Tugas 1 Konversi Batubara
Tugas 1 Konversi Batubara
Disusun Oleh :
Kevin Akbar Adi Cahya (03021181520031)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
PRODUK YANG DIHASILKAN DARI BATUBARA
Batu bara merupakan salah satu hasil dari alam yang memberikan banyak
kontribusi bagi kehidupan manusia. Batu bara adalah salah satu sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui dan penggunaannya dapat dilakukan dalam
berbagai bidang. Batu bara merupakan hasil alam yang dibutuhkan oleh orang
banyak dalam kehidupan sehari- hari. Bahkan sumber energi yang paling baik
yang dapat kita dapatkan dengan sumber yang mudah adalah batu bara ini.
Indonesia memiliki cadangan batubara yang besar melebihi cadangan
minyak bumi. Kegiatan penambangan batubara di Indonesia juga semakin
meningkat dari tahun ke tahun dimana batubara diharapkan sebagai sumber
alternatif, selain untuk ekspor juga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi
dalam negeri. Beberapa manfaat dari batu bara yang dapat kita rasakan antara lain
sebagai berikut :
1. Batubara Menghasilkan Produk Gas
Batu bara menjadi salah satu energi yang dapat menghasilkan suatu produk
gas. Gas alam yang dapat keluar ini berasal dari batu bara yang masih ada di
dalam tanah. Batu bara yang ada di dalam tanah dapat secara langsung
menghasilkan gas alam. Proses pengambilan gas alam yang dihasilkan oleh
batu bara alami ini memerlukan sebuah alat teknologi yang canggih.
Selanjutnya, gas alami yang dihasilkan oleh batu bara murni tersebut akan
diolah di tempat pertambangan dan bisa menjadi berbagai produk, misalnya
untuk bahan bakar industri, pembangkit listrik tenaga gas, serta produk
hidrogen dan juga solar. Teknologi yang mengambil gas dari batu bara alami
ini telah diterapkan oleh berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang
telah memanfaatkan batu bara ke dalam berbagai aplikasi ini antara lain
adalah China, Australia, India, Jepang dan juga Indonesia.
2. Kokas
Kokas ialah residu padat yang tertinggal bila batubara dipanaskan tanpa udara
sampai sebagian zat yang mudah menguapnya hilang. Batubara kokas adalah
batubara yang bila dipanaskan tanpa udara sampai suhu tinggi akan menjadi
lunak, terdevolatilasasi, mengembang, dan memadat kembali membentuk
material yang porous. Material ini merupakan padatan kaya karbon yang
disebut kokas.
Kebanyakan kokas digunakan dalam pembuatan besi dan baja karena
memberikan energi panas dan sekaligus bertindak sebagai zat pereduksi
(reduktor) terhadap bijih besi yang dikerjakan didalam tanur suhu tinggi atau
tungku pembakaran (blast furnace). Kokas untuk keperluan tersebut,
umumnya padat dan relatif kuat, dihasilkan dari batubara tertentu., baik
tunggal maupun campuran, dalam oven kokas (coke oven). Residu hasil
karbonisasi yang merupakan material serbuk yang tidak berlubang atau
massanya menggumpal disebut char. Bahan ini dapat dibuat briket dan
digunakan sama seperti kokas (kokas jenis ini disebut sebagai formed coke)
atau langsung dipakai sebagai elektroda karbon.
Umumnya, ada dua istilah yang dapat membingungkan kita, yaitu istilah
“caking” dan “coking”. Caking ialah kemampuan batubara untuk meleleh
ketika dipanaskan dan kembali membentuk residu yang koheren ketika
didinginkan. Syarat mutlak untuk batubara kokas ialah batubara itu harus
meleleh membentuk cake jika dipanaskan. Tidak semua caking coal adalah
cooking coal. Coking digunakan untuk menerangkan bahwa batubara tersebut
cocok untuk dibuat kokas. Walaupun begitu, keterangan ini berlawanan
dengan definisi klasifikasi batubara hard coal menurut ISO yang
mendefinisikan caking kebalikan dari coking. Caking menunjukkan
penggumpalan (agglomeration) dan pengembangan (swelling). Selama
dipanaskan (index crucible swelling number dan Roga), sedangkan coking
menunjukkan penggumpalan dan pengembangan selama pemanasan lambat
(dilatation atau Gray-King coke type). Hal ini menimbulkan kerancuan dalam
pemakaian kedua istilah tersebut.
