Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ileum
2.1.1. Anatomi Ileum
Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu . Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (neutral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu.
Awal intestinum jejunum terdapat pada flexura duodenojejunalis, dan
intestinum ileum berakhir pada ileocecal junctions, pertemuan ileum dengan
caecum. Panjang jejunum dan ileum bersama adalah 6-7 cm, dari sepanjang ini
dua perlima bagian adalah jejunum dan sisanya ileum. Bagian terbesar jejunum
terletak di regio umbilikal, sedangkan ileum terutama terdapat di regio
suprapubik dan regio inguinal kanan. Bagian akhir ileum biasanya terdapat dalam
pelvis dan dari sini melintas ke kranial untuk berakhir pada permukaan medial
caecum. Meskipun tidak terdapat garis batas yang jelas antara jejunum dan
ileum, masing-masing bagian memiliki sifat berbeda yang paling dalam ilmu
bedah.
Sebuah mesenterium menghubungkan bagian terbesar intestinum tenue pada
dinding abdomen dorsal. Radix mesenterii (panjangnya kira-kira 15 cm) mulai
dari sisi vertebra L2, melintas serong ke kaudal kanan sampai di articulatio
sacroiliaca dextra.
Radix mesenterii menyilang menjadi :
1. Pars horizontalis duodenum
2. Pars abdominalis aortae
3. Vena cava inferior
4. Musculus psoas major dekster
5. Ureter dexter
6. Pembuluh testicularis atau ovarica.

4
Arteria mesenterica superior mengantar darah kepada jejunum dan ileum.
Pembuluh ini melintas antara lembar-lembar mesenterium dan melepaskan 15-18
cabang intestinum. Cabang-cabang ini saling berhubungan dengan membentuk
anastomosis berupa arcus, dikenal sebagai lengkung-lengkung arterial yang
melepaskan vasa recta. Vena mesenterica superior membawa balik darah dari
jejunum dan ileum. Vena ini terletak ventral kanan dari arteri mesenterica
superior dalam radix mesenterii. Vena mesenterica superior berakhir dorsal dari
collum pancreas pada persatuannya dengan vena splenica (lienalis) membentuk
vena portae hepatis.
Pembuluh limfe jejunum dan ileum melintas antar lembar-lembar
mesenterium ke nodi lymphoidei mesenterici yang terletak :
1. Dekat pada dinding intestinum
2. Antara lemgkung-lengkung arterial
3. Sepanjang bagian proksimal areteria mesenterica superior.
Saraf simpatis untuk jejunum dan ileum berasal dari segmen medulla spinalis
T5-T9 damn mencapai pada coeliacus melalui kedua truncus sympathicus dan
nervus splanchnicus major. Serabut praganglion bersinaps dalam ganglia coeliaca
dan ganglion mesenterium superius. Saraf parasimpatis berasal dari truncus
vagalis posterior. Serabut simpatis pascaganglion dan serabut parasimpatis
praganglion mengadakan sinaps dalam pleksusd mienterik dan pleksus
submukosa dinding intestinum. Pada umumnya, rangsang simpatis menurunkan
peristaltic dan sekresi yang berperan sebagai vasokontriktor, sedangkan rangsang
parasimpatis meniungkatkan peristaltic dan sekresi. Terdapat pula serabut
sensoris. Intestinum tidak peka terhadap rangsang nyeri terbanyak.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang
terdiri dari 2 lapis, yaitu: lapisan otot polos longitudinal yang terletak dibagian
luar dan lapisan otot sirkuler yang terletak disebelah dalam. Lapisan otot sirkuler
lebih tebal dari lapisan otot longitudinal, dan kedua lapisan otot semakin kearah
distal akan semakin tipis sampai mencapai ileocaecal junction.

5
Usus halus mendapat persarafan dari susunan saraf otonom dan susunan saraf
enteric melalui pleksus mienterikus yang terdapat diantara lapisan otot
longitudinal dan sirkuler, serta pleksus submukosa.

