Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia)


1. Pengertian
Menurut Azizah (2011), lanjut usia adalah bagian dari proses

tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi

berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal

ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai

usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu

proses alami yang di temtukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang

akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran

fisik, mental, dan social secara bertahap.


Sedangkan Stanley & Beare dalam Azizah (2011),

mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang

menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukan ciri fisik seperti

rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran

masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa,

seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif,

dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga.

2. Batasan lanjut usia


WHO dalam Azizah (2011) menggolongkan lanjut usia

berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi empat kelompok yaitu usia


pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia

(elderly) berusia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75

sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
3. Proses menua (ageing proses)
Ageing proses (proses menua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi

merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Azizah, 2011).


4. Teori-teori proses menua
Menurut Azizah (2011), teori penuaan secara umum dapat

dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara biologis dan teori

penuaan psikososil.
a. Teori biologi
1) Teori Genetik clock
Menurut teori ini menua telah deprogram secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam

nuclei (inti selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut

suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut

konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia,

meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit

akhir yang katastrofal.


2) Sintesis protein (kolagen dan elastin)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan

elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan elastisitas ini


dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen

protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa protein

(kolagen, kartilago dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh

dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih

muda.
3) Keracunan oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel

di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang

mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa

mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan

mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur

membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi

kesalahan genetik.

4) Sistem imum
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada

masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan

sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah

putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses

penuaan.
5) Mutasi somatik (teori orror catatrophe)
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat

kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari

terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat

karsiogenik atau toksik dapat memperpanjang umur. Menurut

teori ini terjadi mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel

tersebut.
b. Teori psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus

memelihara ke efektifannya setelah menua. Sense of integrity

yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua.

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sisial.


2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada

lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan

dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri

dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan

interpersonal. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang

terjadi pada seseorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe

personalityyang dimilikinya.
3) Teori pembebasan (disengagement theory)
Putusnya hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya.


5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia.
Menurut Azizah (2011), semakin bertambahnya umur

manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak

pada perubahan-perubahan pada diri manusia tidak hanya perubahan

fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual.


a. Perubahan fisik
1) System indra
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya

dengan presbiopi.Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Sistem


pendengaran gangguan pada pendengaran karena hilangnya

kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama pada

bunya atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

dimengerti kata-kata, 50% lansia terjadi pada usia diatas 60

tahun. Sistem integumenpada kulit mengalami atrofi, kendur,

tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan

sehingga menjadi tipis dan berbercak.


2) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang

signifikan.Banyak fungsi yang mengalami kemunduran.


3) Sistem saraf
Sistem saraf mengalami kemunduran anatomi dan atrofi

yang progresif pada serabut saraf lansia.Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalan melakukan aktifitas

sehar-hari.
4) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovarium dan uterus.Terjadi atrofi payudara.Pada laki-

laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara beransur-ansur.


b. Perubahan kognitif
1) Memory (daya ingat, ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu

fungsi kognitif yang sering kali paling awal mengalami

penurunan. Ingatan jangka panjang (long term memory) kurang

mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short

term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk.


2) Kemampuan belajar
Lansia yang sehat dan tidak mengalami dimensia masih

memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di Negara

industry maju mendirikan University of the third age. Hal ini

sesuai dengan prinsif belajar seumur hidup, bahwa manusia itu

memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan sampai akhir

hayat.
3) Pemecahan masalah
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu

semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapt

dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi

indra pada lansia.


4) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan

masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan

data yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan

dipilih alternative yang dinilai positif, kemudian baru diambil

suatu keputusan.
5) Kinerja (performance)
Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.


c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam

kehidupannya.Lansia makin teratur dalam kehidupan

keagamaannya.Hal ini dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak

sehari-hari. Spiritual pada lansia bersifat universal, intrinsic dan

merupakan proses individual yang berkembang sepanjang rentang

kehidupan.
d. Perubahan psikososial
1) Perubahan aspek kepribadian
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia

mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi

kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,

pengertian, pengertian sehingga menyebabkan reaksi dan prilaku

lansia menjadi makin lambat.