Batubara yang dapat dibuat kokas harus mempunyai peringkat dan tipe
tertentu. Sebagian zat organik dalam batubara mempunyai peranan dalam
sifat-sifat pelelehan tadi. Dalam batubara kokas yang prima, yaitu yang
membentuk kokas metalurgi yang sangat baik, harus dicapai suatu
perbandingan yang optimal antara zat yang reaktif dan zat yang inert (tidak
meleleh).
Berbagai parameter yang menentukan batubara kokas (peringkat dan jenisnya
telah memenuhi syarat), termasuk kokas metalurgi, ialah kandungan ash tidak
terlalu tinggi, hampir tidak mengandung sulfur dan fosfor, serta zat yang
mudah menguapnya dalam kokas harus kecil. Untuk menentukan sifat-sifat
batubara kokas digunakan crucible swelling number, Gray King coke type,
plastisitas dan fluiditas.
3. Produksi Garam Amoniak
Amoniak diperoleh sebagai hasil penylingan kering batubara. Uap atau gas
yang dikeluarkan dari dari oven kemudian untuk menampung kokas inilah
yang menghasilkan garam amoniak. Produk ini yang kemudian penting
sebagai bahan khusus dari beberapa industri kimia seperti halnya pupuk
pertanian, sabun bubuk, bahan peledak, sabun penghapus wol, material tahan
api, plastic, bahan pembusuk.
4. Minyak Batubara
Minyak Batubara antara lain : Xilena (antiseptic, suci hama), Kreosol (bahan
penyamak, penyak kulit, herbisida), Tenol (bahan peledak, lem, aspirin)
Minyak merupakan salah satu bahan bakar yang dibutuhkan oleh orang
banyak dan persediaannya akan cepat habis apabila digunakan dengan boros.
Minyak berasal dari fosil binatang dan manusia zaman purba. Maka dari
itulah untuk menunggu persediaan minyak kembali dibutuhkan waktu ratusan
bahkan ribuan tahun lamanya. Batubara ternyata bisa juga dijadikan bahan
bakar berbentuk cair yang bisa menggantikan bahan bakar minyak. Pada
dasarnya pengolahan batubara menjadi bahan bakar yang berbentuk cair akan
merubah batubara bubuk atau bongkahan yang kemudian dilarutkan dalam
suhu yang tinggi.
Produk batubara yang cair ini dapat dimurnikan dengan proses ulang dan
dapat menghasilkan bahan bakar minyak yang kualitasnya super, bahkan
kualitasnya ini lebih baik dari bahan bakar minyak yang kita dapatkan dari
kilang- kilang minyak pada umumnya secara langsung. Namun sayangnya
proses penggunaan batu bara menjadi sumber bahan bakar ini belum banyak
diterapkan oleh banyak negara. Benua yang baru menerapkan bahan bakar
alternatif batubara ini baru di Afrika. Maka dari itulah di Afrika sudah bisa
mengatasi kekurangan minyak bumi dengan energi alternatif batubara ini.
Dengan demikian satu langkah sudah dicapai dengan aman untuk memenuhi
kebutuhan manusia sehari- hari.
5. Nafta
Nafta atau naphta adalah suato kelompok yang terdiri dari beberapa jenis
hidrokarbon cair produk antara kilang minyak yangdigunakan terutama
sebagai bahan baku produksi proses reformasi katalitik. Nafta juga digunakan
dalam industri petrokimia untuk memproduksi olefin dalam perengkah uap
(steam cracker ) serta digunakan sebagai pelarut atau solven dalam industri
kimia. Nafta antara lain anhidrit (zat perwarna, plastik, cat, vernis, pelarut
plastik), Naftana (kapur barus, bahan mudah terbakar, pembasmi
serangga/insektisida).
