Anda di halaman 1dari 30

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa bentuk sediaan obat yang umumnya dipakai dalam pembuatan obat, setiap
bentuk sediaaan memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing sesuai dengan
kebutuhan dan untuk apa obat tersebut dipakai. Salah satu bentuk sediaan dari obat yang
sering dijumpai dan sering digunakan adalah suspensi.
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut
tetapi terdispersi dalam fase cair. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara
fisiologi dapat diabsorpsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar.
Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan
penampilan; baik itu dari segi warna atupun bentuk wadahnya. Pada prinsipnya zat yang
terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok
perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Selain larutan, suspensi juga
mengandung zat tambahan (bila perlu) yang digunakan untuk menjamin stabilitas
suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang
terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Kekurangan
suspensi sebagai bentuk sediaan adalah pada saat penyimpanan, memungkinkan
terjadinya perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi
fluktuasi atau perubahan temperatur. Sehingga, masalah yang dihadapi dalam proses
pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga
homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga
stabilitas suspensi.
Jadi, alasan pembuatan suspensi yaitu untuk membuat sediaan obat dalam bentuk cair
dengan menggunakan zat aktif yang tidak dapat larut dalam air tetapi hanya terdispersi
secara merata. Dengan kata lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat
dalam bentuk suspensi.

1
Dengan demikian sangatlah penting bagi kita sebagai tenaga farmasis untuk
mengetahui formulasi obat yang baik dan benar sehingga dapat membuat sediaan dalam
bentuk suspensi yang sesuai dengan persyaratan suspensi yang ideal ataupun stabil. Oleh
karena itu, pada percobaan ini dilakukan formulasi dalam sediaan suspensi.

B. RumusanMasalah
1. Apa itu sediaan suspensi?
2. Apa saja persyaratan sediaan suspensi ?
3. Apa saja jenis – jenis sediaan suspensi?
4. Apa saja metode pembuatan dalam sediaan suspensi terkonstitusi?
5. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas suspensi?

C. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum suspensi. Mahasiswa
dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk
sediaan.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan desain sediaan suspensi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Suspensi
Suspensi adalah sediaaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, 1979 : 32) Suspensi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam
cairan pembawanya.
Menurut (Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 : 17)Suspensi adalah sediaan
cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
Menurut(Fornas edisi II, 1978 : 333) Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan
pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau
tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan

B. Macam-macam Suspensi (Menurut FI V)


Suspensi berdasarkan kegunaanya
1. Suspensi oral.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam cairan pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditunjukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikael-partikel padat
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit.

3. Suspensi tetes telinga.

3
Yaitu sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk
diteteskan pada bagian telinga luar.
4. Suspensi optalmik
Yaitu sediaan cair yang steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

C. Syarat-syarat Suspensi :
a. Menurut FI edisi III adalah :
 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
b. Menurut FI edisi IV adalah :
 Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
 Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus
mengandung anti mikroba
 Suspensi harus dikocok sebalum digunakan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stabilitas Suspensi


Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah
cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :
a. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara
luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya
semakin besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya.
(dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel
daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel (Syamsuni, 2007).

4
b. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun(kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya
partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah
viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan hukum “STOKES” (Syamsuni, 2007).
d2 (ρ – ρ0) g
V=
ƞ
Keterangan : V = kecepatan aliran.
d = diameter dari partikel
ρ = berat jenis dari partikel
ρ0 = berat jenis cairan
g = gravitasi
ƞ = viskositas cairan

c. Jumlah partikel (konsentrasi)


Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi
benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin
besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat (Syamsuni, 2007).
d. Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang
sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya (Syamsuni,
2007).
Stabilitas fisik suspensi farmasi ddidefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila
partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan
5
yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat
oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk
cimpacted cake dan peristiwa ini disebut caking (Syamsuni, 2007).
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsetrasi dan sifat dari
partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena
konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalamresep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel
dan viskositas (Syamsuni, 2007).
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternak dapat
dinaikkan denan penambahan zat pengental ini sering disebut sebagai suspending
agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid) (Syamsuni, 2007).

