A. U M U M
1
4. PROSEDUR 4.1. Secepatnya Kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana
PENGADAAN mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai
BAHAN dengan spesifikasi dalam RKS ini, pada saat rapat
BANGUNAN lapangan pertama kali.
4.2. Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam
Konsultan pengawaskeet sebagai pedoman mutu bahan.
4.3. Apabila tanpa mengajukan contoh atau pengajuannya
bersamaan dengan datangnya bahan tersebut, maka
Pengawas Lapangan/Konsultan pengawas berhak menolak
dan memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut
dari lokasi pekerjaan.
2
6. MUTU BAHAN 6.1. Disarankan kepada Kontraktor sebelum melaksanakan
BANGUNAN pekerjaan secara massal dapat meminta persetujuan hasil
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/Konsultan
pengawas.
6.2. Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila
terdapat gambar yang tidak jelas, maka kontraktor
diwajibkan menanyakan kepada Pengawas Lapangan/
Konsultan pengawas untuk menyamakan persepsi, atau
apabila perlu dapat meminta Konsultan Perencana untuk
mendapatkan jawaban yang pasti tentang
perencanaannya.
6.3. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih
digunakan bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan
Pengawas/Konsultan pengawas atau tanpa ijin, harus
segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut
harus dibongkar.
B. PERATURAN TEKNIS
3
8. KHUSUS Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam
Lingkup Pekerjaan ini, maka berlaku dan mengikat :
a. SK Penanggung Jawab Kegiatan tentang Penunjukan
Kontraktor (Gunning).
b. Surat Kesanggupan Kerja.
c. Surat Perintah Kerja.
d. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya.
e. Gambar Bestek.
f. RKS beserta Lampiran-lampirannya.
g. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (bila ada).
h. Shop drawing yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui
Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola Teknis Kegiatan
untuk dilaksanakan.
i. Time Schedulle yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas dan Pengelola Kegiatan.
10. PENJELASAN 10.1. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan
RKS gambar detail, maka yang harus diikuti adalah gambar
detail.
10.2. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan,
ukuran dan jumlah, sedangkan dalam RKS pada lingkup
pekerjaan tercantum, maka Kontraktor terikat untuk
melaksanakannya.
4
C. LINGKUP PEKERJAAN
12. RECANA 12.1. Rencana kerja dibuat oleh Kontraktor berupa bar chart
KERJA (Time (diagram balok) secara terinci setiap jenis pekerjaan,
Schedule) dilengkapi dengan kurva S yang memuat prestasi rencana
kerja dalam prosen dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas.
12.2. Kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga)
copy yang masing-masing diserahkan kepada Pengelola
Administrasi Kegiatan, Konsultan Pengawas dan sebuah
ditempelkan pada bangsal kerja.
12.3. Selanjutnya Kontraktor harus berusaha mengikuti Rencana
Kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pengelola Kegiatan
untuk menilai prestasi Kontraktor dan sesuatu persoalan
yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
12.4. Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan
pada setiap tahap pekerjaan paling tidak 3 (tiga) hari
sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan tersebut
kepada Pengelola Kegiatan.
13. PEKERJAAN 13.1. Apabila Kontraktor bekerja diluar jam kerja (lembur),
LEMBUR diharuskan membuat Surat Pemberitahuan kepada
Konsultan Pengawas maksimum 1 (satu) hari sebelum
pekerjaan lembur.
13.2. Apabila tanpa pemberitahuan Kontraktor melakukan
pekerjaan lembur, maka Pengawas Lapangan akan
memberikan teguran tertulis dan melaksanakan perintah
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada
jam lembur termaksud.
5
14. PENJAGAAN 14.1. Kontraktor harus melakukan pengamanan barang-barang
di seluruh halaman pekerjaan bangunan, baik selama
pekerjaan berlangsung maupun tidak.
14.2. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang,
baik yang belum maupun yang sudah dipasang, tetap
menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
14.3. Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di
proyek diluar jam kerja pada petugas keamanan proyek.
6
16. PEKERJAAN 16.1. Lingkup Pekerjaan
TANAH
a. Galian pondasi setempat
b. Galian pondasi batu kali
c. Urugan pasir bawah pondasi
d. Urugan tanah kembali
e. Urugan tanah bawah lantai
16.2. Bahan/Material
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa
tanah/sirtu dan atau pasir urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan
Konsultan pengawas.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari
kotoran, humus dan bahan organic yang dapat
mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai
urugan asal mendapat ijin dari Konsultan pengawas.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi
tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah
kecoklatan.
