Anda di halaman 1dari 27

SPESIFIKASI TEKNIS

A. U M U M

1. TENAGA 1.1. Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus


KERJA DAN memakai tenaga yang sesuai dengan tingkat keahlian,
PERALATAN pengalaman, serta tidak melanggar UUJK.
1.2. Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam
bidang pelaksanaan (skilled Labour), baik tenaga
pelaksana, mandor maupun tukang.
1.3. Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Site Manager
atau Pelaksana sebagai wakil Kontraktor di lapangan.
1.4. Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor harus dipilih yang
sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan
yang disub-kontrakkan dengan aman, kuat, rapi dan
memenuhi persyaratan teknis.
1.5. Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam
menyangkut secara keseluruhan pekerjaan tetap menjadi
tanggung jawab kontraktor.

2. PERALATAN 2.1. Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan


KERJA oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai dalam
jumlah cukup.
2.2. Guna kelancaran pekerjaan, untuk alat-alat mekanis/mesin
harap disiapkan tenaga operator yang mampu
mengoperasikan dan memperbaiki bila mengalami
gangguan operasional.
3. PEMAKAIAN 2.3. Penggunaan merk dagang maupun jenis bahan
MERK diutamakan produksi Dalam Negeri seperti diatur dalam
DAGANG DAN Perpres No.54 Tahun 2010.
PERIJINAN
2.4. Apabila dalam RKS ini hanya disebutkan satu merk bahan,
bukan berarti hanya dapat dipakai merk tersebut,
melainkan dapat dipakai merk lain dengan standart mutu
dan ciri-ciri fisik yang sama dan mendapat persetujuan
Konsultan pengawas.
3.1. Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk
dagang secara tertulis apabila merk dagang tersebut tidak
tersedia di pasaran, sepanjang kontraktor dapat
membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang
dituntut RKS, dan untuk mempergunakannya harus ada
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan/atau
Pengelola Kegiatan.

1
4. PROSEDUR 4.1. Secepatnya Kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana
PENGADAAN mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai
BAHAN dengan spesifikasi dalam RKS ini, pada saat rapat
BANGUNAN lapangan pertama kali.
4.2. Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam
Konsultan pengawaskeet sebagai pedoman mutu bahan.
4.3. Apabila tanpa mengajukan contoh atau pengajuannya
bersamaan dengan datangnya bahan tersebut, maka
Pengawas Lapangan/Konsultan pengawas berhak menolak
dan memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut
dari lokasi pekerjaan.

5. PEMERIKSAAN 5.1. Secara umum Konsultan Pengawas/Konsultan pengawas


BAHAN berhak memeriksa semua jenis bahan bangunan yang
BANGUNAN dipergunakan kontraktor dan menolaknya apabila nyata-
nyata tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
5.2. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh Kontraktor
di lapangan tetapi oleh Konsultan Pengawas/Konsultan
pengawas ditolak untuk dipergunakan, harus segera
dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam
waktu 2 x 24 jam terhitung sejak jam penolakan tersebut.
5.3. Apabila Konsultan Pengawas/Konsultan pengawas merasa
perlu memeriksakan bahan bangunan yang diragukan
spesifikasinya, maka Konsultan Pengawas berhak
mengirimkannya kepada Balai Penelitian Bahan-bahan
Bangunan atau Lembaga lain yang ditetapkan bersama
Pengelola Kegiatan untuk diteliti.
5.4. Semua biaya untuk hal ini menjadi tanggungan
Kontraktor, apapun hasil dari penelitian tersebut. Semua
bahan bangunan yang digunakan selain harus memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam RKS ini, juga harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam A.V. dan
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB).
5.5. Konsultan Pengawas/Konsultan pengawas berwenang
meminta keterangan mengenai asal bahan dan Kontraktor
harus memberitahukannya.

2
6. MUTU BAHAN 6.1. Disarankan kepada Kontraktor sebelum melaksanakan
BANGUNAN pekerjaan secara massal dapat meminta persetujuan hasil
pekerjaan kepada Pengawas Lapangan/Konsultan
pengawas.
6.2. Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila
terdapat gambar yang tidak jelas, maka kontraktor
diwajibkan menanyakan kepada Pengawas Lapangan/
Konsultan pengawas untuk menyamakan persepsi, atau
apabila perlu dapat meminta Konsultan Perencana untuk
mendapatkan jawaban yang pasti tentang
perencanaannya.
6.3. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih
digunakan bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan
Pengawas/Konsultan pengawas atau tanpa ijin, harus
segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut
harus dibongkar.

B. PERATURAN TEKNIS

7. UMUM 7.1. Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh Peraturan


Pembangunan yang sah dan berlaku di Indonesia
sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat.
Yang harus ditaati selama pelaksanaan, yaitu :
a. Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Milik Pemerintah beserta perubahan dan lampirannya.
b. Algemene Voorwarden (A.V) yang disahkan dengan
Keputusan Pemerintah Nomor 9 tanggal 28 Mei 1941 dan
tambahan Lembaran Negara No. 1457, apabila tidak ada
ketentuan lain dalam RKS ini.
c. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (PUBB) 1983
N.I.3.
d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961 N.I.5.
e. Peraturan Semen Portland Indonesia 1973 N.I.8.
f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPI) 1983
N.I.18.
g. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum
Dinas Keselamatan Kerja No. 3 tahun 1958 dan Undang-
Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
h. Keputusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
i. Peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Setempat yang berkaitan dengan permasalahan
bangunan.

3
8. KHUSUS Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam
Lingkup Pekerjaan ini, maka berlaku dan mengikat :
a. SK Penanggung Jawab Kegiatan tentang Penunjukan
Kontraktor (Gunning).
b. Surat Kesanggupan Kerja.
c. Surat Perintah Kerja.
d. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya.
e. Gambar Bestek.
f. RKS beserta Lampiran-lampirannya.
g. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (bila ada).
h. Shop drawing yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui
Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola Teknis Kegiatan
untuk dilaksanakan.
i. Time Schedulle yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas dan Pengelola Kegiatan.

9. PENJELASAN 9.1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan


GAMBAR gambar detail, maka yang harus diikuti adalah gambar
detail.
9.2. Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam
gambar berbeda, maka ukuran dalam gambar yang
berlaku.
9.3. Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar
yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka
rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis.
9.4. Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar
bestek dan keadaan di lapangan, kontraktor dapat
mengajukan gambar kerja (shop drawings) yang sesuai
dengan kondisi di lapangan dan mempergunakannya
dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas.
9.5. Di dalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang
salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
9.6. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau
ukuran, sedangkan RKS tidak disebutkan, maka gambar
yang harus dilaksanakan.

