PENDAHULUAN
Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan
bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18,
nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan.
Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi
semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut
dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru
itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum abad X bangsa Lapp merupakan penduduk asli Finlandia, namun mereka
terdesak ke daerah Skandinavia bagian Utara oleh pendatang baru dari Timur yang
dikenal sebagai bangsa Suomi atau Finlandia. Diperkirakan jumlah mereka tinggal
35.000 orang, termasuk yang tinggal di Finlandia sebanyak 2.500 jiwa. Pada tahun
1155, Swedia di bawah Raja Erk IX menguasai Finlandia selama 600 tahun dan
membangun kota Turku menjadi ”ibukota” Finlandia. Selama dibawah kekuasaan
Swedia, Finlandia hanya merupakan sebuah propinsi dan bukan suatu entitas nasional
tertentu.
Pada 1808 Rusia dengan bantuan Napoleon berhasil mengusir Swedia dari Finlandia,
dan menjadikan Finlandia sebagai Grand Duchy Kekaisaran Rusia, berdasarkan
Treaty of Hamina 1809, dengan status otonomi dan konstitusi sendiri. Dimasa ini
otonomi Finlandia terus meluas secara ekstensif dan pada tahun 1812, ibukota
Finlandia dipindahkan dari Turku ke Helsinki berdasarkan berbagai pertimbangan
politis, ekonomi dan pertahanan dari para pemimpin Finlandia pada saat itu. Lokasi
geografis kota Turku yang lebih dekat ke Swediadipandang membahayakan
mengingat Swedia kala itu merupakan musuh Kekaisaran Rusia.
Menjelang akhir abad 19, Tsar Alexander III melancarkan politik Rusianisasi atas
Finlandia, namun ditolak oleh rakyat Finlandia. Penolakan tersebut menimbulkan
revolusi, sehingga tanggal 6 Desember 1917 Finlandia menyatakan kemerdekaannya
dan menjadi Republik pada tanggal 17 Juli 1919. Finlandia terlibat perang dengan
Rusia pada tahun 1939 1944 dan dengan Jerman pada tahun 1944 1945. Finlandia
menandatangani Perjanjian Perdamaian Paris tahun 1947 yang membatasi kekuatan
angkatan bersenjata yang boleh dimilikinya, dan selanjutnya menjalankan politik luar
negeri yang netral.
Kehidupan sosial dan budaya di Finlandia cukup unik dan dinamis. Keunikan dan
dinamika kehidupan sosial budaya tersebut, selain dibentuk oleh faktor sejarah, lokasi
geografis dan kondisi alam, juga didorong oleh tingginya rasa nasionalisme dan
kebanggaan warga negara Finlandia dalam menjunjung tinggi nilai dasar kebangsaan
Finlandia yang menjadi pilar welfare society, seperti nilai demokrasi yang
berkeadilan, pembangunan kesejahteraan yang merata, dan penyediaan layanan serta
infrastruktur publik dan layanan kesehatan masyarakat yang memadai.
Dilihat dari faktor sejarah, kokohnya rasa nasionalisme serta tingginya kebanggaan
terhadap nilai sosial budaya di kalangan masyarakat Finlandia sudah terpupuk cukup
lama. Sama halnya seperti Indonesia, Finlandia merupakan negara yang pernah
mengalami pahitnya kehidupan di bawah penjajahan/kekuasaan asing. Finlandia
berada di bawah kekuasaan kerajaan Swedia selama 650 tahun (1158-1808), dan
berada di bawah Tsar Russia sebagai wilayah otonomi khusus (Grand Duchy) selama
109 tahun (1808-1917).
Faktor sejarah juga menjelaskan latar belakang mengapa nilai kesamaan dalam
kedudukan (egalitarianism) sangat mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat
Finlandia. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya catatan sejarah tentang berdirinya
sistem kehidupan kerajaan (monarchy) di Finlandia masa lampau. Kedudukan seluruh
individu di Finlandia adalah setara baik dalam pergaulan masyarakat maupun dalam
kehidupan bernegara, baik di muka hukum, maupun dalam tatanan sosial dan budaya.
Finlandia tidak mengenal kehidupan berdasarkan kelas maupun strata.
Faktor geografis juga menentukan warna kehidupan sosial budaya sebuah bangsa,
termasuk Finlandia. Finlandia, terletak di belahan utara bumi, dengan wilayah seluas
338.000 Km2 yang hanya dihuni oleh 5,4 juta penduduk, serta kondisi alam yang
kurang menguntungkan dengan sumber daya alam yang terbatas dan iklim yang
ekstrim. Kondisi ini telah menempa warga masyarakat Finlandia untuk memiliki
kemampuan survival yang tinggi guna menjamin keberlangsungan kehidupan
kebangsaannya.