16.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
16.3.1. Pekerjaan Galian
a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai
dengan gambar rencana dan atau telah
mencapai tanah keras dengan persetujuan
Konsultan pengawas.
b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point
(a) belum mendapatkan tanah keras, maka
Kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian
dan dikonsultasikan dengan Konsultan pengawas
dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan
pemecahan masalah tersebut.
c. Apabila dalam melaksanakan penggalian
ternyata kedalaman tanah keras lebih dalam dari
rencana, dan untuk mendapatkan daya dukung
tanah yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian
kedalaman dilakukan dengan menggunakan
beton tumbuk dan tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
d. Pada galian tanah yang mudah longsor,
Kontraktor harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang penahan atau
cara lain yang disetujui Konsultan pengawas.
e. Selama pelaksanaan penggalian, harus
dibersihkan juga bekas akar, kayu, bekas
longsoran atau benda-benda yang dapat
mengganggu kontruksi pondasi.
f. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian,
7
pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam
galian harus terhindar dari genangan air. Untuk
itu Kontraktor harus menyediakan pompa air
dengan jumlah yang cukup untuk menunjang
kelancaran pekerjaan.
16.3.1. Pekerjaan Urugan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan
dengan cara berlapis dan tebal setiap lapis
maksimal 20 cm serta dipadatkan dengan
stemper.
b. Tanah/sirtu yang diurugkan harus dalam
keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c. Bahan bongkahan tidak diijinkan untuk
digunakan mengurug, disebabkan bila terkena
air, tanah akan terurai dan terjadi penurunan
lantai.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama
pasir dibawah lantai, Kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya,
sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai
akibat konsolidasi tanah.
8
17. PEKERJAAN 17.1. Lingkup Pekerjaan
BETON a. Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang
diminta menurut dokumen kontrak. Kecuali untuk
ketentuan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan
beton ini dipakai SK SNI 03-2847-2002.
b. Pekerjaan Beton Bertulang
1. Pekerjaan beton bertulang terdiri dari kolom
struktur, kolom praktis, balok induk, balok anak,
plat leuvel, plat lantai, lantai kerja, dan lain-lain
yang tercantum dalam gambar rencana.
2. Mutu beton struktural adalah fc’ = 20 MPa dengan
tegangan karakteristik 200 kg/cm2 untuk
pekerjaan konstruksi yang harus mengikuti
persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
SK SNI 03-2847-2002. Pekerjaan ini harus
dilakukan pengawasan mutu yang ketat dengan
melakukan uji laboratorium, dimana laboratorium
yang akan digunakan untuk pengujian telah
ditentukan oleh kontraktor dan memenuhi standar
untuk melakukan pengujian.
3. Sebelum pelaksanaan kontraktor harus membuat
mix design dari material yang digunakan sehingga
ditemukan formula campuran beton structural
dengan mutu fc’ = 20 MPa.
c. Pekerjaan Beton tidak Bertulang
Beton tidak bertulankg digunakan pada pekerjaan
beton rabatan dan lantai kerja. Mutu beton yang
digunakan pada pekerjaan beton tidak bertulang
adalah fc’ = 15 MPa atau dengan campuran 1 Pc:3
Ps:5 Kr.
d. Pengujian Pekerjaan Beton
Pengujian pekerjaan beton harus mengikuti
persyaratan yang ditentukan dalam SK SNI 03-2847-
2002 dan sesuai petunjuk/instruksi dari konsultan
pengawas.
e. Dalam penggunaan beton fabrikasi atau ready mix
concrete diperbolehkan, namun harus seizin tertulis
kepada Konsultan pengawas dengan menyebutkan
dimana serta dengan spesifikasi apa beton tersebut
dibuat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pengawasan mutu beton yang dibuat.
f. Pekerjaan Beton Struktur
1. Pekerjaan beton structural terdiri dari pondasi
footplat, sloof, kolom, balok, plat lantai dan
pekerjaan beton lainnya seperti ditunjuk dalam
gambar dengan menggunakan campuran sesuai
dengan mix design.
