Anda di halaman 1dari 3

TATA CARA

PERENCANAAN
2.2 Satuan Mobil Penumpang
GEOMETRIK JALAN
ANTAR KOTA
1. Ketentuan-ketentuan

1.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan:


 Jalan Arteri: untuk angkutan umum,
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk 2.3 Volume Lalu Lintas Rencana
dibatasi.
 Jalan Kolektor: untuk angkutan
pengumpul, perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
 Jalan Lokal: untuk angkutan
setempat, perjalanan jarak dekat,
kecepatan rendah, jumlah jalan masuk
tidak dibatasi
1.2 klasifikasi menurut kelas jalan 2.4 Kecepatan Rencana

1.3 klasifikasi menurut medan jalan

2. Kriteria Perencanaan 3. Bagian-bagian Jalan

2.1 Kendaraan Rencana 3.1 Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)


Dibatasi oleh:
 Lebar antara batas ambang pengaman
jonstruksi jalan di kedua sisi jalan.
 Tinggi 5 m di atas permukaan
perkerasan pada sumbu jalan
 Kedalaman ruang bebas 1,5 m di
bawah muka jalan.
Nama: Junita Taskia Amin 3.2 Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
NPM : 1606838022 Dibatasi oleh lebar yang sama dengan
DAMAJA ditambah ambang pengaman
konstruksi jalan dengan tinggi 5 m dan 4.5 Median
kkedalaman 1,5 m. Fungsi:
3.3 Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja)  memisahkan 2 jalur lalu lintas yang
Ruang sepanjang jalan di luar DAMAJA yang berlawanan arah.
dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur  Uang lapak tunggu penyeberang jalan
dari sumbu jalan sebagai berikut:  Penghijauan
 Jalan Arteri min 20 m  Tempat berhenti darurat
 Jalan kolektor min 15 m  Cadangan lajur
 Jalan local min 10 m Bentuk median:
Utuk keselamatan, DAWASJA di daerah  Medan ditinggikan, lebar min 2 m
tikungan ditentukan oleh jarak  Medan direndahkan, lebar min 7 m
pandang bebas. Lebar min terdiri atas jalur tepian 0,25-0,5
m dan bangunan pemisah jalur
4. Penampang Melintang 4.6 Fasilitas Pejalan Kaki

4.1 Komposisi Penampang Melintang 5. Jarang Pandang


Terdiri dari jalur lalu lintas, median dan jalur
tepian, bahu, jalur pejalan kaki, selokan, dan 5.1 Jarak Pandang Henti
lereng. Jh = jarak min untuk menghentikan kenderaan
4.2 Jalur Lalu Lintas dengan aman
Berupa perkerasan jalan. Jh = diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi
Dapat berupa: median, bahu, trotoar, pulau mata pengemudi 105 cm dan tinggi halangan
jalan, dan separator. 15 cm diukur dari permukaan jalan
Dapat terdiri dari beberapa lajur. Jh terdiri dari 2 elemen jarak:
Tipe jalur lalu lintas:  Jarak tanggap (Jht)
 1 jalur-2 jalur- 2 arah (2/2 TB)  Jarak pengereman (Jhp)
 1 jalur-2 jalur- 1 arah (2/1 TB) Rumus Jh:
 2 jalur-4 lajur- 2 arah (4/2 TB) 𝑉𝑟 2
(
 2 jalur-n lajur- 2 arah (n12 B), dimana 𝑉𝑅 3,6)
𝐽ℎ = 𝑇+
n= jumlah lajur. 3,6 2𝑔𝑓
Lebar jalur ditentukan jumlah dan lebar lajur.
Lebar jalur min: 4,5 m (2 kendaraan
berpapasan)
4.3 Lajur

5.2 Jarak Pandang Mendahului


Jd = jarak yang memungkinkan suatu
kendaraan mendahului kendaraan lain
depannya
Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi
4.4 Bahu Jalan mata pengemudi 105 cm dan tinggi halangan
Fungsi: 105 cm
 Lajur lalu lintas darurat Daerah mendahului harus disebar di
 Ruang bebas samping bagi lalu lintas sepanjang jalan dengan jumlah panjang
 Penyangga sampai untuk kestabilan minimum 30% dari panjang total ruas jalan
perkerasan jalur lalu lintas tsb.
Kemiringan normal 3 – 5 % Rumus Jd:
𝐽𝑑 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4

5.3 Daerah Bebas Samping di Tikungan


Ruang untuk menjamin kebebasan pandang di
tikungan sehingga Jh dipenuhi
Untuk memberikan kemudahan pandangan di
tikungan
Perhitungan daerah bebas samping di
tikungan:
 Jika Jh<Lt

 Jika Jh<Lt

Anda mungkin juga menyukai