Anda di halaman 1dari 4

Jasad dan Roh

Manusia bukanlah sekedar apa yang nampak secara kasat mata,terdiri atas berbalut daging dan
kulit,yang membutuhkan makanan dan minuman. Hakikat manusia terletak pada sesuatu yang
amat berharga di dalam tubuh kasarnya, yaitu roh. Artinya,bahwa exsistensi manusia memiliki
jasad sebagai bentuknya, dan memiliki roh atau jiwa sebagai makna keberadaannya. Roh
merupakan hakikat manusia yang berasal dari alam arwah, sedangkan jasad berasal dari unsur-
unsur materi. Jadi, jelas bahwa kejadian manusia itu terdiri dari bentuk luar yang tersebut sebagai
jasad, dan wujud dalam yang disebut sebagai jiwa atau roh. Dengan demikian kejadian manusia
itu terdiri dari dua unsur yang sangat berbeda,yaitu unsur rohani dan unsur jasmani. Unsur rohani
atau roh (jiwa) adalah sejenis wujud immateriil yang berasal dari nur Allah, yakni makhluk suci
yang memiliki potensi dan kecenderungan asli untuk mengenal Tuhan dan menyembah-Nya, dan
ia merupakan sumber akhlak yg mulia serta senantiasa menarik jiwa dan jasad menuju
keluhuran. Dan karena roh itu berasal dari Allah, maka selamanya ia akan merindukan-Nya.
Sedangkan unsur jasmani atau jasad adalah wujud materiil yang memiliki sifat-sifat tabiat
kebendaan yang merupakan sumber dari hawa nafsu keduniaan yang berlawanan arah dengan
tabiat roh.

Roh berasal dari alam arwah,yang diturunkan kedalam jasad manusia,yang memiliki kemampuan
untuk mengetahui, berkehendak dan berkuasa atas tubuh yang didiaminya. Ketika roh ditiupkan
ke dalam badan, badan pun menjadi hidup. Dan ketika menigglkan badan, badan pun menjadi
mati. Jadi keberadaan badan manusia itu bergantung pada roh dan bukan sebaliknya. Roh sama
sekali tidak mengenal mati,sedikit pun ia tidak terpengaruh oleh kematian kecuali sekedar
kehilangan wadah kasarnya.

Sewaktu anak Adam tidur roh meninggalkan badan untuk sementara. Tapi ketika roh dicabut
kerena beberapa penyebab fisik seperti tidak berfungsinya organ tubuh yang vital, atau penyebab
lain dari luar, maka matilah ia. Saat itu roh meninggalkan badan dan pergi ke dunia spiritual
yaitu alam arwah, sebagaimana diterangkan dalam Al Quran ” Allah yang mengambil roh
manusia pada saat kematian mereka,dan yang belum mati dalam tidurnya. Allah menahan roh
orang yang telah ditetapkan ajal kematiannya, dan melepaskan yang lain (ke badannya) sampai
waktu yang ditentukan.” (QS. Az Zumar:42)

Ayat ini menerangkan bahwa roh itu hidup, dapat berpindah-pindah, dan menembus ke segenap
bagian tubuh manusia. Lebih lanjut diterangkan, bahwa roh diperintah oleh Allah meninggalkan
badan untuk semetara,yaitu selama orang itu tidur. Kemudian diperintahkan-Nya memasuki
badan kembali begitu terjaga dari tidurnya. Rasulullah Saw. bersabda : ” Sesungguhnya rohmu
dikeluarkan dan kemudian dikembalikan kepadamu, sampai suatu waktu yang diinginkan oleh
Allah.”
Dengan sebab bahwa hidup manusia adalah karena kehadiran roh pada jasadnya, maka ketika
datang saat yang sudah ditetapkan roh itu keluar, tubuh pun menjadi mati. Setelah kematian,
tubuh manusia segera rusak, tapi roh tetep hidup,kekal, dan abadi. Dalam hal ini Ibnu Qayyim
mengatakan, bahwa setelah roh dicabut saat menemui ajalnya ia kembali ke badan dalam kubur
untuk ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir. Seterusnya roh menetap dalam barzakh untuk
mengecap kebahagiaan atau merasakan hukuman siksa sampai hari kebangkitan. Dengan begitu
rohlah yang akan mengantar manusia untuk melihat keindahan dan kelapangan alam surgawi.
Demikianlah pula sebaliknya, rohlah yang akan mengantar manusia untuk menerima azab
neraka. Selanjutnya roh yang suci akan kembali kepada Allah di surga, sedangkan yang kotor
akan menjalani proses penyucian di neraka. Untuk itu segala kegiatan manusia di dunia
hendaknya dijadikan ibadah, karena hanya melalui peribadatan itu roh dapat menyucikan dirinya
setelah melakukan dosa-dosa selama hidup menyatu dengan jasadnya.

Memang, di dalam Al Quran dinyatakan bahwa roh itu merupakan urusan Allah,dan manusia
tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali hanya sedikit. Ia hanyalah sebagian kecil dari
rahasia Allah yang telah ditetapkan Allah ke dalam manusia dari alam surgawi :(QS. Sad:72)

Namun meski sedikit, hal itu tidak menghalangi manusia untuk terus melakukan pemikiran dan
perenungan tentang eksistensi roh, dan itu pun tidak luput dari timbulnya macam-macam
perbedaan pendapat diantara ulaa telah mereka mengadakan kajian tentang hakikat roh. Sebab,
disamping adanya pengertian roh dari sudut fisik sebagai daya hidup jasmani, tetapi secara
substansial istilah roh juga mengandung pengertian sebagai wujud spiritaual. Itulah sebabnya,
didalam tasawwuf pun tidak sedikit tokoh-tokoh sufi yang begitu serius membicarakan masalah
roh, termasuk di kalangan sufi indonesia seperti Syaikh Abdus Samad Al Palimbani.