2) Perubahan minat
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat.

Pertama minat terhadap diri makin bertambah.Kedua minat

terhadap penampilan semakin berkurang.Ketiga minat terhadap

uang semakin meningkat, terakhir kebutuhan terhadap kegiatan

rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit.


e. Penurunan fungsi dan potensi seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering

kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik. Seperti gangguan

jantung, gangguan metabolism, vaginitis, dan baru selesai operasi

prostatektomi.
6. Masalah dan penyakit yang sering dihadapi oleh lanjut usia
a. Menurut Azizah (2011), Masalah fisik yang sehari-hari sering

ditemukan pada lansia : Mudah jatuh, Mudah lelah, Berat badan

menurun, Sukar menahan buang air besar, Gangguan pada

ketajaman penglihatan.
Sedangkan menurut bandiyah (2009) Masalah fisik yang sehari-hari

sering ditemukan pada lansia : Kekacauan mental akut, Nyeri dada,

Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, Berdebar-debar

(palpitasi), Pembengkakan kaki bagian bawah, Nyeri pinggang atau

punggung, Nyeri pada sendi pinggul, Sukar menahan buang air seni,
Gangguan pada pendengaran, Gangguan tidur (sulit tidur), Mudah

gatal-gatal.
b. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia.
Menurut Azizah (2011), Dikemukakan adanya empat penyakit yang

sangat erat hubungannya dengan proses menua, yakni :


1) Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (korone),

dan ginjal.
2) Gangguan metabolism hormonal, seperti : diabetes militus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.


3) Gangguan pada persendian, seperti : osteoarthritis, gout artritis,

ataupun penyakit kalogen lainnya.


4) Berbagai macam neoplasma.

Menurut the national old people’’s welfare councilAzizah

(2011), Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan

umum pada lanjut usia yakni : Depresi mental, Gangguan

pendengaran, Bronchitis kronis, Gangguan pada tungkai/sikap

berjalan., Gangguan pada koksa/sendi panggul, Anemia, Demensia,

Gangguan penglihatan, Ansietas, Dekompensasi, Diabetes militus,

osteomalisia, hipotiroidisme dan Gangguan pada defekasi.

Penyakit lanjut usia di Indonesia seperti Penyakit-penyakit

sistem pernafasan, Penyakit-penyakit kardiovaskuler dan pembuluh

darah, Penyakit pencernaan makanan, Penyakit sistem urogenital,

Penyakit gangguan metabolik/endokrin, Penyakit pada persendian

dan tulang, Penyakit-penyakit yang disebabkan proses keganasan.

Timbulnya Penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat atau


diperberat oleh faktor-faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan

hidup yang salah, infeksi dan trauma.

B. Tapas Acupressure Technique (TAT)


1. Definisi Tapas Acupressure Technique (TAT) :
TAT (Tapas Acupressure Technique) adalah proses yang mudah

untuk mengakhiri stres, trauma, rasa takut (fobia), rasa menderita &untuk

menciptakan rasa bahagia.Tapas Acupressure Technique (TAT) adalah

teknik yang baru, sederhana dan efektif untuk menciptakan rasa damai,

rileks, dan sehat dalam waktu yang singkat. Tapas Acupressure Technique

(TAT)merupakan salah satu bentuk terapi dalam kelompok ilmu energy

psychology yang sedang berkembang pesat (Fadlilah, 2012).


2. Tujuan dan Manfaat Tapas Acupressure Technique (TAT)
Terapi Tapas AccupressureTechnique dapat membantu proses

penyembuhan beberapa penyakit seperti : migrain, leher kaku, sulit

tidur,sakit pinggang, impotensi, menstruasi tidak teratur, terkilir, keseleo

dan masih banyak lagi penyakit lainnya yang dapat disembuhkan dengan

cara accupressure dan penyakit yang biasa diderita anak-anak antara lain :

perut kembung, sulit tidur, sulit makan, sering panas, masalah dengan

pernapasan, pilek, batuk-batuk, autis, epilepsi, dan terkilir. Accupressure


pada anak-anak dilakukan kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit, bagi

orang dewasa 15 sampai dengan 20 menit pengerjaan.


