Anda di halaman 1dari 25

PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN KATALISATOR NaOH

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami proses pembuatan biodiesel.
2. Mengetahui dan memahami variabel yang berpengaruh pada proses pembuatan
biodiesel.
3. Mengetahui dan memahami uji kualitas biodiesel.
4. Membuat neraca ekonomi skala industri.

II. TEORI

Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari
bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang
terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel
merupakan salah satu bahan bakar mesin diesel yang ramah lingkungan dan dapat
diperbarui (renewable). Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak
yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak hewan. Minyak
tumbuhan yang sering digunakan antara lain minyak sawit (palm oil), minyak
kelapa, minyak jarak pagar dan minyak biji kapok randu.
Biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-
C22 dengan reaksi transesterifikasi. Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena
dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-
sifat fisik yang mirip dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung
untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi (Prakoso, 2003).
Bahan-bahan mentah pembuatan biodiesel menurut Mittelbach, 2004 adalah:
a. trigliserida-trigliserida, yaitu komponen utama aneka lemak dan minyak-lemak,
dan
b. asam-asam lemak, yaitu produk samping industri pemulusan (refining) lemak dan
minyak-lemak.

Trigliserida

Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-asam lemak, yaitu asam
asam karboksilat beratom karbon 6 sampai dengan 30. Trigliserida banyak
terkandung dalam minyak dan lemak. Trigliserida merupakan komponen terbesar
penyusun minyak nabati. Selain trigliserida, terdapat juga monogliserida dan
digliserida. Struktur molekul dari ketiga macam gliserid tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.

Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida,
digliserida, monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh
pemanasan dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati.
Tabel 1. Karakteristik biodiesel dari berbagai biji-biji dengan diesel minyak.

JARAK KACANG-
KARAKTER SAWIT KELAPA KAPUK DIESEL
KEPYAR KACANGAN
0,92 – 0,92 – 0,80 –
Densitas 0,93 0,92 0,92 – 0,98
0,95 0,94 0,86
Visco. 20OC
88,6 51,9 -- 293 150 – 160 2–8
(cst)
H. value
39,5 37,5 37 18.822 -- 45,2
(MJ/kg)
Flame point 270 –
314 -- 150 -- > 55
C 300
Cetane
42 -- -- 53,9 -- > 45
Number
Melting
25 – 30 22 – 26 -- 17 -- --
point C
Water cont. 0,1 < 0,25 -- < 0,25 -- < 0,2
Sulfur cont. -- -- -- -- -- < 0,3
Tabel 2. Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku
Biodiesel.

Langkah awal pembuatan biodiesel adalah pembuatan minyak nabati. Untuk


biodiesel dari biji jarak minyak dapat diperoleh seperti pada diagram alir di bawah
ini :

Jarak Jatrova Kering


PRES KONTINYU

Ampas Bungkil Minyak Jarak

EKSTRAKSI
SOLVEN
Minyak Jarak
Jatrova
(90 – 100%)
Ampas EVAPORASI
Bungkil

Solven Minyak Jarak

Gambar 3. Bagan proses pembuatan minyak jarak


Tahapan reaksi dalam pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :

1. Esterifikasi

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Asam sulfat, asam sulfonat
organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa
terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006). Untuk mendorong agar reaksi
bisa berlangsung ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya
paling tinggi 1200C), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat
berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air produk
yang ikut reaksi, harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui
kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu satu sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi, yaitu:

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar


asam lemak bebas tinggi (berangka asam 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam
lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti
dengan tahap transesterifikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke
tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya
harus disingkirkan terlebih dahulu.

2. Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol,
dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol
monohidrik yang menjadi kandidat sumber/ pemasok gugus alkyl, metanol adalah
yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling
tinggi (sehingga reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini,
biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil
Ester, FAME). Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester
metil asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah
produk, yaitu :
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi

b. Memisahkan gliserol

c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)


Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH),
natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati bagi
reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan
menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak
nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk
natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.