Gambar 1.1. Anatomi Ileum

6
2.1.2. Fisiologi Ileum
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan – bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal
untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang
lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border
vili dan mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan
oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik
yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus
halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar,
sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai
kontinu isi lambung.
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi.
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas ;
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami
disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus, dan
asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali
trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein untuk
membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam lemak

7
kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari
kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5
gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida
ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis
menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase,
maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili
’brush border’ sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu
berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili.
Produk pencernaan, monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa, kemudian
segera diabsorpsi ke dalam darah porta.
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.
Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau secara
transport aktif. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan
jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium
diabsorpsi secara difusi pasif.

8
2.2. Ileus
2.2.1. Defenisi
Ileus adalah gangguan kemampuan propulsi pada saluran pencernaan.
Meskipun ileus awalny adisebut sebagai kurangnya propulsi pencernaan,
tetapibaru-baru ini, pengertiannya berubah menjadi gangguan yang disebabkan
oleh kegagalan peristaltik dibandingkan hanya oleh obstruksi mekanik.

2.2.2. Etiologi
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh :
a. Herniasi
Protrusi atau penonjolan keluar usus melalui otot abdomen yang lemah
atau melalui inguinal ring membentuk suatu kantong peritoneal sehingga segmen
bagian dalam dapat terjepit.
b. Intususepsi
Satu bagian usus masuk ke bagian usus yang lain seperti teleskop. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya strangulasi pembuluh darah yang sering terdapat
pada area ileosekum pada bayi berumur 10-15 bulan dibandingkan pada dewasa.
c. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal beserta terjadinya oklusi suplai pembuluh
darah dimana volvulus sering dikaitkan dengana desi fibrosis pada usus halus.
Pada orang dewasa, volvulus biasanya terdapat pada usus besar.
d. Divertikulosis
Inflamasi diverticula dari mukosa dan submukosa hingga tunica
muscularis dari kolon. Divertikula dapat berbentuk tebal, sirkular, fibrosa dan
sering terdapat pada individu obesitas berumur lebih dari 60 tahun.
e. Tumor
Tumor yang tumbuh ke dalam lumen intestinal dimana tumor yang paling
sering menghambat usus adalah adenokarsinoma dari kolon dan rektum, paling
sering terdapat pada individu berumur lebihdari 60 tahun.
f. Ileus paralitik

9
Hilangnya aktivitas peristaltik usus halus dan besar yang berhubungan
dengan operasi abdomen, peritonitis, hipokalemia, iskemia, trauma spinal,
pneumonia, neuropati dan miopati.
g. Adhesi
Iritasi peritoneum dari operasi maupun trauma dapat menyebabkan adanya
pembentukan adesi fibrin yang melekat pada usus, omentum dan peritoneum yang
berujung pada traksi dan obstruksi dengan kejadian tersering pada usus halus.

