Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni pendarahan,
hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%) (Profil Kesehatan Aceh, 2010).
Anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya pendarahan yang merupakan faktor kematian ibu. Di berbagai
negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60 %.
Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat
(anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan
(WHO, 2010)
Kesehatan ibu sering didiskusikan bersamaan dengan kesehatan anak,
karena dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Bila kita melihat MDGs butir keempat
yaitu bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Target utama
yang ingin dicapai adalah menurunkan AKB 2/3 pada tahun 2015. Angka
kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator kuat untuk
menilai keberhasilan pembangunan kesehatan, karena itu menjadi acuan dalam
pencapaian MDGs. Keberhasilan sistem kesehatan terletak pada ketersediaan
tenaga kesehatan, fasilitas baik sarana dan prasarana yang mudah diakses,
terjangkau, dapat diterima, mempunyai kualitas yang bagus serta tidak ada
diskriminasi dalam memberi layanan (Istifadah, 2014)
Salah satu indikator penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menilai derajat kesehatan suatu bangsa adalah “angka kematian ibu dan bayi”.
Sampai saat ini, Indonesia termasuk salah satu negara dengan angka kematian
ibu dan bayi yang cukup tinggi. Kematian ibu dan bayi biasanya terjadi sejak
masa kehamilan sampai dengan masa nifas. Oleh karena itu, pemdampingan
maksimal dan deteksi awal perlu dilakukan sedini mungkin (Sulistyawati, 2010).
Angka kematian ibu adalah Jumlah kematian perempuan pada saat hamil
atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang dihitung
dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Untuk mengetahui besaran
masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu
(AKI). Perhitungan AKI disetiap kabupaten/kota sulit dilakukan, karena jumlah
kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran dan masih ada kemungkinan
under reported. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional
di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi paska salin dan
penanganan komplikasi maternal. jumlah kematian ibu pada tahun 2012 di Aceh
sebanyak 170 kasus. AKI tahun 2012 di Aceh sebesar 192/100.000 Lahir Hidup
(Profil Aceh, 2012).
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2014 sebanyak 9
orang Kematian terbanyak terjadi pada ibu hamil dan ibu nifas masing-masing
sebesar 4 kasus. Hal ini juga diperngaruhi oleh tingkat pendidikan ibu. Semakin
muda usia ibu maka akan semakin rendah tingkat pendidikan ibu sehingga
pengetahuan ibu akan semakin kurang mengenai tablet Fe namun sebaliknya
semakin tinggi usia ibu maka akan semakin tinggi pula tingkat pendidikan ibu
sehingga tingkat pengetahuan ibu tentang tablet Fe akan semakin tinggi. Usia
serta paritas ibu juga sangat mempengaruhi pengetahuan ibu, hal ini dikarenakan
semakin muda usia ibu maka akan semakin sedikit pengetahuan yang ibu miliki,
namun semakin tua usia ibu pengetahuan ibu akan semakin banyak karena
banyaknya pengalaman serta lingkungan yang mendukung. Dari segi paritas
akan semakin tinggi paritas ibu akan semakin banyak pengetahuan ibu, hal ini
dikarenakan dalam setiap kehamilan ibu akan mendapatkan penyuluhan
mengenai kehamilan ibu sehingga pengetahuan ibu akan semakin tinggi (Profil
Dinas Kesehatan Aceh Tengah, 2013)
B. Tujuan

Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Laporan Tugas Akhir


Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir

C. Manfaat
1. Secara Teoritis
Penelitian ini memberikan manfaat sebagai penerapan proses berfikir
secara ilmiah dan sebagai media menambah wawasan ilmu pengetahuan
terutama menambah pengetahuan ilmu kebidanan khususnya mengenai
Asuhan Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir.

2. Secara Praktis/klinis
a) Untuk Kebijakan Daerah
Meningkatkan program Dinas Kesehatan khususnya mengenai Asuhan
Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi
Baru Lahir
b) Untuk Pelayanan
Meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya mengenai Asuhan
Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi
Baru Lahir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Ibu hamil adalah seorang ibu yang mengandung janin setelah hasil
terjadinya ovulasi atau pertemuan sperma dan ovum sehingga menghasilkan
sel telur dan selanjutnya berkembang di rahim ibu selama 9 bulan atau 36
minggu (Wongso, 2013).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu


perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan
mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat
dinamis karena ibu yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat
menjadi beresiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil adalah keadaan yang
secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu
hamil. Hal ini adalah keadaan yang berbahaya dan menjadi penyebab
kematian ibu (Depkes RI, 2010)

2. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

Wanita hamil akan merasakan terjadinya berbagai perubahan pada


masa kehamilan baik secara fisik maupun mentalnya. Dan untuk mengatasi
hal itu dukungan suami sangat dibutuhkan untuk mengembalikan
kepercayaan diri ibu (Prawirohardjo, 2012).