Lokasi geografis dan kondisi alam yang kurang menguntungkan tersebut juga
memacu warga negara Finlandia untuk mencari cara untuk bertahan hidup. Faktor
kunci bagi warga Finlandia untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang
menguntungkan tersebut adalah melalui inovasi dan kreatifitas guna memberikan
kesejahteraan yang merata bagi seluruh warga Finlandia serta mendorong daya
kompetisi (competitiveness) dalam persaingan global.
Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi dari negara
yang awalnya mengandalkan sektor pertanian (agriculture) menjadi negara industri
maju dan modern adalah tingginya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia
(SDM) yang dimilikinya. Tingginya kualitas dan kompetensi SDM Finlandia
merupakan hasil dari perjalanan panjang komitmen kuat pemerintah dan rakyat
Finlandia dalam membangun dan mengembangkan pilar sistem pendidikan
nasionalnya.
Dalam aktualisasi kehidupan sosial masyarakat, nilai demokrasi tertuang dalam upaya
Pemerintah Finlandia untuk menjamin perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia,
termasuk di dalamnya kebebasan individual untuk berekspresi dan menyatakan
pendapat, serta keterbukaan akses informasi.
Sebagaimana pada umumnya dengan media massa di negara kawasan Eropa Barat
dan Utara, media massa Finlandia menganut faham demokrasi liberal, yang dalam
kegiatannya memegang teguh prinsip kehidupan pers yang bebas dan akuntabel
sebagaimana yang dijamin dalam Section 12 Konstitusi Finlandia (Freedom of
Expression and right of access to information), dan peraturan perundangan nasional
Finlandia, khususnya Finnish Press Law tahun 1919 dan tahun 1984. Press Freedom
Index yang diterbitkan oleh lembaga “Reporters without Borders for Press Freedom”
telah menempatkan Finlandia di posisi teratas selama empat periode yakni 2009,
2010, 2012 dan 2013.
Meskipun sejumlah riak kehidupan sosial bermunculan di masa resesi ekonomi yang
dialami di hampir seluruh kawasan eurozone, Finlandia masih berada dalam
pendiriannya terhadap sikap toleransi dan keterbukaan.
Sebagian besar rakyat Finlandia menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan pribadi dan
kehidupan sosial kemasyarakan yang tenggang rasa, perduli, dan berbagi. Rakyat
Finlandia juga masih dipandang cukup terbuka dengan arus masuknya kebudayaan
asing ke Finlandia yang dibawa oleh kaum pendatang. Pemerintah dan Rakyat
Finlandia dalam hal ini cenderung bersikap pragmatis dalam menanggapi dinamika
kehidupan sosial yang semakin heterogen, dan tetap berfokus pada tujuan untuk
mempertahankan negara Finlandia yang sejahtera (Nordic welfare system).
Jika ditinjau dari indeks persepsi korupsi Negara Finlandia selama lima tahun
terakhir, Negara ini tidak pernah keluar dari peringkat empat terbaik. Pada tahun
2010, Finlandia berada di peringkat 4, dan menduduki peringkat 3 pada tahun 2011,
2013, dan 2014. Bahkan pada tahun 2012, Finlandia yang berada di posisi kedua
memperoleh nilai yang sama dengan Negara pada peringkat teratas, yaitu Denmark
dengan nilai 90.
Hanya sedikit data yang di ada mengenai pemberantasan korupsi di Finlandia. Hal
tersebut bukan berarti tidak ada tindakan korupsi di Finlandia. Berikut disajikan data
mengenai statistik global negara Finlandia.
Selain unit pengendalian internal, di Finlandia juga terdapat The National Audit
Office of Finland (NAOF). NAOF memiliki tugas untuk melaksanakan audit
eksternal dengan melakukan audit keuangan, audit kepatuhan, audit kinerja, audit
yang kebijakan fiskal dan audit lainnya menggabungkan metode yang berbeda.Titik
inti dalam perencanaan audit NAOF adalah analisis risiko mengenai keuangan publik
dan ekonomi. Di samping itu, masyarakat juga dapat menyampaikan komplain atau
keluhan kepada NAOF atas berbagai masalah terkait dengan manajemen keuangan
pemerintah, ekonomi publik, atau dugaan penyalahgunaan dana pemerintah.
Kepolisian Nasional Finlandia juga memegang peran dalam melaksanakan
pemberantasan korupsi melalui Komisariat Jenderal Polisi Yudisial yang ditetapkan
melalui Royal Decree pada 17 Februari 1998. Polisi Yudisial berada di bawah
otoritas Kementerian Kehakiman (Minister of Justice).