2. Mutu beton struktur adalah fc’= 20 Mpa.
3. Ukuran dari pekerjaan beton adalah ukuran beton
sebelum diplester.
9
17.2. Bahan/Material
a. Portland Cement (PC)
Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton
adalah Portland Cement (PC) produk Semen
Gresik Type I.
Satu komponen struktur beton tidak boleh
dikerjakan dengan menggunakan lebih dari satu
merk semen.
b. Agregat Halus (Pasir)
Pasir beton yang dipergunakan harus bermutu
baik, berbutir tajam dan keras, tidak mengandung
bahan organis dan sejenisnya dan dapat
memenuhi persyaratan SK SNI 03-2847-2002.
Agregat halus harus bersih dan tidak boleh
mengandung Lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
c. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan
beton harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat
kimia yang bisa merusak beton/ baja tulangan.
e. Besi Tulangan
1. Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy
= 240 Mpa (U-24) dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 yakni dengan
penggabaran diberi notasi Ø.
2. Penggunaan diameter lain atau penggantian
diperkenankan apabila ada persetujuan tertulis
dari konsultan pengawas.
3. Apabila baja tulangan kuaitasnya diragukan oleh
konsultan pengawas, maka kontraktor harus
memeriksakan ke Lembaga Penelitian Bahan
yang diakui atas biaya kontraktor.
10
4. Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan
harus dilaksanakan menurut gambar
rencana/detail dengan menggunakan alat potong
dan mal-mal yang sesuai dengan diameter
masing-masing.
5. Pengukuran dimensi dan mutu baja tulangan
dilakukan setiap kontraktor mendatangkan
tulangan baja tersebut. Jumlah sampel yang
diambil harus memenuhi criteria statistic dan
tidak boleh ada pengurangan mutu atau dimensi
yang lebih besar dari 5 %.
6. Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan
minyak dan bahan lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat beton.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus
sudah dilengkapi dengan beton decking, yang
jumlah, penempatan, dan mutunya harus
disetujui Konsultan pengawas.
8. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan,
pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan
dan lain-lain harus memenuhi Peraturan beton
SK SNI 03-2847-2002).
11
bergeser pada waktu proses pengecoran.
2. Penyetelan besi tulangan harus dipehitungkan
dengan tebal selimut beton terhadap
ukuran yang ditentukan.
3. Ujung tulangan kolom paling atas harus
dikaitkan dengan tulangan balok atau pelat
lantai.
4. Ujung tulangan balok yang berhubungan
dengan kolom struktur harus dikaitkan
dengan tulangan kolom struktur.
5. Sebelum pengecoran, rangkaian tulangan
harus sudah dilengkapi dengan betonn
decking (beton tahu), yang jumlah,
penempatan, dan mutunya harus disetujui
oleh konsultan pengawas.
6. Perlakuan pelaksanaan tulangan mulai dari
pembengkokkan,pemasangan, pemasangan
tulangan lewatan, dan lain sebagainya harus
mengacu/memenuhi persyaratan yang ada
dalam SK SNI 03-2847-2002.
17.3.2. Pengecoran:
a. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting
harus dicek terhadap kelurusan, baik arah
vertikal maupun horizontal.
b. Pengadukan harus rata dan sama kentalnya
setiap kali membuat adukan, adukan yang
mengeras tidak boleh dipergunakan.
c. Pembongkaran bekisting diperbolehkan
setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan SK SNI 03-2847-
2002/ seijin Konsultan pengawas.
d. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan ini, harus dibongkar dan
diperbaiki atas biaya kontraktor.
e. Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam
papan bekisting harus bebas dari segala
macam kotoran dan harus tersiram dengan
air secara merata.
f. Adukan beton dengan fc’ = 20 MPa harus
dilaksanakan pada seluruh pekerjaan beton
structural, dengan menggunakan molen jika
volume pekerjaan sedikit atau dengan
menggunakan ready mix dengan
persetujuan konsultan pengawas.
g. Untuk mendapatkan kepadatan dalam
pengecoran, harus digunakan alat penggetar
(vibrator) serta menusuk-nusukan tulangan
ketika dilakukan pengecoran dan mengetok-
ngetok papan bekisting.
