Anda di halaman 1dari 63

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013

Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

4.1. UMUM
Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah maupun perkotaan yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Bentukan kawasan yang
memiliki peruntukan ruang fungsi lindung adalah kawasan lindung. Kawasan
lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan. Sedangkan bentukan kawasan yang memiliki peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya adalah kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Metode-metode yang digunakan atau dikembangkan untuk maksud tersebut


mengacu pada dua azas utama penataan ruang, yaitu : azas kesesuaian dan azas
kelestarian lingkungan. Berdasarkan kedua azas tersebut, maka pemanfaatan ruang
untuk suatu kegiatan tertentu seyogyanya dipertimbangkan dari sudut
kesesuaiannya baik dari segi agro-ekologis (fisik), ekonomi, maupun sosial.
Kesesuaian pemanfaatan ruang dari segi agro-ekologis disamping diharapkan akan
memebrikan manfaat ekonomi yang relatif lebih besar serta masukan yang lebih
rendah, juga pada sisi lain akan mencegah terjadinya degradasi kualitas ruang atau
lahan akibat pola penggunaan lahan yang tidak tetap. Demikian pula halnya

LAPORAN RENCANA IV - 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

dengan kesesuaian dari segi ekonomi yang akan melengkapi kajian-kajian


kesesuaian fisik dengan beberapa pertimbangan ekonomi sehingga pemilihan pola
pemanfaatan ruang atau lahan dapat mengoptimalkan kesempatan ekonomi
(economic opportunities) yang dimiliki ruang dikawasan perkotaan.
Kesesuaian dari segi sosial/teknologi (sosio-teknologis) seyogyanya ikut
dipertimbangkan dalam proses alokasi pemanfaatan ruang, karena kesesuaian jenis
ini diharapkan mampu mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setempat, dengan
demikian mencegah sejauh mungkin kegiatan pemanfaatan yang hanya akan
menjadi enclave pada suatu wilayah perkotaan. Dengan kata lain kesesuaian sosio-
teknologis secara langsung mendukung tercapainya salah satu tujuan pembangunan
nasional, yaitu pemerataan yang dalam hal ini dilihat dari segi pemerataan
kesempatan berusaha, karena kesesuaian dimaksud cenderung hanya menerima
pola pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kemampuan atau keterampilan
masyarakat yang berdiam diwilayah perkotaan sehingga dengan demikian
pemanfaatan tersebut membuka peluang bagi peningkatan peran serta masyarakat
dan benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat setempat.

Dengan pertimbangan ketiga jenis kesesuaian tersebut maka diharapkan


alokasi pemanfaatan ruang mampu mempertinggi produktifitas wilayah kota dan
selanjutnya akan meningkatkan daya saing wilayah perkotaan dengan tidak
melupakan kepentingan masyarakat setempat dan kepentingan masa depan.
Berdasarkan penjelasan pasal 26 ayat (1) poin (c) Undang Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang bahwa rencana pola ruang wilayah kabupaten yang
meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.

4.2. RENCANA POLA RUANG ZONA LINDUNG


Rencana pola ruang zona lindung ditujukan untuk mewujudkan kelestaian
fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

LAPORAN RENCANA IV - 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Lingkungan Hidup, telah ditetapkan bahwa wilayah yang perlu dilindungi,


dimasukkan sebagai kawasan lindung seperti kawasan hutan lindung, kawasan
konservasi, kawasan pantai berhutan bakau dan lain sebagainya. Sedangkan
rencana pola pemanfaatan ruang zona lindung bertujuan untuk mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan
menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan.