Lembaga lain yang berperan dalam melawan korupsi adalah Criminal Investigation of
Corruption (O.C.R.C.) atau Lembaga Investigasi Korupsi. OCRC bukan sebuah
badan/lembaga baru, melainkan transformasi dari struktur yang sudah ada
sebelumnya yaitu Superior Control Committee (S.C.C.). OCRC sendiri melakukan
tugas-tugas hanya jika diminta oleh kejaksaan dan tidak dapat bertindak atas inisiatif
sendiri. OCRC bertanggung jawab untuk:
a. Menyelidiki kejahatan yang kompleks dan serius serta pelanggaran kepentingan
publik termasuk korupsi di sektor swasta;
b. Mendukung brigade polisi peradilan (judicial police) dalam menyelidiki
pelanggaran dan kejahatan tersebut;
c. mendukung kegiatan dalam kasus menyelidiki pelanggaran yang dilakukan terkait
dengan kontrak pengadaan publik dan subsidi publik. OCRC juga bertugas
mengawasi urusan otorisasi, izin, dan persetujuan yang relatif rawan korupsi,
d. Mengelola dan memanfaatkan dokumentasi khusus dalam mencegah dan melawan
korupsi.
Ditinjau dari sudut perundang-undangan, di Finladia korupsi didudukkan sebagai
suatu perbuatan kriminal biasa sehingga tidak disediakan Undang Undang khusus
yang mengatur tentang korupsi. Bentuk tindak korupsi dan jenis sanksi yang
dijatuhkan cukup diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
Ada dua undang-undang yang mengatur masalah korupsi di Finlandia yaitu UU
Prosedur Administrasi dan UU Hukum Pidana. UU Prosedur Administrasi ditekankan
untuk memajukan perilaku yang baik dalam organisasi publik. Prinsip-prinsip yang
melandasinya antara lain, menekankan pejabat untuk bertindak adil dan
melaksanakan pekerjaannya, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam
memberikan pelayanan, mereka dilarang memungut biaya. Sanksi bagi pegawai yang
melanggar dapat berupa teguran tertulis sampai dengan pemberhentian dengan tidak
hormat.
Menurut UU Hukum Pidana, pegawai pemerintah di Finlandia termasuk subjek
hukum pidana,. Ada pasal-pasal khusus yang mengatur perbuatan-perbuatan pegawai
pemerintah yang dikategorikan sebagai melanggar hukum, seperti menerima suap,
melakukan pemerasan, menerima suap sebagai anggota parlemen, membocorkan
rahasia jabatan, dan melanggar kewajiban jabatan.
Sumber: Matti Joutsen dan Juha Keranen, 2009, Corruption and Prevention
Corruption in Finland
Gambar 2: Jumlah Orang Diadili untuk Kasus Penyuapan Tahun 1925-2007
Tak satu pun dari politisi terkemuka yang terlibat tersebut didakwa di pengadilan, tapi
Koalisi Partai Sosial Demokrat kalah dalam pemilu berikutnya sebagai implikasi dari
kasus ini.
Atas kasus tersebut, Bror Wahlroos, ayah dari Björn Wahlroos (Politisi Sosial
Demokrat), dituduh menerima peralatan audio stereo dari salora senilai FMK 2.000
sehingga dijatuhi didenda sebesar FMK 3.000. Sedangkan Kepala direktur Salora
dihukum penjara selama 3,5 tahun karena suap lima menteri, dua sekretaris jenderal,
satu gubernur dan 30 petugas pajak.
e. Kasus Finnair
Kasus terkait penyuapan pada bidang olahraga yang terjadi di Finlandia adalah
terbongkarnya pengaturan skor pertandingan sepakbola yang menyangkut seorang
warga Negara Singapura bernama Wilson Raj Perumal dan total 11 pemain
sepakbola. Raj dituduh telah melakukan pengaturan skor pertandingan di Finlandia
selama 2008-2011, dan akhirnya di dakwa hukuman penjara selama 2 tahun.
Tertangkapnya Raj Perumalini akhirnya yang membuka kotak Pandora sindikat
pengaturan skor di dunia, yang bermarkas di Singapura. Mengingat kasus korupsi
sangat jarang terjadi di Finlandia, pengungkapan kasus korupsi akan memperoleh
liputan yang luas dari media massa
Dikutip dari Kementerian Luar Negeri Finlandia terdapat empat hal yang menjadi
kekuatan utama Finlandia menjadi negara dengan tingkat korupsi rendah, yaitu:
a. Nilai dasar yang mencakup moderasi, menahan kepentingan pribadi dan
mengutamakan kepentingan umum
Kunci utama Finlandia dalam pemberantasan korupsi adalah moralitas yang baik dan
penegakan hukum yang adil. Masyarakat Finlandia terbiasa untuk menempatkan
kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, dengan sifat ini terciptalah rasa saling
percaya di antara masyarakat maupun dengan pemerintah. Hal ini karena masyarakat
percaya apa yang mereka korbankan akan menjadi kebaikan bersama. Dalam sebuah
penelitian selalu ada korelasi positif antara tingkat kepercayaan yang tinggi dengan
tingkat korupsi yang rendah.