E. Sistem Suspensi
 Sistem Flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidakterjadi cake dan mudah tersuspensi kembali

 Sistem Deflokulasi
Dalam system deflokulasi, partikel dflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya
membentuk sedimen, dimanater jadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras
dan suakr tersuspensi kembali.

F. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi adalah


1. Kecepatan Sedimentasi
Supaya tidak cepat mengendap maka:
 Perbedaan Bj harus kecil antara pembawa dan terdispersi
 Ukuran partikel diperkecil
 Menambah viskositas
 Hukum stokes

6
2. Rheologi
Rheologi adalah ilmu tentang sifat aliran dari bahan atau sistem bahan.
Sedangkan Viskositas adalah suatu besaran yang tergantung dari perbandingan
tegangan geser kecepatan, difarmasi dinyatakan sebagai kekentalan struktur atau
tubuh.
Ada 2 jenis sifat aliran, yaitu :
 Sifat aliran Newton (kekentalan ideal) :
Viskositas ini mempunyai suatu koefisien konstan, yang tidak tergantung
dalam jumlah absolute tegangan geser yang terdapat atau dari turunnya
geseran yang berkuasa.

 Sifat aliran Non Newton (kekentalan struktur) :


Viskositasinime mpunyai suatu ketergantungan yang lebih atau kurang tampak.
Sedangkan menurut jenis alirannya, dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
a. Pseudoplastis
Jenis aliran ini bekerja pada gaya geser yang lebih tinggi, dimana aliran mula-
mula terhambat lalu beralih menjadi sikapaliran ideal atau hampir ideal
viskositas turun dengan menaikkan kebutuhan geser, sistem tersebut menjadi
lebih cair.
b. Plastis
Dinyatakan sebagai eksistensi suatu batas aliran yang mmpunyai sistem yang
elastis.
b. Tiksotropik
Diartikan sebagai isoterm, sehingga menyebabkan penurunan viskositas bolak-
balik.
c. Dilatan
Mekanisme alirannya selama dalam keadaan diam, partikel-partikel bahan
padat dikelilingi oleh suatu selubung solvat melalui kerja gesekan terjadi suatu
pengurangan atau kehilangan selubung cairan yang meluncur, sehingga
partikel lebih padat dan diikuti kenaikkan viskositas.

3. Pembasahan Serbuk
Kesulitan yang banyak ditemui yang merupakan faktor yang amat penting
dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium pendispersi.

7
Ada zat padat yang mudah dibasahi dengan cairan dan ada pula yang tidak.dalam
batasan suspensi air, zat padat dikatakan hidrofilik(liofilik atau suka pelarut,
kadang-kadang disebut liotropik).atau hidrofobik (liofobik). Zat-zat hidrofilik
dibasahi dengan mudah oleh air atau cairan-cairan polar lainnya; zat hidrofilik ini
bisa meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air dengan besar.
Zat-zat hidrofobik menolak air, tetapi biasanya dapat dibasahi dengna cairan-
cairan non polar; zat hidrofobik ini biasanya tidak mengubah viskositas dispersi.
Zat padat hidrofilik biasanya dapat digabung menjadi suspensi tanpa
menggunakan zat pembasah, tetapi bahan-bahan hidrofobik sangat sukar untuk
mendispersi dan seringkali mengambang pada permukaan cairan karena
pembasahan yang buruk dari partikel-partikel, atau adanya kantung-kantung udara
yang sangat kecil.