2.2.3. Gejala Klinis


Tanda dan gejala obstruksi usus halus sejalan dengan patofisiologi
penyakit ini. Nyeri kolik disebabkan oleh distensi usus diikuti mual muntah
adalah gejala kardinal. Peningkatan nyeri pada ileus terjadi karena gelombang
peristaltik yang mendekati sumber obstruksi diikuti dengan interval bebas nyeri,
tetapi nyeri akan berkurang dengan intensitas yang lebih parah. Jika iskemia
terjadi, rasa sakit akan kehilangan karakter koliknya, menjadi lebih konstan dan
parah. Berkeringat dan takikardia terjadi sebagai respon sistem saraf simpatik
terhadap hipotensi. Demam, leukositosis berat, distensi abdomen dan nyeri lepas
abdomen dapat terjadi jika iskemia berkembang menjadi nekrosis, perforasi dan
peritonitis. Muntah dan distensi abdomen bervariasi, tergantung pada tingkat
obstruksi pada usus. Obstruksi pada pilorus menyebabkan muntah dengan cairan
lambung, sedangkan obstruksi pada usus halus proksimal menyebabkan distensi
ringan dan muntah cairan empedu. Pada sisi lain, obstruksi pada usus halus distal
menyebabkan distensi lebih jelas dan muntah yang mungkin tidak terjadi atau
muntah materi tinja. Obstruksi parsial dapat menyebabkan diare atau sembelit,
namun obstruksi komplit biasanya menyebabkan sembelit disertai bising usus.
Tanda-tanda hipovolemia dan asidosis metabolic dapat diamati pada awal 24 jam
setelah terjadinya obstruksi komplit. Distensi yang parah dapat mendorong
diafragma dan mengurangi volume paru-paru, yang berakhir dengan atelektasis
dan pneumonia. Tanda obstruksi usus besar biasanya adalah nyeri hipogastrik dan
distensi abdomen. Nyeri dapat bervariasi dari samar hingga menyiksa, tergantung
pada derajat iskemia dan perkembangan peritonitis.

10
2.2.4. Klasifikasi

Tabel 1.1 Klasifikasi Obstruksi Intestinal.


Kriteria Definisi
Klasifikasi
Onset
Akut Onset tiba-tiba, sering disebabkan torsi, intususepsi atau
herniasi
Kronis Onset lama, biasanya akibat pertumbuhan tumor ataupun
striktur
Luas Obstruksi
Parsial Obstruksi inkomplit dari lumen intenstinal
Komplit Obstruksi komplit dari lumen intenstinal
Lokasi Obstruksi
Intrinsik Obstruksi dari dalam lumen, misalnya luminal edema,
perdarahan, batu empedu, tumor atau intraluminal fibrosis
Ekstrinsik Obstruksi yang berasal dari luar lumen, misalnya tumor,
torsi, fibrosis, hernia atau intususepsi
Efek pada Dinding
Peritoneum
Simple Obstruksi luminal tanpa gangguan suplai darah
Strangulasi Obstruksi luminal dengan gangguan suplai darah
Closed loop Obstruksi pada setiap ujung dari segmen usus
Faktor Penyebab
Mekanik Penyumbatan lumen intestinal akibat lesi intrinsic dan
ekstrinsik, yang diobati secara operatif.
Fungsional Paralisis otot usus akibat trauma kecelakaan maupun
operasi, peritonitis, ketidak seimbangan eklektrolit, agen
spasmolitik, yang diobati secara medis.

11
2.2.5. Patofisiologi
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki kemiripan
setelah terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi tersebut
apakah karena penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang tampak adalah
bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab non mekanik maka peristaltik usus
dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena penyebab mekanik maka
peristaltic mula-mula kuat kemudian bertambah pelang hingga akhirnya
menghilang.
Distensi pada usus disebabkan oleh akumulasi gas dan cairan proksimal
terhadap segmen yang terhambat. Antara 70 dan 80% dari gas usus berasal dari
udara yang tertelan dengan komposis terutama dari nitrogen. Cairan terakumulasi
proksimal pada usus yang terhambat tidak hanya dari cairan yang tertelan, air liur,
asam lambung, empedu dan sekresi pankreas tetapi juga terdiri dari hasil
gangguan penyerapan natrium dan transportasi air. Selama 12-24 jam pertama
obstruksi, terjadi depresi fluks natrium dan air dari lumen ke pembuluh darah.
Setelah 24 jam, natrium dan air yang seharusnya masuk ke pembuluh darah
bergerak sebaliknya kedalam lumen sehingga distensi dan kehilangan cairan
menjadi lebih signifikan. Selain itu, tekanan intraluminal juga meningkat dari
normalnya 2-4 cm H2O menjadi 8-10 cm H2O. Hilangnya cairan dan elektrolit
yang berlebihan dapat mengakibatkan hipovolemia, insufisiensi ginjal dan syok.
Closed loop adalah komplikasi yang paling berbahaya pada obstruksi usus dan
jika hal ini terjadi secara kontinu, pasokan darah juga akan tersumbat. Selama
gerak peristaltik, tekanan intraluminal pada closed loop dapat mencapai 30-60 cm
H2O. Suatu bentuk obstruksi closed loop pada usus besar dapat terjadi jika katup
ileosekum kompeten (85% dari individu). Meskipun pasokan darah dari usus
besar tidak terhambat, distensi sekum sangatlah berbahaya karena dindingnya
yang tipis dengan diameter yang membesar. Dengan penurunan pasokan darah
intramural yang cukup besar, gangren, invasi bakteri dan peritonitis pada dinding
sekum dapat terjadi.

