Anda di halaman 1dari 7

Nama : Mahmud Isnaini

Nim : 16410075

Kelas : F

Minggu Ke-1

a. Pengertian Konseling

Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu


“consilium” yang berarti dengan atau bersama, yang dirangkai dengan menerima atau
memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari
“sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.

Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada


individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang
dikembangkan dalam lingkup profesinya.

Hubungan konseling timbul dari adanya interaksi antara dua orang individu,
yang seorang adalah petugas yang terlatih (profesional), dan yang lainnya adalah
orang yang memerlukan bantuan (klien).

Beberapa pengertian tentang konseling, antara lain:

Konseling adalah upaya individu melalui interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli agar konseli mampu memamahi diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya (Ahmad Juntika).

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi


hambatan-hambatan perkembangn dirinya,dan untuk mencapai perkembangan yang
optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap
waktu (Division of Conseling Psychologi).

Konseling adalah relasi antar pribadi yang dinamis antara dua orang yang
berusaha untuk memecahkan sebuah masalah dengan mempertimbangkannya secara
bersama-sama, sehingga pada akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang
mempunyai kesulitan yang lebih banyak antara keduanya dibantu oleh orang yang
lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri (C.G.
Wrenn,1951).

Konseling adalah proses interaksi yang terjadi antara dua orang individu yang
disebut konelor dan klien, terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi (profesional),
diciptakan dan dibina sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-
perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan
kebutuhannya (Pepinsky dan Pepinsky, 1954).

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawacara


konseling oleh seorang ahli disebut konselor kepada individu yang sedang mengalami
sesuatu masalah disebut klien yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
oleh klien.

b. Tujuan Konseling

Tujuan konseling secara umum adalah membantu klien mencapai


perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensinya (Williamson, 1961).

Dengan proses konseling, diharapkan klien dapat:

a. Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternatif


pandangan dan pemahaman-pemahaman, serta keterampilan-keterampilan
baru.
b. Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan
kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
c. Menghadapi kekuatan-kekuatan sendiri, mencapai kemampuan untuk
mengambil keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya, kemampuan
untuk mengambil resiko yang mungkin ada dalam proses pencapaian tujuan-
tujuan yang dikehendaki.

c. Prinsip Konseling

Prinsip - Prinsip konseling merupakan pedoman atau acuan yang digunakan


dalam melaksanakan konseling. Prinsip - Prinsip tersebut dibuat berdasarkan kajian
filosofis, hasil - hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan budaya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan
konseling. Prinsip - prinsip konseling ini juga akan mendasarkan pada faktor proses,
tanggung jawab serta tujuan dari konseling.

Adapun prinsip - prinsip konseling yang dimaksud meliputi :

a. Konseling merupakan kegiatan yang sangat penting dalam keseluruhan


bimbingan di sekolah, atau merupakan bagian integral dengan bimbingan.
b. Program konseling harus flexsibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
(misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.
c. Dalam konseling terlibat dua individu yaitu konselor dan klien yang
memproses penyelesaian masalah melalui serangkaian interview.
d. Konseling merupakanproses belajar yang mengarah pada suatu perubahan
yang fundamental dari diri klien, terutama dalam perubahan sikap dan
tindakan.
e. Konseling lebih banyak menekankan masalah sikap daripada tindakan.
f. Konseling berlangsung pada situasi pertemuan dan jalinan hubungan yang
khas.
g. Konseling lebih menekankan pada penghayatan emosional daripada
intelektual.
h. Konseling sebagai kegiatan profesional, dilaksanakan oleh orang - orang yang
telah memilliki persyaratan profesional baik dalam pengetahuan maupun
kepribadianya. Oleh karena itu tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan
latihan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
i. Konseling melayani semua individu, tanpa memandangn umur, jenis kelamin,
suku bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
j. Dalam konseling perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan
dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau konseling pada
individu - individu tert6entu.
k. Konseling pada umumnya dibatasi pada hal - hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah,
sekolah serta yang berkaitan dengan kontak sosial maupun pekerjaan.
l. Tujuan akhir konseling adalah kemandirian. Setiap individu, maka dari itu
konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar mampu
mengarahkan dirinya dalam menghadapi kesulitan atau masalah yang
dihadapi.
m. Dalam proses konseling, keputusan yang diambil dan hendak dilakukan atas
kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan maupun desakan dari konselor.
n. Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani oleh tenaga ahli
dalam bidang yang relevan dengan permasalah khusus tersebut.
d. Asas Konseling