Semua perubahan ini terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari


ibu dan membawa dampak kurang nyaman. Kehamilan merupakan resiko
bagi ibu hamil, oleh karena itu kesehatan jasmani dan kematangan psikis
mutlak diperlukan oleh wanita yang sedang mengalaminya. Apabila ibu hamil
tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai kehamilannya, maka ibu
akan berfikir bahwa kondisi tubuhnya mengarah kepada ketidak normalan.
Hal ini menyebabkan ibu akan menjadi korban perasannya sendiri dan akan
mempengaruhi janin yang dikandungnya. Wanita akan merasakan terjadinya
berbagai perubahan. Untuk mengatasinya, dukungan suami dan keluarga
sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri seorang ibu yang
sedang hamil (Wongso, 2013).

Setelah bayi lahir, perubahan-perubahan tersebut akan kembali ke


keadaan semula secara perlahan. Pada dasarnya, perubahan sistem tubuh
wanita hamil terjadi karena perngaruh berbagai hormon. Organ-organ yang
akan mengalami perubahan selama kehamilan adalah (Prawirohardjo, 2012)

a. Rahim/ Kandungan/ Uterus


Pada keadaan normal, rahim mempunyai rongga dengan
diameter sekitar 10 ml. Struktur rahim hampir padat yang beratnya sekitar
70 gram. Selama kehamilan, rahim akan berubah bentuk menjadi organ
muskuler. Dinding rahim relative tipis dengan kapasitas yang cukup untuk
menerima janin, plasenta (ari-ari) dan cairan ketuban. Pada akhir bulan
kehamilan, volume rahim sekitar 5 liter. Adakalanya dapat mencapai 20
liter atau lebih sehingga pembesarannya bias mencapai 500-1000 kali dari
ukuran normal. Terjadinya perubahan rahim ditunjang oleh otot-otot rahim
yang menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim.
Pembesaran rahim terjadi ke semua arah yang besarnya tidak sama. Hal
ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang lebih cepat pada daerah
tumbuhnya ari-ari. Kondisi ini akan menyebabkan bentuk rahim yang tidak
rata. Setelah bulan ketiga, rahim yang berada di rongga panggul akan
masuk ke dalam rongga perut. Selanjutnya pembesaran rahim akan terjadi
setiap minggu sesuai dengan usia kehamilan.

b. Vagina (Liang Senggama)


Selama kehamilan, volume sirkulasi darah ke vagina bertambah,
selaput lender vagina menjadi keunguan atau violet yang disebut tanda
chadwick. Selaput lender vagina bertambah tebal, jaringan pengikat
menjadi longgar dan sel-sel otot polos mengalami pembesaran. Kondisi ini
menyebabkan dinding vagina bertambah panjang. Akibatnya, pada wanita
yang sudah mnegalami persalinan sebelumnya dinding vagina depan
bagian bawah dan leher rahim akan menonjol keluar. Selama kehamilan
akan terjadi peningkatan cairan. Cairan tersebut terdiri dari cairan putih
agak kental, sifatnya asam untuk mengendalikan perkembangan bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit pada vagina.
c. Indung Telur (Ovarium)
Selama kehamilan, proses pematangan telur (ovulasi) terhenti.
Indung telur yang masih mengandung corpus luteum akan meneruskan
fungsinya pada proses pertumbuhan kehamilan sampai terbentuknya
plasenta