h. Sebelum dilakukan pengecoran, semua
pekerjaan beton baik bekisting, pembesian,
maupun yang berkaitan dengan pekerjaan
12
fisik lainnya seperti pemasangan instalasi
listrik, lubang void, rencana lubang instalasi
air kotor, dan pekerjaan lain yang tertanam
pada beton tersebut harus dilakukan
checklist internal oleh kontraktor dan harus
mendapat persetujuan konsultan pengawas.
i. Sebelum pengecoran, semua pekerjaan
pondasi yang berhubungan dengan tanah
harus bersih dari lumpur maupun air
permukaan sehingga beton yang dikerjakan
sesuai dengan mutu yang disyaratkan.
j. Kontrator diperkenanan mengajukan metode
pelaksanaan pekerjaan pengecoran ini agar
mtu beon ang dipersyaratkan dapat tecapai.
k. Kontraktor harus membuat rencana
campuran (mix design) sesuai dengan
bahan agregat dan semen yag ada di lokasi
pekerjaan dan dibuktikan dengan test
silinder sesuai dengan ketentuan SK SNI 03-
2847-2002 pada laboratorium beton yang
disetujui oleh konsultan pengawas. Apabila
pengecoran menggunakan adukan produksi
ready mix, harus ada surat jaminan bahwa
mutu beton (fc’) = 20 MPa.
l. Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan
setelah beton mengalami peiode pengerasan
sesuai dengan SK SNI 03-2847-2002 dan
untuk memastikan kuat tekan beton harus
melalui uji kuat tekan di laboratotium atas
seijin konsultan pengawas.
17.3.3. Adukan beton dengan perbandingan 1 Pc: 3 Ps:
5 Kr digunakan untuk beton tidak bertulang
seperti rabat beton/lantai kerja.
13
c. Hasil pengujian merupakan rata-rata dan harus sama
dengan atau lebih besar dari kekuatan karakteristik
200 kg/cm2 untuk beton fc = 20 MPa.
d. Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan satu
benda uji lagi yang ditinggalkan di lapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama
dengan keadaan sebenarnya.
e. Adukan beton harus rata dan sama kentalnya. Uji
kekentalan adukan dilakukan dengan uji kekentalan
(slump test) dengan menggunakan kerucut abram
dengan hasil antara 11-12 cm.
14
18. PEKERJAAN 18.1 Lingkup Pekerjaan
PASANGAN 18.1.1. Pekerjaan Pasangan
DAN 1. Pekerjaan Pasangan Batu Merah
PLESTERAN a) Pasangan dinding batu merah trasraam dengan
campuran 1PC : 2Ps dilaksanakan pada:
Semua tembok KM/ WC setinggi 150 cm dari
lantai.
Semua tembok selain KM/ WC setinggi 30 cm
dari lantai.
Tempat-tempat lain yang senantiasa
berhubungan dengan air dan dianggap perlu
oleh Konsultan pengawas serta yang
ditunjukkan dalam gambar.
b) Pasangan dinding batu merah dengan campuran
1PC :6Ps dilaksankan pada seluruh dinding
tembok yang tidak disebut dalam butir (a).
18.1.2 Pekerjaan Plesteran
1. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan
diplester harus dibasahi/disiram dengan air bersih
terlebih dahulu sampai rata, serta dinding yang telah
diplester harus selalu dijaga kelembabannya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah mengeringnya
plesteran terlalu cepat/sebelum waktunya.
2. Plesteran trasram dan benangan sudut dengan
campuran 1PC : 3Ps dilaksanakan pada dinding
bangunan dan plesteran plint/ kol setinggi 30 cm dari
muka lantai.
3. Plesteran dinding batu merah dengan campuran 1PC
: 6Ps dilaksanakan pada semua dinding batu merah
yang tidak disebutkan pada ayat 1 dan 2 di atas.
4. Benangan sudut dengan campuran 1PC : 3Ps selebar
5 cm dari sudut pasangan tembok dan beton yang
dimaksudkan di atas.
5. Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak
kering permukaan acian digosok dengan kertas
semen.
18.2 Bahan Material
18.2.1 Batu Merah
1. Batu merah harus berkualitas baik, ukuran normal di
pasaran.
2. Bata merah mempunyai ukuran panjang 23 cm – 25
cm, lebar 11 cm – 12 cm dan tebal 4 cm - 5 cm serta
memiliki kuat tekan sebesar 60 kg/cm2.
3. Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang
sisinya datar padat dan tidak menunjukkan retak-
retak.
4. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan
menggoreskan ujungnya pada rusuk yang panjang
pada bidang keras dan kasar sepanjang satu meter,
maka panjangnya berkurang akibat aus maksimal
satu sentimeter.
5. Batu bata yang baik adalah batu bata yang berwarna
15
merah bunga cellum, bila diketuk suaranya nyaring
dan bentuknya tidak melintir/melengkung.
18.2.2 Semen Portland/Portland Cement merujuk kepada
Syarat Bahan Umum.
18.2.3 Pasir merujuk kepada Syarat Bahan Umum.
18.2.4 Air merujuk kepada Syarat Bahan Umum.
16
4. Daun pintu teakwood rangka kayu
5. Kusen kayu
19.2 Bahan/Material
a. Aluminium
Jenis kusen dan daun jendela aluminium yang
dipakai adalah aluminium profil warna silver
sekualitas INDAL
Tebal profil aluminium 1.2mm
b. Kaca
Kaca yang digunakan harus bersih, tidak cacat dan
tidak bergelombang, serta buatan dalam negeri
berkualitas baik.
Kaca menggunakan kaca bening dengan tebal
sesuaigambar detail.
Merk kaca yang dipakai adalah sekualitas ASAHI MAS
sesuai kaca ukurannya sesuai gambar detail.
c. Kayu
Jenis kayu yang dipakai adalah kayu kelas I yaitu kayu
kamper, harus dalam kondisi kering, berumur tua, lurus
dan tidak retak, serta mempunyai derajat kelembaman
kurang dari 15% dan memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PKKI 1970-NI.5.
17
celah.
c. Pekerjaan kusen yang berhubungan dengan
dinding bata, kolom setiap sisinya harus dimeni
secara merata dan dipasang besi angker diameter
8 mm sesuai gambar. Alur-alur air harus diberikan
pada permukaan kusen yang berhubungan
dengan dinding/kolom setebal 1 cm luar dan
dalam.
d. Penyambungan harus menggunakan pasak dan
lem kayu (rajawali)
18
h. Stepnoshing 7 x 30 cm warna gelap
i. Keramik lis 7 x 20 cm
20.2 Bahan/material
20.2.1.Keramik
a. Keramik yang dipakai adalah keramik merk asia
tile dengan tipe antara lain 40 x 40 cm warna
terang halus, 40 x 40 warna gelap motif, 30 x 30
terang, 30 x 30 cm gelap, 20 x 20 cm motif, 20 x
25 cm warna terang halus.
b. Untuk keramik list dipakai keramik produk local
dengan ukuran 7 x 20 cm, sedangkan untuk
stepnoshing dipakai ukuran 7 x 30 cm.
c. Ruangan dalam menggunakan keramik lantai
ukuran 40 x 40 cm warna terang halus, teras
menggunakan keramik 40 x 40 cm warna terang
halus. Keramik lantai KM/WC 20 x 20 cm
sedangkan dinding 20 x 25 cm, keramik list 7 x 20
cm. Stepnoshing 7 x 30 cm.
d. Keramik yang dipakai untuk lantai ruang dalam
dan teras warna putih polos kecuali untuk stoll
menggunakan kermaik gelap. Sedangkan untuk
dinding KM/WC dalam menggunakan warna bau-
abu.
e. Keramik yang dipakai produksi ASIA TILE atau
sekualitas.
19
21.2 Bahan/material
21.2.1 Penggantung dan rangka palfond
a. Penggantung plafond menggunakan kawat root
sesuai dengan gambar rencana.
b. Sistem rangka plafond yang digunakan adalah
system plafond gantung menggunakan rangka
metal furing.
c. Rangka plafond yang digunakan adalah kalsifuring
MR (main runner) dengan ukuran 38 x 13 x 4000
mm.
21.3Syarat-Syarat Pelaksanaan
21.3.1 Penggantung dan rangka plafond
a. Pasang penggantung kawat root sesuai dengan
ketentuan pemasangan
b. Perangkai rangka plafond metal furing dilakukandi
bawah dengan modul sesuai dengan gambar
kerja.
