Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PERINTAH LISAN / PER TELEPON

DAN NILAI TEST YANG KRITIS


DI RSU MUTIA SARI

A. DEFINISI
 Perintah Lisan adalah :
Perintah dari seorang Dokter secara lisan langsung kepada penerima perintah.
 Perintah Per Telepon adalah :
Perintah lisan dari seorang Dokter melalui telepon langsung kepada penerima perintah.
 Nilai Test Yang Kritis adalah :
Semua hasil test yang jauh diatas/dibawah normal yang menunjukkan indikasi yang
berbahaya bagi kondisi pasien sehingga memerlukan perhatian segera dari dokter.

B. TUJUAN
Untuk mengurangi kesalahan yang berhubungan dengan misinterpretasi komunikasi secara
lisan atau per telepon, dari perintah pemberian pengobatan atau perintah permintaan test dan
penerimaan hasil test.

C. RUANG LINGKUP
1. Panduan ini diterapkan kepada semua perintah klinis (seperti instruksi pemberian obat,
diet, terapi fisik/bicara) yang diberikan secara lisan atau per telepon, pemeriksaan cito,
nilai kritikal dan pemeriksaan diagnostik lain termasuk pencitraan, elektrokardiogram,
tes laboraturium yang membuutuhkan respon segera.
2. Pelaksana panduan ini adalah semua staf klinis di semua bagian pelayanan.

D. TATA LAKSANA
1. TANGGUNG JAWAB
1) Seluruh staf rumah sakit
a. Memahami dan menerapkan panduan ini.
b. Tidak mematuhi panduan ini dapat mengakibatkan tindakan indisipliner.
c. Mengisi “Laporan Insiden” bila ditemukan adanya ketidak patuhan.
2) Kepala Instalasi/Kepala Ruangan
a. Memastika semua staf baru dan lama mempunyai akses dan informasi terkait
SPO-SPO dan formulir-formulir yang berhubungan dengan panduan ini.
b. Memonitor kepatuhan staf terhadap panduan ini.
c. Memastikan ketersediaan formulir yang berkaitan dengan panduan ini.
3) Direktur
a. Memastikan bahwa Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis dan
Kepala Keperawatan menyebarkan panduan ini dibagian yang menjadi
tanggung jawab mereka.
b. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai agar
terpenuhinya pelaksanaan panduan ini.
c. Memastikan bahwa mekanisme, implementasi, monitoring dan perbaikan secara
keseluruhan dari pelaksanaan panduan ini sesuai dengan kebijakan yang
berlaku.

2. PROSEDUR
1) Perintah lisan atau perintah per telepon dan nilai test yang kritis, harus segera
ditulis lengkap oleh si penerima perintah, dibaca ulang oleh penerima perintah,
dan dikonfirmasi oleh si pemberi perintah dengan proses sebagai berikut :
a. Proses peneriaman perintah lisan dan per telepon
 Penerima perintah mencatat kedalam formulir yang telah disetujui (Write
it down).
 Penerima perintah membaca ulang instruksi tersebut (Read it back).
 Dokter pemberi perintah melakukan verifikasi bahwa perintah yang telah
diberikan telah diterima dan dicatat dengan tepat atau melakukan klarifikasi
sehingga pembacaan ulang harus dilakukan kembali (get confirmation).
 Setelah formulir perintah lisan ditanda tangani oleh dokter, catatan perintah
tersebut menjadi catatan tertulis.
b. Proses penerimaan nilai test yang kritis
 Semua bagian yang menghasilkan nilai test yang kritis, akan
menyampaikan kepada dokter/bagian yang memberi perintah, yang
menunjukkan semua hasil test yang jauh diatas/dibawah normal,yang
menunjukkan indikasi yang berbahaya bagi kondisi pasien, sehingga
memerlukan perhatian segera dari dokter.
Hasil test yang kritis selalu dilaporkan melalui telepon.
 Individu yang menerima hasil yang kritis akan mencatat (write it back)
hasil tersebut ke dalam form yang telah di sediakan.
 Individu yang menerima hasil tersebut akan melakukan pembacaan ulang
(read it back) terhadap hasil tersebut.
 Petugas test akan melakukan verifikasi bahwa penerima hasil test telah
menerima dan mencatat hasil test dengan tepat, atau petugas akan
melakukan klarifikasi dalam hal ini proses pembacaan ulang harus
dilakukan kembali.
 Individu yang menerima hasil kemudian melakukan dokumentasi bahwa
pembacaan ualng tealah dilakukan, yang menunjukkan bahwa pembacaan
ulang hasil kepada yang melaporkan telah dilaksanakan.
 Petugas yang melaporkan hasil yang kritis harus mencatat ke dalam buku
untuk hasil test yang kritis, kepada siapa dan kapan mereka melaporkan
hasil tersebut, untuk itu pada saat menelepon mereka harus menanyakan
nama penerima telepon dan mencatat jam saat menelepon.
 Semua hasil test yang dilaporkan per telepon akan dinyatakan sebagai hasil
test yang kritis (termasuk hasil cito test, laporan nilai kritis dan hasil
pemeriksaan diagnostic lainnya yang memerlukan tanggapan segera).
2) Untuk penyebutan atau pembacaan angka lebih dari dua digit, disebut/dibaca
sebagai angka yang terpisah, missal “satu enam” untuk “enam belas”.
3) Bila perlu dokter yang memberi perintah pengobatan mengeja nama obat yang
dianggap asing, dengan menggunakan singkatan yang berlaku di RSU Mutia Sari,
sebagai berikut :

