Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelenjar Getah Bening Normal

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB local


(limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua
atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris.

Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya
KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut1,2,6

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher. 6
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui
simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran
getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk
kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah
bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang
dilapisi oleh sel endotel. Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang
menghubungkan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan
merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. Dari bagian pinggir cairan getah
bening menyusup kedalam sinus penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada
waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus, sinus ini
menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini
selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.4,6-12

Gambar 2. Skema kelenjar getah bening (KGB).13

Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T
(thymus) dan sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel
turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral
immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity.4,6-12
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medulla merupakan
daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.4,6
Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa postnatal,
biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam
germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol.
Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan
oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved
kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi
immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel plasma.4,6

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai


mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau
metabolisme.7-11

2.2. Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45%
pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah
salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak
dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.1,15 Studi yang
dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri
merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih
banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.16 Dari
studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2%
kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita
limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan
dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya
sekitar 0,4%.1-3,15,16

2.3. Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

1. Infeksi
a. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan


bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus,
Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun
Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus
(CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks
Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) 1,2,16,17
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang
merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer
atau akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada
beberapa hari atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk
demam dan sakit kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit
flu (influenza like illness).3 Segera setelah seseorang terinfeksi HIV,
kebanyakan virus keluar dari darah. Sebagian melarikan diri ke sistem
limfatik untuk bersembunyi dan menggandakan diri dalam sel di KGB,
diperkirakan hanya sekitar 2% virus HIV ada dalam darah. Sisanya ada
pada sistem limfatik, termasuk limpa, lapisan usus dan otak.3

Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung


immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-
sel imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai
sel folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak
dijumpai sel-sel plasma.4 Limfadenopati generalisata yang persisten
(persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati
pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan
lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari
50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan
oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.3 PGL biasanya dialami waktu tahap
infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering
hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih
30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali.3

Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:

 Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah


bening
 Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih
dari 1 cm dalam setiap kelompok
 Berlangsung lebih dari satu bulan
 Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit,
simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang
dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di
tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit
pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak
berwarna merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit
dilihat, dan lebih mudah ditemukan dengan cara
menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar
kacang polong sampai sebesar buah anggur.3
b. Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus


beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila
berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks
atau abses tubo-ovarian.3,4,6

Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit.


Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis
bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas dan nyeri tekan.
Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah
tepi.3-,6,18-22

Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik


sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa sel
bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak
jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat,
berlekuk dengan kromatin halus.3-,6,18-22

Gambar 3. Limfadenitis granulomatosa pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis.4


Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan
limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma
membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma
dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi.
Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel
yang hamper sama.

Biasanya tersebar dan tidak berkelompok.1,2,4 Diagnostik sitologi Limfoma


Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed
Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed
Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan
sitoplasma yang banyak dan pucat.4 Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang
lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada
penderita usia lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih
mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.2,4

Gambar 4. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternberg klasik dengan atar belakang
limfosit dan eosinofil.4
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah
penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit
Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic
lupus erithematosus (SLE).1-3,15 17

Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati


dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-
obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin,
emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).1-3,15-17

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher,


seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.1-3,15-17

2.4. Diagnosis

Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.1,2

2.4.1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta,


riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.1,2,15,16 Lokasi:
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit
kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama
(kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr
Virus atau Citomegalovirus.1,2,15,16 Gejala penyerta: Demam, nyeri tenggorok dan
batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan kepada infeksi
tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan
nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum
(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk
darah.1,2,15,16

Riwayat penyakit

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher
atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya
infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.
Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein
Barr Virus atau HIV.1,2,15,16

Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan


seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol,
captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine,
quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh
(limfadenopati generalisata).1,2,15,16

Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi


saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu
mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya
perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit
Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.1,2,15,16

2.4.2. Pemeriksaan fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan


kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system
kekebalan tubuh.1,2,15,16 Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus
diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada
tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau
tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau
kenyal.1,2,15,16

 Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan
abnormal.
 Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
 Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti
karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses
infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
 Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak
bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau
keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela
dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko
keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.1,2,15,16 Pembesaran
KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus.
Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran
KGB generalisata.1,2,15,16

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat
digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan,
baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya
kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan
adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan
keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan
oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.1,2,15,16
Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif
dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan
kulit di atasnya.1,2,15,16

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,


bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus.
Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan
bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck)
mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan
pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).1,2,15,16

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada
campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang
dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan
limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan
obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue,
perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada tangan dan kaki) dan
limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki.1,2,15,16

American Head and Neck Society and the AAO-HNS, membagi kelenjar
limfe (getah bening) menjadi 6 regio, level I – VI. 13,14

 Level IA: Submental


 Level IB: Submandibular
 Level II: Upper Jugular, terletak di sepanjang vena jugularis bagian atas,
tepatnya dimulai dari dasar tengkorak sampai inferior os hyoid
 Level III: Middle Jugular, terletak dari os hyoid sampai kartilago krikoid
 Level IV: Lower Jugular, terletak dari kartilago krikoid sampai batas atas
klavikula
 Level V: Posterior Triangel Group (spinal accessory and supraclavicular
nodes), terletak di antara muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus
trapezius. Level VA dan VB dipisahkan oleh perpanjangan garis kartilago
krikoid.
 Lever VI: Anterior Compartment Group (pretracheal, paratracheal, precricoid)
dari os hyoid sampai ke regio suprasternal.

