Anda di halaman 1dari 13

TUGAS EKSTRAKSI METALURGI

PIROMETALURGI

Dosen Pengampuh:
Ir. A. Taufik Arief, M.S.

Dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Ekstraksi Metalurgi pada Jurusan Teknik
Pertambangan

Oleh:
Irfan Amhar Hamidy (03021381621066)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIIWIJAYA
2018
PYROMETALLURGY

A. DEFINISI

Suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas. Suhu yang
dicapai ada yang hanya 50o - 250o C (proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi
ada yang mencapai 2.000o C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum
dipakai hanya berkisar 500o - 1.600o C ; pada suhu tersebut kebanyakan metal
atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.

Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar
dapat mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat
juga dilakukan dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik
(exothermic). Semua jenis proses yang dilakukan pada temperature tinggi (diatas
5000 C) dapat dikategorikan sebagai proses pirometalurgi. Proses – proses
tersebut meliputi beberapa tahap dalam produksi logam. Tahap pertama adalah
pengerjaan pendahuluan (tahap pra olahan / pra ekstraksi) yang berlangsung di
bawah titik leleh bahan baku.

Tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi logam yang umumnya


berlangsung pada temperature yang lebih tinggi dan disertai dengan peleburan
atau penguapan untuk menghasilkan logam,karena logam yang dihasilkan
umumnya masih mengandung unsur – unsur pengotor yang relatif tinggi, biasaya
diperlukan tahap pengerjaan lanjut, yaitu proses pemurnian. Proses pemurnian
seringkali juga dimaksudkan untuk mengatur komposisi logam, dengan
penambahan, satu atau lebih unsur pemandu sesuai dengan jenis logam yang
akan dipasarkan.
Meskipun secara pirometalurgi logam – logam dapat dihasilkan melalui
berbagai metode ekstraksi, akan tetapi semua metoda tersebut pada hakekatnya
selalu terdiri atas dua fenomena utama, yaitu :
1. Berlangsungnya reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan logam dari
senyawa – senyawanya, dan
2. Terbentuknya dua atau lebih fasa yang memungkinkan terpisahnya
logam yang dihasilkan dari senyawa – senyawa yang tidak dikehendaki.

Reaksi – reaksi yang berlangsung umumnya adalah reaksi – reaksi reduksi,


reaksi – reaksi oksidasi atau reaksi – reaksi netral (tanpa oksidasi atau reduksi).
Adapun pembentukan fasa – fasa yang diperlukan untuk berlangsungnya
pemisahan fisik antara logam – logam dengan unsure – unsure pengotornya
dapat terjadi dengan sendirinya, atau dengan bantuan penambahan bahan –
bahan/ reagen – reagen lain. Fungsi bahan – bahan imbuh (flux) ini pada umunya
adalah untuk mengikat unsure / senyawa pengotor guna membentuk suatu fasa
yang terpisah, yang dalam proses peleburan dikenal sebagai terak (slag).

Tahapan Metalurgi ekstraksi:

1. preparasi (fisik, kimia)


- preparasi fisik : aglomeration yg terdiri dari : peletizing, sintering,

briquieting

- preparasi kimia : roasting, calcining

2. ekstraksi metal

- pyrometallurgi : menggunakan energi bhn bakar pdt cair gas ( smelting,


converting, retorting, fire refining)

- hydrometalurgi : menggunakan reagen pelarut ( leaching, presipitasi)

- ellectrometalurgi : menggunakan energi listrik (electrothermik (


peleburan dgn energi listrik), electrolisa dlm larutan air ( electro
refining, electro winning, electro plating), fused salt electrolisis
(electrolisa garam lebut)).
3. Pemurnian

Perubahan fase, yaitu :


- gas  liquid/liquid  gas (kondensasi)

- gas  Solid / solid  gas (retorting)

- liquid  solid/solid  liquid (smelting)

B. TAHAP – TAHAP PROSES PYROMETALURGI

Proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu :

1. Drying (Pengeringan)
Adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material.
Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap dengan
pembakaran gas yang panas oleh pembakaran bahan bakar fosil. Pada
beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan oleh udara
panas gas yang secara tidak langsung memanaskan.