Ada 12 asas dalam konseling, diantaranya adalah:

a. Asas Kerahasiaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya


segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
oleh orang lain.dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar
terjamin.

b. Asas Kesukarelaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan


dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan atau kegiatan
yang diperlukan baginya. dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

c. Asas Keterbukaan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik (konseli).

d. Asas Kegiatan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam
penyelenggaraan layanan atau kegiatan bimbingan.dalam hala ini guru
pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan atau
kegiatan bimbingn dan konseling yang diperuntukkkan baginya.

e. Asas Kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni : peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan
ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,mampu
mengambil keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.dalam halam
ini guru pembimbing sehendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling yang diselengarakannya bagi berkembannnya
kemandirian peserta didik.

f. Asas Kekinian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menhendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseling)
dalam kondisinya sekarang.

g. Asas Kedinamisan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadapa sasaran layangan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju,tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas Keterpaduan

Yaitu asas bimbingan dan koseling yang menghendaki agar berbagai


layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis,dan terpadu.untuk
ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak berperan dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.

i. Asas Keharmonisan / kenormatifan

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap


layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada aturan dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma
agama,hukum dan peraturan,adat istadat,ilmu pengetahuan,dan kebiasaan yang
berlaku.
j. Asas keahlian

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
professional. Dalam hal ini,para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah
tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbi9ngan dan konseling.

k. Asas Alih Tangan Khasus

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak


yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didi (konseli) mengalih
tangankan permalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

l. Asas Tut Wuri Handayani

Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan


bimbingan dan konseling secara keseluruhan menciptakan suasana mengayomi,
mengembangkan keteladanan dan memberikan rangsangan dan dorongan serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk maju.

e. Konseling sebagai terapan Psikologi

Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi


antara konselor dan konseli yang merupakan suatu kondisi yang membuat konseli
terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Bila dicermati, pada hakekatnya
konseling itu bersifat psikologis. Dari sisi tujuan, proses serta konsep yang tercakup
menunjukkan bukti bahwa konseling merupakan proses psikologis. Dari sisi
tujuannya, rumusan tujuan konseling itu adalah berupa pernyataan yang
menggambarkan segi-segi psikologis (perilaku) dalam diri klien; dari prosesnya,
seluruh proses bimbingan dan konseling merupakan proses kegiatan yang bersifat
psikologis; dan dilihat dari teori atau konsepnya, konseling bertolak dari teori-teori
atau konsep-konsep psikologi.

Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai


proses psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada klien.
Bagi individu yang berada dalam rentangan normal, konseling merupakan lingkungan
yang sedemikian rupa dapat membantu memberikan pengaruh utnuk mengurangi
hambatan ke arah perwujudan diri yang lebih baik. Bagi individu yang menghadapi
gangguan psikologis, konseling dapat membantu memperbaiki keadaan sehingga yang
bersangkutan kembali ke keadaan normal dan lebih baik. Dalam konseling, konselor
harus mampu menciptakan interaksi konseling sedemikian rupa sehingga pada
akhirnya klien memperoleh sesuatu yang baru yang belum pernah mereka miliki
sebelumnya. Bilamana konselor gagal dalam memberikan pengalaman baru kepada
kliennya, maka itu berarti konseling telah gagal. Semua teori pada dasarnya secara
eksplisit atau implisit sepakat bahwa konseling harus merupakan pengalaman baru
yang memberikan kesempatan kepada orang untuk memandang dirinya sendiri dan
hidup secara berbeda, untuk mengalami dan menyatakan perasaan secara berbeda, dan
untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru.

Anda mungkin juga menyukai