4. Floatasi atau trafung disebabkan oleh :


 Perbedaan densitas
 Partikel padat hanya terbasahi sebagian
 Adanya absorbs gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan

5. Pertumbuhan Kristal

Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh, bila terjadi
perubahan suhu akan terjadi pertumbuhan Kristal ini dapat dicegah dan
penambahan surfaktan

6. Pengaruh gula
Penambahan larutan gula dalam suspensi akan mengakibatkan viskositas suspensi
naik.
Konsentrasi gula yang besar akan menyebabkan akan terbentuknya kristalisasi
dengan cepat Gula cair 25% mudah ditumbuhi bakteri hingga diperlukan
pengawet

8
G. KomponenSediaanSuspensi
a. Zataktif yang tidaklarut air
b. BahanTambahan
1. Bahan Pembasah
Bahan pembasah (wetting agent) / humektan, fungsinya adalah untuk
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air, juga untuk memper kecil
sudut kontak, dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut. Misalnya
gliserin, propilenglikol, polietilenglikol, dan lain-lain.
2. Bahan Pensuspensi
Bahan pensuspensi / suspending agent, fungsinya adalah untuk memperlambat
pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan sebagai stabilisator untuk
mempertinggi viskositas sediaan.
Contoh untuk golongan gom yaitu seperti gom akasia,chondrus, tragakan,
algin.Golongan tanah liat misalnya seperti bentonit, aluminium magnesium
silikat, hectocrite, veegum.Sedangkan pada golongan derivate selulosa yaitu
seperti metil selulosa, hidroksi etilselulosa, avicel, dan na-cmc. Sementara itu
untuk golongan organic polimer seperti carbophol.

3. Pengawet
Pengawet, sangat dianjurkan jika didalam sediaan tersebut mengandung bahan
alam, atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat
tumbuh mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan
dipergunakan untuk pemakaian berulang. Pengawet yang sering digunakan
adalah metil atau propil paraben, asam benzoat, Natrium benzoate,
chlorbutanol, dan senyawa ammonium.
4. Pewarna dan pewangi
Pewarna dan pewangi, dimana zat tambahan ini harus serasi. Misalnya vanili,
buah-buahan berry, citrus, walnut,olium citrus, oliumRosae. Pasta Melon,
Pasta Anggur
5. Pemanis
Pemanis, fungsinya untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Misalnya sorbitol
dan sukrosa

9
H. Metode Pembuatan Suspensi
a. Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang
terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk kedalam medium pendispersi, hal
tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang
sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan
sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers
dengan medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang diatas cairan.
Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan
tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent. Zat pembasah yang digunakan
angtara lain: Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya.
b. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan
dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi
dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol,
dan polietilenglikol.

10
BAB III

METODOLOGI

Tujuan praktikum :
Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan pengujian
sediaan suspensi terkonstitusi.

Alat :
 Viskometer Brookfield tipe LV
 Beaker glass
 Tabung sedimentasi
 Gelas ukur
 Batang pengaduk
 Mortir dan Stamper
 Spatula
 Sudip
 Botol 100ml

Kegiatan :

1. Mahasiswa mendengarkan penjelasan jenis, komponen, dan guna alat yang ada
dilaboratorium.
2. Mahasiswa menggambarkan setiap alat yang ada, kemudian membuat gambar
masing-masing komponen.
3. Mahasiswa ikut menjalankan alat-alat yang ada dilaboratorium.
4. Mahasiswa membuat laporan.

11
A. FORMULASI SEDIAAN

Formulasi sediaan Kloramfenikol palmitat

1. BAHAN AKTIF
(Kloramfenikol palmitat)

Zat Aktif Kloramfenikol palmitat

(Farmakope Indonesia edisi V hlm 690)

Pemerian Serbuk hablur halus seperti lemak; putih; bau lemah; hamper
tidak berasa

(Farmakope Indonesia edisi V hlm 690)

Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton dan dalam
kloroform; larut dalam eter; agak sukar larut dalam etanol;
sangat sukar larut dalam heksan.