20
bagian-bagian penunjang seperti tercantum dalam
gambar dan spesifikasi.
c. Pekerjaan usuk dan reng.
d. Pekerjaan pasangan papan router
e. Pekerjaan genteng
f. Pekerjaan genteng bubungan keramik
g. Pemasangan listplank
h. Pasangan talang jurai
22.2 Bahan/material
a. Baja konstruksi harus mempunyai mutu sesuai
denagn ASTM A-36 atau JIS G-3101 Class II atau
JIS SS-41 atau ST 37 dan harus mempunyai
tegangan leleh minimum 2500 kg/cm2.
b. Baut, mur dan ring harus dari jenis black bolt dan
sesuai dengan ASTM A-307.
c. Material konstruksi baja harus benar ukuran profil
dan ketebalannya, bebas dari karat, cacat karena
benturan dan atau cacat pabrik.
d. Genteng ,menggunakan jenis genteng metal Zink
aluminium produk TORATORA atau sekualitas. Tebal
0,3 mm (Type super) ukuran 80 x 154 cm.
e. Genteng bubungan menggunakan bahan papan
fiber produk TORATORA atau sekualitas.
f. Pemasangan listplank menggunakan bahan papan
fiber semen produk Simplepank ukuran 8x300x240
mm.
21
permukaan sekitarnya.
j. Pemotongan profil baja harus dilakukan dengan
mesin pemotong standard.
k. Pemasngan bagian-bagian konstruksi harus sesuai
dengan gambar rencana.
l. Jika terjadi kerusakan seperti bengkok, sambungan
las lepas dan keslahan teknis lainnya selama
pemasangan, maka kontraktor harus segera
memperbaiki sesuai dengan gambar.
m. Semua bahan konstruksi baja harus dilindungi
dengan cat dasar zink cromate merk, ICI,
Danapaints atau yang sekualitas. Dan pengecatan
terebut harus dilakukan dilapangan atau ditempat
lain dengan sepengetahuan konsultan pengawas.
n. Un tuk pekerjaan memasang genteng setidakya
sudah dijelaskan dalam petunjuk teknis pemasangan
genteng metal zink aluminium.
o. Genteng bubungan
Pemasangan genteng dilakuakn setelah
usuk/reng terpasang rapid an kokoh.
Atap genteng yang terpasang permukaannya
harus rata dan lurus.
Apabila terjadi tidak rata atau kurang rapi, maka
harus diperbaiki terlebih dahulu sebelmu
pemasangan genteng dilanjutkan.
Pada genteng bagian tepi (di atas lisplank)
panjangnya harus sama dan ujung genteng
harus lurus.
23.2Bahan/material
23.2.1Pekerjaan Daun Pintu/Daun Jendela
a. Engsel nylon berkualitas baik, mengunakan merk
solid, kecuali pada pintu aluminium/laca
menggunakan floor hinges merk DORMA.
b. Kunci tanam memakai merk Solid double slag
untuk semua pintu.
c. Pintu KM/WC menggunakan vrybezet merk Solid
dengan warna pegangan sama untuk semua pintu
gedung.
d. Grendel berkualitas baik dan tidak cacat.
22
23.2.1Pekerjaan Kaca
a. Kaca yang digunakan harus bersih, tidak cacat
dan tidak bergelombang, serta buatan dalam
negeri berkualitas baik.
b. Kaca menggunkan kaca bening dengan tebal
sesuai gambar detail.
c. Merk kaca yang dipakai adalah sekualitas ASAHI
MAS.
24.2 Bahan/material
24.2.1 Kran air menggunakan produk ONDA atau
sekualitas
a. Kamar mandi/WC
b. Kran berdiameter ¾” dilapisi dengan verchrome
c. Penggunaan extention (penyambung berupa leher
angsa) disesuaikan dengan gambar apabila
diperlukan.
24.2.2 Closet jongkok ex TOTO atau sekualitas
Closet jongkok menggunakan warna yang gelap.
24.2.3 Instalasi air bersih
Pipa yang diperlukan untuk instalasi aor bersih pipa
galvanis ¾” merk MASPION atau sekualitas.
24.2.4 Instalasi air kotor
a. Untuk pipa air kotor menggunakan pipa PVC Ø 3”
merk MASPION atau sekualitas.
23
b. Sedangkan untuk instalasi kotoran menggunkan
PVC Ø 4” MERK Maspion atau sekualitas.
