium Ilmu kesehatan tahun 1989.
Pemberi Asuhan
Keperawatan

Advokat

Edukator

Peran Perawat Koordinator

Kolaborator

Konsultan

Pembaharu
1) Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
melalui perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar

22
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.Asuhan
keperawatan yang diberikan dari hal yang sederhana sampai dengan
yang kompleks.
2) Peran Sebagai Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang
meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya,hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3) Peran Sebagai Edukator
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4) Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5) Peran Sebagai Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari : dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
6) Peran Sebagai Konsultan
Yaitu peran sebagai konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran ini dilakukan atas

23
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
7) Peran Sebagai Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan,kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

B. Peran Perawat Menurut Hasil Lokakarya Keperawatan Tahun 1983

Berdasarkan hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 maka peran perawat


dibagi menjadi empat yaitu :

1) Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan


Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling
kompleks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Ini merupakan peran
utama perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang profesional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip,
konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria
profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa
keperawatan.Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai
kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah-masalah
individu,keluarga, kelompok atau masyarakat.Perawat harus
menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri
sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut.kemampuan ini
diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saat menjalankan
tugasnya disarana pelayanan kesehatan.
2) Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan baik
di masyarakat maupun didalam institusi dalam mengelola pelayanan
keperawatan dalam individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program
pendidikan keperawatan.Sebagai administrator bukan berarti perawat
harus berperan dalam kegiatan administrative secara umum.Perawat

24
sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam system pelayanan
kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan
kesehatan.Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam
kelompoknya dan dapat mengatur,merencanakan, melaksanakan dan
menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawat merupakan
anggota professional yang paling lama bertemu dengan klien, maka
perawat harus merencanakan, melaksanakan dan mengatur berbagai
alternative terapi yang harus diterima oleh klien.Tugas ini menuntut
adanya kemampuan menegerial yang handal dari perawat.
3) Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga
kesehatan lainnya.Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan.Perawat
harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
4) Perawat sebagai peneliti pengembang pelayanan keperawatan
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator)
dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat
diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada
hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan,
menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang
telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat menggerakkan
orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan,
perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti
perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain
dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan
pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan.Perawat juga

25
menunjang pengembangan dibidang kesehatan dengan berperan serta
dalam kegiatan penelitian kesehatan.

C. Peran Perawat Kesehatan Masyarakat

Dari beberapa peran yang telah dikemukakan baiknoleh beberapa


ahli, maupun peran perawat berdasarkan : Konsorsium Ilmu Kesehatan
Tahun 1989 dan Hasil Lokakarya Keperawatan Tahun 1983 maka banyak
sekali peran yang dijalankan oleh perawat kesehatan masyarakat dalam
mengorganisasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan apakah itu
melalui Puskesmas yang merupakan bagian dari institusi pelayanan dasar
utama, baik program didalam gedung atau di luar gedung, pada
keluarga,kelompok-kelompok khusus dan lain sebagainya sesuai dengan
peran, fungsi dan tanggung jawabnya. Dan perwn yang dapat
dilaksanakan diantaranya adalah: (1) sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan (2) sebagai pendidik (3) sebagai coordinator pelayanan
kesehatan (4) sebagai innovator (pembaharu), (5) sebagai organisator
(pengorganisasi pelayanan kesehatan), (6) sebagai role model (panutan),
(7) sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan (8) sebagai pengelola
(manager).
D. Fungsi Perawat

1) Definisi Fungsi

Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai


dengan perannya.Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan
lain.

2) Fungsi Perawat Dalam Melaksanakan Perannya

a) Fungsi Independent

Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara


mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan
lainnya. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap
adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia baik bio-psiko-sosio/kulturan maupun spiritual, mulai

26
tingkat individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai
pada tingkat masyarakat yang juga mencerminkan pada tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ
fungsional sampai molecular. Kegiatan ini dilakukan dengan
diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertanggung jawab serta
bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.

b) Fungsi dependent

Kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang


perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi,
radiology dan lainya).

c) Fungsi Interdependent

Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling


ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan
(Mubarok, 2005).

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

28
Model konseptual adalah seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka piker suatu cara melihat
keperawatan, atau suatu gambarantentang lingkup keperawatan (Anderson
McFarlane, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).
Teori keperawatan merupakan konseptualitas dari beberapa aspek
keperawtan guna menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan, serta dasar
pelaksanaan asuhan keperawatan (Meleis, 2006 dalam buku Widyanto, 2014).

3.2 Saran

Semoga materi yang telah disampaikan oleh kelompok, bisa bermanfaat


dan menambah ilmu bagi mahasiswa-mahasiswi di lingkungan kampus.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogjakarta :


Gosyen Publishing.

Mubarak, Wahid Iqbal. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta :


Sagung Seto.

Widyanto, Falsalado Candra. 2014. Keperawatan Komunitas. Yogjakarta : Nuha


Medika.

30

Anda mungkin juga menyukai