(Farmakope Indonesia edisi V hlm 690)

Stabilitas Cahaya:Kloramfenikol palmitat harus terlindung dari


cahaya(Martindale 36 hlm 239)

Air: Kloramfenikol palmitat tidak stabil atau tidak larut


dalam air (Martindale 36 hlm 239)

pH: Suspensi Kloramfenikol palmitat memiliki pH=6,7(TPC


1994 hlm 789)

Panas: Tidak ditemukan di pustaka Journal Penelitian, Obat-


Obat Penting, Materia Medika Indonesia edisi 1, Martindale
36, Farmakope Indonesia edisi IV, Farmakope Indonesia
edisi V, British Pharmacopoeia 2009, Japanese
Pharmacopoeia 15th Ed, USP NF 2009 (United States
Pharmacopoeia 32 - National Formulary 27), dan European
Pharmacopoeia 5th Ed.

Keterangan lain Kloramfenikol palmitat mempunyai potensi setara dengan

12
tidak kurang dari 555 µg dan tidak lebih dari 595 µg
Kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5 per mg.

(Farmakope Indonesia edisi V hlm 690)

Penyimpanan Dalam wadah tidak tembus cahaya.

(Farmakope Indonesia edisi V hal 567)

Kadar Tidak ditemukan di pustakaJournal Penelitian, Obat-Obat


penggunaan Penting, Materia Medika Indonesia edisi 1, Martindale 36,
Farmakope Indonesia edisi IV, Farmakope Indonesia edisi V,
British Pharmacopoeia 2009, Japanese Pharmacopoeia 15th
Ed, USP NF 2009 (United States Pharmacopoeia 32 -
National Formulary 27), dan European Pharmacopoeia 5th
Ed.

2. ZAT TAMBAHAN
1. Sukrosa

Zat Sucrose (HOPE 6th Edition page 703)

Pemerian Hablur putih atau tidak berwarna ; massa hablur atau


berbentuk kubus atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa
manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus

( FI. IV halaman 762)

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dam dalam eter.

(FI. IV halaman 762)

Stabilitas Sukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu ruangan dan
pada kelembaban yang relatif kecil. Menyerap 1% uap air yang
mana dilepaskan pada pemanasan 90oC . Sukrosa
mengkaramel pada suhu 160oC. Larutan sukrosa dapat

13
berfermentasi oleh mikroorganisme tapi dapat resisten pada
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi 50-67%

(HOPE 6th halaman 704)

Inkompabilitas Sukrosa bisa mengandung logam ringan, yang mana dapat


menjadi inkompatibilitas dengan bahan lain. Sukrosa juga
dapat mengandung sulfit dari proses penyulingan. Dengan
kadar sulfit yang tinggi akan mengakibatkan perubahan warna
pada larutan.

(HOPE 6th, 2009. Halaman 706)

Keterangan Sebagai bahan dasar gula, coating agent (penyalut), membantu


lain proses granulasi, suspending agent, pemanis, pengikat, tablet,
pengencer, tablet dan kapsul, tablet filler, pengental,
theurapeutic agent. Sebagai sweetening agent = 67 %

(HOPE 6th Edition page 703)

Penyimpanan Dalam wadah yang tertutup, sejuk dan kering

(HOPE 6th Edition page 706)

Kadar Formulasi sirup oral : 67 %


penggunaan Sweetening agent : 67 %
Tablet binder (dry granulation) : 2–20 %
Tablet binder (wet granulation) : 50–67 %
Tablet coating (syrup) : 50–67 %

(HOPE 6th halaman 704)

14
2. Methyl Paraben

Zat Methyl Paraben(HOPE 6th Edition page 441)

Pemerian Kristal berwarna atau kristal putih. Tidak berbau atau hampir
tidak berbau dan memiliki sedikit rasa

(HOPE 6th Edition page 442)

Kelarutan Etanol 1 di 2, Etanol (95%) 1 dari 3, Etanol (50%) 1 dari 6,


Eter 1 dari 10, Gliserin 1 di 60, Minyak mineral praktis tidak
larut, Minyak kacang tanah 1 dari 200, Propilen glikol 1 dari 5,
Air 1 di 400, 1 dari 50 di 500C, 1 di 30 di 800C.