Manfaat dari terapi Tapas Acupressure Technique (TAT) itu sendiri

yaitu merilekskan otot-otot. Saat berkonsentrasi, masalah sehari-hari, baik

besar maupun kecil, akan mencair sehingga akan terbebas dari tekanan

stres. Konsentrasi bisa menjadi sarana relaksasi pikiran yang sangat

dibutuhkan oleh pikiran yang sedang stres. Tekhnik relaksasi Tapas

Acupressure Technique (TAT) jika dikaitkan dengan gangguan tidur sangat

bermanfaat untuk memfasilitasi hal tersebut. Relaksasi dengan

menggunakan Tapas Acupressure Technique (TAT) mendorong

hipotalamus bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan

berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid,

glukosa, suhu dan emosi dapat dimanipulasi dengan cara menghiraukan

stresor meskipun dengan konsekuensi tingkat/level stresor tetap

dipertahankan dalam individu (Copstead dan Banasik, 2000).


3. TAT untuk Stress dan Masalah Umum
Bentuk penggunaan TAT yang paling mendasar dan sederhana,

adalah cukup lakukan Posisi TAT dan amati masalah Anda. Sadari segala

pikiran, perasaan, dan sensasi fisik yang datang dan pergi, dan izinkan diri

Anda untuk mengamatinya dengan damai. Ketika Anda sudah selesai atau

merasakan suatu perubahan, lepaskan tangan Anda dan sadari apa yang

Anda rasakan setelah proses tersebut. Ulangi seperlunya hingga

masalahnya tidak lagi mengganggu Anda, atau hingga Anda bisa rileks

meskipun mengingat masalah tersebut(Fadililah, 2012).


4. Melakukan posisi TAT
Gambar2.1MelakukanPosisi TAT

a. Posisi untuk langkah dalam proses TAT :


1. Posisi ini dilakukan dengan salah satu tangan (kanan atau kiri),

sentuhkan ujung ibu jari secara ringan di titik akupresur yang

letaknya kurang lebih 1/8 inci di atas sudut mata dalam. Kemudian

letakkan ujung jari manis tangan yang sama dengan ringan pada

titik akupresur yang letaknya kurang lebih 1/8 inci di atas sudut

mata dalam di sisi sebelahnya. Letakkan ujung jari tengah tangan

yang sama di titik yang letaknya sekitar 1 inci di atas titik

pertengahan kedua alis.


2. Sekarang letakkan telapak tangan yang masih bebas letakan di

belakang kepala, dengan posisi ibu jari kurang lebih menyentuh

perbatasan antara leher dan kepala belakang. Dasar tengkorak


kepala seolah ditimang oleh telapak tangan tersebut. Kedua tangan

Anda hanya menyentuh dengan sangat ringan. Tidak perlu ada

tekanan pada jari atau tangan sama sekali.Bila melakukan pose

TAT untuk orang lain, bagian kepala belakang yang disentuh sama,

hanya saja jari kelingking yang ada di perbatasan leher dan kepala

belakang.
b. Setiap Langkah TAT biasanya sekitar 1-2 menit atau hingga merasa

sudah selesai. Rasa sudah selesai bisa berupa:


1) Menghela nafas lega secara spontan,
2) Rasa tidak lagi tercengkeram oleh masalah yang diatasi,
3) Perhatian yang beralih ke hal lain,
4) Sensasi energi yang lepas/bebas, atau
5) Sekedar suatu rasa bahwa proses Anda selesai.
c. Jarang sekali, perasaan hati Anda yang negatif menjadi lebih kuat

ketika Anda melakukan TAT. Jika ini terjadi, tetaplah lakukan Posisi

TAT dan bimbing perhatian Anda ke Langkah TAT terakhir yang baru

saja Anda lakukan sebelumnya. Dengan mengikuti instruksi ini,

perasaan hati tersebut biasanya berubah menjadi rasa damai dalam

waktu kurang lebih 1 menit. Jika Anda tidak juga tentram setelah 1

menit, mintalah bantuan terapis kesehatan mental yang profesional.


d. Anda boleh lepaskan& istirahatkan kedua lengan Anda kapan saja –

baik di dalam Langkah TAT tertentu maupun diantara Langkah TAT.