Reaksi pembuatan biodiesel berasal dari minyak jarak yang dihidrolisis dengan
alkohol adalah sebagai berikut :

O O

CH2 O C R1 CH3 O C R1 CH2 OH

O O

CH O C R2 + CH3OH CH3 O C R2 + CH OH
O O

CH2 O C R3 CH3 O C R3 CH2 OH

Diagram alir proses pembuatan biodiesel dalam industri adalah sebagai berikut :
H2O

Metil
Alkali
Ester
MeOH

MeOH

Separator

Mixer Kolom Esterifikasi

MeOH recovery tower


Minyak
jarak

MeOH

Crude

Alkali
Gliserol
MeOH Gliserin

Gambar 4. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi reaksi alkoholisis, terutama


untuk meningkatkan hasil/rendamen adalah :
1. Waktu reaksi, makin panjang waktu reaksi, maka kesempatan molekul-molekul
reaktan bertumbukan makin banyak sehingga konversi makin besar. Jika
kesetimbangan reaksi telah tercapai, bertambahnya waktu reaksi tidak akan
memperbesar hasil konversi.
2. Konsentrasi, kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan. Yaitu rasio
molar antara trigliserida dan alkohol, makin tinggi konsentrasi pereaksi, makin
banyak pula kesempatan molekul reaktan untuk saling bertumbukan sehingga
semakin tinggi pula keceaptan reaksinya.
3. Katalisator, katalis berfungsi mempercepat reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi, namun tidak mempengaruhi letak kesetimbangan. Katalis juga
menyediakan situs-situs aktif tempat terjadinya reaksi. Katalis yang biasa
digunakan umumnya basa (NaOH, KOH), atau asam (HCl), natrium metilat,
penukar ion zeolit, dll.
4. Kandungan air, dalam bahan baku.
5. Kandungan asam lemak bebas pada bahan baku (akan menghambat reaksi yang
diharapkan).
6. Kandungan gliserol, pada bahan baku minyak, karena dapat menghambat reaksi
akibat terjadi penggumpalan/emulsi.
7. Kandungan sabun, sama seperti kandungan gliserol jika bahan baku banyak
mengandung gliserol dan sabun akan menghambat terbentuknya metil ester.
8. Temperatur, semakin tinggi temperatur, kecepatan reaksi makin meningkat.
9. Pengadukan, agar reaksi berjalan lebih cepat, diperlukan pencampuran sebaik-
baiknya dengan jalan pengadukan. Pengadukan mempengaruhi besarnya faktor
frekuensi sehingga kecepatan reaksi akan bertambah besar.
10. Perbandingan reaksi, reaksi alkoholisis minyak nabati memerlukan alkohol
berlebih, selain untuk meningkatkan kosentrasi pereaktan, alkohol berfungsi
sebagai pelarut terhadap minyak itu sendiri.

Analisis Biodiesel

Prinsip analisis biodiesel dapat dilakukan dengan pengujian secara


asidimetri. Pengujian secara asidimetri dilakukan untuk menentukan bilangan asam,
bilangan penyabunan, bilangan ester, asam lemak bebas, jumlah asam lemak total
dan asam lemak yang terikat sebagai ester.

Bilangan asam adalah ukuran jumlah asam lemak bebas, dihitung


berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
56,1 V N  mg KOH 
Bilangan asam   
M  gram biodiesel 
Dengan :
V : volume KOH yang dibutuhkan pada titrasi (ml)
N : normalitas KOH
M : berat sampel biodiesel (gram)
56,1 : berat molekul KOH

Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk


menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dengan
jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau
lemak.
56,1 (B  C) N  mg KOH 
Bilangan penyabunan   
M  gram biodiesel 
Dengan :
B : volume HCl 0,5 pada titrasi blangko (ml)
C : volume HCl 0,5 pada titrasi contoh (ml)

Bilangan ester adalah jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester,
dan mempunyai hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan.