Zona lindung adalah merupakan wilayah khusus yang ditetapkan oleh


pemerintah dengan fungsi utama untuk melindungi keselestarian lingkungan hidup
yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, serta nilai sejarah serta
budaya bangsa, untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Zona
lindung merupakan bagian dari kawasan yang ditetapkan memiliki fungsi lindung.
Zona ini ditetapkan oleh karena karakteristik fisik kawasan, ataupun memiliki
fungsi tertentu sehingga perlu ditetapkan untuk kegiatan atau fungsi ruang sebagai
zona lindung. Berdasarkan pada fungsinya maka zona lindung, tidak
diperkenankan untuk kegiatan budidaya, kecuali secara terbatas, ataupun memiliki
batasan dan kegiatan terentu yang memiliki urgensi dapat mewujudkan fungsi zona
lindung.

Tujuan umum pembangunan zona lindung ini adalah untuk mengurangi


resiko kerusakan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan
pembangunan, sehingga kawasan ini perlu dikelolah dan dilestarikan sebaik-
baiknya. Dalam pelaksanaannya pengelolaan kawasan lindung ini dilakukan
berdasarkan Kepres RI Nomor 32 Tahun 1990. Zona lindung yang terdapat pada
kawasan Perkotaan Kota Pangkajene, terdiri atas; zona perlindungan setempat,
zona RTH perkotaan, Zona RTH, dan Zona Rawan Bencana Alam.

4.2.1. Zona Perlindungan Setempat


Zona perlindungan setempat diarahkan bagi pengembangan Sempadan
Sungai, Sempadan Pantai, danau/waduk, sekitar mata air, dan kawasan kearifan
lokal. Namun demikian, yang dapat teridentifikasi untuk zona perlindungan

LAPORAN RENCANA IV - 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

setempat di Kawasan Perkotaan Kota Pangkajene terdiri atas zona sempadan


pantai, dan zona sempadan sungai.

A. Sempadan Pantai
Zona Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai terhadap daratan
dari bahaya abrasi dan intrusi air laut ke darat, juga terhadap keragaman biota yang
ada di kawasan pantai. Sempadan pantai di Kawasan Perkotaan Pangkajene
terdapat pada bagian Barat kawasan yang antara lain di sebagian wilayah
Kecamatan Bungoro dan sebagian Kecamatan Pangkajene, diantaranya terdiri dari
Kelurahan Boriappaka yang meluas ke Kelurahan Jagong, Kelurahan Tekolabua
dan Kelurahan Anrong Appaka.
Tujuan dari penentuan kawasan sempadan pantai adalah untuk melindungi
wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Pengaturan umum terhadap kawasan sempadan pantai dikawasan perencanaan
adalah :

 Khusus untuk pemanfaatan hutan bakau (mangrovee) untuk pengembangan


perikanan tambak dapat dilakukan secara ketat dengan tetap mengedepankan
aspek pelestarian pantai, dengan terlebih dahulu mengarahkan pada arahan
lokasi yang telah ditetapkan;

 Batas sempadan pantai yang berhutan bakau (mangrovee) minimal adalah 130 x
perbedaan pasang dan surut tertinggi.
Pemanfaatan ruang pada zona sempadan pantai perlu dilakukan penataan
secara efektif, karena terdapat kegiatan-kegiatan yang bersifat budidaya dapat
diarahkan secara terbatas dan bersyarat pada zona tersebut. Pada kawasan
perencanaan, teridentifikasi beberapa aktivitas perkotaan yang berkembang, seperti
zona wisata (rekreasi). Namun demikian perlunya pembatasan kegiatan untuk
memberi fungsi lindung pada kawasan tersebut, ataupun pemanfaatan ruangnya
diarahkan dengan memenuhi beberapa persyaratan teknis seperti keamanan dan
keselamatan pantai dan bangunan, intensitas KDH dan ruang publik relatif tinggi,
tidak diarahkan privaci ruang.