24.2.5 Wastafel ex TOTO atau sekualitas
Warna ditentukan kemudian oleh pihak Pemberi
tugas perlengkapan berupa :
a. Tepat sisir yang ditempel dibawah cermin.
b. Cermin watafel tebal 5 mm.
c. Tempat handuk dan tempat sabun ex TOTO.
24.3Syarat Pelaksanaan
25.3.1 Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor
diwajibkan untuk meneliti dokumen pelaksanaan
(Gambar kerja/RKS dan Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan) dan lokasi pemasangan alat plambing
dan sanitasi.
b. Apabila menemui kejanggalan dari dokumen
pelaksanaan atau lokasi pemasangan alat
plambing dan sanitasi, maka kontraktor segera
mengajukan permasalahannya kepada konsultan
pengawas untuk mendapat pemecahan.
c. Kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan plambing
dan sanitasi, biaya perbaikananya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
d. Pemasangan alat plambing dan sanitasi harus
terpasang dengan kokoh pada dinding dengan
tumpuan yang sesuai (bracket/cleat/plate anchor)
e. Pemasangan alat plambing/sanitasi harus tepat
pada kedudukannya sesuai dengan gambar
perencanaan.
f. Semau baut, mur, ring-ring baut dan alat
tumpuan (bracket, cleat, dan achor)
g. Apabila harus tampak, harus terbuat dari bahan
yang dilap dengan verchrome atau nikel.
h. Setelah alat plambing/sanitasi terpasang, maka
kontraktor wajib melakukan pembersihan dan alat
plambing/sanitasi dalam keadaan baik dan tidak
cacat.
24
baik dan kokoh, serta peralatan penggelontoran
berfungsi dengan baik lancer dan tidak macet.
f. Hubungan saluran air penggelontoran
menggunakan flexible pipa dan dipasang stop
kran.
24.3.3 Wastafel ex. TOTO atau sekualitas
a. Pemasangan wastafel pada ketinggian sesuai
dengan gambar rencana, atau setidak-tidaknya
dapat digunakan dengan nyaman.
b. Diatas wastafel dipasang tegel keramik setinggi 40
cm (2 segel keramik 10/20).
c. Pemasangan wastafel dengan angker baut,
sehingga perletakan kokoh.
d. Perlengkapan wastafel berupa tempat sabun,
tempat sisir gantungan handuk dipasang sesuai
dengan tempatnya.
e. Pemasangan kaca setingi normal orang Indonesia
sehingga berfungsi dengan baik.
f. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan
air bersih dengan menggunakan flexible pipa.
g. Pemasangan siphon dengan saluran pembuangan
dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak kotor.
24.3.4 Kran ¾” ex. ONDA
a. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan,
ulir kran dipasang scaling tape/rami agar tidak
mudah bocor
b. Pada tempat-tempat yang ditentukan apabila
perlu dipasag kran dengan extention (sambungan
berupa leher angsa).
c. Perletakan kan pada ketinggian yang ditentukan
dalam gambar rencana atau setidaknya berfungsi
secara nyaman.
24.3.5 Mutu dan hasil pekerjaan
a. Mutu hasil pekerjaan alat plambing/sanitasi
setelah diadakan uji coba dengan instalasi
perpipaan air bersih, harus berfungsi dengan baik
tiidak bocor bersih dan rapi.
b. Kontraktor harus memberikan garansi tertulis
tentang instalasi perpipaan yang dipasang kepada
Pihak Pemilik Proyek yang berlaku selama
masapemeliharaan.
25.2 Bahan/material
a. Warna untuk setiap pengecatan akan ditentukan
25
kemudian oleh konsultan pengawas.
b. Cat besi menggunakan bahan sebagai berikut :
Meni besi zinkromat menggunakan merk PEDANG
Plamur kayu menggunakan merk PEDANG
Cat penutup menggunakan merk EMCO
Minyak cat menggunakan merk AFDUNER/Thiner A.
c. Untuk cat tembok berlaku ketentuan sebagai berikut :
Cat tembok dalam ex. Catylac dan luar menggunakan
ex.Mowilex
d. Untuk polituran dapat memakai ICI Timber Glow Clear
Finish Satin A,291-3138 (DOOF)
26
25.3.3 Politur
a. Permukaan kayu yang akan dipolitur harus digosok
secara halus dan rata sehingga serat kayu dapat
tertutup rata.
b. Polituran dilaksanakan dengan warna terang
sehingga tidak menutupi serat kayu.
27