Bilangan ester (Ae) = [ Bilangan penyabunan (As) – Bilangan asam (Aa) ]

Tabel 3. Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006

Parameter dan satuannya Batas nilai Metode uji Metode


setara
Massa jenis pada 400C, kg/m3 850 - 890 ASTM D ISO 3675
1298
Viskositas kinematik pd 40 oC, 2,3 – 6,0 ASTM D ISO 3104
mm2/s (cSt) 445
Angka setana min. 48 ASTM D ISO 5165
613
Titik kilat (mangkok tertutup), min. 100 ASTM D 93 ISO 2710
o
C
Titik awan/mendung, oC maks. 18 ASTM D -
2500
Korosi strip tembaga (3 jam maks. no 3 ASTM D ISO 2160
pada 50 oC) 130
Residu karbon (%-b)
- dalam contoh asli maks. 0,05
- dalam 10% ampas asli (maks. 0,3) ASTM D ISO 10370
4530
Air dan sedimen, %-vol maks. 0,05 ASTM -
D2709
Temperatur distilasi 90%, oC maks. 360 ASTM -
D1160
Abu tersulfatkan, %-b maks. 0,02 ASTM D ISO 3987
974
Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 80 ASTM D PrEN ISO
5453 20884

Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 FBI-A05-03 AOCS Ca


12-55
Angka asam, mg-KOH/g maks. 0,8 FBI-A01-03 ASTM D
974
Gliserol bebas, %-b maks. 0,02 FBI-A02-03 AOCS Ca
14-56
Gliserol total, %-b maks. 0,24 FBI-A02-03 AOCS Ca
14-56
Kadar ester alkil, %-b min. 96,5 FBI-A03-03 FBI-A03-03
Angka iodium, %-b (g-I2/100g) maks. 115 FBI-A04-03 PrEN 14111
Uji Halphen negatif FBI-A06-03 AOCS Cb 1-
25

III. ALAT KERJA


Alat
1. Labu distilasi
2. Gelas beker
3. Magnetik stirrer
4. Batang magnet
5. Termometer
6. Buret
7. Erlenmeyer
8. Gelas ukur
9. Gelas arloji
10. Sendok sungu
11. Neraca analitik
12. Piknometer
13. Pipet tetes
14. Pipet gondok
15. Bulbpet

Bahan
1. Minyak jelantah
2. Minyak kelapa
3. Minyak jarak
4. NaOH
5. KOH
6. HCl
7. Indikator PP

IV. LANGKAH KERJA


A. Esterifikasi Minyak
1. Labu ekstraksi diisi dengan 0,1 gr NaOH yang dilarutkan dengan 50 ml etanol,
diaduk dan dipanaskan sampai pada suhu 40oC.
2. Setelah NaOH larut semua, secara cepat ditambahkan 10 ml minyak jelantah
ke dalam reaktor dan dipanaskan sampai suhu 70oC kemudian diaduk.
3. Didinginkan larutan hasil sampai dengan suhu kamar dan dibiarkan hingga
terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas biodiesel sedangkan lapisan bawah
sisa pereaksi dan gliserol.
4. Ditimbang biodiesel yang didapatkan.
5. Percobaan diulangi dengan memvariasi perbandingan minyak, alcohol, dan
NaOH.
B. Analisis Biodiesel
 Penentuan Bilangan Asam
1. Ditimbang sampel biodiesel yang peroleh sebanyak 2 gram dan
dimasukkan ke dalam labu erlemeyer.
2. Kemudian ditambahkan 10 ml campuaran pelarut (50% dietil eter dan 50%
etanol 95%v).
3. Larutan tersebut diaduk dan ditritasi dengan larutan KOH 0,1 N alkoholik
sampai berwarna merah jambu. Warna merah jambu harus bertahan
minimal 15 detik.
4. Dihitung bilangan asam dari volume titran.
 Penentuan Bilangan Penyabunan
1. Sampel biodiesel ditimbang 2 gram dan dimasukkan ke dalam labu distilasi
250 ml, tambahkan 25 ml NaOH 0,1 N alkoholis, dipanaskan di bawah
pendingin balik (direflux), dan didinginkan. Ditambahkan 1 ml indikator
PP dan dititrasi dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya (contoh).
2. NaOH 0,1 N alkoholis diambil 50 ml, dipanaskan di bawah pendingin
balik, didinginkan dan ditambahkan 1 ml indikator PP kemudian dititrasi
dengan HCl 0,5 M, dicatat volumenya sebagai volume blanko.