(HOPE 6th Edition page 443)

Stabilitas Larutan Methylparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan


autoklaf pada suhu 1200C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan larutan
pada pH 8 atau di atas 8 terjadi hidrolisis cepat. pH aktivitas
antimikroba: 4-8

(HOPE 6thEdition page 443)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba Methyl paraben dan paraben lain sangat


kurang dengan adanya surfaktan nonionic. Namun
propilenglikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas
antimikroba dari paraben dan mencegah interaksi pada Methyl
paraben dan polisorbat. Inkompatibel dengan magnesium
trisilikat, tragakan, natrium alginate, sorbitol, minyak esensial,
dan atropine.

(HOPE 6thEdition page 443)

15
Keterangan Digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,
lain produk makanan, dan formulasi farmasi.

(HOPE 6thedition page 441)

Penyimpanan Methylparaben harus disimpan dalam wadah yang tertutup


dalamsejuk dan kering.

(HOPE 6th edition page 443)

Kadar IM, IV, SC injeksi= 0.065%–0.25%


penggunaan
Larutan inhalasi = 0.025%–0.07%

Intradermal injections= 0.10%

Formulasi cair untuk hidung = 0.033%

Ophthalmic preparasi= 0.015%–0.2%

Larutan oral dan suspensi= 0.015%–0.2%

Rektal preparasi= 0.1%–0.18%

Topikal preparasi= 0.02%–0.3%

Vaginal preparasi= 0.1%–0.18%

(HOPE 6th Edition page 442)

3. Propyl Paraben

Zat Propyl Paraben(HOPE 6th Edition page 596)

Pemerian Kristal putih, tidak berbau, tidak berasa

(HOPE 6th Edition page 596)

Kelarutan Mudah larut di aseton dan eter, larut di Ethanol (95%) 1:1,1,
Ethanol (50%) 1:5,6, Glycerin 1:250, minyak air 1:3330,
minyak kacang 1:70, Propylene glycol 1:3,9, Propylene glycol
(50%) 1:110, Air 1:4350, pada suhu 1580C 1:2500 dan 1:225

16
pada suhu 800C

(HOPE 6th Edition page 597)

Stabilitas Larutan Propyl paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan


autoklaf pada suhu 1200C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
pH aktivitas antimikroba= 4-8

(HOPE 6thEdition page 597)

Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan alumunium silikat, magnesium


trisilikat, oksida besi kuning dan biru akan mengurangi
pengawet. Propyl paraben dapat berubah warna dengan
adanya besi dan terjadi hidrolisis oleh alkali lemah dan asam
kuat.

(HOPE 6thEdition page 597)

Keterangan Digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik,


lain produk makanan, dan formulasi farmasi.

(HOPE 6thedition page 596)

Penyimpanan Propylparaben harus disimpan dalam wadah yang tertutup


dalamsejuk dan kering.

(HOPE 6th edition page 597)

Kadar Larutan oral dan suspensi= 0.01%–0.02%


penggunaan

4. Propilen Glikol

Zat Propylene Glycol

( HOPE 6th Edition Page 592 )

Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, rasa sedikit pedas menyerupai glycerin.

17
( HOPE 6th Edition Page 592 )

Kelarutan Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol


(95%),gliserin, dan air; larut pada 1 pada 6 bagian eter; tidak
larutdengan minyak minyak atau mineral tetap ringan, tetapi
akan larut beberapaminyak esensial.

( HOPE 6th Edition Page 592 )

Stabilitas Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam tertutup


kontainer, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia
cenderung untuk mengoksidasi,sehingga menimbulkan produk
seperti propionaldehida, asam laktat, piruvatasam, dan asam
asetat. Propylene glycol stabil secara kimiawi saatdicampur
dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan airdapat
disterilkan dengan autoklaf.

(HOPE 6thed halaman 593)

Inkompabilitas Propylene glycol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi


sepertikalium permanganat.