10. PENJELASAN 10.1. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan
RKS gambar detail, maka yang harus diikuti adalah gambar
detail.
10.2. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan,
ukuran dan jumlah, sedangkan dalam RKS pada lingkup
pekerjaan tercantum, maka Kontraktor terikat untuk
melaksanakannya.

4
C. LINGKUP PEKERJAAN

11. LINGKUP 11.1. Pekerjaan Pembangunan Gedung Sekolah Dasar Mentari


PEKERJAAN Terbit 2 Lantai di Kota Malang, meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
d. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Pintu, Jendela, dan BV
f. Pekerjaan Atap
g. Pekerjaan Plafon
h. Pekerjaan Lantai
i. Pekerjaan Listrik
j. Pekerjaan Besi, Kunci, Kaca, dan Penggantung
k. Pekerjaan Sanitair
l. Pekerjaan Cat

12. RECANA 12.1. Rencana kerja dibuat oleh Kontraktor berupa bar chart
KERJA (Time (diagram balok) secara terinci setiap jenis pekerjaan,
Schedule) dilengkapi dengan kurva S yang memuat prestasi rencana
kerja dalam prosen dengan persetujuan dari Pemberi
Tugas.
12.2. Kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga)
copy yang masing-masing diserahkan kepada Pengelola
Administrasi Kegiatan, Konsultan Pengawas dan sebuah
ditempelkan pada bangsal kerja.
12.3. Selanjutnya Kontraktor harus berusaha mengikuti Rencana
Kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pengelola Kegiatan
untuk menilai prestasi Kontraktor dan sesuatu persoalan
yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
12.4. Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan
pada setiap tahap pekerjaan paling tidak 3 (tiga) hari
sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan tersebut
kepada Pengelola Kegiatan.

13. PEKERJAAN 13.1. Apabila Kontraktor bekerja diluar jam kerja (lembur),
LEMBUR diharuskan membuat Surat Pemberitahuan kepada
Konsultan Pengawas maksimum 1 (satu) hari sebelum
pekerjaan lembur.
13.2. Apabila tanpa pemberitahuan Kontraktor melakukan
pekerjaan lembur, maka Pengawas Lapangan akan
memberikan teguran tertulis dan melaksanakan perintah
pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada
jam lembur termaksud.

5
14. PENJAGAAN 14.1. Kontraktor harus melakukan pengamanan barang-barang
di seluruh halaman pekerjaan bangunan, baik selama
pekerjaan berlangsung maupun tidak.
14.2. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang,
baik yang belum maupun yang sudah dipasang, tetap
menjadi tanggungan Kontraktor dan tidak diperkenankan
untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
14.3. Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di
proyek diluar jam kerja pada petugas keamanan proyek.

15. PEKERJAAN 15.1. Pekerjaan Pengukuran


PERSIAPAN
a. Unsur-unsur yang terkait dengan pekerjaan
pengukuran dan pasang bouwplank adalah Pihak
Pengelola Kegiatan, Konsultan Perencana,Konsultan
Pengawas, dan Kontraktor.
b. Dasar untuk pengukuran adalah gambar Lay Out
bangunan dari Konsultan Perencana.
c. Alat ukur yang dipergunakan adalah theodolite/
Waterpass/ Prisma Ukur untuk menentukan titik duga
dari bangunanGedung Sekolah Dasar Mentari Terbit
terhadap jalan, dan roll meter (panjang 50 meter)
untuk mengukur panjang bangunan.
d. Harus membuat berita acara yang disetujui oleh
konsultan pengawas.

15.2. Pemasangan Bouwplank


a. Bahan yang digunakan untuk bouwplank adalah papan
meranti 2/20 cm, usuk 5/7 cm untuk tiang bouwplank,
paku dan cat/ meni untuk tanda perletakan as-as
bangunan/ kolom utama seperti ditunjuk dalam
gambar.
b. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan
menggunakan papan meranti 2/20 cm yang diserut
halus, rata dan lurus pada permukaan atasnya,
sedangkan tiang bouwplank menggunakan kayu
meranti 5/7 cm yang dipancang kuat dan kokoh
kedalam tanah.
c. Semua titik-titik as bangunan/kolom utama harus diberi
tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak mudah
berubah posisinya. Cat yang digunakan adalah cat kayu
merk EMCO
d. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi dasar
bangunan terhadap muka tanah/jalan yang merupakan
± 0.00 meter bangunan.
e. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus
dibuatkan Berita Acara Pengukuran (Uitzeet) yang
disetujui oleh Konsultan pengawas.

6
16. PEKERJAAN 16.1. Lingkup Pekerjaan
TANAH
a. Galian pondasi setempat
b. Galian pondasi batu kali
c. Urugan pasir bawah pondasi
d. Urugan tanah kembali
e. Urugan tanah bawah lantai
16.2. Bahan/Material
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa
tanah/sirtu dan atau pasir urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan
Konsultan pengawas.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari
kotoran, humus dan bahan organic yang dapat
mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai
urugan asal mendapat ijin dari Konsultan pengawas.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi
tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah
kecoklatan.
16.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
16.3.1. Pekerjaan Galian
a. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai
dengan gambar rencana dan atau telah
mencapai tanah keras dengan persetujuan
Konsultan pengawas.
b. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point
(a) belum mendapatkan tanah keras, maka
Kontraktor harus menghentikan pekerjaan galian
dan dikonsultasikan dengan Konsultan pengawas
dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan
pemecahan masalah tersebut.
c. Apabila dalam melaksanakan penggalian
ternyata kedalaman tanah keras lebih dalam dari
rencana, dan untuk mendapatkan daya dukung
tanah yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian
kedalaman dilakukan dengan menggunakan
beton tumbuk dan tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
d. Pada galian tanah yang mudah longsor,
Kontraktor harus mengadakan tindakan
pencegahan dengan memasang penahan atau
cara lain yang disetujui Konsultan pengawas.
e. Selama pelaksanaan penggalian, harus
dibersihkan juga bekas akar, kayu, bekas
longsoran atau benda-benda yang dapat
mengganggu kontruksi pondasi.
f. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian,

7
pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam
galian harus terhindar dari genangan air. Untuk
itu Kontraktor harus menyediakan pompa air
dengan jumlah yang cukup untuk menunjang
kelancaran pekerjaan.
16.3.1. Pekerjaan Urugan
a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan
dengan cara berlapis dan tebal setiap lapis
maksimal 20 cm serta dipadatkan dengan
stemper.
b. Tanah/sirtu yang diurugkan harus dalam
keadaan terurai, bukan merupakan
bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c. Bahan bongkahan tidak diijinkan untuk
digunakan mengurug, disebabkan bila terkena
air, tanah akan terurai dan terjadi penurunan
lantai.
d. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama
pasir dibawah lantai, Kontraktor harus
memperhatikan tingkat kepadatannya,
sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai
akibat konsolidasi tanah.