d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi (menyusui). Akibatnya
pengaruh dari hormone akan terjadi penimbunan air dan garam sehingga
payudara menjadi lebih besar. Proses pembesaran ini akan menyebabkan
saraf tertekan dan menimbulkan rasa sakit. Kelenjar pada daerah sekitar
putting tampak makin jelas. Puting susu makin menonjol. Akibat pengaruh
hormone pula akan terjadi rangsangan pengeluaran kolostrum (cairan).
Sesudah melahirkan kolostrum tampak agak kental dan berwarna kuning.
Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi.
e. Cairan Tubuh
Selama kehamilan, diduga cairan tubuh wanita bertambah sekitar
40%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya hormon estrogen yang
berefek retensi (menahan) air. Jika tidak timbul faktor penyulit, kondisi
seperti ini dianggap normal.
f. Volume Darah
Selama kehamilan, volume darah semakin meningkat. Jumlah
serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
semacam pengenceran darah. Proses ini mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 32 minggu. Serum darah bertambah sebesar 25-30%,
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
g. Sel Darah Merah
Selama kehamilan terjadi penambahan sel darah merah sekitar
18%. Jika wanita hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi, volume darah merah akan bertambah sekitar 30%. Penambahan ini
tidak seimbang dengan kecepatan penambahan volume darah. Akibatnya
akan terjadi pengenceran darah yang disertai anemia secara alami.
h. Sistem Respirasi (Pernafasan)
Sistem respirasi wanita hamil mengalami perubahan karena
kebutuhan oksigen bertambah sekitar 18%, ventilasi meningkat sekitar
40%, kapasitas pertukaran udara pada satu pernafasan normal naik dari
500ml menjadi 700 ml, dan resional volume menurun. Sebagai
kompensasi, ibu hamil akan berbafas lebih dalam sekitar 20-25% dari
pernafasan normalnya. Kondisi ini harus diperhatikan oleh ibu hamil
karena di tengah kehamilannya baju menjadi sempit di daerah diafragma.
i. Sistem Pencernaan dan Sistem Urine
Organ ginjal mengalami perubahan selama kehamilan. Ginjal
akan bertambah panjang dan berat. Fungsi penyaringan pun semakin
meningkat sehingga zat-zat dan vitamin yang larut dalam air hilang
terbawa oleh air seni. Kondisi ini akan menyebabkan proses pengeluaran
air seni dari ureter kanan terhambat. Di lain pihak produksi air seni cukup
banyak. Akibatnya akan terjadi penahanan air seni sampai ke ginjal yang
mengakibatkan terjadinya infeksi pada ginjal kanan.
j. Pigmentasi
Selama kehamilan, kulit mengalami perubahan deposit pigmen
dan hiperpigmentasi karena pengaruh hormone. Umumnya, garis
pertengahan kulit perut mejadi jelas berpigmen, Bercak-bercak kecoklatan
tidak teratur dengan berbagai ukuran tampak pada wajah dan leher.
Peregangan kulit akan muncul di sekitar perut, payudara, bokong dan
pangkal paha. Setelah melahirkan, perubahan kulit ini akan berubah
menjadi keperak-perakkan

3. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan

Selama masa kehamilan terjadi beberapa gangguan yang akan dialami


oleh ibu hamil, diantaranya adalah (Nakita, 2008):

a. Mual-Muntah

Biasanya di trimester I, ibu mengalami mual-muntah di pagi hari


(Morning Sickness). Seringkali hal ini digunakan sebagai pertnda awal
untuk menduga datangnya kehamilan. Selain pengaruh hormon, mual-
muntah bisa diperberat faktor psikis misalnya terlalu tegang menghadapi
kehamilan. Biasanya membuat ibu jadi malas makan, sehingga asupan
makanan berkurang dan bisa jadi tak mencukupi kebutuhan ibu maupun
janin. Jika hal ini berlanjut terus menerus, pertmbuhan janin akan
terganggu. Meski tak sering terjadi, adakalanya frekuensi dan lamanya
mual-muntah jadi sangat berlebihan (hiperemesis gravidarum). Ini sudah
tidak normal dan perlu lebih diperhatikan agar tidak sampai timbul
masalah lebih lanjut.

b. Gangguan Berkemih

Wanita hamil hampir selalu mengalami peningkatan frekuensi BAK,


khususnya di trimester I dan III. Pada trimester I, perubahan hormonal
yang terjadi menyebabkan tubuh bekerja lebih banyak dari biasanya.
Termasuk jumlah darah yang dipompakan jantung dan yang masuk ke
ginjal. Akibatnya, produksi urin dari ginjal pun meningkat, sehingga dalam
waktu singkat kandung kemih sudah penuh dan terangsang untuk
berkemih. Perubahan secara anatomis juga berperan, terutama di wal
kehamilan dan saat trimester III. Perlu diingat, rahim terletak persis di
belakang kandung kemih. Saat rahim masih berada di rongga panggul
bawah dan kemudian baru membesar akibat terisi pertumbuhan janin,
akan mendorong kandung kemih sehingga kandung kemih cepat terasa
penuh. Akibatnya ibu hamil jadi sering BAK. Namun setelah kehamilan
agar lebih membesar, keluhan justru berkurang, karena rahim sudah
keluar dari rongga panggul bawah dan tidak begitu menekan kandung
kemih lagi.

c. Infeksi saluran kemih (ISK)

Gangguan ini paling sering dialami ibu hamil, namun ibu sering
tidak menyadari karena gejalanya tidak muncul atau gejalanya muncul tapi
diabaikan. Keluhan yang dirasakan biasanya anyang-anyangan atau
sering terasa ingin kencing tapi tidak keluar, kencing tapi jumlahnya
sedikit-sedikit saja, atau nyeri saat berkemih. Jika infeksi tidak ditangani
segera, bisa terjadi keluhan yang semakin hebat seiring dengan infeksi
yang meluas. Yang terberat, tidak bisa BAK, muncul demam tinggi,
menggigil dan bahkan bisa meninggal karena terjadi infeksi kuman di
seluruh tubuh (sepsis). ISK dapat dicegah dengan selalu menjaga
kebersihan organ intim dan tidak menahan BAK.