LAPORAN RENCANA IV - 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Penetapan kawasan sempadan pantai dapat mengacu pada Pedoman


Pemanfaatan Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan, Dirjen Penataan Ruang,
Departemen PU. Berdasarkan fungsi umum pada sempadan pantai di Kawasan
Perkotaan Pangkajene dikelompokkan dalam tiga kategori:

1. Kawasan Sempadan Pantai Permukiman


Pemanfaatan sempadan pantai permukiman perkotaan diarahkan untuk
menjadi ruang transisi dan interkoneksi antara ruang darat dengan ruang laut.
Ruang sempadan pantai menjadi ruang publik yang meberi peluang bagi publik
untuk memanfaatkannya sebagai tempat rekreasi, olahraga dan kegiatan lainnya
yang ramah lingkungan. Diarahkan pembangunan jalan sejajar pantai sebagai
pembatas antara ruang publik yang sekaligus menjadi sempadan pantai dengan
ruang pribadi halaman rumah-rumah. Orientasi kegiatan penghuni permukiman
pantai diarahkan juga ke perairan pantai agar terwujud pola pikir dan perilaku
pentingnya hubungan simbiosis mutualistis antara darat dan perairan serta
pentingnya menjaga kesehatan, estetika dan kebersihan perairan.
Bila memungkinkan dibangun bangunan pengaman pantai yang berfungsi
sebagai prasarana pengaman fungsi pantai. Dinamika ombak dan fluktuasi
permukaan air laut harus diantisipasi dengan kemungkinan desain rumah
panggung dan atau pembangunan tanggul atau konstruksi penahan ombak dan
dampak abrasi pantai. Dalam hal ini, apabila kemungkinan penggunaan teknologi
dalam menahan ombak dan pencegahan abrasi maupun pencemaran air lebih
memungkinkan dibangun maka fungsi sempadan pantai permukiman perkotaan
sebagai ruang publik lebih diutamakan untuk menentukan ukuran sempadan
pantai.
Berdasarkan kondisi eksisting pesisir pantai di kawasan perencanaan
dimana kondisi yang tercipta secara alamiah dengan terbentuknya pola
penyebaran mangrove hampir disepanjang garis pantai menjadi keunggulan
tersendiri dalam menata kawasan pesisir pantai dengan lebih mengutamakan
keaslian dan keberlanjutan ekosistem yang ada tersebut. Kondisi tersebut juga
didukung dengan belum adanya penyebaran kawasan permukiman dipesisir

LAPORAN RENCANA IV - 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

pantai, namun untuk mengantisipasi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya laut


dan pesisir kedepan maka diperlukan sedini mungkin pengaturan untuk
mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi nanti, sehingga penetapan
kawasan sempadan pantai dengan asumsi akan terjadi perkembangan
permukiman dikawasan pesisir. Berdasarkan ketentuan Pedoman Pemanfaatan
Ruang Tepi Pantai di Kawasan Perkotaan, menyediakan sempadan pantai seluas
30 – 100 meter.

2. Kawasan Sempadan Pantai Non Permukiman / Hutan Mangrove


Formasi mangrove merupakan perpaduan antara daratan dan lautan.
Mangrove tergantung pada laut (pasang) dan air tawar sebagai sumber
makanannya serta endapan debu (sedimentasi) dari erosi daerah hulu sebagai
bahan pendukung substratnya. Air pasang memberi makanan bagi hutan dan air
sungai yang kaya mineral memperkaya sedimen dan rawa tempat mangrove
tumbuh. Dengan demikian bentuk hutan mangrove dan keberadaannya dirawat
oleh kedua pengaruh darat dan laut.
Potensi ekonomi mangrove diperoleh dari tiga sumber utama yaitu hasil
hutan, perikanan estuarin dan pantai (perairan dangkal), serta wisata alam. Selain
itu mangrove memainkan peranan penting dalam melindungi daerah pantai dan
memelihara habitat untuk sejumlah besar jenis satwa, jenis yang terancam punah
dan jenis langka yang kesemuanya sangat berperan dalam memelihara
keanekaragaman hayati di wilayah tertentu.
Pengelolaan ekosistem (hutan) mangrove di kawasan perencanaan
hendanya mencakup tiga bentuk kegiatan pokok, yakni :
a. Pengusahaan hutan mangrove yang kegiatanna dapat dikendalikan dengan
penerapan sistem silvikultur dan pengaturan kontrak (pemberian konsensi).
b. Perlindungan dan pelestarian hutan mangrove yang dilakukan dengan cara
menunjuk, menetapkan dan mengukuhkan hutan mangrove menjadi hutan
lindung, hutan konservasi yaitu sebagai sempadan pantai.