8
17. PEKERJAAN 17.1. Lingkup Pekerjaan
BETON a. Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang
diminta menurut dokumen kontrak. Kecuali untuk
ketentuan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan
beton ini dipakai SK SNI 03-2847-2002.
b. Pekerjaan Beton Bertulang
1. Pekerjaan beton bertulang terdiri dari kolom
struktur, kolom praktis, balok induk, balok anak,
plat leuvel, plat lantai, lantai kerja, dan lain-lain
yang tercantum dalam gambar rencana.
2. Mutu beton struktural adalah fc’ = 20 MPa dengan
tegangan karakteristik 200 kg/cm2 untuk
pekerjaan konstruksi yang harus mengikuti
persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam
SK SNI 03-2847-2002. Pekerjaan ini harus
dilakukan pengawasan mutu yang ketat dengan
melakukan uji laboratorium, dimana laboratorium
yang akan digunakan untuk pengujian telah
ditentukan oleh kontraktor dan memenuhi standar
untuk melakukan pengujian.
3. Sebelum pelaksanaan kontraktor harus membuat
mix design dari material yang digunakan sehingga
ditemukan formula campuran beton structural
dengan mutu fc’ = 20 MPa.
c. Pekerjaan Beton tidak Bertulang
Beton tidak bertulankg digunakan pada pekerjaan
beton rabatan dan lantai kerja. Mutu beton yang
digunakan pada pekerjaan beton tidak bertulang
adalah fc’ = 15 MPa atau dengan campuran 1 Pc:3
Ps:5 Kr.
d. Pengujian Pekerjaan Beton
Pengujian pekerjaan beton harus mengikuti
persyaratan yang ditentukan dalam SK SNI 03-2847-
2002 dan sesuai petunjuk/instruksi dari konsultan
pengawas.
e. Dalam penggunaan beton fabrikasi atau ready mix
concrete diperbolehkan, namun harus seizin tertulis
kepada Konsultan pengawas dengan menyebutkan
dimana serta dengan spesifikasi apa beton tersebut
dibuat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pengawasan mutu beton yang dibuat.
f. Pekerjaan Beton Struktur
1. Pekerjaan beton structural terdiri dari pondasi
footplat, sloof, kolom, balok, plat lantai dan
pekerjaan beton lainnya seperti ditunjuk dalam
gambar dengan menggunakan campuran sesuai
dengan mix design.
2. Mutu beton struktur adalah fc’= 20 Mpa.
3. Ukuran dari pekerjaan beton adalah ukuran beton
sebelum diplester.

9
17.2. Bahan/Material
a. Portland Cement (PC)
 Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton
adalah Portland Cement (PC) produk Semen
Gresik Type I.
 Satu komponen struktur beton tidak boleh
dikerjakan dengan menggunakan lebih dari satu
merk semen.
b. Agregat Halus (Pasir)
 Pasir beton yang dipergunakan harus bermutu
baik, berbutir tajam dan keras, tidak mengandung
bahan organis dan sejenisnya dan dapat
memenuhi persyaratan SK SNI 03-2847-2002.
 Agregat halus harus bersih dan tidak boleh
mengandung Lumpur lebih dari 5% (terhadap
berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.
c. Air
Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan
beton harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat
kimia yang bisa merusak beton/ baja tulangan.

d. Agregat Kasar (Kerikil)


1. Agregat kasar berupa kerikil/ batu pecah mesin
yang berkualitas baik.
2. Agregat kasar yang dipakai adalah batu
berukuran ½ - 2/3 cm dan mempunyai gradasi
kekerasan yang cukup.
3. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang
tajam, keras dan tidak berpori.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton.
5. Agregat kasar tidak boleh kotor dan kandungan
lumpur maksimum 1% (terhadap berat kering).
Bila kandungan Lumpur melebihi batas
maksimum, maka harus dicuci terlebih dahulu
sebelum dipergunakan.

e. Besi Tulangan
1. Besi tulangan yang dipakai adalah baja mutu fy
= 240 Mpa (U-24) dengan tegangan leleh
minimum 2.400 kg/cm2 yakni dengan
penggabaran diberi notasi Ø.
2. Penggunaan diameter lain atau penggantian
diperkenankan apabila ada persetujuan tertulis
dari konsultan pengawas.
3. Apabila baja tulangan kuaitasnya diragukan oleh
konsultan pengawas, maka kontraktor harus
memeriksakan ke Lembaga Penelitian Bahan
yang diakui atas biaya kontraktor.

10
4. Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan
harus dilaksanakan menurut gambar
rencana/detail dengan menggunakan alat potong
dan mal-mal yang sesuai dengan diameter
masing-masing.
5. Pengukuran dimensi dan mutu baja tulangan
dilakukan setiap kontraktor mendatangkan
tulangan baja tersebut. Jumlah sampel yang
diambil harus memenuhi criteria statistic dan
tidak boleh ada pengurangan mutu atau dimensi
yang lebih besar dari 5 %.
6. Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan
minyak dan bahan lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat beton.
7. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus
sudah dilengkapi dengan beton decking, yang
jumlah, penempatan, dan mutunya harus
disetujui Konsultan pengawas.
8. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan,
pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan
dan lain-lain harus memenuhi Peraturan beton
SK SNI 03-2847-2002).

f. Cetakan Beton (Bekisting)


1. Bahan bekisting yang dipakai adalah kayu kelas
II yang cukup kering dan keras.Untuk
penggunaan bahan lain (missal multiplek)
diperbolehkan dengan persetujuan dariKonsultan
pengawas.
2. Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan
kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya
yang diterima tanpa berubah bentuk. Kerapihan
dan ketelitian pemasangan bekisting harus
diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar
memberikan bidang-bidang yang rata.
3. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada
waktu pengecoran air tidak merembes keluar.
4. Untuk perancah bekisting menggunakan
scaffolding atau steger agar mampu menahan
getaran dan kejutan gaya yang diterima selama
pengerjaan.
5. Sebelum bekisting dibuat, kontraktor harus
membuat gambar kerja (shop drawing) terlebih
dahulu dengan persetujuan dari rireksi.
6. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting
harus bersih dari kotoran.