(HOPE 6thed halaman 593)

Keterangan Propylene glycol telah banyak digunakan sebagai pelarut,


lain ekstraktan,dan pengawet. Propylene glycol umumnya
digunakan sebagai plasticizer dalam air. Propylene glycol juga
digunakan dalam kosmetik dan makananindustri sebagai
pembawa untuk emulsifier, sebagai kendaraan untuk rasa
dipreferensi untuk etanol, pengawet antimikroba; desinfektan;
humektan; plasticizer;pelarut; penstabil agen; air-larut
cosolvent.

(HOPE 6thed halaman 592)

Penyimpanan Propylene glycol bersifat higroskopis dan harus disimpan di


wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, dalam keadaan
dingin, dan tempat kering.

18
(HOPE 6thed halaman 593)

5. Na-sakarin

Zat Saccharin Sodium

(HOPE 6th Edition Page 608)

Pemerian Serbuk putih, tidak berbau atau sedikit aromatic, efflorescent,


bubuk Kristal. Memiliki rasa yang cukup manis dengna logam
atau rasa pahit bahwa pada tingkat normal penggunaan dapat
terdeteksi sekitar 25% dari populasi.

(HOPE 6th Edition Page 608)

Kelarutan 1:1,2 dalam air

1:102 dalam etanol

1:50 dalam etanol (95%)

1:3,5 dalam propilen glikol

Praktis tidak larut dalam Propan-2-ol

( HOPE 6th Edition Page 609 )

Stabilitas Sakarin natrium stabil di bawah kisaran normal untuk


digunakan dalam formulasi. Hanya bila terkena tinggi suhu
(1250C) pada pH rendah (pH 2) selama lebih dari 1 jam tidak
mengalami dekomposisi yang signifikan. Konsentrasi
84%adalah yang paling stabil sedangkan bentuk sakarin
natrium76% akan kering di bawahkondisi kamar.

(HOPE 6th halaman 609)

Inkompabilitas Sakarin natrium tidak mengalamiMaillard browning.

19
(HOPE 6th halaman 609)

Keterangan Sakarin natrium merupakan bahan pemanis intens yang


lain digunakan pada minuman,produk makanan, dan formulasi
farmasiseperti tablet, serbuk, obat gula, gel,suspensi, cairan,
dan obat kumur, juga digunakan untuk vitamin.Sakarin
natrium jauh lebih larut dalam air dibandingkansakarin, dan
lebih sering digunakan dalam formulasi farmasi.Daya pemanis
adalah sekitar 300-600 kali darisukrosa. Natrium sakarin dapat
meningkatkan rasa dan dapat digunakanuntuk menutupi
beberapa karakteristik rasa menyenangkan.

(HOPE 6th halaman 608)

Penyimpanan Simpan dalam wadah kedap udara

(Martindale 36 hlm 1960)

Kadar Sirup oral= 0.04–0.25


penggunaan
(HOPE 6th halaman 608)

6. Assen Anggur

Zat Water (HOPE 6th Edition page 766 )

Pemerian cairan berwarna ungu dan memiliki bau khas anggur

Kelarutan mudah larut dalam air

kegunaan Corigen odoris

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dibuat suspensi dengan bahan aktif Kloramfenikoln Palmitat.
Pembuatan Suspensi ini ditunjukkan sebagai Antibiotik. Sediaan suspensi Cloramfenikoln ini
mengandung beberapa eksipien, antara lain CMC Na sebagai Suspending agent, Aqua CMC
sebagai Pengembang CMC, Sukrosa sebagai Pemanis, dan Methyl Parabenum sebagai
Pengawet, Assense Strawbery sebagai Pengaroma, dan Aquadest sebagai Pelarut.

