Anda di halaman 1dari 14

Susah Berkemih Akibat Pembesaran Kelenjar Prostat

Merlinda (102015163)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Email: merlinda.2015fk163@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pembesaran kelenjar prostat yang juga dikenal sebagai hipertofi prostat jinak
merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan kelenjar prostat mengalami
pembengkakan namun memiliki sifat yang jinak atau tidak ganas. Kelenjar ini memiliki
fungsi untuk memproduksi air mani. Pembesaran pada kelenjar ini sendiri dianggap
normal sebagai bagian dari proses penuaan pada pria. Diperkirakan gangguan prostat
ini mempengaruhi sekitar 15% pria yang berusia 40 tahunan dan bertambah banyak
pada pria yg berumur 75 tahun keatas yakni sekitar 50%.

Kata Kunci: pembesaran kelenjar prostat, kelenjar prostat, pria

Abstract

Enlargement of the prostate gland, also known as benign prostatic hipertrophy is a


condition that can cause swelling of the prostate gland but has properties that benign
or malignant. The gland has a function to produce semen. Enlargement of this gland
itself is considered a normal part of the aging process in men. It is estimated that this
prostate disorders affect about 15% of men aged 40 years and multiply in men aged 75
years and above that which is about 50%.

Keywords: enlargement of the prostate gland, prostate gland, men

Pendahuluan

Di dalam tubuh manusia banyak sekali organ dan sistem yang masing-masing
memiliki fungsinya tersendiri dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan
manusia. Salah satu sistem yang penting adalah sistem kemih atau sistem urogenitalia.
Dimana sistem ini memiliki fungsi untuk mengontrol aktivitas cairan di dala tubuh
manusia, selain itu juga untuk kegiatan filtrasi, reabsorpsi bahan-bahan yang masih

1
dibutuhkan oleh tubuh serta mesekresikan bahan yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh. Lalu pada akhirnya akan diekskresikan dan dikeluarkan keluar tubuh menjadi
urin.1

Dari permasalahan skenario yang diberikan, dapat diketahui bahwa laki-laki


berumur 40 tahun itu mengalami pembesaran kelenjar prostat yang membuatnya
memiliki keluhan jika berkemih tidak tuntas. Disini saya akan membahas mengenai
sistem genitalia masculina serta organ-organ yang berkaitan dengan skenario ini dan
juga saya akan membahas mengenai mekasime berkemih. Tak lupa juga sifat dan
komponen urin normal.

Pembahasan

Makroskopis Genitalia Masculina

Genitalia masculina atau sistem reproduksi pada laki-laki terbagi menjadi 2 yaitu
externa dan interna. Dimana pada genitalia masculina interna terdapat glandula
vesiculosa, glandula prostata, testis, epididimis, kelenjar bulbourethralis, dan vas
defferens. Sedangkan pada genitalia masculina externa terdapat penis dan scrotum.2

Gambar 1. Genitalia Masculina2

Genitalia Masculina Interna

Testis dan Epididimis

2
Testis merupakan organ lunak, berbentuk oval dengan panjang 4-5 cm dan
memiliki diameter 2,5 cm. Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis kiri dan
kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos,
biasanya testis kiri agak lebih rendah dari pada yang kanan. Bersama epididimis, testis
berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstraabdomen tepat di
bawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut
tunika vaginalis. Tunika ini dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke
dalam skrotum primitif selama perkembangan genitalia interna pria.3 Setelah migrasi,
maka saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.

Epididimis adalah suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas


posterolateral testis. Epididimis ini dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara
tidak teratur yang disebut duktus epididimis. Duktus epididimis memiliki panjang ±
6m. Duktus ini berawal dari puncak testis yang merupakan kepala epididimis. Setelah
melewati jalan yang berliku-liku, duktus ini akan berakhir pada ekor epididimis yang
kemudian akan menjadi vas deferens.3,4

Arteri testikular merupakan arteri yang memasok darah ke testis dan epididimis.
Arteri ini berasal dari aorta di bawah arteri renalis. Semua pembuluh darah dan limfe
yang menuju testis dan epididimis berkumpul dalam suatu struktur yang dikenal
sebagai korda sprematika.