17.3. Syarat Pelaksanaan


17.3.1. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan.
1. Semua tulangan harus dipasang pada posisi
yang tepat hingga tidak dapat berubah dan

11
bergeser pada waktu proses pengecoran.
2. Penyetelan besi tulangan harus dipehitungkan
dengan tebal selimut beton terhadap
ukuran yang ditentukan.
3. Ujung tulangan kolom paling atas harus
dikaitkan dengan tulangan balok atau pelat
lantai.
4. Ujung tulangan balok yang berhubungan
dengan kolom struktur harus dikaitkan
dengan tulangan kolom struktur.
5. Sebelum pengecoran, rangkaian tulangan
harus sudah dilengkapi dengan betonn
decking (beton tahu), yang jumlah,
penempatan, dan mutunya harus disetujui
oleh konsultan pengawas.
6. Perlakuan pelaksanaan tulangan mulai dari
pembengkokkan,pemasangan, pemasangan
tulangan lewatan, dan lain sebagainya harus
mengacu/memenuhi persyaratan yang ada
dalam SK SNI 03-2847-2002.
17.3.2. Pengecoran:
a. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting
harus dicek terhadap kelurusan, baik arah
vertikal maupun horizontal.
b. Pengadukan harus rata dan sama kentalnya
setiap kali membuat adukan, adukan yang
mengeras tidak boleh dipergunakan.
c. Pembongkaran bekisting diperbolehkan
setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan SK SNI 03-2847-
2002/ seijin Konsultan pengawas.
d. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan ini, harus dibongkar dan
diperbaiki atas biaya kontraktor.
e. Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam
papan bekisting harus bebas dari segala
macam kotoran dan harus tersiram dengan
air secara merata.
f. Adukan beton dengan fc’ = 20 MPa harus
dilaksanakan pada seluruh pekerjaan beton
structural, dengan menggunakan molen jika
volume pekerjaan sedikit atau dengan
menggunakan ready mix dengan
persetujuan konsultan pengawas.
g. Untuk mendapatkan kepadatan dalam
pengecoran, harus digunakan alat penggetar
(vibrator) serta menusuk-nusukan tulangan
ketika dilakukan pengecoran dan mengetok-
ngetok papan bekisting.
h. Sebelum dilakukan pengecoran, semua
pekerjaan beton baik bekisting, pembesian,
maupun yang berkaitan dengan pekerjaan

12
fisik lainnya seperti pemasangan instalasi
listrik, lubang void, rencana lubang instalasi
air kotor, dan pekerjaan lain yang tertanam
pada beton tersebut harus dilakukan
checklist internal oleh kontraktor dan harus
mendapat persetujuan konsultan pengawas.
i. Sebelum pengecoran, semua pekerjaan
pondasi yang berhubungan dengan tanah
harus bersih dari lumpur maupun air
permukaan sehingga beton yang dikerjakan
sesuai dengan mutu yang disyaratkan.
j. Kontrator diperkenanan mengajukan metode
pelaksanaan pekerjaan pengecoran ini agar
mtu beon ang dipersyaratkan dapat tecapai.
k. Kontraktor harus membuat rencana
campuran (mix design) sesuai dengan
bahan agregat dan semen yag ada di lokasi
pekerjaan dan dibuktikan dengan test
silinder sesuai dengan ketentuan SK SNI 03-
2847-2002 pada laboratorium beton yang
disetujui oleh konsultan pengawas. Apabila
pengecoran menggunakan adukan produksi
ready mix, harus ada surat jaminan bahwa
mutu beton (fc’) = 20 MPa.
l. Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan
setelah beton mengalami peiode pengerasan
sesuai dengan SK SNI 03-2847-2002 dan
untuk memastikan kuat tekan beton harus
melalui uji kuat tekan di laboratotium atas
seijin konsultan pengawas.
17.3.3. Adukan beton dengan perbandingan 1 Pc: 3 Ps:
5 Kr digunakan untuk beton tidak bertulang
seperti rabat beton/lantai kerja.

17.4. Perawatan Beton


a. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik
dengan cara yang disetujui Konsultan pengawas.
b. Perawatan beton sehari setelah pengecoran dengan
selalu membasahi permukaan yang tidak tertutup
menggunakan air dan atau digenangi air selama
tujuh hari untuk menjaga agar proses pengerasan
beton dalam dan luar berjalan secara merata atau
homogeny.

17.5. Pengujian Beton


Secara umum, semua pengujian beton harus sesuai
dengan Peraturan SK SNI 03-2847-2002.
a. Pengujian beton harus dibuat pada masing-masing
jenis pekerjaan atau setiap 5 m3 pengecoran beton
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan pengawas.
b. Untuk satu pengujian beton dibutuhkan empat buah
benda uji kubus/silinder.

13
c. Hasil pengujian merupakan rata-rata dan harus sama
dengan atau lebih besar dari kekuatan karakteristik
200 kg/cm2 untuk beton fc = 20 MPa.
d. Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan satu
benda uji lagi yang ditinggalkan di lapangan,
dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama
dengan keadaan sebenarnya.
e. Adukan beton harus rata dan sama kentalnya. Uji
kekentalan adukan dilakukan dengan uji kekentalan
(slump test) dengan menggunakan kerucut abram
dengan hasil antara 11-12 cm.

14
18. PEKERJAAN 18.1 Lingkup Pekerjaan
PASANGAN 18.1.1. Pekerjaan Pasangan
DAN 1. Pekerjaan Pasangan Batu Merah
PLESTERAN a) Pasangan dinding batu merah trasraam dengan
campuran 1PC : 2Ps dilaksanakan pada:
 Semua tembok KM/ WC setinggi 150 cm dari
lantai.
 Semua tembok selain KM/ WC setinggi 30 cm
dari lantai.
 Tempat-tempat lain yang senantiasa
berhubungan dengan air dan dianggap perlu
oleh Konsultan pengawas serta yang
ditunjukkan dalam gambar.
b) Pasangan dinding batu merah dengan campuran
1PC :6Ps dilaksankan pada seluruh dinding
tembok yang tidak disebut dalam butir (a).
18.1.2 Pekerjaan Plesteran
1. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan
diplester harus dibasahi/disiram dengan air bersih
terlebih dahulu sampai rata, serta dinding yang telah
diplester harus selalu dijaga kelembabannya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah mengeringnya
plesteran terlalu cepat/sebelum waktunya.
2. Plesteran trasram dan benangan sudut dengan
campuran 1PC : 3Ps dilaksanakan pada dinding
bangunan dan plesteran plint/ kol setinggi 30 cm dari
muka lantai.
3. Plesteran dinding batu merah dengan campuran 1PC
: 6Ps dilaksanakan pada semua dinding batu merah
yang tidak disebutkan pada ayat 1 dan 2 di atas.
4. Benangan sudut dengan campuran 1PC : 3Ps selebar
5 cm dari sudut pasangan tembok dan beton yang
dimaksudkan di atas.
5. Acian dengan menggunakan air PC, setelah agak
kering permukaan acian digosok dengan kertas
semen.
18.2 Bahan Material
18.2.1 Batu Merah
1. Batu merah harus berkualitas baik, ukuran normal di
pasaran.
2. Bata merah mempunyai ukuran panjang 23 cm – 25
cm, lebar 11 cm – 12 cm dan tebal 4 cm - 5 cm serta
memiliki kuat tekan sebesar 60 kg/cm2.
3. Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang
sisinya datar padat dan tidak menunjukkan retak-
retak.
4. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan
menggoreskan ujungnya pada rusuk yang panjang
pada bidang keras dan kasar sepanjang satu meter,
maka panjangnya berkurang akibat aus maksimal
satu sentimeter.
5. Batu bata yang baik adalah batu bata yang berwarna

15
merah bunga cellum, bila diketuk suaranya nyaring
dan bentuknya tidak melintir/melengkung.
18.2.2 Semen Portland/Portland Cement merujuk kepada
Syarat Bahan Umum.
18.2.3 Pasir merujuk kepada Syarat Bahan Umum.
18.2.4 Air merujuk kepada Syarat Bahan Umum.