V. DATA PERCOBAAN

Parameter Volume atau berat


(Bahan) I II III IV
Minyak 10 ml 15 ml 15 ml 10 ml
Alkohol 50 ml 50 ml 50 ml 40 ml
NaOH 0,1 gr 0,1 gr 0,2 gr 0,1 gr
Biodiesel 40 ml 27 ml 40 ml 40 ml

Keterangan minyak yang digunakan:


I : Minyak Jelantah
II : Minyak Kelapa
III : Minyak Jarak
IV : Minyak Kelapa

Titrasi dengan KOH (Penentuan Bilangan Asam)

Biodiesel Volume KOH (ml) Vol.KOH rata-rata (ml)


I 0,1 0,2 0,2 0,167
II 0,2 0,2 0,2 0,2
III 0,2 0,2 0,2 0,2
IV 0,2 0,2 0,2 0,2

Pengukuran Waktu Alir

Waktu Alir Rata-


Bahan Waktu Alir (detik)
Rata (detik)
Aquades 4,56 4,54 4,74 4,61
Biodiesel I 7,61 7,58 7,58 7,59
Biodiesel II 11,72 11,60 11,85 11,7
Biodiesel III 8,08 8,05 7,81 7,98
Biodiesel IV 8,44 8,61 8,55 8,53

Penentuan Densitas

 Suhu Aquades : 290C


 ρ aq : 0,995945 gr/ml
 µ aq : 0,8180 cp
 Massa pikno kosong : 10,2960 gr
 Massa pikno+aquades : 20,5450 gr
 Massa pikno+biodiesel I : 18,8977 gr
 Massa pikno+biodiesel I : 19,2045 gr
 Massa pikno+biodiesel I : 18,8725 gr
 Massa pikno+biodiesel I : 18,8856 gr

Penentuan Bilangan Penyabunan (sampel minyak jarak)

 M.HCl : 0,5 M
 Volume HCl untuk titrasi biodiesel : 2,8 ml; 2,8 ml; 2,8 ml
 Volume HCl untuk titrasi blanko : 8,8 ml; 8,8 ml; 8,8 ml

VI. PERHITUNGAN

A. Analisis Biodisel
1. Densitas ( 29°C )
ρaq = 0,995945 gr/ml
maq = (20,5450-10,2960) gr
= 10,249 gr
𝑚 10,249 𝑔𝑟
vpikno= = 𝑔𝑟 = 10,29 𝑚𝑙
𝜌 0,995945 ⁄𝑚𝑙

 Densitas Biodiesel (setelah reaksi)

Biodiesel I
Massa = (18,8977-10,2960)gr
= 8,6017 gr

𝑚
𝜌=
𝑣
8,6017 𝑔𝑟
=
10,29 𝑚𝑙
=0,83587

Dengan cara sama untuk massa berbeda diperoleh:

Massa Biodiesel Densitas (gr/ml)


I 0,83587
II 0,86568
III 0,83342
IV 0,83469

2. Viskositas (29°C)
µaq = 0,8180 cp
ρaq = 0,995945 gr/ml
taq = 4,61 detik
𝜇𝑎𝑞 𝜌𝑎𝑞 𝑥 𝑡𝑎𝑞
=
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝜌𝑏𝑖𝑜 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜

 Viskositas Biodiesel
Biodiesel I
𝜇𝑎𝑞 𝜌𝑎𝑞 𝑥 𝑡𝑎𝑞
=
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝜌𝑏𝑖𝑜 𝑥 𝑡𝑏𝑖𝑜
𝑔𝑟
0,8180 𝑐𝑝 0,995945 ⁄𝑚𝑙 𝑥 4,61 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 𝑔𝑟
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 0,83587 ⁄𝑚𝑙 𝑥 7,59 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 1,12949 cp

Dengan cara yang sama diperoleh:

Biodiesel Densitas Waktu Alir Viskositas


Biodiesel Biodiesel Biodiesel (cp)
(gr/ml) (detik)
I 0,83587 7,59 1,12949

II 0,86568 11,7 1,80681

III 0,83342 7,98 1,18405

IV 0,83469 8,53 1,26809

B. Menentukan Bilangan Asam


 Biodiesel I
Normalitas KOH = 0,1 N
BM KOH = 56,1 gr/mol

56,1 𝑥 𝑉 𝑥 𝑁 𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 = ( )
𝑀 𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙

56,1 𝑥 0,167 𝑥 0,1 𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻


𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 = ( )
2 𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙

𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑎𝑚 = 0,468 ( )
𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
Dengan cara yang sama diperoleh:

Biodiesel Berat Sampel Volume KOH Bilangan


Biodiesel (gr) (ml) asam (mg
KOH/gr
biodiesel)

I 2 0,167 0,468

II 2 0,2 0,561

III 2 0,2 0,561

IV 2 0,2 0,561

C. Bilangan penyabunan
 Biodiesel III (sampel minyak jarak)
Molaritas HCl ≈ Normalitas HCl
0,5 M ≈ 0,5 N
56,1 (𝐵 − 𝐶) 𝑁 𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 = ( )
𝑀 𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
56,1 (8,8 − 2,8) 0,1 𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 = ( )
2 𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻
𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 = 16,83 ( )
𝑔𝑟 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙

D. Penentuan Bilangan Ester (Ae)


Bilangan Ester (Ae) = Bilangan Penyabunan – Bilangan Asam
Berhubung dalam percobaan yang diuji bilangan penyabunannya adalah sampel
biodiesel dengan minyak jarak (biodiesel III), maka
Bilangan Ester (Ae) = 16,83 – 0,561 = 16,269
Jadi hasil analisis biodiesel

Biodiesel ρ (gr/ml) µ (cp) Bil. Bil. Bil.


Asam Penyabunan Ester

I 0,83587 1,12949 0,468 - -

II 0,86568 1,80681 0,561 - -

III 0,83342 1,18405 0,561 16,83 16,269

IV 0,83469 1,26809 0,561 - -

Neraca Massa Pembuatan Biodisel


Tidak bisa dihitung karena tidak dilakukan pengamatan dan pengolahan data
terhadap gliserol yang terbentuk.

Neraca Ekonomi Proses Pembuatan Biodisel


( misal, sampel yang diambil pada biodiesel III).
Minyak yang digunakan adalah minyak jarak.
1. Biaya bahan saat praktikum
a. Minyak jarak = Rp 2000/L x 15.10-3 L = Rp 30
b. Ethanol 95%v = Rp 15.000/L x 50.10-3L = Rp 750
c. NaOH = Rp 404.000/500 gr x 0,1 gr = Rp 80,8
d. Total = Rp 30 + Rp 750 + Rp 80,8 = Rp 860,8
2. Hasil dari praktikum
Biodiesel = 40 ml
Gliserol = 19,96 ml  permisalan (karena tidak dilakukan pengukuran
massa dan volume gliserol)
Discale up 30.000 x
A. Biaya tak tetap
Pengeluaran untuk biaya tak tetap dalam 1 tahun
𝑅𝑝860,8 1000𝑚𝑙 30000𝐿 365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑥 𝑥 𝑥 = 𝑅𝑝 157.201.000.000/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
(40 + 19,96)𝑚𝑙 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
157.201.000.000
Slope = = 5.240.026,684
30.000