12
2.2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Ileus Obstruktif
 Foto polos abdomen
Untuk foto polos abdomen perlu diperhatikan beberapa hal :
- Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran
usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran
seperti duri ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat
dari pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar.
- Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan
adanya air fluid level dan step ladder appearance.
- Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi
usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air
fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang
kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah
adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.

Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya pelebaran


usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun
pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering
diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan
keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah.

13
- Ileus obstruktif letak tinggi

Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak dilatasi
usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di iliocecal junction) dan
kolaps usus dibagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang
terdilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding
usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari
ikan), dan muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air
fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang
mengalami distensi.
- Ileus obstruktif letak rendah

14
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di proksimal
sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan
menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak
pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek yang
berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang
panjang-panjang di kolon. Sonografi pada keadaan ileus obstruktif juga dapat
dilakukan untuk menunjang diagnosis. Bentuk campuran sulit ditentukan,
biasanya terjadi pada keadaan ileus obstruktif disetai peritonitis.

Gambar atas tampak step ledder sign dan gambar dibawah tampak coffe bean
appearance

15
 Barium Enema
Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu
peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang
tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan
intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidaklah hanya sebagai
diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.

Gambar dibawah ini tampak intususepsi coil spring appearance

16
 CT–Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara
lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan
peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat
dan lokasi dari obstruksi.

(a)Aksial (b) Coronal


Gambar 2.2.a, b. Ileus mekanik pada adhesi dinding abdomen dengan riwayat
histerektomi (♂ 64tahun). Menunjukkan transisi antara loop berkaliber normal
dan loop berdistensi (antara segmen distal jejunum dan proksimal ileum)

17
 USG.
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab
dari obstruksi.

Gambar diatas adalah gambar USG abdomen tumor dinding epigastrium.

Gambar diatas adalah gambaran USG longitudinal dari abdomen bagian


bawah menunjukan distensi multiple dari usus halus akibat invaginasi

18
 MRI.
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan
kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini
digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.

Gambar tampak kehamilan dengan ileus obstruksi

 Angiografi.
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus,
malrotation, dan adhesi.
b. Ileus Paralitik
 Foto polos abdomen
Foto polos abdomen sangat membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus
paralitik akan ditemukan distensi lambung usus halus dan usus besar
memberikan gambaran herring bone, selain itu bila ditemukan air fluid
level biasanya berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda
dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran
stepladder (seperti anak tangga).

19
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus
halus dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Ileus paralitik dapat
ditemukan pada keadaan sepsis, hipokalemi, renjatan (shock) neurogenik dan
penyakit gastroenteritis.
Pemeriksaan radiologi perut tanpa kontras dalam 3 posisi (tegak,
terlentang, dan lateral) sangat penting dalam menegakkan diagnosis klinis ileus
paralitik. Akurasi diagnosis berdasarkan atas 3 posisi radiologi perut adalah
sekitar 85%. Dalam kondisi normal, umumnya tidak ada gas ditemukan dalam
usus, dan hanya gelembung gas kecil ditemukan dalam tinja di usus besar. Dalam
kasus ileus paralitik, ada akumulasi merata udara di gaster, usus, dan usus besar,
dan herring gambar tulang ditemukan, yang sebenarnya adalah haustra usus,
divisualisasikan karena distensi berlebihan melalui udara.