18.3 Syarat-Syarat Pelaksanaan


18.3.1 Pasangan Batu Merah
1. Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak
boleh melebihi 20% dari jumlah batu merah yang
utuh.
2. Pasangan tembok batu merah harus dipasang
dengan hubungan (verband) yang baik, tegak lurus,
siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ bata
hanya diperbolehkan setinggi satu meter untuk
setiap hari kerja.
3. Semua voer/siar di antara pasangan batu merah
pada hari pemasangan harus dikeruk yang rapi.
4. Sebelum dipasang, batu merah harus dibasahi
dengan air secukupnya sehingga dapat melekat
dengan sempurna.
5. Untuk pasangan ½ bata yang luasnya melebihi 12
meter persegi, harus dipasang kolom praktis dari
beton apabila dipakai sistem kerangka beton.
18.3.2 Plesteran
1. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan
diplester harus dibasahi/disiram dengan air bersih
terlebih dahulu sampai rata, serta dinding yang telah
diplester harus selalu dijaga kelembabannya. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran
terlalu cepat/ sebelum waktunya.
2. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus,
merupakan satu bidang tegak lurus dan siku.
Plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-
retak/noda-noda dan cacat lainnya.
3. Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal
satu sentimeter dan maksimal dua sentimeter.
4. Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan
pekerjaan pemasangan instalasi listrik, instalasi air
maupun instalasi lain yang terletak di bawah
plesteran.
5. Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok,
harus mempunyai permukaan yang halus dengan
cara, setelah diaci dan dalam keadaan setengah
kering digosok dengan kertas semen.

19 PEKERJAAN 19.1 Lingkup Pekerjaan


PINTU, Lingkup pekerjaan ini meliputi:
JENDELA, BV 1. Kusen aluminium silver 4”
2. Daun jendela aluminium 3” (lengkap)
3. Daun pintu kaca rangka aluminium

16
4. Daun pintu teakwood rangka kayu
5. Kusen kayu
19.2 Bahan/Material
a. Aluminium
 Jenis kusen dan daun jendela aluminium yang
dipakai adalah aluminium profil warna silver
sekualitas INDAL
 Tebal profil aluminium 1.2mm
b. Kaca
 Kaca yang digunakan harus bersih, tidak cacat dan
tidak bergelombang, serta buatan dalam negeri
berkualitas baik.
 Kaca menggunakan kaca bening dengan tebal
sesuaigambar detail.
 Merk kaca yang dipakai adalah sekualitas ASAHI MAS
sesuai kaca ukurannya sesuai gambar detail.

c. Kayu
Jenis kayu yang dipakai adalah kayu kelas I yaitu kayu
kamper, harus dalam kondisi kering, berumur tua, lurus
dan tidak retak, serta mempunyai derajat kelembaman
kurang dari 15% dan memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PKKI 1970-NI.5.

19.3 Syarat Pelaksanaan


19.3.1Kusen pintu dan jendela Aluminium
a. Kusen aluminium yang dipakai untuk seluruh
pekerjaan kusen, pintu dan jendela adalah produk
ex. INDALEX warna silver dengan ukuran yang
tercantum dalam gambar. Kusen berukuran 4”.
b. Penyambungan antar sudut kusen harus rapi,
tegak lurus presisi dan tidak terdapat celah
celah.
c. Pekerjaan kusen aluminium dipasang setelah
pekerjaan dinding selesai. Untuk permukaan
kusen yang berhubungan dengan daun pintu
harus dipasang klos kayu untuk
menempel/mengikat engsel.

19.3.2 Daun pintu dan jendelaaluminium


a. Bentuk, jumlah, dan ukuran disesuaikan dengan
gambar rencana.
b. Penyambungan aluminium harus dengan cara
yang benar dan baik.

19.3.3. Kusen pintu kayu


a. Bahan kusen kayu memakai kayu kelas kuat I
(kamper), sedangkan bentuk dan model sesuai
dengan gambar detail.
d. Penyambungan antar sudut kusen harus rapi,
tegak lurus presisi dan tidak terdapat celah

17
celah.
c. Pekerjaan kusen yang berhubungan dengan
dinding bata, kolom setiap sisinya harus dimeni
secara merata dan dipasang besi angker diameter
8 mm sesuai gambar. Alur-alur air harus diberikan
pada permukaan kusen yang berhubungan
dengan dinding/kolom setebal 1 cm luar dan
dalam.
d. Penyambungan harus menggunakan pasak dan
lem kayu (rajawali)

19.3.4.Rangka daun pintu kayu


a. Harus diserut dan menghasilkan bidang yang rata.
b. Rangka harus betul-betul kaku, lurus, kokoh, dan
rata agar dapat dengan mudah ditutup dan
dibuka.
c. Rangka pintu menggunakan kayu kamper kualitas
baik.
d. Untuk bahan teakwood merupakan produksi
dalam negeri berkualitas baik.
e. Sisi kayu slimar harus diserut.
f. Sistem penyambungan dengan menggunakan
pasak kayu dan lem kayu merk ex.RAJAWALI
g. Penyelesaian daun pintu menggunakan poitur.
19.3.5 Semua pekerjaan pintu, jendela dan BV yang tidak
rapi, kasar, bengkok, retak, dan tidak menggunakan
bahan yang telah ditentukan, bahkan tidak sesuai
dengan gambar rencana, maka pekerjaan tersebut
harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong.
19.3.6 Semua pekerjaan kayu yang tampak harus diserut
rata, lurus, dan halus sehingga menghasilkan
penyelesaian yang baik.
19.3.7 Daun pintu kayu
a. Daun pintu kayu menggunakan kayu kamper
kualitas baik
b. Untuk bahan teakwood merupakan produksi
dalam negeri berkualitas baik.
c. Bahan perekat memakai lem kayu ex.RAJAWALI
d. Sisi kayu slimar harus diserut.
e. Sistem penyambungan dengan menggunakan
pasak.
f. penyelesaian daun pintu menggunakan politur.