Mata boleh dipejamkan atau terbuka. Anda boleh menggunakan tangan

yang manapun di depan kepala, atau bergantian antar Langkah TAT.

Lakukan TAT dengan maksimal 45 menit setiap hari. 45 menit tersebut

dihitung berdasarkan waktu dimana Anda berada dalam posisi TAT.

Minumlah 6-8 gelas air putih dalam hari ketika Anda melakukan TAT.
5. Penyembuhan Trauma dan Rasa Takut Paska Bencana dengan Energy

Psychology (TAT)
a. Prosedur penyembuhan diri sendiri yang dijelaskan dalam tulisan ini

adalah untuk mengurangi rasa stres, takut dan masalah mental

emosional lainnya. Ini tidak ditujukan sebagai terapi penyakit tertentu,

baik fisik maupun mental, atau sebagai pengganti terapi medis atau

psikologis profesional (Fadililah, 2012).


b. Tapas Fleming, adalah pencipta teknik TAT, dia adalah seorang pelopor

dalam bidang Energy Psychology yang saat ini berkembang pesat.

Hingga saat ini, Tapas mengajarkan TAT di berbagai negara, dan juga

melakukan praktek klinis di California Selatan. Latar belakangnya

mencakup berbagai studi dan meditasi yang terfokus pada aspek emosi

dan spiritual dalam seni penyembuhan. Dia juga secara formal

mempelajari TCM / Pengobatan Tradisional Cina, dan memegang izin

praktek akupunktur(Fadililah, 2012).

C. Stres

1. Pengertian Stres
Ada beberapa istilah psikologis populer yang sering dikaburkan

sebagai “stres”. Pada hakikatnya, tentunya kata ini merujuk pada sebuah

kondisi seseorang yang mengalami tuntutan emosi berlebihan dan atau

waktu yang membuatnya sulit memfungsikan secara efektif semua wilayah

kehidupan. Keadaan ini dapat mengakibatkan munculnya cukup banyak


gejala, seperti depresi, kelelahan kronis, mudah marah, gelisah, impotensi,

dan kualitas kerja yang rendah (Richards, 2010).


Hawari (dalam Yusuf, 2004) berpendapat bahwa istilah stres tidak

dapat dipisahkan dari distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling

terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan

yang dialaminya dan apabila fungsi organ tubuh sampai terganggu

dinamakan distress. Sedangkan depresi merupakan reaksi kejiwaan

terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak hal manusia akan cukup

cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh pengalaman stres.

Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk

dipakai dan diisi kembali bilamana perlu. Stres adalah tekanan internal

maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan

(aninternal and eksternal pressure and other troublesome condition in

life).
Ardani (2007) mendefinisikan stress merupakan suatu keadaan

tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis. Menurut Richard (2010)

stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu

yang mengancam, ataupun membahayakan dan individu merespon

peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.

Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja positif (misalnya

merencanakan perkawinan) atau negatif (contoh : kematian keluarga).

Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event)

atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu

terhadapnya.
Compas (dalam Preece, 2011) berpendapat bahwa stres adalah

suatu konsep yang mengancam dan konsep tersebut terbentuk dari

perspektif lingkungan dan pendekatan yang ditransaksikan. Baum (dalam

Yusuf, 2004) mendefinisikan stres sebagai pengalaman emosional yang

negatif yang disertai dengan perubahan-perubahan biokimia, fisik,

kognitif, dan tingkah laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa stres

tersebut atau mengakomodasikan dampak-dampaknya.