A. Pembuatan Suspensi
Formulasi suspensi Cloramphenicol disajikan pada tabel di bawah ini :

Formulasi
Bahan %
Chloramphenicol
2%
Palmitas
CMC Na 2%
Aqua CMC Na -
Sukrosa 20%
Methyl Parabenum 0,1 %
Assen Anggur Qs
Aquadest ad

Tahapan awal, dikalibrasi botol 100ml yang akan digunakan. Siapkan mortir yang
sudah dipanaskan. Masukakkan CMC Na kedalam mortir dan masukkan air panas lalu
gerus ad homogen. Tambahkan Chaloramphenicol aduk hingga rata ad homogen.
Tambahkan methyl paraben gerus hingga rata ad homogen. Masukkan sukrosa gerus ad
homogen, tambahkan Assen Anggur 3 tetes, gerus ad homogen lalu tambahkan air sedikit
demi sedikit gerus ad homogen, kemudian masukkan sediaan kedalam botol diberi etiket
brosur dalam kemasan.

21
Evaluasi Sediaan Kloramfenikol palmitat

A. Uji Organoleptis
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan rasa yang
diamati formula suspensi Cloramphenicol menghasilkan :
 Warna : Ungu
 Bau : Anggur
 Rasa : Manis
Hasil pengamatan sesuai dengan spesifikasi sediaan yang akan dibuat. Kecuali
pada bau sediaan karena bau sediaan tergantung dengan apa yang dipakai sebagai
pemanis, pada praktikum kali ini yang dipakai yaitu Assense anggur.

B. Uji Ph sediaan
Berdasarkan pengujian Ph sediaan yang kami lakukan dengan menggunakan
Ph meter atau kertas Ph unipersal dihasilkan yaitu Ph 5 yang artinya bersifat asam.
Hal ini sesuai dengan spesifikasi sediaan yang akan dibuat. Untuk suspensi
cloramphenocol Ph yaitu pada kisaran 4,3 – 7,0.

C. Uji Viskositas
Viskositas suspensi Cloramphenicol bertambah seiring bertambahnya
konsentrasi bahan pensuspensi yang digunakan. Viskositas sediaan cair yang adalah
1000-3000 cps. Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer
brookfield. Hasil yang di dapat dari menggunakan alat Viskometer Brookfield adalah
sebagai berikut :
RPM Spindel sekala Faktor Viskositas
(skala x faktor)

3 2 4 100 400

Sediaan sebanyak 300 ml diuji dalam viscometer Brookfield hingga spandel


terendam.Viskositas yang kami dapatkan dengan Rpm 3 dan Deal reading nya
sebsesar 4, kami menggunakan spindle no 2 dengan factor 100, adalah 100 x 2 = 400
cps , viskositas dalam suspensi sangatlah penting, viskositas dalam suspensi tidak

22
boleh terlalu kental karena dapat menyebabkan suspensi yang digunkan akan sulit
untk di tuang, dan sulit dalam pengocokan yang nantinya akan berpengaruh terhapad
dosis yang digunakan viskositas juga tidak boleh terlalu cair, bila ini terjadi maka
partikel yang ada dalam suspensi akan cepat sekali mengendap dan kemungkinan
dapat terebntuk cake yang sangat sulit unuk di dispersikan kembali. Didapatkan hasil
viskositas yang yang cukup baik, karena pada suspensi yang kami buat tidak terlalu
kental dan tidak terlalu encer sehingga hasil yang didapat suspensi yang baik

D. Uji Sifat Alir


Spesifikasi sediaan yang akan dibuat, mengharapkan dapat membuat sediaan
dengan sifat alir tiksotropik. Dimana bila dikocok akan menurunkan viskositas,
sehingga suspensi akan mudah dituang. Sediaan yang kami buat mempunyai sifat
tiksotropik berdasarkan hasil data pengamatan dengan menggunakan Viskometer
Brookfield.