20 PEKEJAAN 20.1 Lingkup Pekerjaan


LANTAI DAN Lingkup pekerjaan ini meliputi :
DINDING a. Rabatan lantai
b. Rabatan keliling bangunan
c. Lantai keramik 40 x 40 cm warna terang (halus)
d. Lantai keramik kamar mandi 20 x 20 cm motif kasar
e. Keramik tangga 30 x 30 cm warna terang halus
f. Keramik tangga 30 x 30 cm warna gelap halus
g. Keramik dinding KM/WC 20 x 25 cm warna terang halus

18
h. Stepnoshing 7 x 30 cm warna gelap
i. Keramik lis 7 x 20 cm

20.2 Bahan/material
20.2.1.Keramik
a. Keramik yang dipakai adalah keramik merk asia
tile dengan tipe antara lain 40 x 40 cm warna
terang halus, 40 x 40 warna gelap motif, 30 x 30
terang, 30 x 30 cm gelap, 20 x 20 cm motif, 20 x
25 cm warna terang halus.
b. Untuk keramik list dipakai keramik produk local
dengan ukuran 7 x 20 cm, sedangkan untuk
stepnoshing dipakai ukuran 7 x 30 cm.
c. Ruangan dalam menggunakan keramik lantai
ukuran 40 x 40 cm warna terang halus, teras
menggunakan keramik 40 x 40 cm warna terang
halus. Keramik lantai KM/WC 20 x 20 cm
sedangkan dinding 20 x 25 cm, keramik list 7 x 20
cm. Stepnoshing 7 x 30 cm.
d. Keramik yang dipakai untuk lantai ruang dalam
dan teras warna putih polos kecuali untuk stoll
menggunakan kermaik gelap. Sedangkan untuk
dinding KM/WC dalam menggunakan warna bau-
abu.
e. Keramik yang dipakai produksi ASIA TILE atau
sekualitas.

20.3 Syarat Pelaksanaan


20.3.1. Lantai Keramik
a. Sebelum dipasang lantai keramik, dasarnya harus
diurug dengan pasir dan dipadatkan terlebih
dahulu, setelah itu dirabat beton bertulang.
b. Pemasangan keramik menggunkan spesi adukan
1Pc : 3Ps yang dipasang merata pada sisi
permukaan bawah keramik.
c. Keramik yang akan dipasang harus dalam kondisi
jenuh air dengan cara direndam. Untuk
sambungan antar keramik harus lurus dengan
jarak natnya maksimum 3 mm.
d. Sambungan antar keramik harus dicor dengan
adukan seme Pc putih.
e. Dan keramik yang telah dipasang dan dicor tidak
boleh dilalui atau ditempati benda-benda berat
sampai benar-benar kering.

21 PEKERJAAN 21.1Lingkup Pekerjaan


PLAFOND a. Pemasangan penggantung plafond sesuai dengan
ukuran plafond yang direncanakan.
b. Pemasangan plafond Kalsiboard datar ukuran 120 x 240
cm.

19
21.2 Bahan/material
21.2.1 Penggantung dan rangka palfond
a. Penggantung plafond menggunakan kawat root
sesuai dengan gambar rencana.
b. Sistem rangka plafond yang digunakan adalah
system plafond gantung menggunakan rangka
metal furing.
c. Rangka plafond yang digunakan adalah kalsifuring
MR (main runner) dengan ukuran 38 x 13 x 4000
mm.

21.2.2 Plafond dan List plafond


a. Plafond menggunakan kalsibord ling 6 dengan
ukuran 1220 x 2440 x 6 mm.
b. List plafond keliling menggunakan gypsum.

21.3Syarat-Syarat Pelaksanaan
21.3.1 Penggantung dan rangka plafond
a. Pasang penggantung kawat root sesuai dengan
ketentuan pemasangan
b. Perangkai rangka plafond metal furing dilakukandi
bawah dengan modul sesuai dengan gambar
kerja.

21.3.2 Plafond dan List Plafond


a. Setelah rangka plafond selesai dikerjakan dan
dicheck kebenarannya, maka penutup plafond
dapat dilaknsanakan.
b. Pemasangan kalsiboard dengan cara disekrup ke
rangka plafond. Sekrup yang digunakan adalah
sekrup special dengan kepala sekrup bersirip.
c. Agar tidak retak saat pemasangan, jangan
menempatkan sekrup terlalu dekat dekat dengan
tepi papan.
d. Tutup lubang sekrup dengan kalsi kompon PD-
INT.
e. Alur pemasangan kalsiboard hatus lurus, rapi dan
sesuai dengan gambar pelaksaan.
f. Permukaan kalsibord terpasang harus rata dan
tidak bergelombang.
g. Pada pertemuan sudut antara plafond dan dinding
dipasang list plafond dari gypsum.
h. Agar mendapatkan pemasangan list yang lurus
pada tepi dinding, maka plesteran dinding pada
sudut pertemuan dengan plafond harus rata.
i. Cara penyambungan list plafond harus
menggunakan cara yang benar.

22 PEKERJAAN 22.1 Lingkup Pekerjaan


BAJA DAN a. Pekerjaan baja meliputi penyediaan semua material,
ATAP peralatan dan tenaga.
b. Pabrikasi dan pemasangan baja struktur termasuk

20
bagian-bagian penunjang seperti tercantum dalam
gambar dan spesifikasi.
c. Pekerjaan usuk dan reng.
d. Pekerjaan pasangan papan router
e. Pekerjaan genteng
f. Pekerjaan genteng bubungan keramik
g. Pemasangan listplank
h. Pasangan talang jurai

22.2 Bahan/material
a. Baja konstruksi harus mempunyai mutu sesuai
denagn ASTM A-36 atau JIS G-3101 Class II atau
JIS SS-41 atau ST 37 dan harus mempunyai
tegangan leleh minimum 2500 kg/cm2.
b. Baut, mur dan ring harus dari jenis black bolt dan
sesuai dengan ASTM A-307.
c. Material konstruksi baja harus benar ukuran profil
dan ketebalannya, bebas dari karat, cacat karena
benturan dan atau cacat pabrik.
d. Genteng ,menggunakan jenis genteng metal Zink
aluminium produk TORATORA atau sekualitas. Tebal
0,3 mm (Type super) ukuran 80 x 154 cm.
e. Genteng bubungan menggunakan bahan papan
fiber produk TORATORA atau sekualitas.
f. Pemasangan listplank menggunakan bahan papan
fiber semen produk Simplepank ukuran 8x300x240
mm.

