Anda di halaman 1dari 4

PENENTUAN KADAR KREATININ

I. TUJUAN
 Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum
 Memahami prinsip penentuan kadar kreatinin
 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh

II. Metode Pemeriksaan kreatinin


a. Pre- Analitik
o Persiapan subjek untuk proses sampling
Faktor yang mempengaruhi pada persiapan pengambilan sampel
o Persiapan pengabilan sampel
Larutan urin harus sesuai dengan jenis pemeriksaan
Volume mencukupi
Kondisi baik
o Jenis sampel
Memindahkan sampel harus dengan ketelitian yang baik dengan
memperhatikan :
o Larutan harus diukur dari dua orang
o Memipet dengan ukuran yang benar- benar sama dengan ukuran yang
diinginkan
o Menggunakan alat sesuai ukuran yang diinginkan
o Penanganan sampel
Identifikasi sampel harus teliti
Patuhi cara pengambilan larutan
o Identifikasi sampel
Pemberian label pada sampel
o Kualitas sampel
Pengukuran harus sesegera mungkin supaya tidak terjadi perubahan pada
larutan yang akan diukur
o Persiapan reagen
1. NaOH (Reagen 1)
2. Asam Pikrat (Reagen 2)
3. Serum (Sampel)
- Perhitungan jumlah kebutuhan sampel dan reagen :
-Kelengkapan alat
Peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat :
o Bersih, kering
o Tidak mengandung diterjen atau bahan kimia
o Steril
o Tidak pecah/ retak dan mudah dibuka atau ditutup rapat
o Ukuran sesuai dengan volume yang akan diukur
b. Analitik
1. Persiapan Larutan Kerja
2. Pembuatan reagen
3. pembuatan larutan standar
4. persiapan alat dan bahan
5. Persiapan cara kerja
6.persiapan metode analisis hasil

ALAT DAN BAHAN :

Alat – alat yang digunakan, yaitu :


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Stopwatch
4. Mikropipet
5. Photometer / Microlab 300 ( semi automatic )
Bahan yang dibutuhkan :
Reagen : R1 : Asam Pikrat 70 mmol/L
R2 : NaOH 0,32 mmol/L
R4 : Standar/ Kreatinin 2 mg/dl (176,8 mmol/L)
Sampel : Urin

Landasan Teori

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan


terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat
(creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian
energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa
otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga
menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera
fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin dianggap
lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan uji dengan
kadar. Sedikit peningkatan kadar BUN dapat menandakan terjadinya hipovolemia
(kekurangan volume cairan); namun kadar kreatinin sebesar 2,5 mg/dl dapat menjadi indikasi
kerusakan ginjal. Kreatinin serum sangat berguna untuk mengevaluasi fungsi glomerulus.
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,
eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal
(syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis, kanker (usus,
kandung kemih, testis, uterus, prostat), leukemia, penyakit Hodgkin, diet tinggi protein (mis.
daging sapi (kadar tinggi), unggas, dan ikan (efek minimal).
Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan kreatinin dan BUN hampir
selalu disatukan (dengan darah yang sama). Kadar kreatinin dan BUN sering
diperbandingkan. Rasio BUN/kreatinin biasanya berada pada kisaran 12-20. Jika kadar BUN
meningkat dan kreatinin serum tetap normal, kemungkinan terjadi uremia non-renal
(prarenal); dan jika keduanya meningkat, dicurigai terjadi kerusakan ginjal (peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin). Pada dialisis atau transplantasi ginjal yang berhasil, urea
turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan ginjal jangka panjang yang parah, kadar
urea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar, mungkin akibat
akskresi melalui saluran cerna. Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin
normal dijumpai pada uremia prarenal, diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan
katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi (>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia
prarenal dengan penyakit ginjal, gagal ginjal, azotemia pascarenal.
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan
3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup
hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang
dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada
pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji
dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah : Amfoterisin B,
simetidin, asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium
karbonat,mitramisin,metildopa,triamteren. Penurunan kadar kreatinin dapat dijumpai pada :
distrofi otot (tahap akhir), myasthenia gravis. Kadar kreatinin diukur dengan metode
kolorimetri menggunakan spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi.

Anda mungkin juga menyukai