Testis merupakan tempat terjadinya spermatogenesis dan produksi steroid seks


pada pria. Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma. Suhu di
dalam testis biasanya lebih renda dari pada suhu di dalam abdomen karena testis dan
epididimis berada di luar rongga badan.4

Vas Deferens

Merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Memiliki panjang 45 cm yang


berawal dari ujung bawah epididimis, naik di sepanjag posterior testis dalam bentuk
gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis. Vas
deferens dapat teraba sebagai tali yang keras pada aspek posterior korda spermatika
saat melewati skrotum menuju cincin inguinalis superfisial. Setelah masuk ke dalam
abdomen, vas deferens melengkung ke arah medial menyilang a. iliaka externa menuju
pelvis. Dari sana, vas deferens menyilang saraf dan pembuluh darah obturator dan

3
pembuluh vesikular. Vas deferens kemudian menyilang ureter untuk menuju duktus
vesikula seminalis. Vas deferens dan duktus vesika seminalis bersama-sama
membentuk duktus ejakulatorius yang bermuara pada uretra bagian prostat. Duktus
ejakulatorius berukur pendek (2,5 cm) dan berada sangat dekat dengan duktus
kontralateralnya saat menuju bagian depan melalui prostat. Vas deferens berfungsi
mengalirkan sperma.2,3

Glandula Vesiculosa (Vesicula Seminalis)

Merupakan sepasang stuktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar


kandung kemih di depan rectum. Vesikula seminalis terdiri dari saluran berlobul yang
terletak di extraperitoneal di basis kandung kemih di sebelah lateral vas deferens.
Glandula vesiculosa ini memiliki panjang ± 5cm dan menempel lebih erat pada
kandung kemih dari pada rectum. Ia memproduksi sekitar 50-60% dari total volume
cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari glandula ini adalah
fruktosa dan prostaglandin. Vesicula seminalis ini memiliki fugsi untuk memproduksi
cairan essential untuk makanan sperma.2,3

Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis terutama berasal dari a.
vesikularis inferior. Arteri tersebut berjalan bersama vas deferens menuju skrotum dan
disana akan beranastomosis dengan a. testikular.2

Glandula Prostat

Glandula prostat atau yang lebih sering dikenal sebagai kelenjar prostat ini adalah
organ yang sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan
ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Kelenjar prostat ini memiliki bentuk sepert limas
terbalik. Letaknya mengelilingi uretra pars prostatika dan di antara leher kandung
kemih serta diafragma urogenitalis. Prostat mengeluarkan secret cairan yang
bercampur dengan secret dari testis. Organ ini mengelilingi uretra pria yeng terfiksasi
kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Kelenjar ini memiliki
batas-batas, dimana pada bagian depan; atas, berbatasan dengan vesica urinaria; bawah,
berbatasan dengan simpisis pubis; belakang, berbatasan dengan pars analis recti; dan
pada lateral berbatasan dengan m. levator ani. Glandula ini memilliki fungsi untuk
memproduksi cairan encer putih bersifat alkalis yang dapat menetralisir keasaman

4
cairan vagina. Glandula prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar.4,5

Kelenjar prostat secara tak sempurna dibagi dalam lima lobus. Lobus anterior, atau
isthmus, terletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus
medius, adalah kelenjar yang berbentuk baji yang terletak antara uretra dan ductus
ejaculatorius. Permukaan atasnya dibatasi oleh trigonum vesicae. Bagian ini kaya akan
kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang uretra dan di baeah ductus ejaculatorius
dan juga mengandung jaringankelenjar. Lobus lateral kanan dan kiri terletak di
samping uretra dan dipisahkan satu sama lain oleh alur vertikal dangkal yang terdapat
pada permukaan posterior prostat. Lobus lateral mengandung banyak kelenjar.4
Vascularisasi pada kelenjar prostat: cabang-cabang a. vesicalis inferior,
cabang-cabang a. rectalis media, dan cabang-cabang a. pudenda interna. Sedangkan
untuk pembuluh baliknya: plexus venosus prostaticus (terletak di antara kapsula prostat
dan selubung fibrosa luar). Plexus ini menerima darah dari v. dorsalis penis dan
mengalirkannya ke v. iliaka interna. Getah bening: Nnll. Gl. Prostata. Dan untuk
presarafannya, glandula prostat di persarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus
inferior.2,5

Genitalia Masculina Externa

Penis

Penis terdiri atas jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui oleh uretra. Permukaan
posterior pada penis yang lunak adalah yang paling dekat dengan uretra, dan sisi
lainnya adalah permukaan dorsal yang lebih luas. Sebagian besar jaringan erektil penis
tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus karvenosum dan sebuah
korpus spongiosum di bagian tengah. Ujung dari penis disebut glans. Glans penis
mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans penis dilapisi
oleh lapisan kulit tipis berlipat yang dapat di tarik ke proximal, yang disebut perpusium
atau kulit luar; prepusium ini akan dibuang pada saat melakukan pembedahan
sirkumsisi (sunat).2,3,6

Arteri pudenda interna adalah arteri yang memasok darah ke penis, masuk ke
dalam organ tersebut pada permukaan dorsal dan berpenetrasi ke jaringan erektil
korpus karvenosum. Vena yang berasal dari penis masuk ke pleksus prostatika baik

5
secara langsung atau melalui vena dorsalis penis. Sedangkan untuk persarafan penis,
pasokan saraf ke penis berasal dari nervus pudenda dan pleksus autonom pelvis.