Pengalaman Finlandia juga menunjukkan bahwa contoh moral yang diberikan oleh
pejabat dan para pengambil keputusan dalam posisi eksekutif sangat diperlukan untuk
pengembangan budaya etika pemerintahan. Ketika orang melihat bahwa rekan-rekan
senior dalam organisasi berperilaku etis dan bertanggung jawab, mereka akan
mengikuti contoh mereka. Dengan adanya saling contoh moral yang baik membuat
budaya akuntabilitas dalam administrasi publik dapat dibangun dan menjadi kekuatan
bagi pemerintah untuk meberikan pelayanan publik yang berdasarkan nilai-nilai
“praktek terbaik”, akuntabilitas, kejujuran dan fair play.
Dengan moralitas yang baik maka pejabat publik di Finlandia mewakili nilai-nilai
umum yang dianut masyarakat Finlandia pada umumnya. Selain itu masyarakat
Finlandia pun terbiasa dengan aktif dan peduli terhadap kondisi negaranya, budaya
seperti ini mendorong pemerintah untuk selalu amanah dan selalu berusaha untuk
menjawab setiap keluhan warga negaranya. Ditambah lagi dengan media yang
independen dan bebas dari kepentingan kelompok telah terbukti dapat menciptakan
tekanan masyarakat kepada pemerintahan sehingga kebijakan pemerintahan yang
tidak rasional dapat cepat membangkitkan reaksi penolakan publik.
g. Undang-undang Pindana
Di Finlandia, PNS tunduk pada hukum pidana dan mereka berada dalam posisi yang
khusus dalam hal KUHP Finlandia. Khusus terhadap PNS ada beberapa tindakan
yang termasuk ke maladministrasi atau salah urus dan secara terpisah dikriminalisasi
sebagai penyimpangan, pelanggaran di kantor dan memiliki hukuman yang berat,
seperti pemecatan atau nasihat. KUHP Finlandia berisi bab tentang pelanggaran
berkaitan dengan korupsi. 1) penerimaan suap 2) pelanggaran suap, 3) penerimaan
suap sebagai Anggota Parlemen, 4) pelanggaran kerahasiaan, 5) penyalahgunaan
jabatan publik dan penyalahgunaan, dan 6) pelanggaran dalam penugasan dan lalai
Kedinasan.
PENUTUP
Sampai dengan saat ini, sangat sedikit data mengenai korupsi di negara Finlandia.
Pekerja publik, pegawai swasta, serta pegawai negeri mempunyai pandangan yang
sama mengenai korupsi. Mereka memadang korupsi merupakan tindakan yang tidak
baik dan berdampak buruk bagi masyarakat. Masalah penyuapan merupakan hal yang
sangat diperhatikan di Finlandia. Media mempunyai peranan penting dalam
mengidentifikasi tindakan korupsi. Kunci utama keberhasilan utama Finlandia dalam
memerangi korupsi adalah sebagai berikut :
1. Akses pendidikan terhadap semua orang
2. Demorasi yang berjalan baik pada pemerintah pusat dan daerah
3. Keterbukaan administrasi publik
4. Struktur hierarki publik yang mudah
5. Delegasi pengambilan keputusan pada sektor publik
6. Penghindaran politisasi pada sistem pelayanan publik
Kunci tersebut didukung oleh masyarakat yang memahami pentingnya hal tersebut.
Walaupun hukum Finlandia tidak mengenal adanya definisi khusus mengenai
korupsi, tetapi definisi penyuapan pada sektor privat diperluas devinisinya ke dalam
sektor publik. Dengan demikian, korupsi dijerat dengan undang-undang kriminal
sebagaimana yang ada di sektor privat
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
http://catatanpringadi.com/pemberantasankorupsidifinlandia/
Joutsen, Matti dan Juha Keranen. 2009. Corruption an the Prevention of Corruption
in Finland. Ministry of Justice Finland
Ari Salminen,Olli-Pekka Viinamäki, dan Rinna Ikola-Norrbacka, 2007, The Control
of Corruption in Finland
http://yle.fi/uutiset/finnair_ceo_bribery_case_goes_to_the_prosecutor/6198579#
http://yle.fi/uutiset/espoo_leaders_face_bribery_charges/5595994