Biasanya suhu pengeringan di atur pada nilai diatas titik didih air sekitar
120oC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang dapat
larut, sushu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan..

2. Calcining (Kalsinasi)
Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi
hydrate seperti ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau
dekomposisi kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan karbon
diosida dan atau besi karbonat menjadi bsi oksida.

Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft


furnace, rotary kilns dan fluidized bed reactor.
Tujuan :

- Untuk penguraian karbonat

MCO3(p)  MO(p) + CO2 (g)

Mineral : Zn, Fe, Ag, Pb, Cd, Mn, Mg, Ca

ΔGT = ΔGT˚ + RT In PCO2

- Untuk penghilangan air kristal dan penguraian hidroksida

M(OH)2 = MO +H2O

ΔGT˚ = - RT ln PH2O

- Desagregasi bijih kompak

Proses penguraian mekanis bijih yg sangat kompak dan penguraian


senyawa organik. Sebagai contoh : M3O4 (misal Fe3O4) sangat kompak
(porositasnya rendah), jika direduksi dgn gas CO reaksi difusi gas
lamban, maka Fe3O4 dipanaskan dan didinginkan mendadak
(quenching) shg timbul retakan2 yg mudah diterobos gas CO. Jika pd
peleburan Fe3O4 (magnetit) yg dikandung oleh bijij < 40% tidak perlu
Quenching.

3. Roasting (Pemanggangan)
Adalah pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara dihembuskan
pada bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia dan
pemanasan ini tidak mencapai titik leleh (didih).

Kegunaan Roasting adalah :

- Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya


- Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
2 ZnS + 3O2 2 ZnO + 2 SO4
- Membentuk material menjadi porous
- Menguapkan impurity yang foltair.
Dapur yang digunakan pada proses roasting, yaitu :

- Haard Vloer Oven


- Suspensi roasting oven
- Fluiized bed roasting

Jenis-jenis roasting, yaitu :

a. Oksida Roasting
Biasanya dilakukan terhadap mineral-mineral sulfida pada
temperatur tinggi (direduksi langsung). Pada temperatur rendah :

- sulfida logam dapat direduksi dengan Carbon membentuk CS dan


CS2.
MS + C M M + CS

M2 S + C 2M + CS2

- Tidak dapat direduksi langsung karena sulfida logam-logam lebih


stabil dari CS dan CS2.
MS + 3/2 O2 MO + SO2

b. Reduksi Roasting
Adalah suatu proses pemanggangan dimana suatu oksida
mengalami proses reduksi oleh suatu reduktor gas yang
dimaksudkan untuk menurunkan derajat oksidasi suatu logam.
Peristiwa reduksi ini tidak dapat tercapai untuk suatu oksida yang
sangat stabil..

c. Chlor Roasting
Dalam proses ini, bijih/konsentrat dipanggang bersama senyawa
klorida (CaCl2,NaCl) atau dengan gas Cl2.
Tujuan chlor roasting adalah :

- Menghasilkan senyawa klorida logam dalam air (di ekstraksi)

Menghasilkan senyawa klorida logam-logam yang mudah menguap


agar dapat dipisahkan dari mineral-mineral pengganggu (Metalurgi
Halida).

d. Fluor Roasting
Pemanggangan ini menggunakan reagent F2.

e. Yodium Roasting
Pemanggangan ini menggunakan reagent I2.

4. Smelting

Adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam


meleleh dan mecair setelah mencapai titik didihnya.

Oven yang digunakan, yaitu :

a. Schacht Oven
b. Scraal Oven (revergeratory Furnace
c. Electric Oven (Electric Furnace)

Dalam pemakaian oven yang perlu diperhatikan, yaitu :


a. Ketahanan mekanis dari feeding
b. Kemurnian dari bahan bakar.