Scrotum

Scrotum adalah kantong yang membungkus dari testis, epididimis, dan ujung
bawah funiculus spermatikus. Fungsi dari scrotum adalah sebagai termoregulator yang
mengatur suhu testis agar tetap terjaga dalam suhu yang normal agar sperma tidak
rusak. Pada keadaan dingin, scrotum akan mengerut untuk mendekatkan testis dengan
tubuh agar tetap hangat. Namun pada keadaan panas, maka scrotum akan meregang
untuk menjauhkan testis dari tubuh. Scrotum sendiri dibentuk oleh cutis scroti pada
bagian luar. Pada bagian tengah scrotum akan membentuk lipatan yang disebut raphe
scroti (rugae scroti).2

Mikroskopis Genitalia Masculina

Testis

Testis diliputi oleh tunika albugenia. Testis memiliki dua fungsi yaitu sebagai
tempat spermatogenesis dan produksi androgen. Spermatogenesis ini terjadi dalam
suatu struktur yang disebut tubulus seminiferus.5,6 Tubulus ini berlekuk dalam lobulus
yang semua duktusnya kemudian meninggalkan testis dan masuk ke dalam epididimis.
Produksi androgen terjadi di dalam kantung dari sel khusus yang terdapat di daerah
interstitial antara lubulus. Terdapat beberapa sel yang ada di dalam testis yaitu:

Sel leydig, sel ini merupakan penghasil testosteronn dan letaknya diantara tubulus
sehingga sering disebut sebagai sel intertubularis.

Sel sertoli, merupakan sel penyokong dan pemberi nutrisi pada spermatozoa dan
terletak di dalam lumen tubulus dekat dengan lamina basalis.

Sel spermatozoa, merupakan sel yang berkembang dari tubulus sampai epididimis
atau sering disebut mengalami spermatogenesis.7,8

6
Gambar 2. Histologi Testis6

Epidimis dan Vas Deferens

Duktus yang membentuk epididimis dan vas deferens memiliki lapisan muskular
yang tersusun atau serat sirkular pada lapisan dalam dan serat longitudinal pada lapisan
luar. Komponen otot pada struktur-stuktur ini bertanggung jawab terhadap gerakan
peristalsis yang menggerakan spermatozoa di sepanjang duktus. Duktus dibatasi oleh
gabungan sel-sel sekretorik dan silia. Sel sekretorik berfungsi untuk membuat cairan
intertuba dan sel silia berperan untuk mengarahkan perpindahakan cairan intratuba dan
komonen selularnya.5,7

Duktus deferens memiliki dinding yang tebal karena terbagi menjadi 3 lapis yaitu
tunika muskularis longitudinalis interna, tunika muskularis longitudinalis externa, dan
tunika muskularis sirkularis. Lalu dia memiliki epitel bertingkat toraks dengan
sterosilia. Sedangkan epididimis memiliki epitel bertingkat torak, selnya tinggi, inti
lonjong gepeng, dan mempunya sterosilia pada permukaannya.8

7
Gambar 3. Histologi Epididimis7

Gambar 4. Histologi Ductus Deferens7

Glandula Semikulosa (Vesikula Seminalis)

Glandula vesiculosa atau glandula vesicular seminalis adalah kelenjar yang


dilewati oleh ductus deferens. Ia memiliki cabang sekunder dan juga dapat
mensekresikan sekret yang berfungsi sebagai nutrisi bagi sperma saat keluar dari
urethra. Alveoli pada vesikula seminalis dibatasi oleh epitel lurik semu yang
mengandung banyak granula dan gumpalan pigmen kuning. Beberapa sel epitel
memiliki flagela. Sekret vesikula seminalis merupakan cairan kental berwarna
kekuningan yang mengandung globulin dan fruktosa. Sekret ini merupakan sebagian
besar isi ejakulat.9