Menurut Dilawati (dalam Syahabuddin, 2010) stres adalah suatu

perasaan yang dialami apabila seseorang menerima tekanan. Tekanan atau

tuntutan yang diterima mungkin datang dalam bentuk mengekalkan jalinan

perhubungan, memenuhi harapan keluarga dan untuk pencapaian

akademik. Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012) yang menjelaskan

stres sebagai kondisi individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi

stres terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi

individu dan kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Individu

membutuhkan energi yang cukup untuk menghadapi situasi stres agar

tidak mengganggu kesejahteraan mereka. Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa stres adalah suatu peristiwa atau pengalaman yang

negatif sebagai sesuatu yang mengancam, ataupun membahayakan dan

individu yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis,

psikologis dan sosial dari seseorang.

2. Proses terjadinya stress

Epinesfrim (adrenalin), suatu hormon stres, dilepaskan dari

kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam


tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan

pernafasan, dan mengubah proses tubuh lainnya. Hasil respon stres adalah

kewaspadaan, kesadaran, keadaan tegang yang mempersiapkan seseorang

untuk menghadapi bahaya. Setelah kondisi stres terlewati, tubuh

berelaksasi dan kembali normal (Swarth, 2002).

Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang

dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem

pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak

menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu

situasi sebagai beban atau di luiar batasan kemampuan mereka untuk

memenuhoi tuntutan tersebut. Pandangan dari patel (1996), stres

merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa di sebabkan

oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan

-tantangan ( challenge ) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman

( threat ), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang

tidak realistis dari lingkungan, dengan demikian, bisa di artikan bahwa

stres merupakn suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang

mengusik integritas diri, sehingga menganggu ketentraman yang dimaknai

sebagai tuntutan yang harus disesuaikan. Di samping itu, keadaan stres

akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam

keselamatan atau integritas seseorang (Nasir, 2011)

3. Faktor predisposisi Stres


Stuart dan Laraia (2005), menyebutkan faktor predisposisi stres ada 3

faktor, diantaranya:

a. Biologi

Yang dapat mempengaruhi stres pada lansia yang lihat dari: faktor

keturunan, status nutrisi, kesehatan.

b. Psikologi

Sedangkan dari psikologi itu sendiri meliputi: kemampuan verbal,

pengetahuan moralnya, personal terhadap dirinya sendiri, dorongan /

motivasi.

c. Sosial-budaya

Sedangkan menurut sosial- budaya meliputi: faktor- faktor umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya,

agama serta pengetahuan.

4. Aspek-aspek Stres

Sarafino dan Smith (2012) membagi aspek-aspek stres menjadi dua, yaitu :

a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres yaitu berupa gejala fisik. Gejala fisik

dari stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan

tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan

produksi keringat yang berlebihan. Disamping itu gejala fisik lainnya

juga ditandai dengan adanya otot-otot tegang, pernafasan dan jantung

tidak teratur, gugup, cemas, gelisah, perubahan nafsu makan, maag,dan

lain sebagainya (Wilkinson, 2002).


b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari

stres antara lain:


1) Gejala Kognisi (Pikiran)
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu

yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat,

perhatian, dan konsentrasi. Disamping itu Davis, Nelson & Agus

(dalam Amin & Al-fandi, 2007) menyebutkan bahwa gejala kognisi

ditandai juga dengan adanya harga diri yang rendah, takut gagal,

mudah bertindak memalukan, cemas akan masa depan dan emosi

labil.
2) Gejala Emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.Individu

yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah,

kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih,

dan depresi. Gejala emosi lainny juga ditandai dengan adanya

perasaan tidak mampu mengatasi masalah, merasa ketakutan atau

ciut hati, merasa tertekan dan mudah marah (Wilkinson, 2002 ;

Davis, Nelson & Agus dalam Amin & Al-fandi, 2007).


3) Gejala Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang

cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan

interpersonal. Gejala tingkah laku yang muncul adalah sulit bekerja

sama, kehilangan minat, tidak mampu rileks, mudah terkejut atau

kaget, kebutuhan seks, obat-obatan, lakohol dan merokok

cenderung meningkat (Wilkinson, 2002 ; Davis, Nelson & Agus

dalam Amin & Alfandi,2007).