20
 Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan
adanya suatu obstruksi, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen
dengan mempergunakan kontras yang larut air. Pemeriksaan penunjang
lainnya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin ( Hb,
lekosit,hitung jenis dan trombosit), elektrolit, BUN dan kreatinin, sakar
darah, foto dada, EKG, bila diangap perlu dapat dilakukan pemeriksaan
lainnya atas indikasi seperamilase,lipase, analisa gas darah , ultrasonografi
abdomen bahkan CT scan.

2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium: leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glucosa
darah, dan amilase. Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada
urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi.

2.2.7. Diagnosis Banding


Ileus harus dapat dibedakan dari:
1. Carcinoid gastrointestinal.
2. Penyakit Crohn.
3. Intussuscepsi pada anak.
4. Divertikulum Meckel.
5. Ileus meconium.
6. Volvulus.
7. Infark Myocardial Akut.
8. Malignansi, Tumor Ovarium.
9. TBC Usus.

2.2.8. Penatalaksanaan
Farmakologi :
a) Analgesik non-opioid, salah satunya adalah ketorolak. Ketolorak IM
sebagai analgesic pascabedah memperlihatkan efektivitas sebanding
morphin/meperidine dosis umum. Dosis intramuscular 30-60 mg, IV

21
15-30 mg dan oral 5-30 mg. Dengan efek sampingnya seperti kantuk,
nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran cerna dan pusing kepala.
b) Antiemesis seperti metoklorpamid. Obat ini merangsang saraf
parasimpatis dengan meningkatkan motilitas saluran pencernaan tanpa
mempengaruhi sekresi asam lambung, empedu serta pancreas.

Non-farmakologi :
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan,
dan menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan yang kedua. Kadang-
kadang sesuatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh adhesi.
Persiapannya adalah, pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi
muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi distennsi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi
dan organ-organ vital stabil. Akan tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin.

Pre-Operatif :
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi yang pertama penggantian
kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian tingkat
normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bias dipantau dengan mengamati
pengeluaran urin melalui kateter, tanda vital, tekanan vena sentral dan
pemeriksaan laboratorium yang berurutan.
Dekompresi traktus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan
intralumen dengan tujuan untuk kompresi lambung sehingga memperkecil
kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke
dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bias

22
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Pemberian obat-obat antibiotic
spectrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis dan antiemetic dapat diberikan
untuk mengurangi gejala mual muntah.

Operatif :
Operasi dilakuan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi.
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstuksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi strangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal empat macam cara atau tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus.
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan
bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia inkarserata non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada
volvulus ringan.
b) Tindakan operatig By-pass. Membuat saluran usus baru ynag melewati
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal, Crohn
disease.
c) Membuat fistula entero-cutaneous pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus ynag tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon. Invaginasi, strangulate dan sebgainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan paseinnya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, kemudian dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.

23
2.2.9. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang
dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus
Beberapa kondisi dapat menyebabkan masalah dalam penatalaksanaan
ileus paralitik, seperti syok hipovolemik, septikemia, bahkan syok septik dan
kekurangan gizi. Namun, secara umum, prognosis untuk ileus paralitik adalah
memuaskan, bahkan jika kadang-kadang etiologi tidak dapat diidentifikasi.
Dengan perawatan suportif, ileus paralitik mungkin secara spontan bisa sembuh.
Lamanya perawatan tergantung pada penyebab ileus paralitik:
- Jika hal itu disebabkan oleh pankreatitis akut:
o pada pankreatitis akut ringan-sedang (edema): 2-3 minggu
o pada pankreatitis akut berat (hemoragik / abses): 3- 5 minggu
- Jika hal itu disebabkan oleh agen spasmolitik: 1 minggu
- Jika disebabkan oleh infeksi: 1-3 minggu

24

Anda mungkin juga menyukai