B. Biaya tetap
 Pengadaan alat proses = Rp 25.000.000
 Biaya gedung = Rp 150.000.000
 Pemeliharaan alat = Rp 250.000
 Biaya listrik (pemanas selama reaksi) = Rp 2.000.000
 Biaya analisis = Rp 150.000
 Cicilan hutang = Rp 5.000.000
 Gaji pegawai20%xRp 157.201.000.000 = Rp 31.440.160.107
 Penyusutan Gedung = Rp 10.000.000
 Total = Rp 31.632.560.107

Intercept = 31.632.560.107

Diperoleh persamaan:
y1 = 5.240.026,684 x + 31.632.560.107
dimana: y1 sebagai biaya pengeluaran (rupiah)
x sebagai banyak biodiesel dan gliserol yang terjual (L)

C. Pendapatan yang diperoleh dalam 1 tahun


Dari Penjualan Biodiesel dan Gliserol :

𝑅𝑝10.000 𝑅𝑝5000 (30.000)𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 365 ℎ𝑎𝑟𝑖


( + )𝑥 𝑥 = 𝑅𝑝164.250.000.000
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
164.250.000.000
Slope = = 5.475.000
30.000
Diperoleh persamaan:

y2 = 5.475.000x
dimana: y2 sebagai biaya pemasukan (rupiah)
x sebagai banyak biodiesel dan gliserol yang terjual (L)

Biaya masuk = biaya keluar


5.475.000x = 5.240.026,684 x + 31.632.560.107

x = 134.621,9252
Jadi, biaya masuk akan sama dengan biaya keluar atau modal akan kembali pada
saat penjualan biodiesel dan gliserol mencapai 134.621,9252 liter dengan
nominal sebesar Rp 737.055.000.000.
Jika kapasitas produksi biodiesel dan gliserol per hari adalah 30.000 liter maka
modal kembali setelah 4,48 ≈ 5 hari penjualan.

Kurva BEP (terlampir)

VII. PEMBAHASAN

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl


ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau
lemak hewan melalui proses trans atau esterifikasi.

Percobaan ini merupakan simulasi pembuatan biodiesel yang bertujuan untuk


mengetahui dan memahami proses pembuatan biodiesel, mengetahui dan memahami
variabel yang berpengaruh pada proses pembuatan biodiesel, mengetahui dan
memahami uji kualitas biodiesel, serta membuat neraca ekonomi skala industri.
Merajuk pada tujuan yang pertama, pembuatan biodiesel dilakukan dengan
cara mereaksikan minyak dengan etanol menggunakan katalis NaOH. Katalis basa
digunakan agar reaksi yang terjadi lebih cepat. Pembuatan biodiesel secara alkoholis
ini merupakan proses transesterifikasi dimana terjadi pemutusan tiga rantai gugus
ester dari setiap cabang trigliserida dan mengubahnya menjadi 3 molekul metil atau etil
ester (biodiesel) dan 1 molekul gliserol. Yang perlu diperhatikan disini adalah suhu
pemanasan. Pada suhu pemanasan awal digunakan suhu 400C (di bawah titik didih
etanol 78,40C) hanya untuk mempercepat pelarutan NaOH dan menguapkan oksida
bebas. Kemudian pada saat mereaksikan minyak dengan alcohol yang mengandung
katalis, dilakukan pada suhu tinggi 700C (mendekati titik didih etanol) agar
diperoleh konversi yang tinggi untuk waktu yang singkat. Jika menggunakan suhu
rendahpun boleh, namun membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama untuk
menghasilkan konversi yang lebih tinggi. Berikut mekanisme reaksi transesterifikasi
dalam katalis basa.