LAPORAN RENCANA IV - 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

c. Rehabilitasi kawasan mangrove yang rusak sesuai dengan tujuan


pengelolaannya dengan pendekatan pelaksanaan dan penggunaan iptek yang
tepat guna.
Besarnya garis sempadan pantai di Kawasan perencanaan ditetapakan
berdasarkan tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Garis Sempadan Pantai Di Kawasan Perencanaan
Jarak
No Fungsi Ruang/Kategori Keterangan
Sempadan
1 Kawasan Sempadan Pantai - Nilai terendah jika
Permukiman Perkotaan 30 - 100 m dilengkapi bangunan
pengaman pantai
2 Kawasan Sempadan Non 100 – 200 m
- Nilai tertinggi jika tidak
Permukiman Berhutan bakau 100 – 300 m
dilengkapi bangunan
Sesuai tipologi
pengaman pantai
mangrove
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2012

B. Sempadan Sungai
Kawasan sungai yang perlu diperhatikan adalah daerah sepanjang sungai
yang ada di kawasan perencanaan yaitu Sungai Pangkajene serta anak sungai
lainnya. Sehingga pengamanan terhadap kawasan sungai ini bertujuan untuk
menjamin keamanan bagi kawasan yang berada ditepian sungai. Pengendalian
yang terlambat akan mempunyai dampak terhadap munculnya berbagai kelompok
permukiman debit alirannya sangat tergantung kepada musim dan curah hujan.
Kondisi geografis kawasan perencanaan yang relative datar, sehingga menjadi
pucuk aliran air (hilir) sungai tersebut. Aliran sungai pada kawasan perencanaan
khususnya daerah pembelokan dan titik temu aliran sungai dengan anak-anak
sungai lainnya, diarahkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai
hutan kota dan sebagai kawasan konservasi. Tidak dikembangkan fasilitas
permukiman dan fasilitas penunjang lain di sepanjang pinggir sungai.
Pengendalian dan pengawasan kawasan sempadan sungai yang perlu
diperhatikan adalah sempadan sungai yang terletak disekitar kawasan permukiman
penduduk. Hal tersebut karena kecenderungan perkembangan kawasan

LAPORAN RENCANA IV - 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

permukiman disekitar sempadan sungai relatif lebih cepat. Untuk mengawasi


kecenderungan tersebut perlu dilakukan tindakan mencegah dan pengendalian.
Tindakan pencegahan dan pengendalian tersebut, antara lain :
 Penetapan peraturan secara ketat melalui meknisme ijin mendirikan
bangunan dan penetapan sangsi yang tegas terhadap pelanggar.
 Pengembangan jalan inspeksi pada kawasan sempadan sungai.
Pengembangan jalan inspeksi ini dikembangkan terlebih dahulu sebelum
kawasan perumahan berkembang. Pada kawasan yang mempunyai
kecenderungan perkembangan cepat, dimana bangunan yang terdapat
sempadan sungai diwajibkan membangun jalan inspeksi dan penataan
bangunan sebisa mungkin menghadap ke sungai. Hal tersebut untuk
menjaga lingkungan sekitar sungai.
Untuk kawasan sepanjang bantaran sungai kecil yang terletak di kawasan
permukiman perlu adanya pengendalian sempadan bangunan untuk
mempertahankan fungsi sungai sebagai penampung aliran air hujan dan
pembuangan limbah rumah tangga. Sedangkan Rencana pengelolaan sempadan
sungai di Kawasan Perkotaan Pangkajene, dapat diarahkan sebagai berikut :
 Tidak mengeluarkan ijin bangunan dan kegiatan yang berdampak
mengganggu aliran sungai pada daerah sempadan sungai, kecuali bangunan
yang diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan.
 Bangunan yang sudah berada di kawasan sempadan sungai ditata, baik
secara rekayasa teknis maupun non teknis, sehingga tidak mengganggu
aliran sungai.
 Menata atau mengelolah saluran-saluran bangunan limbah yang menuju
badan sungai dan tertentu pada sempadan pantai.
 Melakukan konservasi lahan pada jalur kiri dan kanan sungai yang potensial
erosi dan longsor.