d. Sesak nafas

Hal ini disebabkan pemasukan oksigen ke tubuh tidak memenuhi


target. Selain untuk dirinya sendiri, ibu hamil juga menyalurkan makanan
pada janin melalui aliran darah. Akibatnya beban jantung semakin berat
dan ini dapat menyebabkan sesak nafas. Puncak keluhan ini umumnya
terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan. Namun, bila memang ada
kelainan jantung dan paru sebelumnya, tentu akan lebih awal dan lebih
berat terjadinya. Mengingat resikonya cukup besar, sianjurkan bagi ibu
yang memang memiliki kelainan jantung dan paru untuk selalu
mengkonsultasikannya ke dokter.
e. Masalah Seputar Rongga Mulut

Meski jarang dikeluhkan ibu hamil, bukan berarti masalah ini jarang
terjadi. Paling tidak ada beberapa masalah yang kerap terjadi, yaitu air liur
berlebihan (hipersalivasi). Hal ini dialami terutama di awal kehamilan
namun tidak berakibat serius bagi ibu maupun janin, Gusi berdarah.
Kelainan gusi akibat hormon kehamilan adalah epulis gravidarum, yaitu
keadaan dimana gusi membengkak dan tumbuh hingga di sela-sela gigi.
Radang gusi. Ditandai dengan gusi yang lebih merah dari biasanya,
bengkak, mudah berdarah dan nafas tidak sedap. Gangguan ini dapat
menimbulkan kontraksi yang berlebihan. Padahal kontraksi yang
berlebihan bisa menyebabkan persalinan prematur.

f. Varises

Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena). Saat hamil,


varises kerap terjadi lantaran bertambahnya tekanan pada vena daerah
kaki, volume darah dan terjadinya relaksasi otot-otot di pembuluh darah
yang disebabkan hormon kehamilan.

g. Keletihan

Rasa letih yang lebih dari biasanya kerap dialami selama


kehamilan. Terlebih pada trimester III. Beban kandungan an emtabolisme
yang makin berat, ditambah mungkin juga kurang istirahat. Adanya rasa
khawatir akan persalinan juga berperan.

h. Sakit Punggung

Akibat adanya penambahan beban di perut selama kehamilan,


tulang punggung terutama di daerah pinggul jadi lebih tertarik ke depan
sehingga posisi kemiringan tubuh berubah. Inilah yang kerap membuat
punggung ibu hamil sering pegal bahkan sakit. Terlebih jika posisi
tubuhnya jadi tidak simetris lagi. Pada kehamilan tua, kondisi ini kerap
mengakibatkan salah satu kaki terasa lemas sehingga tidak bisa diangkat.

i. Kaki Kram dan Kesemutan

Gangguan ini bisa berhubungan dengan kaki yang sedang dalam


keadaan bengkak. Bisa juga berkaitan dengan asupan nutrisi yang
kurang, sehingga terjadi kekurangan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin B dan kalsium.

j. Kaki Bengkak

Adakalanya kaki ikut bengkak selama kehamilan. Penting


diketahui, bengkak ini ada yang fisiologis (normal) ada juga yang patologis
(tidak normal). Yang fisiologis tentu tidak berbahaya, tetapi kalau yang
patogis bisa berbahaya dan perlu penanganan segera.

k. Preeklamsia

Preeklamsia atau keracunan kehamilan hanya terjadi saat hamil.


Biasanya muncul pada trimester III, bisa sangat ringan atau sebaliknya
sangat parah. Setiap ibu hamil dapat mengalaminya, namun yang lebih
beresiko adalah mereka yang hamil pertama kali, kehamilan bayi kembar,
penderita diabetes, memiliki hipertensi sebelum kehamilan, memiliki
gangguan ginjal dan hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau diatas 35
tahun.

l. Sakit Kepala

Keluhan ini dapat disebabkan kurangnya karbohidrat, mengingat


kebutuhan yang cenderung semakin meningkat untuk metabolisme dan
pertumbuhan janin. Keluhan akan segera menghilang bila kecukupan
nutrisi diperbaiki.
m. Nyeri Perut

Nyeri perut bagian bawah kerap terjadi selama kehamilan trimester


II. Rahim yang semakin membesar membuat otot yang menahan rahim
supaya tetap tegak akan semakin tegang. Akibatnya timbul nyeri yang
kian menjadi atau memburuk kalau sang ibu bergerak. Kalau sudah
begini, yang paling baik dilakukan adalah istirahat sampai nyeri itu hilang
sama sekali.

n. Gatal-Gatal

Bisa disebabkan alergi makanan dan faktor hormonal yang


mempengaruhi pengeluaran asam empedu. Untuk yang terakhir ini,
terjadinya menyeluruh di seluruh badan dan harus dikonsultasikan dengan
dokter untuk pengobatannya. Yang kerap terjadi rasa gatl di perut. Umumnya
disebabkan efek pembesaran rahim yang merengang oto dan dinding perut
sehingga kulit jadi pecah dan terasa gatal.