Langkah- langkah dalam pemeriksaan kelenjar getah bening leher:15


1. Memperkenalkan diri dan inform consent terlebih dahulu kepada pasien
2. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir
3. Tanyakan kepada pasien bagian mana yang dianggap sakit oleh pasien dan
informasikan bahwa apabila pada pemeriksaan nanti ada rasa sakit yang
dirasakan pasien, maka pasien harus memberi tahu.
4. Posisikan pasien. Idealnya, pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan berdiri di
belakang pasien. Dan pasien diperiksa dalam posisi duduk.
5. Inspeksi, Kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian anterior dan
posterior dari leher tepat di bagian bawah dagu. Jika kelenjar getah bening
cukup besar, dapat terlihat adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih
mudah lagi jika pembesarannya asimetris (akan lebih mudah untuk melihat
adanya pembesaran kelenjar getah bening jika hanya satu bagian saja yang
membesar). 16
Hal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi:
 Pembesaran kelenjar getah bening
 Skar bekas operasi (cancer exision)
 Massa yang jelas
6. Palpasi
Palpasi kelenjar getah bening harus menggunakan empat ujung-ujung jari
karena ujung jari adalah bagian yang paling sensitif. Palpasi dilakukan dengan
membandingkan antara bagian kiri dan kanan secara simultan, dari atas ke

bawah dan dengan sedikit tekanan.16

Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa berada


dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala penderita condong
ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi mandibula. Kepala
dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi dapat dilakukan
pada kelenjar yang superficial maupun yang profunda. Juga dapat dilakukan dengan
palpasi bimanual. 15
Gambar 5 Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular15

Palpasi kelenjar jugularis dapat dimulai di superficial dengan melakukan


penekanan ringan dengan menggerakkan jari-jari sepanjang musculus
sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari ditekan di bawah
musculus Sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga dapat di palpasi kelenjar
yang terdapat di sub atau retro dari muskulus ini. Bila pemeriksaan ini negatif atau
meragukan, maka pemeriksa harus berdiri di belakang penderita kemudian ibu jari
digunakan untuk menggeser musculus Sternokleidomastoideus ke depan sementara
jari yang lain meraba pada tepi anterior muskular tersebut. Perabaan secara bilateral
dan simultan selalu dianjurkan untuk menilai perabaan antara kedua sisi. Palpasi
kelenjar leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher pendek dan leher yang berotot.
Terutama bila kelenjarnya masih kecil. 15
Gambar 6 Palpasi kelenjar limfe rantai kelenjar jugularis15

Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari pada tepi
posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada permukaan anterior
muskulus ini. 15
Palpasi kelenjar limfa supraklavikular dapat dilakukan dengan duduk di depan
atau berdiri dibelakang penderita dimana jari-jari digunakan untuk palpasi fosa
supraklavikular. 15

Gambar 7 Palpasi kelenjar limfe supraklavikular15

2.4.2. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.15,23
CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau


lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas
yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.15,23

Gambar 8. Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampakadanya hypoechoic, round, tanpa
echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).23

2.4. Pengobatan

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.


Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak
membutuhkan pengobatan apapun selain observasi. Kegagalan untuk mengecil
setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi
dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. Antibiotik perlu diberikan
apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus.
aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).1 Pemberian antibiotik dalam 10-14
hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.

Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan


penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan
evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.17
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2011. Swollen Lymph Nodes. (http://www.mayoclinic.com/print/swollen-lymph-


nodes/DS00880/METHOD=print&DSECTION=all Accessed on Mei 26th, 2013.)
2. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

3. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007). Penerbit Erlangga,
Jakarta, Hal: 86
4. Limfadenitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter%20II.pdf. Accessed on Mei
26th, 2013.

5. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology. 3rd edition, Lippincott
Williams & Wilkins, from,
http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphadenopathy-M.htm,26
mei 2013
6. Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006. In site
http://www.scribd.com/doc/81071297/Limfadenitis-Tuberkulosis. Accessed on Mei 26th, 2013.

7. M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD, Maxine. Buku 2
Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika , Jakarta.

8. Partridge E.(2012).Lymphadenitis. from http://emedicine.medscape.com/article/960858-


overview,26 mei 2013
9. R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal.465

10. Sambandan et al. Cervical Lymphadenopathy- A Review. Department of Medicine, India.


11. Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika. 2003

Anda mungkin juga menyukai