22.3 Syarat-syarat Pelaksaan


a. Syarat umum pekerjaan baja sepenuhnya mengacu
pada peraturan mengenai baja yang berlaku.
b. Pelaksaan konstruksi baja harus bermutu baik,
dimana semua pekerjaan harus bebas dari puntiran
maupun hubungan terbuka.
c. Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti sesuai
dengan gambar.
d. Semua bagian bahan baja yang dipergunakan harus
dari baja yang sama kualitasnya sperti tersebut
diatas.
e. Sambungan direncanakan dengan menggunakan
las. Pengelasan dilakukan pada seluruh permukaan
sambungan (bukan las titik) dengan meng Unakan
las listrik dengan hasil tebal las yang rata.
f. Pekerjaan las yang dilakukan dilapangan harus
sama mutunya dengan las yang dilakukan di
bengkel, Dan tidak diperkenankan melakukan
pekerjaan las dalam keadaan basah atau hujan.
g. Untuk bagian/tempat yang akan dilas harus bersih
dari kotoran-kotoran, cat, minyak dan sebagainya.
h. Las yang dipakia adalah las sudut (Fillet weld).
i. Pekerjaan pengelasan yang tampak, harus
dihaluskan sehingga kondisinya sama dengan

21
permukaan sekitarnya.
j. Pemotongan profil baja harus dilakukan dengan
mesin pemotong standard.
k. Pemasngan bagian-bagian konstruksi harus sesuai
dengan gambar rencana.
l. Jika terjadi kerusakan seperti bengkok, sambungan
las lepas dan keslahan teknis lainnya selama
pemasangan, maka kontraktor harus segera
memperbaiki sesuai dengan gambar.
m. Semua bahan konstruksi baja harus dilindungi
dengan cat dasar zink cromate merk, ICI,
Danapaints atau yang sekualitas. Dan pengecatan
terebut harus dilakukan dilapangan atau ditempat
lain dengan sepengetahuan konsultan pengawas.
n. Un tuk pekerjaan memasang genteng setidakya
sudah dijelaskan dalam petunjuk teknis pemasangan
genteng metal zink aluminium.
o. Genteng bubungan
 Pemasangan genteng dilakuakn setelah
usuk/reng terpasang rapid an kokoh.
 Atap genteng yang terpasang permukaannya
harus rata dan lurus.
 Apabila terjadi tidak rata atau kurang rapi, maka
harus diperbaiki terlebih dahulu sebelmu
pemasangan genteng dilanjutkan.
 Pada genteng bagian tepi (di atas lisplank)
panjangnya harus sama dan ujung genteng
harus lurus.

23 PEKERJAAN 23.1 Lingkup Pekerjaan


BESI, KUNCI, 23.1.1 Pekerjaan Daun Pintu
KACA, DAN a. Setiap daun pintu dipasang 3 buah engsel nylon
PENGGANTUNG merk SOLID, kecuali pada pintu aluminium/kaca
menggunakan floor hinges merk DORMA.
b. Setiap pintu utama mapun pintu ruangan
dipasang kunci tanam besar 2 slag.
c. Pada pintu KM/WC dipasang kunci kosong.

23.1.2Pekerjaan Daun Jendela


a. Setiap kaca ukurannya sesuai gambar detail.

23.2Bahan/material
23.2.1Pekerjaan Daun Pintu/Daun Jendela
a. Engsel nylon berkualitas baik, mengunakan merk
solid, kecuali pada pintu aluminium/laca
menggunakan floor hinges merk DORMA.
b. Kunci tanam memakai merk Solid double slag
untuk semua pintu.
c. Pintu KM/WC menggunakan vrybezet merk Solid
dengan warna pegangan sama untuk semua pintu
gedung.
d. Grendel berkualitas baik dan tidak cacat.

22
23.2.1Pekerjaan Kaca
a. Kaca yang digunakan harus bersih, tidak cacat
dan tidak bergelombang, serta buatan dalam
negeri berkualitas baik.
b. Kaca menggunkan kaca bening dengan tebal
sesuai gambar detail.
c. Merk kaca yang dipakai adalah sekualitas ASAHI
MAS.

24.3 Syarat pelaksanaan


a. Semua pemasangan engsel harus rapi sehingga secara
fungsional dapat ditutup dan dibuka dengan mudah dan
ringan.
b. Pemasangan kunci/vrybezet /grendel tanam harus rapi
dan mudah dioperasiakan.
c. Sekrup-sekrup engsel, kunci dan lain-lainnya harus rata
pada permukaan pintu.
d. Pemasangan kaca harus sedemikian rupa agar kaca
mempunyai ruang muai/susut.

24 PEKERJAAN 24.1 Lingkup Pekerjaan


SANITAIR a. Pemasangan kran 3/4”
b. Pemasangan kloset duduk
c. Pemasangan urinal TOTO
d. Pemasangan tempat sabun
e. Pemasangan floor drain
f. Pemasangan wastafel
g. Pemasangan cermin 5 mm
h. Pemasangan instalasi air bersih pipa galvanis 1” dan ¾”
i. Pemasangan instalasi air kotor pipa PVC D 4” dan D 3”
j. Pemasangan instalasi septictank dan sumur resapan
k. Saluran keliling bangunan buis U-30

24.2 Bahan/material
24.2.1 Kran air menggunakan produk ONDA atau
sekualitas
a. Kamar mandi/WC
b. Kran berdiameter ¾” dilapisi dengan verchrome
c. Penggunaan extention (penyambung berupa leher
angsa) disesuaikan dengan gambar apabila
diperlukan.
24.2.2 Closet jongkok ex TOTO atau sekualitas
Closet jongkok menggunakan warna yang gelap.
24.2.3 Instalasi air bersih
Pipa yang diperlukan untuk instalasi aor bersih pipa
galvanis ¾” merk MASPION atau sekualitas.
24.2.4 Instalasi air kotor
a. Untuk pipa air kotor menggunakan pipa PVC Ø 3”
merk MASPION atau sekualitas.

23
b. Sedangkan untuk instalasi kotoran menggunkan
PVC Ø 4” MERK Maspion atau sekualitas.
24.2.5 Wastafel ex TOTO atau sekualitas
Warna ditentukan kemudian oleh pihak Pemberi
tugas perlengkapan berupa :
a. Tepat sisir yang ditempel dibawah cermin.
b. Cermin watafel tebal 5 mm.
c. Tempat handuk dan tempat sabun ex TOTO.