5. Standar pelayanan Pada Masa Kehamilan

Standart pelayanan pada masa kehamilan adalah sebanyak 4 kali


yaitu sekurang-kurangnya 1 kali pada trimester pertama, sekurang-
kurangnya 1 kali pada trimester kedua dan sekurang-kurangnya 2 kali pada
trimester ketiga. Hal ini dilakukan agar dapat mengantisipasi resiko yang
akan terjadi pada masa kehamilan. Sehingga masa kehamilan dapat dijalani
secara maksimal (Wongso, 2013)

6. Pemeriksaan Fisik Masa Kehamilan

Selama masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan fisik atau 7T,


yang terdiri dari :
a. Timbang Berat badan
Berat badan ibu harus selalu di timbang. Hal ini untuk mengetahui
apakah berat badan ibu dan janin sesuai dengan kehamilan ibu.
Perkembangan janin juga dapat terpantau dari berat badan ibu.
b. Tekanan Darah
Selama masa kehamilan tekanan darah ibu harus selalu
dipantau. Hal ini untuk mengetahui apakah ibu masuk ke dalam resiko
tinggi atau tidak. Bila ibu mengidap hipertensi maka kehamilan ibu akan
mengnalami resiko.
c. TFU (Tinggi Fundus Uteri)
Pengukuran TFU dilakukan untuk mengetahui perkembangan
janin selama masa kehamilan.
d. TT
Selama masa kehamilan ibu harus diberikan suntikan TT minimal
sebanyak 2 kali yaitu pada trimester kedua dan ketiga.
e. Tablet Besi
Ibu hamil harus mengkonsumsi tablet besi. Hal ini untuk
mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan. Selama masa kehamilan
sebaiknya ibu mengkonsumsi sebanyak 90 butir tablet besi
f. Tes Terhadap penyakit menular
Tes terhadap penyakit menular harus dilakukan pada masa
kehamilan. Hal ini bertujuan agar dapat mencegah janin tertular penyakit
menular dari ibu dan agar dapat diantisipasi sedini mungkin.
g. Temuwicara
Selama masa kehamilan ibu sebaiknya melakukan temuwicara
dengan petugas kesehatan. Hal ini dilakukan agar kehamilan ibu selalu
terpantau dan ibu dapat menjalani masa kehamilan dengan senyaman
mungkin.
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah prosesfisiologisk dimana uterus mengeluarkan
atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20
minggu atau lebih dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain dengan bantuan atau bantuan (Wongso, 2013)
2. Etiologi terjadinya persalinan
Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :
a. Tenaga atau kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot
dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi
ligamentum rotumdum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama
persalinan
b. Janin (Passanger) : letak janin, posisi janin, Presentasi janin dan letak
plasenta
c. Jalan lintas (Passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks
untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang
d. Kejiwaan (Psyche) : Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman
persalinan, dukungan orang terdekat dan integritas emosional.
3. Pembagian Proses Persalinan
Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
a. Persalinan biasa atau normal adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang. Presentasi belakang kepala yang disusul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam
waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/ pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi
b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
C. Nifas
1. Pengertian Nifas
Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau
waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (wongso, 2013)
2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Perubahan uterus/ involusi uterus
Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus akan mengalami
pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan kembali seperti
sebelum hamil. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari
pasca persalinan, setinggi sekitar pusar, setelah 2 minggu masuk
panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Perubahan-perubahan normal uterus selama post partum.
2) Lochea
Adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
3) Perubahan vagina dan perineum
Pada minggu ketiga vagina akan mengecil dan timbul lipatan-lipatan
atau kerutan kembali, perlukaan vagina jarang dijumpai tetapi sering
terjadi pada persalinan menggunakan ekstraksi cunam dan apabila
terdapat robekan pada perimeun terjadi pada hampir semua
persalinan yang pertama dan tidak jarang terjadi pada persalinan
berikutnya
b. Perubahan pada sistem pencernaan
Setelah melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
karena makanan padat dan kurangnya serat selama persalinan.
Disamping itu juga rasa takut untuk buang air besar, karena adanya
jahitan pada perineum takut terlepas dan takut akan rasa nyeri. BAB
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.
c. Perubahan perkemihan
Dalam waktu 2-8 minggu saluran kencing akan kembali normal
tergantung pada : keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala,
dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.
d. Perubahan tanda-tanda vital se[erti suhu badan, denyut nadi, tekanan
darah dan respirasi
e. Anatomi dan fisiologi payudara
3. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas
Pada masa nifas terdapat frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan
antara lain :
a. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan dan tujuannya
antara lain untuk mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan
atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, pemberian
ASI awal, mengajari ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
b. Kunjungan kedua, waktu 6 hari setelah persalinan dan tujuannya antara
lain untuk memastikan involusi uteriberjalan dengan normal,
mengevaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan benar dan memberikan konseling
pada ibu yang berkaitan dengab asuhan pada bayi
c. Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu setelah persalinan tujuannya sama
dengan kunjungan kedua
d. Kunjungan keempat waktu 6 minggu setelah persalinan tujuannya antara
lain untuk menanyakan penyulit-penyulit yang ada dan memberikan
konseling untuk KB secara dini.
D. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi baru Lahir

Bayi adalah janin yang tumbuh dan berkembang di dalam uterus.


Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus,
kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu waktu hamil,
penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penanggulangan bayi
tergantung pada keadaannya (Prawirohardjo, 2012).

Bayi adalah janin yang mengalami serangkaian kejadian yang


berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (FKUPB, 2008)

Bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian masa


neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari, masa neonata l dini, yaitu usia 0 – 7 hari,
masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari, dan masa pasca neonatal, yaitu
usia 29 hari – 1 tahun. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai
umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia
sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.
Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari
pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari) (Nazril, 2013).
2. Inisiasi menyusu dini

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman


pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan, walaupun pada kenyataannya dari ibu
yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan waktu,
namun sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari
hambatan ini melalui beberapa langkah (Sulistyawati, 2009).
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh
dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.
Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim (Roesli, 2010)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk colostrum tanpa
tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula,
air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Saleha,
2009)
3. Tanda-tanda bahaya pada bayi

a. Tidak mau menyusui atau memuntahkan semua yang diminum.


Bayi tidak dapat menyusu, sulit minum, malas minum kemungkinan
bayi mengalami kelainan pada bibir dan langit-langit (plagnato labio scisis).
Cara mencegahnya adalah berikan ASI sesering keinginan bayi atau
kebutuhan ibu (jika payudaranya penuh) (Depkes RI, 2010).
Ibu harus merasa curiga jika bayi tidak mau menyusu. Karena jika
bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini
akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu
ketika sudah dalam kondisilemah, dan mungkin justru dalam kondisi
dehidrasi berat (Wongso, 2013).
Bila bayi tidak mau menyusu atau tidak melakukan gerakan dan
hanya bergerak bila ibu pegang, ini tandanya bayi sakit berat. Ibu harus
waspada bila bayi mengalami hal ini dan segera memeriksakan bayi ke
dokter atau petugas kesehatan (Nazril, 2013).
Bayi yang malas minum atau cenderung tidur menunjukkan bahwa
bayi mengalami tanda awal adanya infeksi. Maka ibu harus berusaha
sesering mungkin menyusui bayinya agar infeksi pada bayi tidak terjadi
(Hayati, 2013).
Ibu sebaiknya menyusui bayi secara bergantian dari payudara yang
satu kesebelahnya setiap kali menyusui atau hanya satu payudara pada
setiap kali menyusui. Susui bayi setiap 2-3 jam. Pastikan bahwa bayi
menyusui paling tidak setiap 4 jam. Pastikan bahwa bayi mendapat cukup
kolostrum selama 24 jam pertama. ASI pertama memberikan zat
perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium (feses
pertama) (Nazril, 2013).
Penanganannya adalah dengan membangunkan dan susukan bayi
sesering mungkin, bila bayi tidak mau menyusu langsung ke payudara ibu,
perah ASI lalu berikan berikan dengan sendok atau gelas kecil atau cup yang
sudah dibentuk sesuai bentuk bibir bayi. Kebutuhan cairan bayi harus
terpenuhi (Hayati, 2013).
b. Bayi kejang
Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan
normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tak biasa dan terjadi secara
berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-
kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar dan kaki seperti mengayuh
sepeda yang tidak berhenti kemungkinan bayi mengalami kejang. Bayi
kejang kemungkianan bayi terjadi infeksi (sepsis) misalnya tetanus