Merajuk pada tujuan yang kedua berdasarkan pada beberapa factor yang
berpengaruh, maka dalam percobaan ini dilakukan variasi pada jenis minyak yang
digunakan, konsentrasi atau banyaknya reaktan (minyak dan alcohol) yang
digunakan, serta banyaknya katalisator yang ditambahkan. Pada pembuatan
biodiesel I, dengan menggunakan komposisi minyak jelantah 10 ml, alcohol 50 ml,
dan NaOH 0,1 gram menghasilkan biodiesel sebanyak 40 ml dengan densitas
sebesar 0,83587 gr/ml dan viskositas sebesar 1,12949 cp. Pada pembuatan biodiesel
II, dengan menggunakan komposisi minyak kelapa 15 ml, alcohol 50 ml, dan NaOH
0,1 gram menghasilkan biodiesel sebanyak 27 ml dengan densitas sebesar 0,86568
gr/ml dan viskositas sebesar 1,80681 cp. Pada pembuatan biodiesel III, dengan
menggunakan komposisi minyak jarak 15 ml, alcohol 50 ml, dan NaOH 0,2 gram
menghasilkan biodiesel sebanyak 40 ml dengan densitas sebesar 0,83342 gr/ml dan
viskositas sebesar 1,18405 cp. Pada pembuatan biodiesel IV, dengan menggunakan
komposisi minyak kelapa 10 ml, alcohol 40 ml, dan NaOH 0,1 gram menghasilkan
biodiesel sebanyak 40 ml dengan densitas sebesar 0,83469 gr/ml dan viskositas
sebesar 1,26809 cp. Dalam hal ini, yang bisa diamati adalah pada pembuatan
biodiesel II dan IV karena menggunakan jenis minyak yang sama, yaitu minyak
kelapa dengan perbandingan katalis sama dan jumlah alcohol serta minyak yang
digunakan lebih banyak pada pembuatan biodiesel II maka banyaknya biodiesel
yang dihasilkan lebih kecil. Hal ini belum diketahui parameter yang berpengaruh
terhadap banyaknya biodiesel yang dihasilkan, apakah minyak atau alcohol sehingga
untuk pembuatan biodiesel II dibandingkan dengan biodiesel III dengan
menggunakan jumlah katalis yang berbeda. Dengan menggunakan asumsi densitas
minyak yang sama, maka dapat dilihat bahwa pada komposisi minyak dan alcohol
yang sama namun dengan jumlah katalis yang berbeda, maka dalampembuatan
biodiesel yang menggunakan katalis lebih banyak menghasilkan biodiesel yang
lebih banyak. Sehingga diantara beberapa factor yang berpengaruh, factor katalislah
yang dapat diamati pada percobaan yang telah dilakukan. Dengan menarik
kesimpulan bahwa semakin banyak katalis yang digunakan, maka biodiesel yang
dihasilkanpun semakin banyak. Hal ini dikarenakan banyaknya katalis yang
digunakan semakin mempercepat terjadinya reaksi sehingga makin cepat pula
biodiesel yang terbentuk.
Dalam memenuhi tujuan yang terakhir, maka dilakukan pengujian biodiesel
dengan melakukan analisis terhadap bilangan asam, bilangan penyabunan, dan
bilangan ester. Penentuan bilangan asam dimaksudkan untuk mengetahui bilangan
asam minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel. Penentuan bilangan penyabunan
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan
sejumlah minyak. Sedangkan penentuan bilangan ester dimaksudkan untuk
mengetahui jumlah asam organic yang bersenyawa sebagai ester. Pada penentuan
bilangan asam, untuk pembuatan biodiesel I sampai IV berturut-turut diperoleh
0,468 mg KOH/gr biodiesel; 0,561 mg KOH/gr biodiesel; 0,561 mg KOH/gr biodiesel
dan 0,561 mg KOH/gr biodiesel. Jika dibandingkan dengan Tabel 3. Persyaratan
kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006, angka ini dikatakan dapat diterima
dikarenakan masih berada dibawah angka asam maksimum (0,8 mg KOH/gr biodiesel).
Untuk penentuan bilangan penyabunan hanya dilakukan pada pembuatan biodiesel III
dengan minyak jarak dan diperoleh 16,83 mg KOH/gr biodiesel sehingga bilangan
esternya adalah 16,269 mg KOH/gr biodiesel.
Oleh karena percobaan ini pada dasarnya hanyalah simulasi pembuatan
biodiesel yang notabene hanya untuk mengetahui proses pembuatan biodiesel, maka
dalam percobaan ini tidak dilakukan pencucian dan pemurnian terhadap biodiesel
sehingga biodiesel yang diperoleh dalam percobaan ini belum bisa dikatakan
biodiesel murni sehingga neraca massanyapun tidak bisa dibuat.
Selain telah dipenuhinya ketiga tujuan percobaan tersebut, dalam percobaan
ini dicoba untuk menghitung neraca ekonomi skala industry dengan mengacu pada
pembuatan biodiesel III skala laboratorium yang telah diujicobakan dalam
percobaan ini menggunakan sampel minyak jarak. Berdasarkan neraca ekonomi
yang telah dibuat, hasilnya divisualisasikan dalam bentuk kurva BEP (terlampir)
yang dapat memprediksikan modal akan kembali setelah ±5 hari penjualan mencapai
134.621,9252 liter (biodiesel+gliserol) dengan omzet sebesar Rp 737.055.000.000.
VIII. KESIMPULAN
1. Proses pembuatan biodiesel dengan katalis NaOH merupakan proses
transesterifikasi yang berlangsung secara alkoholis.
2. Variabel yang berpengaruh dalam percobaan ini adalah katalisator dalam
mempengaruhi cepatnya reaksi untuk menghasilkan biodiesel.
3. Pada uji kualitas biodiesel terkait penentuan bilangan asam dikatakan dapat
diterima, yaitu berada di bawah angka asam maksimum yang diizinkan.
4. Pada pembuatan neraca ekonomi, modal akan kembali setelah ±5 hari penjualan
mencapai 134.621,9252 liter (biodiesel+gliserol) dengan omzet sebesar Rp
737.055.000.000.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Swantomo, Deni. 2006. Petunjuk Praktikum Proses Kimia.Yogyakarta:STTN-