8
Gambar 5. Glandula Vesiculosa7

Kelenjar Prostat

Mukosanya berlipat-lipat dan dilapisi oleh epitel selapis torak atau dapat pula
betingkat. Di dalam lamina propia terdapat serat otot polos. Biasanya di dalam lumen
terdapat konkremen yang berwarna merah homogen. Kelenjar tubuloalveolar prostat
dibatasi oleh epitel yang sangat responsif terhadap androgen. Epitel pada kelenjar ini
menghasilkan fosfatase asam dan asam sitrat yang normal ditemukan dalam semen.3,4

Penis

Jaringan erektilpada penis merupakan rongga vaskular iregular yang sangat banyak
dengan sistem menyerupai spons yang mendapat pasokan darah dari arteriol aferen dan
kemudian dialirkan ke venula eferen. Sepanjang badan silinder, yaitu korpus
cavernosum, dikelilingi oleh membran fibrosa tebal yang disebut tunka albuginea dan
dipisahkan oleh septum fibrosa inkomplet. Vena-ena yang mengalirkan darah dari
badan kavernosa berada sedikit di bawah tunika. Bagian dalam dari badan kavernosa
mengandung banyak trabekula. Trabekula tersusun atas serat elastis dan otot polos
yang terbenam di dalam gelendong kolagen yang tebal dan terbungkus oleh sel-sel
endotel.7

Penis terbagi atas 2 bangunan yaitu corpora carvenosa penis yang berfungsi untuk
ereksi dan corpus corpora uretra. Keduanya diliputi oleh tunka albugenia yang kuat.
Dari tunika ini akan muncul cabang yang masuk ke dalam corpora yang disebut
trabekula dimana diantaranya terdapat ruangan yang disebut kaverna.6,8

9
Gambar 6. Histologi Penis7

Vesica Urinaria

Pada orang dewasa vesica urinaria merupakan organ pelvis. Letaknya di belakang
pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum. Fungsinya sebagai penampung urin
dan kapasitasnya sekitar 500mL. Vesica urinaria terletak pada posterior os pubicum
saat kosong, dengan apex menghadap symphisis pubis dan dilanjukan dengan korpus
dan juga fundus dari vesica urinaria.4 Lalu saat vesica urinaria terisi penuh maka akan
naik sampai regio hipogastrica abdomen. Berbentuk pyramid saat kosong, dan menjadi
globuler saar terisi oleh urin.4 Pada dasar dinding vesica urinaria terdapat suatu
trigonum yaitu trigonum liutaudi yang menahan keluar urin dan mencegah masuknya
kembali urin ke dalam vesica urinaria. Lalu pada bagian apex menghadap ke symphisis
pubis dan selanjutnya urachus yang merupakan sisa-sisa jaringan saccus vitellinus
menuju ke umbilicus.5 Dan terakhir adalah collum vesica urinaria yang merupakan
batas antara vesica urinaria dengan urethra.4,5 Lalu terdapat juga batas anterior vesica
urinaria dengan os pubis yaitu spatium retzzi dan pada laki-laki vesica urinaria dengan
rectum membentuk suatu ruang yaitu excavation rectovesicalis dan pada perempuan
adalah excavation vesicouterina. Lalu pendarahannya didapat dari a.vesicalis superior
et inferior yang berasal dari a.illiaca interna.

Dinding vesica urinaria terdiri sari 4 lapisan, yaitu:5

10
 Serosa adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan
peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis.
 Otot destrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari berkas-berkas
otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Ini untuk memastikan
bahwa selama urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak ke
segala arah.
 Submukosa adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah mukosa dan
menghubungkannya dengan muskularis.
 Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan epitel yang
tersusun dari epithelium transisional. Pada kandung kemih yang rileks, mukosa
membentuk ruga (lipatan-lipatan), yang akan memipih dan mengembang saat
urine berakumulasi dalam kandung kemih.
Urethra
Urethra merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan antara uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan pada wanita panjangnya sekitar 3.5
cm. Selain itu, pada pria terdapat dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot
polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m. sphincter externa (di
uretra pars membranosa, bersifat volunter).4,6,7

Bagian-bagian uretra:6
 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian
lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter.
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang
dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini
dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sifat dan Komponen Urin Normal9