6. Minyak Antrasena
Fraksi terberat dari hasil destilasi ter batubara antara lain mengandung
minyak kreosot, penantren dan karbazon. Biasanya digunakan untuk
insektisida semprot, zat perwarna, aspal.
7. Amonia Sulfat
Ialah suatu garam anorganik dengan penggunaan komrsial yang banyak.
Penggunaan paling umum ialah sebagai pupuk tanah. Ammonium sulfat
mengandung 21% nitrogen sebagai kation ammonium, dan 24% sulfur
sebagai anion sulfat.
Kegunaan utama ammonium sulfat ialah sebagai pupuk untuk tanah basa
(alkalis). Dalam tanah ion ammonium dilepaskan dan membentuk sejumlah
kecil asam, yang menurunkan pH keseimbangan tanah, sambil berkontribusi
menyumbang nitrogen esensial untuk pertumbuhan tanaman. Kerugian utama
atas penggunaan ammonium sulfat ialah kandungan nitrogennya yang relatif
rendah dibandingkan ammonium nitrat, yang meningkatkan biaya
transportasi.
Ammonium sulfat juga digunakan sebagai adjuvant semprot pertanian untuk
inseksitisida, herbisida, dan fungisida yang larut dalam air. Di sana
ammonium sulfat berfungsi untuk mengikat kation-kation besi dan kalsium
yang ada baik dalam air maupun dalam sel. Ammonium sulfat terutama
efektif sebagai adjuvant untuk herbisida 2,4-D (amina), glyphosate, dan
glufosinate.
Dalam biokimia, pengendapan ammonium sulfat ialah suatu cara biasa untuk
memurnikan protein melalui pengendapan selektif; Ammonium sulfat sangat
larut dalam air dan dapat membuat larutan sangat pekat, yang dapat membuat
protein mengalami “salt out”, yang menyebabkan pengendapan pada
konsentrasi tertentu. Ini memberikan sesuatu yang berarti dan sederhana
untuk memfraksinasikan campuran protein kompleks. Ammonium sulfat juga
tercantum sebagai bahan racikan untuk banyak vaksin Amerika Serikat setiap
Pusat untuk Pengawasan Penyakit.
Sebagai aditif makanan, ammonium sulfat dianggap secara umum diakui
karena aman (generally recognized as safe, disingkat GRAS) oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), dan di Uni Eropa
ammonium sulfat dirancang dengan istilah “E number” E517. Ammonium
sulfat digunakan sebagai pengatur keasaman dalam tepung dan roti.
Ammonium sulfat digunakan pada skala kecil dalam pembuatan garam-garam
ammonium lain, khususnya ammonium persulfat.
Larutan ammonium sulfat jenuh dalam air berat (2H2O) digunakan sebagai
standar eksternal dalam spektroskopi NMR sulfur (33S) dengan bilangan
pengganti (shift value) 0 ppm.
Ammonium sulfat juga telah digunakan dalam komposisi zat pemadam api
(flame retardant) yang berfungsi banyak layaknya diammonium fosfat.
Sebagai zat pemadam api, ammonium sulfat menurunkan suhu pembakaran
bahan, yang menurunkan laju kehilangan berat maksimum, dan menyebabkan
meningkatnya produksi residu atau arang. Keberhasilan zat pemadam ini
dapat ditambahkan dengan mencampurkan ammonium sulfat dengan
ammonium sulfamat.
Ammonium sulfat telah digunakan sebagai bahan pengawet kayu, tetapi
karena sifat higroskopiknya, penggunaan ini telah dihentikan secara luas
disebabkan terkait dengan masalah-masalah korosi logam yang lebih cepat,
ketidakstabilan dimesional, dan penyelesaian yang gagal.