Klarifikasi dengan “phonetic alfabeth”


A ALFA N NOVEMBER
B BRAVO O OSCAR
C CHARLIE P PAPA
D DELTA Q QUEBEC
E ECHO R ROMEO
F FANTA S SIERRA
G GOLF T TANGGO
H HOTEL U UNIFORM
I INDIA V VICTOR
J JULIET W WHISKEY
K KILO X X-RAY
L LIMA Y YANKEE
M MAMA Z ZULU

4) Untuk perintah pengobatan/pemberian obat, dokter akan menyebutkan tujuan


pemberian obat untuk memastikan pengobatan yang akan diberikan sesuai dengan
kondisi pasien saat perintah tersebut diberikan.
5) Untuk perintah pengobatan/pemberian obat, dokter akan menyebutkan satuan obat
yang digunakan, misal : mg, g, mEq, mMol.
6) Untuk perintah pengobatan/pemberian obat kepada pasien pediatric/neonatal, dokter
harus menyebutkan mg/kg dosis obat yang harus diberikan atau dosis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
7) Penerima perintah harus mencatat perintah lisan atau per telepon di lembar formulir
yang sudah di tentukan.
8) Penerima perintah memberi paraf, menuliskan tanggal dan waktu perintah pada
tempat yang sudah ditentukan dalam dokumen pasien.
9) Pemberi perintah atau pemberi hasil pemeriksaan melakukan verifikasi, paraf dan
tanggal perintah pada tempat yang sudah ditentukan dalam dokumen pasien , dalam
waktu 1 x 24 jam.
10) Bagian farmasi tidak melayani permintaan obat kecuali bila perintah sudah di
tuliskan ke dalam Resep.
3. PENGECUALIAN DAN HAL YANG TIDAK DIIZINKAN
1) Perintah lisan TIDAK DIPERKENANKAN bila si pemberi perintah (dokter)
sedang berada di tempat, kecuali dalam keadaan situasi emergensi dan pada saat
prosedur steril sedang berlangsung.
2) Perintah lisan tidak diizinkan untuk pemberian obat kemoterapi.
3) Perintah lisan dan penyampaian hasil test yang kritikal tidak diizinkan disampaikan
melalui Voice Mail (rekaman suara ditelepon).

E. IMPLEMENTASI
1. Semua staf baru akan dilatih untuk memahami dan melaksanakan panduan ini pada saat
program orientasi.
2. Semua staf akan dilatih ulang setahun sekali.
3. Penanggung jawab implementasi ini adalah Kepala Seksi Keperawatan.

F. PENGAWASAN DAN KEPATUHAN


Pengawasan dan kepatuhan pelaksanaan panduan ini dilakukan melalui audit klinis.

G. DOKUMENTASI
Form Perintah Lisan/ Per Telepon dan Nilai Test Yang Kritis berada di dalam Form
Pengkajian Awal Medis Pasien IGD dan didalam Form Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.

DIREKTUR RSU MUTIA SARI

dr. Suhatman, MARS


NIK. 260100001

Anda mungkin juga menyukai