RPM Skala Faktor Viskositas F= 7.187 x Skala


(Skala x Faktor)
0.3 0 200 0 cps 0

0.6 0,5 100 50 cps 3.59

1.5 1 40 40 cps 7.18

3 3 20 60 cps 21.56

6 5 10 50 cps 35.93

12 12,5 5 62,5 cps 89.83

6 6 10 60 cps 43.12

3 3 20 60 cps 21.56

1.5 2 40 80 cps 14.37

23
0.6 0,5 100 50 cps 3.59

0.3 0,5 200 100 cps 3.59

0.3 0 200 0 cps 0

120

100

80

Series 1
60
Series 2
40 Column1

20

0
Category Category Category Category
1 2 3 4

E. Uji Volume Sedimentasi


Lama sedimentasi bergantung pada ukuran partikel zat yang terdispersi.
Semakin besar ukuran partikel suatu zat maka akan semakin cepat proses
pengendapan pada suspensi tersebut.Adapun prosedur Uji Volume Sedimentasi
adalah sebagai berikut :
1. Masukkan sediaan yang sudah jadi kedalam beker glass.
2. Biarkan dan amati pemisahannya atau pengendapannya dalam waktu yang telah
ditentukan (3 hari)
3. Kemudian amati sediaan memisah atau tidak, jika tampak memisah maka bagian
yang bening diukur.
Hasil sedimentasi yang didapat setelah 3 hari :

24
Hari Sedimentasi
1 vo 50 ml
vu 15 ml
F 0,3 ml
2 vo 50 ml
vu 15 ml
F 0,3ml
3 Vo 50 ml
vu 15 ml
F 0,3 ml

Dengan ukuran gelas ukur 200 ml untuk pengujian Volume Sedimentasi


Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu membentuk
garis yang horisontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok sangat longgar dan
halus maka perlu zat tambahan. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan
nilai dari volume sedimentasi dari sediaan yang besuspendig agent PGA adalah 0.3.
Berarti sediaan suspensi yang dibuat termasuk stabil karena volume sedimentasinya
mendekati 1

25
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik Sediaan suspensi yang baik secara umum yaitu mudah dikeluarkan dari
botol, cukup keras sehingga dapat mempertahankan bentuk suspensi, kemampuan
mengurangidanmenghilangkan rasa nyeri, penampilan dan rasa suspensi yang
menarik, stabilitas dan keamanan yang memadai untuk jangka waktu tertentu.
2. Komponen umum pembentuk sediaan suspense terdiri dari zat aktif, basis dan
komponen tambahan. Bahan yang biasa dipakai adalah bahanutama (zataktif), media
pendispersi, pembasah, suspending agent,pengawet, pewarna, danperasa.
3. Uji rganoleptis yang dihasilkan warna Ungu berbau Anggur dan berasa manis
4. Di dapatkan viskositas yang baik yaitu 400 cps.
5. Sifat Alir sediaan thiksotropik.
6. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan nilai dari volume sedimentasi dari
sediaan yang besuspendig agent PGA adalah 0.3. Berarti sediaan suspensi yang dibuat
termasuk stabil karena volume sedimentasinya mendekati 1.
7. Ph yang dihasilkan setabli yaitu 5

B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/mahasiswi untuk lebih banyak belajar
mengenai sifat,stabilitas, metode pembuatan lotion dan penyimpanan. Pada saat
pembuatan suspensi, praktis harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang
dikerjakan, praktis juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitaslotion, agar dapat menghasilkan sediaan suspensi yang baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

 Depkes, RI,1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Depkes RI, Jakarta.


 Depkes, RI,1979, Farmakope Indonesia, ed. 3, Depkes RI, Jakarta.
 Agnes Desy, 2011, PraktikumFarmasetikSediaan Semi Solid & Liquid, ISTN, Jakarta.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi2
.Jakarta : Dekpes RI
 Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC
 Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada UniversitaPress
 Ansel, Howard C, Penerjemah:Farida Ibrahim. PengantarBentukSediaanFarmasi,
edisikeempat, Jakarta:UI Press,1994.
 Lachman Leon, Penerjemah: Siti Suyatmi, Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi
ketiga vol 2, Jakarta:UI Press,1994.
 Wade Ainley dan Paul J Weller, Handbook Of Pharmaceutikal Excipients.Edisi VI.2009.

27
Lampiran Gambar Sedian

28
Lampiran Dus Sediaan

29
Lampiran Jurnal

30

Anda mungkin juga menyukai