PENDAHULUAN
disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible).
Daerah otak yang terutama terkena adalah lobus parietalis, temporalis dan frontalis.
Dimensia adalah suatu penyakit persarafan kronik dengan karakteristik degeratif dan
progresif dari neuron di korteks serebri yang menyebabkan penurunan fungsi intelektual
gejala menurunnya daya ingat dan hilangnya fungsi intelektual lainnya. Definisi dimensia
(BVAMC) adalah kelainan fungsi intelektual yang didapat dan bersifat menetap, dengan
adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa,
memori, visuospasial, emosi dan kognisi (Iskandar Japardi, 2002). DSM IV (1994)
yang ditandai oleh gangguan tingkat intelektual yang sebelumnya lebih tinggi. Gangguan
praksis) dan harus cukup berat sehingga menganggap kemampuan okupasional atau
social atau keduanya, perubahan kepribadian dan afek smping sering dijumpai. Factor
resiko dimensia adalah riwayat keluarga, sindrom Down, trauma kepala, peyakit tiroid,
dan stroke.
Ada sekitar 46 juta jiwa di dunia yang menderita penyakit ini, dan sebanyak 22 juta
jiwa diantaranya berada di Asia. Dari beberapa survey di Indonesia didapatkan jumlah
kasus dimensia yagn akurat sebelumnya belum ada, tetapi AAZI memeperkirakan kasus
sudah mencapai sekitar satu juta angka (Dr. Martia Wiewie Setiawan, SP.kj (K) ) salah
satu pengurus AAZI, tidak dapat dianggap enteng karena meski sedikit dimensia
menimbulkan beban yang sangat besar bagi masyarakat Menurut berbagai hasil peelitian
lansia, pada tahun 2008 (10-20%) dan pada tahun 2009 mencapai 30%.
Dimensia sering terjadi pada lansia karena ditinjau dari penurunan sistem persarafan
dan imunologi sesuai dengan bertambah usia nya. Berbagai muncul masalah keperawatan
pada lansia dengan dimensia diantaranya ,gangguan persepsi sensori memori, gangguan
pola tidur, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko cidera, deficit perawatan diri,
kerusakan komunikasi verbal, koping individu tiadk efektif, dsb. Namun yang banyak
terjadi pada lansia dengan dimensia adalah gangguan persepsi sensori memori karena
neuron kolinergik, gangguan pola tidur karena penurunan dari persepsi sensori memori
sehingga lansia kurang tau akan waktu antara pagi, siang dan malam hari, dan resiko
cidera karena kehilangan memori dan lansia dengan dimensia sering jalan-jalan sendiri
tidak tau akan waktu dan jalan nya. Resiko cidera adalah rentan mengalami cidera fisik
akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber
Resiko cidera dapat terjadi karenan penurunan fungsi kognitif sehingga klien sering lupa
atau bahkan tidak mengetahui apakah tempat tersebut berbahaya bagai diri nya atau tidak.
Dengan masalah keperawatan yang sedemikian rupa, maka intervensi keperawatan utuk
mengatasi masalah keperawatan tersebut juga banyak. Namun ada sebagian intervensi
yang harus kolaborasi dengan keluarga apabila klien nya di keluarga, namun ada juga
yang harus kolaborasi dengan tim kesehatan lain apabila klien berada di Panti Jompo atau
rumah sakit. Dengan masalah keperawatan resiko cidera maka dapat dilakukan
Melihat uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Asuhan Keperawatan pada Lansia yang mengalami Dimensia dengan Resiko Cidera di
Masalah pada Studi Kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien yang
Resiko Cidera di UPTD. Puskesmas Bendo di Desa Darungan Pare Kabupaten Kediri?”
1.4 Tujuan Penelitian
Kediri.
Kabupaten Kediri.
Kabupaten Kediri.
Kabupaten Kediri.
Kabupaten Kediri.
Kediri.
1) Bagi Peneliti
Sebagai masukan dalam pemberi asuhan keperawatan yang sama pada klien
5) Bagi Responden
tentang Dimensia.