5. Tahapan Stres
Martaniah dkk, 1991(dalam Rumiani, 2006 ) menyebutkan bahwa stres

terjadi melalui tahapan :


a. Tahap 1 : stres pada tahap ini justru dapat membuat seseorang lebih

bersemangat, penglihatan lebih tajam, peningkatan energi, rasa puas

dan senang, muncul rasa gugup tapi mudah diatasi.


b. Tahap 2 : menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan pencernaan.
c. Tahap 3 : menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan terasa

lesu dan lemas.


d. Tahap 4 dan 5 : pada tahap ini seseorang akan tidak mampu

menanggapi situasi dan konsentrasi menurun dan mengalami insomnia.


e. Tahap 6 : gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar

sehingga dapat pula mengakibatkan pingsan. Berdasarkan uraian

diatas dapat disimpulkan tahapan stres terbagi menjadi 6 tahapan yang

tingkatan gejalanya berbeda-beda di setiap tahapan.


6. Macam - macam stres

Menurut Hanun (2011), menyebutkan ada 4 macam-macam stress

menurut psikologi manusia, diantaranya:

a. Stres kepribadiaan

Stres kepribadiaan adalah stres yang dipicu dari dalam diri seseorang

yang berhubungan dengan cara pandang terhadap masalah dan

kepercayaan atas dirinya.

b. Stres Psikososial

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan

orang kain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya, seperti stress

adaptasi dengan lingkungan baru, dan masalah cinta, keluarga, serta

stress macet dijalan raya, ataupun diejek orang lain dan sebagainya.

c. Stres Bioekologi

Stres bioekologi adalah stres dipicu oleh dua hal, pertama, yaitu ekologi

atau lingkungan, seperti polusi dan cuaca, sedangkan kedua adalah

akibat kondisi biologis, misalnya akibat datang bulan, demam, asma,

jerawatan, penuaan dan sebagainya.

d. Stres Pekerjaan

Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.


7. Faktor yang mempengaruhi ketegangan yang mengakibatkan stres

Menurut Kaplan dan Sadock (2007), Faktor- faktor intrinsik dan

ekstrinsik yang mempengaruhi dan ketegangan seseorang yang berakibat

munculnya stres adalah :

a. Usia

Stres dapat terjadi pada semua usia. Khususnya pada lansia, lansia akan

mengalami perubahan- perubahan fisik yang menurun secara signifikan.

Jika lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak dapat menerima

keadaaan yang ada, lansia dapat dikatakan terkena stres.

b. Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya stres yang berhubungan dngan kondisi medis sering ditemukan

walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi

medis.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda-beda.

Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola

bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi

stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang semakin rendah kemungkinan mengalami stres

(Yunitasari, 2012). Hal ini dikarenakan pendidikan menjadikan individu

lebih mudah memahami fenomena yang terjadi pada dirinya.


d. Komunikasi terapeutik

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pemberian informasi

tentang sesuatu agar orang lain dapat membentuk pendapatnya

berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Lansia sangat

membutuhkan penjelasan yang optimal. Lansia yang stres akan

mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan berbahaya

untuk kesehatan.

8. Tingkat stress

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang di

alami seseorang. Menurut santrock (2003) tingkatan stres dapat dibagi

menjadi tiga tingkatan yaitu :

a) Stres ringan Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya

stres sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres

ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa,

ketiduran, kemacetan, dikritik, situasi ini biasanya berakhir dalam

beberapa jam. Situasi ini nampaknya tidak akan menimbulkan

penyakit kecuali jika dihadapkan terus-menerus

b) Stres sedang Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa

hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang

berlebihan, mengharapkan sesuatu, atau anggota keluarga yang

pergi dalam waktu lama.


c) Stres berat Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri

yang tidak harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik yang

lama (Ramaita, 2010)