BATAN

Schuchardt, Ulf; Shercheli, Ricardo & Rogerio Matheus Vargas.1998.

Transesterification of Vegetable Oils.Brazil: Instituto de Quimica, Universidade

Estadual de Campinas

Prakoso, Tirto.2003.Potensi Biodiesel Indonesia. Bandung: Laboratorium Termofluida

dan Sistem Utilitas, Departemen Teknik Kimia ITB

http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel

http://www.scribd.com/doc/56702929/Jurnal-Pembuatan-Biodiesel

http://www.jurnalinsinyurmesin.com/index.php?option=com_content&view=article

&id=50

http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol
http://www.alpensteel.com/article/53-101-energi-terbarukan--renewable-

energy/2843--minyak-jarak-sebagai-bahan-biodiesel-yang-banyak-

digunakan-.html

http://www.merck-chemicals.com/indonesia/sodium-hydroxide-natrium-hidroksida-

/MDA_CHEM-

106498/p_7cqb.s1L1oQAAAEWX.EfVhTl?WFSimpleSearch_NameOrID=

Natrium+Hidroksida&BackButtonText=search+results

Yogyakarta, 24 Juni 2011


Asisten, Praktikan,

Deni Swantomo, M.Eng Dewi Ramandhanni Kusumawati

Anda mungkin juga menyukai