neonatorum, gangguan sistem persyarafan misalnya trauma kelahiran.
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda
dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
ketidakmatangan organ korteks pada bayi baru lahir. Gejala kejang pada bayi
baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis
melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya
kesadaran, gerakan yang tidak menentu, nistagmus atau mata mengedip-
ngedip paroksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan bahkan apneu
(henti nafas). Seringkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang
belum berpengalanan. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada
bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodikharus
dicurigai sebagai kejang. Kejang spasme atau tidak sadar dapat disebabkan
oleh asfiksia neonaturum, hipoglikemia atau merupakan tanda meninggitis
atau masalah pada susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi,
bayi mungkin tidak sadar,latergi,rewel atau masih normal. Spasme pada
tetanus neonaturum hampir mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut
dibedakan karena manajemen keduanya berbeda (Depkes RI, 2010).
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu ibu
perhatikan adalah bagaimana kondisi pemidu kejang. Apakah kejang terjadi
saat bayi demam, jika ya kemungkinan dipicu dari demamnya, selalu
sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi
mengalami kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai adal
masalah lain.Perhatikan frekuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada
dokter (Wongso, 2013).
Jika bayi melakukan gerakan yang tidak biasa dan terjadi berulang-
ulang seperti mengunyah, menguap, mata berkedip-kedip, menghisap, bola
mata mendelik dan berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda yang tidak
berhenti,maka bayi kemungkinan mengalami kejang, Karena itu ibu harus
lebih memperhatikan bayi (Nazril, 2013).
Kejang pada bayi dapat berakibat fatal. Karena itu bila ibu
menemukan kondisi serta gerakan bayi yang tidak biasa ibu harus segera
memeriksakan bayi ke dokter atau petugas kesehatan. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan kejang pada bayi (Hayati, 2013)
Penanganan bila terjadi kejang pada bayi adalah dengan
membebaskan jalan nafas bayi dengan membuka atau melonggarkan
pakaian dan posisikan kepala bayi sedikit tengadah, jangan memasukkan
apapun ke dalam mulut bayi untuk diminum atau ditelan termasuk air
putih,kopi atau madu. Ganjal mulut bayi dengan kain bersih agar lidah bayi
tidak tergigit. Jangan mengganjal mulut bayi dengan sendok karena dapat
merusak gigi, dan melukai mulut. Bila tersedia obat anti kejang berikan
melalui dubur(Hayati, 2013)
c. Infeksi Pada Bayi
Infeksi yang terjadi pada bayi dapat terjadi pada dua hal, yaitu infeksi
Saluran nafas, Infeksi saluran nafas merupakan segala bentuk infeksi yang
menyerang saluran pernafasan atas (ISPA). Tidak jarang juga saluran
pernafasan bawah. Infeksi saluran napas ini bisa saja terjadi pada bayi baru
lahir (Newborn) dan infeksi telinga tengah, Infeksi telinga tengah menyerang
salah satu bagian telinga, yaitu telinga bagian tengah atau daerah sekitar
gendang telinga. Tanda adanya infeksi, yaitu suhu meningkat, kemerahan,
ada pembengkakan, keluar cairan (nanah) dan bau busuk. Bila hal ini terjadi
maka ibu harus segera memeriksakan bayi ke dokter atau petugas
kesehatan. Infeksi yang paling sering terjadi pada bayi adalah dikarenakan
tali pusar. Karena itu ibu harus memperhatikan kebersihan tali pusar bayi.
Bila tali pusar bayi mengalami kemerahan sampai dinding perut maka
tandanya bayi sudah mengalami infeksi berat (Nazril, 2013).
Tali pusar yang berwarna merah pada bayi juga menunjukkan adanya
tanda infeksi pada bayi. Maka ibu harus selalu memperhatikan perawatan tali
pusar agar tetap kering dan bersih, hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bayi (Wongso,2013).