Menurud Abdus Samad Al Palimbani roh manusia adalah makhluk suci yang merupakan
percikan Nur Alah yang Azali. Ia telah memiliki wujud sebelum tubuhnya diciptakan, dan telah
mengenal Tuhan secara langsung sebelum ia dilahirkan ke dunia. Ketika itu manusia masih
dalam bentuk nur yang berkeliaran di seputar alam kesucian yang luhur, sebelum kemudian
ditentukan ke dalam kegelapan rahim dan menyatu dengan jasad janin.

Al Quran menjelaskan bahwa sebelum roh diturunkan ke alam jasad Allah telah berfirman, ”
Bukanlah Aku ini Tuhan kalian?” Roh-roh itu pun menjawab, “Benar, Engkau adalah Tuhan
kami.” (Q Al ‘araf:172)
Ayat ini jelas mengartikan, bahwa sebelum roh diturunkan di alam jasad, mereka telah mengenal
tentang sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Pencipta. Namun demikian, ketika roh ditiupkan ke
alam jasad manusia, roh-roh itu lupa akan pertemuan-Nya yang pernah mereka alami. Ini terjadi
karena roh semakin terpengaruh oleh nafsu yang ada pada jasad materialnya. Maka, hanya
dengan intensitas kegiatan ibadat, kiranya roh akan mengingat kembali pengetahuan dan
pengalaman yang pernah dialaminya di sisi Tuhannya, yakni zaman azali.

Tentang asal-usul keberadaan roh sebelum ia dipertautkan dengan jasad kasarnya ini, para tokok
sufi pada umumnya mengintesprestasikan ayat Al Quran (QS. At Tin:4-5)

Mereka dengan merujuk pada dua ayat ini berpendapat bahwa semua sebelum di alam rahim
sang ibu ia menjalani fase nurani di zaman azali. Pada masa itu, menurut mereka manusia berada
dalam wujud yang seindah-indahnya dan sebaik-baiknya dalam wujud roh, yang satu sama lain
sudah saling mengenal. Ia hidup di alam kegaiban yang hanya bisa dilihat oleh para wali abdal,
kekasih-kekasih Allah. Dari sanalah kemudian ia diturunkan ketempat yang serendah-rendahnya,
yaitu dimasukkan ke dalam tanah liat dan air mani yang hina. Jadi, manusia telah mengalami
alam azali nurani sebelum dirinya dijadikan dalam bentuk darah dan daging di dalam rahim.
Setelah itu, ia diturunkan ke dunia, dan hijab gaib pun segera melekat padanya, yaitu berupa
keinginan-keinginan dan kecenderungan nafsu keduniaan. Akibatnya, sibuklah ia dengan
kebutuhan-kebutuhan materinya, hingga ia lupa akan sejarahnya, disebabkan terpenjara oleh
dunia dan nafsu-nafsu rendah, hingga derajatnya pun merosot serendah-rendahnya, yakni
menjadi jasad kasar di alam dunia yang rendah.

Sesudah jatuh dari keadaan sebaik-baiknya keadian mejadi keadaan paling rendah, manusia tidak
bisa menikmati kembali keadaan di zaman azali yang dilingkungi oleh keindahan surga. Apalagi
jika manusia lupa akan kedudukannya lalu menyeret diri dan menyerahkan kepada naluri
hewaniahnya, maka ia akan merosot ke lembah kehinaan. Begitulah manusia yang awalnya
merupakan ciptaan Allah yang paling mulia, ternyata lebih banyak merendahkan derajanya
sendiri dibawah makhluk-makhluk lain yang lebih rendah, seperti binatang, pohon-pohon,
bebatuan, dan lain-lainya. Perendahan derajat manusia ini timbul lebih banyak diakibatkan oleh
pengumbaran nafsunya yang tak terkendali, terutama nafsu kecintaan pada harta, kedudukan,dan
kehormatan. Akibatnya, manusia yang kodrat sebenarnya adalah supaya mengendalikan materi
kebendaan dan mengatasi hawa nafsunya, tetapi pada kenyataanya malah terbalik, yakni manusia
yang kini justru diperbudak oleh benda-benda dan bujukan nafsunya sendiri. Dan orang-orang
yang tertipu itu bukanlah kaum awam saja, tapi dapat ditemukan hampir di setiap lapisan
masyarakat. Mereka dapat dijumpai dikalangan cerdik pandai, bahkan di kalangan pemuka
agama dan tokoh-tokoh masyarakat, apalagi di kalangan kaum awam dan rakyat jelata.
Kerinduan roh akan kehidupan asal di zaman azali, menurut konsep sufisme,segera bila terobati
begitu roh meninggalkan kehidupan dunia ini menuju alam barzakh. Di alam akhirat nanti jiwa-
jiwa yang bersih akan saling bertemu untuk menumpahkan kerinduannya, karena mereka saling
kenal dahulu sebelum ditiupkan ke badan manusia. Ada pun roh-roh yang kotor dan buruk ia
tidak akan merasa rindu kepada siapa pun, dan ia di hari akhirat itu keadaannya sangat payah
penuh penderitaan dan kesengsaraan, dan akan bertambah payah lagi ketika bergabung dengan
jiwa kotor lainnya.

Dan kerinduan itu akan terobati kala di surga kelak : ” Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga
itu, mereka mengatakan:”Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka
kekal di dalamnya. “

Anda mungkin juga menyukai