24.3Syarat Pelaksanaan
25.3.1 Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor
diwajibkan untuk meneliti dokumen pelaksanaan
(Gambar kerja/RKS dan Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan) dan lokasi pemasangan alat plambing
dan sanitasi.
b. Apabila menemui kejanggalan dari dokumen
pelaksanaan atau lokasi pemasangan alat
plambing dan sanitasi, maka kontraktor segera
mengajukan permasalahannya kepada konsultan
pengawas untuk mendapat pemecahan.
c. Kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan plambing
dan sanitasi, biaya perbaikananya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
d. Pemasangan alat plambing dan sanitasi harus
terpasang dengan kokoh pada dinding dengan
tumpuan yang sesuai (bracket/cleat/plate anchor)
e. Pemasangan alat plambing/sanitasi harus tepat
pada kedudukannya sesuai dengan gambar
perencanaan.
f. Semau baut, mur, ring-ring baut dan alat
tumpuan (bracket, cleat, dan achor)
g. Apabila harus tampak, harus terbuat dari bahan
yang dilap dengan verchrome atau nikel.
h. Setelah alat plambing/sanitasi terpasang, maka
kontraktor wajib melakukan pembersihan dan alat
plambing/sanitasi dalam keadaan baik dan tidak
cacat.

24.3.2 Closet duduk ex. TOTO atau setara


a. Closet duduk yang akan dipasang, diperiksa
perlengkapannya sesuai dengan daftar dalam
kemasan dan spesifikasi serta dalam keadaan
utuh.
b. Agar kedudukan closet duduk stabil dan
waterpass, sebelum perletakannya dimatikan
kedudukan harus diperiksa dengan alat
waterpass.
c. Hubunga closet dengan saluran pembuang tidak
diijinkan adanya kebocoran.
d. Pembuangan air harus lancer dan tidak bocor.
e. Tangki pengelontoran harus terpasang dengan

24
baik dan kokoh, serta peralatan penggelontoran
berfungsi dengan baik lancer dan tidak macet.
f. Hubungan saluran air penggelontoran
menggunakan flexible pipa dan dipasang stop
kran.
24.3.3 Wastafel ex. TOTO atau sekualitas
a. Pemasangan wastafel pada ketinggian sesuai
dengan gambar rencana, atau setidak-tidaknya
dapat digunakan dengan nyaman.
b. Diatas wastafel dipasang tegel keramik setinggi 40
cm (2 segel keramik 10/20).
c. Pemasangan wastafel dengan angker baut,
sehingga perletakan kokoh.
d. Perlengkapan wastafel berupa tempat sabun,
tempat sisir gantungan handuk dipasang sesuai
dengan tempatnya.
e. Pemasangan kaca setingi normal orang Indonesia
sehingga berfungsi dengan baik.
f. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan
air bersih dengan menggunakan flexible pipa.
g. Pemasangan siphon dengan saluran pembuangan
dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak kotor.
24.3.4 Kran ¾” ex. ONDA
a. Penyambungan kran dengan instalasi perpipaan,
ulir kran dipasang scaling tape/rami agar tidak
mudah bocor
b. Pada tempat-tempat yang ditentukan apabila
perlu dipasag kran dengan extention (sambungan
berupa leher angsa).
c. Perletakan kan pada ketinggian yang ditentukan
dalam gambar rencana atau setidaknya berfungsi
secara nyaman.
24.3.5 Mutu dan hasil pekerjaan
a. Mutu hasil pekerjaan alat plambing/sanitasi
setelah diadakan uji coba dengan instalasi
perpipaan air bersih, harus berfungsi dengan baik
tiidak bocor bersih dan rapi.
b. Kontraktor harus memberikan garansi tertulis
tentang instalasi perpipaan yang dipasang kepada
Pihak Pemilik Proyek yang berlaku selama
masapemeliharaan.

25 PEKERJAAN 25.1 Lingkup Pekerjaan


CAT a. Pengecatan tembok untuk seluruh dinding dalam dan
luar serta langit-langit.
b. Pengecatan kayu/besi pada lisplank, sunscreen, ring
baja, ventilasi udara
c. Politur daun pintu kayu dan teakwood.

25.2 Bahan/material
a. Warna untuk setiap pengecatan akan ditentukan

25
kemudian oleh konsultan pengawas.
b. Cat besi menggunakan bahan sebagai berikut :
 Meni besi zinkromat menggunakan merk PEDANG
 Plamur kayu menggunakan merk PEDANG
 Cat penutup menggunakan merk EMCO
 Minyak cat menggunakan merk AFDUNER/Thiner A.
c. Untuk cat tembok berlaku ketentuan sebagai berikut :
Cat tembok dalam ex. Catylac dan luar menggunakan
ex.Mowilex
d. Untuk polituran dapat memakai ICI Timber Glow Clear
Finish Satin A,291-3138 (DOOF)

25.3 Syarat Pelaksanaan


25.3.1 Pengecatan kayu/besi
a. Setelah semua pekerjaan kayu/besi yang akan dicat
diberi dasaran cat meni, amak semua celah retak
dan lubang harus dibersihkan, diplamur rata dan
halus, baru diberi cat penutup.
b. Setelah plamur kering betul, maka bidang yang akan
dicat digosok dengan kertas gosok halus sampai
rata, kemudian dibersihkan dari debu dan terakhir
baru dicat 3 kali dengan menggunakan kuas sampai
rata.
c. Sete;ah pengecatan selesai, bidang cat yang
terbentuk harus utuh, rata dan tidak ada bintik-binik
atau gelembung udara, serta dijaga dari pengotoran-
pengotoran.
25.3.2 Pengecatan tembok
a. Pengecatan baru dapat dilakukan setelah bidang
tembok benar-benar udah kering.
b. Permukaan-permukaan tembok yang cacat atau tidak
rata harus diperbaiki terlebih dahulu dengan bahan-
bahan yang sama dengan dindingnya, baru
dilaksnakan plamuran tembok dengan bahan yang
telah disetujui oleh konsultan pengawas sampai rata
dan halus.
c. Setelah pelamuran betul-betul kering, maka
plamuran digosok sampai halus dan dibersihkan dari
debu yang menempel.
d. Setelah percobaan warna disetujui oleh Konsultan
pengawas, maka dilakukan pengecatan dangen roller
atau kuas setidak-tidaknya 3 kali pengecatan setiap
bidang pengecatan.
e. Untuk warna-warna sejenis, kontraktor diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan campuran yang
sama dari pabrik.
f. Setelah pengecatan selseai, bidang cat yang
terbentuk harus utuh, rata, tidk ada bagian-bagian
yang belang dan bidang cat dijaga terhadap
pengototran-pengotoran.
g. Proses pengecatan plafond sama dengan proses
pengecatan dinding.

26
25.3.3 Politur
a. Permukaan kayu yang akan dipolitur harus digosok
secara halus dan rata sehingga serat kayu dapat
tertutup rata.
b. Polituran dilaksanakan dengan warna terang
sehingga tidak menutupi serat kayu.

27

Anda mungkin juga menyukai