9. Pengukuran tingkat stress

Tingkat stress adalah hasil penelitian terhadap berat ringan stress

yang di amali seseorang. Tingkat stress ini di ukur dengan menggunakan

koesioner pengukuran tingkat stres CES-D (Center For Epidemiologic

Studies Depression Scale) ( Radoff, 1977 dalam Jovan, 2008) yang tealah

dimodifikasi yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan kisi-kisi koesioner

no Uraian Jumlah No soal

pernyataan
1 Penyebab stress 10 1-10

2 Reaksi tubuh terhadap 10 11-20

stress

Tabel 1.1 kisi kisi pertanyaan koesioner tingkat stress

Tingkatan pada instrumen ini berupa ringan, sedang, berat. Interval

pengelompokan tingkat stress ini dihitung berdasarkan jumlah skore total

dari 20 item pertanyaan yang di kalikan dengan skore terbesar yaitu

20x3=60. Untuk mendapatkan nilai interval nilai masing-maing tingkat

stress makan jumlah skor total di bagi tiga yaitu 60:3=20. Hasil

perhitungan tersebut di aplikasikan kedalam masing-masing tingkat stress

yaitu :
Ringan bila skor 1-20

Sedang bila skor 21-40

Berat bila skor 41-60

10. Dampak Stres

Menurut Helmi (2000), stres adalah peristiwa yang menekan

sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya dan biasanya

menimbulkan dampak negatif, seperti pusing, mudah marah, sedih, sulit

berkonsentrasi,nafsu makan berubah, sulit tidur, merokok terus menerus

dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

11. Stres pada lansia

Menurut Stuart (2005), stres pada lansia merupakan kondisi

ketidakseimbangan, tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan,

yang terjadi pada seluruh tubuh dan dapat mempengaruhi kehidupan.

Sedangkan lansia yang bersangkutan melihat ketidakseimbangan antara

keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikososial, dan sosial budaya.

Dimana terjadi penurunan kemampuan dalam mempertahankan hidup dan

akhirnya mengakibatkan kematian. Adapun faktor penyebab yang

mempengaruhi kejadian stres pada lansia :

a. Kondisi kesehatan fisik


Kondisi fisik yang sudah menurun membuat lansia memiliki

ketergantungan terhadap orang lain, dimana lansia merasa tidak bebas

lagi melakukan sesuatu pekerjaan.

b. Kondisi psikologi

Kondisi psikologi yang menurun membuat lansia merasa terhambat

dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehingga membuat seorang lansia

tidak mau untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

c. Lingkungan

Lingkungan yang kurang harmonis dapat meningkatnya stres pada

lansia, dikarenakan lingkungan yang kurang baik.

d. Keluarga

Keluarga lebih dominan untuk meningkatnya stres pada lansia, dimana

dukungan serta motivasi sangat dibutuhkan lansia.

e. Pekerjaan

Pekerjaan sangat mendorong lansia untuk beradaptasi pada masa

pensiunan, dimana ini masa paling berat bagi lansia.


D. Penatalaksanaan Stres

Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri

menghadapi stesor dengan cara melakukan perbaikan diri secara pisikis

atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan secara psikis atau mental yaitu

dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih

jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan

menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,

olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan

melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok

sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau

meniadakan dampak negatif stresor (Sunaryo, 2004).

Menurut Chomaria (2009), dalam mengelola stres dapat dilakukan

beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat – obatan yang berkhasiat

memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusun saraf pusat otak

(sistem limbik). Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan

bagian otak yang mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku

seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas

(anxiolytic) dan anti depresi (anti depressant).

b. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres,

toleransi/ adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan antara aktivitas

fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.


c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu berpikir positif dan

sikap positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres,

menyimbangkan aktivitas otak kiri dan otak kanan. Menurut Potter &

Perry (2002), relaksasi adalah terapi perilaku kognitif pada intervensi

non farmakologis yang dapat mengubah persepsi klien. Salah satunya

adalah relaksasi otogenik berupa hipnoterapi yang menggunakan

pendekatan kognitif dalam penatalaksanaanya.