Penangan bila bayi mengalami infeksi adalah :


a. Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan
toilet untuk buang air kecil dan besar
b. Ibu perlu menjaga kebersihan bayi dan terutama payudara dengan mandi
setiap hari (tidak boleh menggunakan sabun pada putting)
c. Muka, pantat dan tali pusar bayi perlu dibersihkan dengan air bersih,
hangat dan sabun setiap hari
d. Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun
yang memegang bayi mencuci tangan terlebih dahulu.
e. Jaga kebersihan bayi dengan mengganti baju bayi denga teratur dan
segera membersihkan bayi bila bayi buang air besar dan kecil (Nazril,
2013).
d. Apneu (Sesak Nafas)
Apneu bisa terjadi pada bayi baru lahir. Bayi yang mengalami sesak
nafas mengalami pernafasan 60 kali permenit. Apneu atau sesak nafas
merupakan penyakit dimana seseorang tidak bernafas selama beberapa
detik secara spontan ketika tidur. Tidak hanya orang dewasa, bayi yang baru
lahir dan khususnya bayi premature pun bisa mengalami apnea. Saat bayi
mengalami sesak nafas akan mengalami kesulitan saat menarik nafas, atau
nafas bayi berbunyi disertai batuk. Ibu harus waspada jika wajah bayi
menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Pada beberapa bayi dapat
mengalami periode apnea yang cukup lama yang bisa menyebabkan
sianosis sentral atau frekuensi jantung <80 kali/ menit. Apnea merupakan
masalah umum pada bayi yang sangat kecil (berat lahir < 1500gram atau
umur kehamilan < 32 minggu) tetapi dapat juga merupakan salah satu gejala
sepsis (Nazril, 2013).
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia
dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30
kali per menit atau lebih dari 60 kali permenit maka ibu harus waspada. Ibu
harus melihat dinding dada bayi, ada tarikan atau tidak (Wongso, 2013).
Apneu pada bayi dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen
sehingga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Bila hal ini terjadi ibu
harus segera memeriksakan bayi dan mengkonsultasikan kondisi bayi ke
dokter atau petugas kesehatan (hayati, 2013).
Ibu harus selalu memperhatikan pernafasan bayi saat bayi tidur, Jika
bayi bernafas lebih dari 60 kali per menit maka tandanya bayi mengalami
apneu (sesak nafas). Hal ini terkadang tidak terlihat oleh ibu karena kondisi
bayi yang tidur, karena itu saat bayi tidur ibu harus mempehatikan adanya
tarikan nafas pada bayi atau tidak (Nazril, 2013).
Bila nafas bayi terlihat sesak atau bernafas dengan menggunakan
cuping hidung atau tiulang rongga dada terangkat, segera lepaskan atau
longgarkan pakaian bayi, kemudian posisikan kepala bayi sedikit
menengadah. Buka ventilasi ruangan agar bayi dapat menghirup oksigen
lebih banyak. Hitung frekuensi pernafasan bayi, dan segera bawa bayi ke
petugas kesehatan ( hayati, 2013).
e. Demam
Demam adalah suatu penyakit dengan gejala suhu tubuh bayi lebih
dari 37,5 derarat celcius atau tubuh teraba dingin suhunya dibawah 36,5
derajat celcius. Demam dapat terjadi bila bayi mengalami infeksi. Bila bayi
mengalami demam maka sebaiknya ibu merasa waspada dan segera
memeriksakan bayi ke dokter atau petugas kesehatan. Penanganan pertama
yang dapat ibu lakukan bila bayi demam adalah memberikan bayi lebih
banyak ASI (Nazril, 2013).
Suhu normal bayi berkisar antara 36.5°c-37.5°c Jika kurang atau
lebih, maka ibu harus memperhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di
sekitar bayi membuat bayi kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang
dingin atau pakaian yang basah (Wongso, 2013).
Bila suhu tubuh bayi lebih dari 38°c menunjukkan bayi mengalami
demam. Dapat juga bayi mnegalami penurunan suhu yang berbahaya yaitu
dibawah 36°c dan tubuh terasa dingin (Nazril, 2013).
Bila terjadi demam pada bayi maka ibu harus menyusui bayi sesering
mungkin, kompres bayi hingga suhu tubuh bayi normal kembali. Bila suhu
tubuh bayi tidak kembali normal, ibu harus segera membawa bayi ke dokter
atau petugas kesehatan (Hayati, 2013).
f. Ikterus
Ikterus yaitu dimana kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi
berbahaya jika muncul pada hari pertama atau muncul setelah kurang dari 24
jam setelah lahir. Ditemukan pada umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai
ke telapak tangan atau kaki. Penyakit kuning ini biasanya membuat kulit dan
mata bayi berwarna kuning. Sampai batas-batas tertentu penyakit ini tidak
berbahaya, tetapi ibu perlu waspada jika kuning pada tubuh bayi tidak
kunjung hilang. Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan
lainnya akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5mg/dl dalam 24 jam yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari hepar, sistem biliary atau sistem hematologi.
Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan indirek dan direk. Secara klinis
ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian.pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit tampak
berwarna kuning terang sampai jingga sedangkan pada penderita dengan
gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan.Penilaian
ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri
(Rukiyah dkk, 2010).
Kadar bilirubin total yang tinggi di dalam darah pada bayi baru lahir
adalah fisiologis, hal ini disebabkan belum matangnya fungsi hati untuk
mengkonjugasi bilirubin yang larut dalam lemak. Sehingga bayi sering
mengalami kuning. Namun bila Hal ini terjadi 24 jam setelah lahir atau >14
hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan
tinja bayi berwarna kuning maka ibu harus memeriksakan bayi ke dokter
(hayati, 2013).
Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun
jika kuning pada bayi terjadi pada waktu <24 jam setelah lahir atau >14 hari
setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja
bayi berwarna kuning maka ibu harus memeriksakan bayi ke dokter
(Wongso, 2013).
Warna kuning yang muncul pada hari pertama atau kurang dari 24
jam setelah lahir merupakan tanda bahaya pada bayi. Hal ini dikarenakan
dapat berakibat serius pada bayi hingga dapat menyebabkan kematian pada
bayi. Karena itu ibu harus waspada dan selalu memperhatikan kondisi bayi
(Nazril, 2013).
Penanganan yang dapat ibu lakukan di rumah adalah dengan memberikan
ASI sesering mungkin pada bayi dan menjemur bayi pada pagi hari. Namun
bila kuning pada bayi tidak menghilang, maka ibu harus segera membawa
bayi ke dokter atau petugas kesehatan (Hayati, 2013)

Anda mungkin juga menyukai