Smelting terbagi beberapa jenis, yaitu :

a. Reduksi smelting
b. Oksidasi smelting
c. Netral smelting
d. Sementasi smelting
e. Sulfida smelting
f. Presipitasi smelting
g. Flash smelting (peleburan semprot)
h. Ekstraksi timbal dan seng secara simultan.

5. Refining

Pemunian adalah pemindahan kotoran dari material dengan proses panas.

FEED

DRYING

KALSINASI

ROASTING

SINTERISASI

SEGREGATION

SMELTING

CONVERTING

DISTILASI

FUMING
Contoh Proses Ekstraksi Metaluri Secara Pirometalurgi
1. Peleburan tembanga (Cu)

Bijih tembaga (1% - 2% Cu)

Peremukan dan penggerusan

Flotasi Ampas (tailing) ; 0,1% - 0,2% Cu

Konsentrat tembaga
(20% - 30%)

udara Pemanggangan (roasting) SO2 dialirkan ke pabrik H2 SO4

flux Peleburan dengan Terak (slag) ; 0,2% - 0,5% Cu


reverberatory furnace

terak (slag) Copper matte (30% - 50% Cu)

flux
udara Bessemer converter SO2 dialirkan ke pabrik H2 SO4

Blister copper (> 98% Cu)


terak (slag)

FIre refining

Anoda (99,5% Cu)

Electrolytic refining Waste electrolyte (recovery of Ni, etc.)

Copper cathodes Lumpur anoda


(99,9% Cu) ; untuk diekstrak
biasanya dilebur logam-logam
kembali mulianya

DIAGRAM ALIR PROSES PELEBURAN TEMBAGA


2. Peleburan Besi
Proses pembuatan besi baja berlangsung didalam Convertor. Plat baja tebal
sebelah dalam dilapisi refractory asam (silikat). Pipa-pipa udara di bagian bawah
200 buah dengan diameter 1-3 cm.

O2 dimasukan melalui pipa-pipa udara yang ada di bagian bawah convertor.


Kemudia O2 yang dihembuskan tersebut pada metal bad akan mengoksider
logam-logam tertentu untuk membentuk slag. Slag dan logam yang didapat
dalam keadaan cair akan terpisah oleh berat jenis. Slag yang dihasilkan 10%.

Bijih besi

Kadar tinggi Kadar rendah


(> 55% Fe2 O3) (< 55% Fe2 O3)

PBG Ampas
Bongkah-bongkah Ukuran kecil

Sintering, pelletizing

Kokas & flux


Flue
dust
Blast furnace, Peleburan di tanur tiup
gas dijual (blast furnace)

Besi wantah
(pig iron / hot metal)
Scrap

Pemurnian di open Pemurnian di L-D atau


Terak dibuang Terak dibuang
hearth furnace Bessemer converter

Open hearth steel Baja L-D atau Bessemer

DIAGARAM ALIR PROSES PELEBURAN BESI


Dampak Negatif dari Esktraksi Metalurgi Secara Pirometalurgi

Pencemaran lingkungan yang terjadi adalah :

1. Panas yang terasa oleh para pekerja yang berada di sekitar peralatan lebur.
2. Gas buangan yang mengandung racun (CO, NO2, SO2, dll).
3. Debu dan padatan yang beterbangan di sekitar pabrik.
4. Terak (slag) yang bisa mengotori atau merusak lahan, walaupun dapat juga
dimanfaatkan sebagai material pengisi (land fill), pengeras jalan (road
aggregate) dan campuran beton ringan (light weight concrete aggregate).

C. APLIKASI SISTEM PYROMETALURGI DI INDONESIA.

Pabrik pengolahan PT Inco di Soroako mempunyai kapasitas produksi


72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk menghasilkan
nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen.

Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:

- Pengeringan di Tanur Pengering,bertujuan untuk menurunkan kadar air


bijih laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih
yang berukuran +25 mm dan – 25 mm.
- Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi, untuk menghilangkan
kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi
nikel logam, dan sulfidasi.
- Peleburan di Tanur Listrik, untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi
sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak.
- Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte
dari sekitar 27persen menjadi di atas 75 persen.
- Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam
cair menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan
dikemas.
Besi merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan umat manusia
sejak zaman mesopotamia purba sampai era modern saat ini. Tidak ada logam
lain yang jumlah pemakaiannya melebihi besi. Sangat wajar jika produksi logam
besi di seluruh dunia mencapai 1 milyar ton/tahun. Bjih besi yang utama adalah
hematit.(FE2O3). Bijih lainnya adalah magnetit, pirit dan siderit. Tempat
penambangan bijih besi di indonesia ada di Cilacap, Jawa tengah dan di beberapa
tempat di jawa Timur sedang peleburan biji besi dan industri baja terdapat di
Cilegon, jawa barat.

Besi adalah logam yang paling banyak banyak penggunaannya, yaitu


sekitar 14 kali total penggunaan semua logam lain. Hal ini didasrakan oleh:

1. Biji besi relatif melimpah dan tersebar di beberapa tempat di penjuru


dunia.

2. Pengolahan besi relatif mudah dan murah.

3. Sifat-sifat besi mudah di modifikasi.

Kegunaan utama besi adalah untuk membuat baja yang bias digunakan
untuk membuat mainan anak, perkakas dapur, industri kendaraan, konstruksi
bangunan, jembatan, rel kereta api. Baja tahan karat banyak digunakan untuk
membuat perkakas sepereti gunting, obeng dan kunci, perkakas dapur seperti
sendok dan panci. Baja yang terkenal adalah stainless stell yang merupakan
paduan besi dengan kromium (14-18%) dan nikel (7-9%) yang mempunyai sifat
keras, liat yang digunakan untuk membuat senjata dan kawat.

Ada 2 tahap untuk mengolah besi, yaitu peleburan yang bertujuan untuk
mereduksi bijih besi sehingga menjadi besi dan peleburan ulang yang berguna
dalam pembuatan baja. peleburan besi dilakukan dalam suatu tanur tiup (blast
furnance). Tanur tiup adalah suatu bangunan yang tingginya sekitar 30 meter
dan punya diameter sekitar 8 meter yang terbuat dari baja tahan karat yang
dilapisi dengan bata tahan panas. Zat reduksi yang digunakan adalah karbon
denagan prinsip reaksi:
2FeO3 + 3C 4Fe + 3CO2

Bahan yang dimasukkan dalam tanur ada 3 macam :

• Bijihbesi yang dikotori pasir

• Karbon (kokas ) sebagai zat pereduksi

• Batu kapur (CaCo3) untuk mengikat kotoran pasir (FLUKS)

Suhu dalam reaksi tersebut sangat tinggi sehingga besi mencair dan
disebut besi gubal(pig iron). Besi cair pada umumnya langsung diproses
untuk membuat baja. Tetapi, juga dilairkan ke dalam cetakan untuk membuat
besi tuang (cast iron) yang mengandung 3-4 % karbon dan sedikit pengotor
lain seperti Mn, Si, P. Besi yang mengandung karbon sangat rendah (0,005-
0,2%) disebut besi tempa (wrought iron).

Batu kapur berfungsi sebagai fluks, yaitu untuk mengikat pengotor yang
bersifat asam, seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak
adalah sebagai berikut. Mula mula batu kapur terurai membentuk kalsium
oksida (CaO) dan karbondioksida (CO2).

CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)

Kalsium oksida kemudian bereaksi dengan pasir membentuk kalsium


silikat, komponen utama dalam terak.CaO(s) + SiO2(s) CaSiO3(l) Terak ini
mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu
tertentu.

PT.INCO Berhasil memasang teknologi Bag House System di Tanur


Listrik No. #4. Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga
berada di bawah ambang batas ketentuan pemerintah. Direncanakan tahun
2008 semua tanur listrik akan dilengkapi dengan alat ini.

Anda mungkin juga menyukai