E. Pengaruh TAT ( terapi terapi Tapas Acupressure Technique terhadap tingkat

stres lansia di Panti

Tapas Acupressure Technique (TAT) adalah teknik yang baru,

sederhana dan efektif untuk menciptakan rasa damai, rileks, dan sehat

dalam waktu yang singkat. TAT merupakan salah satu bentuk terapi dalam

kelompok ilmu energy psychology yang sedang berkembang pesat. Teknik

ini dilakukan dengan menyentuh ringan beberapa titik akupunktur di

kepala (posisi TAT), sambil mengarahkan perhatian pada masalah yang

ingin diatasi (7 langkah penyembuhan TAT yaitu berdoa, berbicara dengan

diri sendiri, berbicara dengan Tuhan, proses penyembuhan, bersyukur,

memaafkan dan visualisasi). Menyentuh titik-titik ini dengan ringan akan

memberikan efek pudarnya stres, sehingga pikiran dan perasaan hati yang

negatif pun berkurang, terutama setelah mengalami peristiwa yang kurang

menyenangkan (Fadlilah, 2012).

TAT memiliki manfaat merilekskan otot-otot. Saat berkonsentrasi,

masalah sehari-hari, baik besar maupun kecil, akan mencair sehingga akan
terbebas dari tekanan stres. Konsentrasi bisa menjadi sarana relaksasi

pikiran yang sangat dibutuhkan oleh pikiran yang sedang stres. Tekhnik

relaksasi TAT jika dikaitkan dengan gangguan tidur sangat bermanfaat

untuk memfasilitasi hal tersebut. Relaksasi dengan menggunakan TAT

mendorong hipotalamus bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah

nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid,

glukokortikoid, glukosa, suhu dan emosi dapat dimanipulasi dengan cara

menghiraukan stresor meskipun dengan konsekuensi tingkat/level stresor

tetap dipertahankan dalam individu (Copstead dan Banasik, 2000).

Latihan relaksasi dan konsentrasi dalam TAT merupakan sesi

latihan yang menggunakan tekhnik pemusatan pikiran untuk memperkuat

sikap positif dalam upaya merilekskan otot-otot saraf yang mengalami

ketegangan. TAT dapat membantu fungsi optimal dari organ bagian dalam

tubuh dengan membantu memijat dan menyelaraskannya. TAT dapat

menenangkan pikiran dan menimbulkan kejernihan batin, kedamaian

pikiran, pemahaman, serta penerimaan diri yang lebih besar (Claire, 2006).

TAT adalah suatu pendekatan penyembuhan yang relatif baru, sehingga

seberapa jauh efektivitas dan manfaatnya belum diketahui sepenuhnya

(Gunawan, 2009).

TAT terdapat sesi relaksasi yang sangat diperlukan untuk

mengembalikan keadaan tubuh secara stabil, apabila ada yang kelebihan

oksigen di tempat tertentu. Tubuh akan menjadi rileks dan pikiran menjadi

tenang dengan melakukan relaksasi maka karena oksigen yang berada


dalam tubuh seimbang sehingga dapat memperlancar peredaran darah.

Terapi perilaku berdasarkan pembangkitan respon relaksasi merupakan

upaya mempermudah mengatasi masalah (Benson, 2000).


E. Kerangka Teori

Penatalaksanaan stress
Non Farmakologi :
1. pendekatan kognitif
2. Relaksasi
3. TAT

Farmakologi : Dampak stress


lansia :
1. Obat-obatan
Faktor-faktor a. Anti cemas 1. Pusing
mempengaruhi b. Anti depresi 2. mudah marah,
Stress pada lansia : 3. sulit
1. Kondisi kesehatan berkonsentrasi
fisik 4. nafsu makan
2. Kondisi psikologi berubah
3. lingkungan stress lansia 5. sulit tidur,
6. hipertensi atau
tekanan darah
tinggi.

:Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 1.1 Kerangka teori

Stuart (2005), Helmi (2000), Chomaria (2009)


F. Kerangka Konsep
Variabel bebas/Independen Variabel terikat/Dependen

Tapas Accupresure Tecnique Tingkat stress lansia

Gambar 1.2 Kerangka konsep

G. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh terapi Tapas Acupressure Technique terhadap tingkat

stress lansia sebelum dan sesudah diberikan pada kelompok intervensi dan

kontrol di Panti Among Jowo Ngaliyan.

Anda mungkin juga menyukai