11
Sifat fisis air kemih (urin) terdiri dari:
1. Jumlah eksresinya dalam waktu 24 jam ± 1.500 cc (tergantung dari
pemasukan cairan dan lainnya)
2. Warna, bening kuning muda dan jika dibiarkan akan menjadi warna
yang keruh.
3. Bau, bau khas air kemih jika dibiarkan lama-kelamaan akan berbau
amoniak.
4. Berat jenisnya 1.003 - 1.030.
5. pH (Normal: 4,7 - 8,0). Rata-rata: < 6,0.
6. Reaksi asam, bila dibiarkan lama kelamaan menjadi alkalis.
Komposisi Urin:
1. Urea
2. Kreatinin & Kreatin
3. Amoniak (NH3) dan garam Ammonium
4. Asam urat
5. Asam amino
6. Allantoin
7. Klorida
8. Sulfat
9. Fosfat
10. Oksalat
11. Mineral
12. Vitamin, hormon, enzim
Mekanisme Mikturisi1
Mikturisi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur
oleh 2 mekanisme yakni, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih
dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam kandung kemih terangsang.
Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung sampai 250 atau 400 ml urin
sebelum tegangan di dindingnya mulai meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang.
Semakin besar peregangan melebihi ambang ini, semakin besar pula tingkat
pengaktifan reseptor.
Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan
akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke
kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang mempersarafi sfingter eksterna.
12
Stimulasi parasimpatis pada kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi.
Untuk membuka sfingter interna tidak diperlukan mekanisme khusus, perubahan
bentuk kandung kemih sewaktu organ tersebut berkontraksi secara mekanis menarik
sfingter interna menjadi terbuka.
Secara simultan, sfingter eksterna melemas karena neuron-neuron motoriknya
dihambat. Kedua sfingter terbuka dan urin terdorong ke luar melalui uretra akibat gaya
yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang
seluruhnya merupakan refleks spinal, juga mengatur pengosongan kandung kemih pada
bayi. Segera setelah kandung kemih terisi dalam jumlah yang cukup untuk memicu
refleks tersebut, bayi secara otomatis mengompol.7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Berkemih

1. Usia

Bayi atau anak kecil dengan usia sampai 18-24 bulan tidak mampu mengontrol
secara volunteer. Pada usia remaja dan dewasa, sudah dapat mengontrol berkemih
secara volunteer. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa sfingter uretra eksterna
dapat dikendalikan, sedangkan pada bayi tidak dapat.10

Pada Lansia, frekuensi berkemih dan volume urine meningkat. Hal ini karena
terjadi penurunan kemampuan tonus otot dan daya tampung serta penurunan
pengendalian terhadap sfingter uretra eksterna. Pada wanita, hal ini juga bisa
dipengaruhi oleh banyaknya ia melahirkan, karena dinding abdomen dapat menekan
vesika urinaria yang menyebabkan rasa ingin berkemih menjadi lebih cepat.10

2. Panjang Uretra

Pada pria, panjang uretra dapat mempengaruhi pola berkemih seseorang,


khususnya pada panjanganya uretra pars spongiosa.1,10

Pembesaran Kelenjar Prostat (Hypertrophy Glandula Prostat)

Hypertrophy kelenjar prostat atau Benign Prostatic Hyperlasia (BPH) ini terjadi
karena adanya pembesaran pada lobus lateralis dan bersifat tidak ganas. Pembesaran ini
akan menyebabkan uretra menjadi terbendung. Kelenjar ini menjalankan fungsinya
mendapat pengaturan dari hormone seks. Oleh karena itu, pada orang tua yang produksi
hormonnya sudah berkurang, kelenjar ini dapat membesar. Pembesaran terjadi

13
bertahap sehingga pada suatu saat pembesaran itu memblokir jalan keluar urin dan
tertimbun di dalam kandung kencing yang membesar dan nyeri.3 Gejala dari penyakit
ini sendiri biasanya adalah selalu ingin berkemih, terutama pada malam hari dan sulit
mengeluarkan urin.

Kesimpulan

Pembesaran glandula prostat dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil karena letak
dari kelenjar prostat sendiri yang berada dibawah collum vesica urinaria dan
mengelilingi uretra pars prostatica. Lalu apabila terjadi pembesaran maka akan
menyebabkan penyempitan terhadap uretra. Penyempitan inilah yang menyebabkan
berkemih tidak tuntas dan pada kasus di skenario diketahui bahwa seorang laki-laki
berusia 60 tahun memiliki keluhan susah berkemih dan selalu ingin berkemih terutama
pada malam hari. Maka, hipotesis diterima.

Daftar Pustaka

1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2014. h. 462.
2. Huffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Jakarta: Erlangga;
2010.

3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Grasindo; 2005.

4. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku
EGC; 2007.
5. Kartawiguna E, Gunawijaya FA. Histologi. Jakarta: Universitas Trisakti;
2007.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.
7. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Erlangga; 2008.
8. Leeson CR, Leeson TS. Paparo AA. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.
9. Kusumahastuti. Traktus urogenitalis. Jakarta: Ukrida; 2016.
10. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2005.

14

Anda mungkin juga menyukai