4.2.2. Zona RTH Kota


Ruang terbuka hijau adalah adalah area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

LAPORAN RENCANA IV - 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Rencana peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Pangkajene
meliputi taman lingkungan, taman kota, hutan kota, jalur hijau, kawasan hijau dan
taman pemakaman.
Rencana ruang terbuka hijau mengacu kepada prinsip bahwa:
1. Penduduk adalah pelaku utama yang kegiatannya menjadi dasar pembentukan
dan penataan ruang.
2. Aspek kenyamanan Penduduk harus diperhatikan, yang terbagi atas :
 Kenyamanan fisik, yaitu perlindungan terhadap faktor iklim dan cuaca
(teduh, sejuk, silau dan sebagainya) serta keterbatasan kemampuan fisiologis
manusia (rasa lelah, jarak jangkauan dan sebagainya).
 Kenyamanan psikologis, yaitu rasa aman, keselamatan, keramaian,
penerangan dan sebagainya).
3. Bentuk dan elemen-elemen pembatas, lansekap dan “streetscape” ditujukan untuk
menunjang unsur-unsur setempat yang bersifat alami, yaitu dalam pemilihan
material, jenis perkerasan, jenis penghijauan, jenis pembatas dan sebagainya.
4. Keistimewaan alam setempat menjadi unsur-unsur penting pembentuk citra
kawasan dengan memperhatikan faktor-faktor fisik lingkungan setempat, yaitu
geologi, hidrologi, flora-fauna, iklim dan cuaca.

Dari luas wilayah perkotaan Kota Pangkajene yang mencapai 6.908,61 Ha,
maka alokasi ruag untuk RTH di Kota Pangkajene minimal adalah 1.381 Ha untuk
RTH Publik dan 690 Ha untuk RTH privat. Kebutuhan RTH tersebut akan
dialokasikan kedalam kelasifikasi dan jenis RTH yang disebut diatas. Untuk itu,
pengembangannya akan direncanakan berdasarkan pembagian sub-BWP
berdasarkan hasil analisis tentang pembagian sub Bagian Wilayah Perkotaan (sub
BWP) berdasarkan orientasi peruntukan ruang pada tiap sub-BWP tersebut yang
sesuai dengan kondisi eksisting yang ada.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru
UU No. 26 Tahun 2007 yang mengisyaratkan kebutuhan RTH pada sebuah
kawasan adalah seluas 30% dari total luas lahan kawasan. RTH tersebut harus

LAPORAN RENCANA IV - 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang, konservasi ekosistem dan pencipta


iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum (ekonomis),
pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

Semua jenis RTH harus diusahakan dapat berfungsi estetis, karena secara
alami manusia membutuhkan hidup dekat dengan alam yang asri, nyaman dan
sehat, sehingga terjadi siklus kehidupan penunjang fungsi ekosistem alam.
Berdasarkan jenis RTH yang akan dikembangkan, menurut purnomohadi terbagi
atas berikut ini:

Tabel 4.2.
Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH
JENIS RTH FUNGSI LAHAN TUJUAN KETERANGAN
TAMAN Ekologis, Rekreatif, Keindahan (tajuk, tegakan Mutlak dibutuhkan bagi
LINGKUNGAN Estetis, Olahraga pengarah, pengaman, kota, keserasian, rekreasi
(termasuk: Taman (terbatas) pengisi dan pengalas), aktif dan pasif, nuansa
Bermain Anak / kurangi cemaran, meredam rekreatif, terjadinya
Balita), Taman bising, perbaiki iklim mikro, keseimbangan mental
Bunga, (Lansia) daerah resapan, penyangga (psikologis) dan fisik
sistem kehidupan, manusia, habitat,
kenyamanan. keseimbangan eko-sistem.
TAMAN KOTA Pelayanan Publik Pelindung, pendukung Dibutuhkan seluruh
(umum), Keindahan ekosistem makro, „ventilasi‟ anggota masyarakat,
dan „pemersatu‟ ruang menghilangkan rasa
kota/Landmark kota. „angker‟.
JALUR HIJAU Konservasi, Pencegah Perlindungan, mencegah Perlindungan total tepi
(tepian) Erosi, dan polusi okupansi penduduk, mudah kiri-kanan bantaran sungai
SEMPADAN Penelitian menyebabkan erosi, iklim (+/- 25-50 meter) rawan
SUNGAI dan mikro/kota, penahan erosi.
PANTAI & „badai‟. Penyejuk dan peredam
polusi akibat lalulintas.
Taman Laut.
KAWASAN Kesehatan, Rekreasi Kenikmatan, pendidikan, Rekreasi aktif, sosialisasi,
HIJAU – OLAH kesenangan, kesehatan, mencapai prestasi,
RAGA, interaksi, kenyamanan. menumbuhkan
BERMAIN, kepercayaan diri.
RELAKSASI
TAMAN Pelayanan Publik Pelindung, pendukung Dibutuhkan seluruh
PEMAKAMAN (umum), Keindahan ekosistem makro, „ventilasi‟ anggota masyarakat,
(Umum) dan „pemersatu‟ ruang kota. menghilangkan rasa
„angker‟.
TAMAN Konservasi, Pelayanan masyarakat dan Pelestarian, perlindungan,
(HUTAN) KOTA/ Pendidikan, Produksi penyangga lingkungan kota, dan pemanfaatan plasma
PERHUTANAN wisata alam, rekreasi, nutfah, keanekaragaman
produksi hasil „hutan‟: iklim hayati, pendidikan
mikro, oksigen, ekonomi. penelitian.
Sumber: Hasil Analisis Tim.

LAPORAN RENCANA IV - 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka berikut ini akan dijabarkan beberapa


konsep pengembangan RTH yang dapat dikembangkan pada kawasan
pengembangan kota baru ini adalah sebagai berikut:

A. Taman Lingkungan
Taman lingkungan merupakan ruang terbuka hijau dalam klasifikasi
kawasan atau lingkungan dengan elemen ruang yang didominasi oleh elemen alami
dan dilengkapi sedikit elemen buatan (terbangun) sebagai fasilitas pendukung,
dengan fungsi ruang yang diarahkan untuk kegiatan rekreasi, olah raga dan tempat
bermain. Luas taman lingkungan dialokasikan secara bertingkat mulai dari tingkat
kelurahan hingga tingkat kecamatan, serta penempatannya juga dibagi dalam
taman lingkungan perumahan/permukiman dan taman lingkungan
perkantoran/kawasan komersial.
Sejarah transformasi adanya bentuk dan letak Ruang Terbuka, menunjukkan
bahwa ruang terbuka, semula berada di dalam kawasan terbatas, yang dipagari
tembok tinggi di sekeliling unit kelompok rumah, menjadi suatu komplek
pembangunan permukiman berbentuk „cluster’ dimana ruang terbuka dibangun
bersama. Kemudian ruang terbuka ini bisa menjadi lebih luas dan „dikeluarkan‟
dari rumah-rumah individual yang berada dalam suatu lingkaran tertutup (cul de
Sac), menjadi RT Hijau (RTH)-permukiman untuk keperluan pemanfaatan secara
kolektif. Dua konsep ini maupun implementasinya saling bertolak belakang, yang
semula privacy dijaga ketat, yang lain menjadi lebih „terbuka‟. Hal ini tentu akan
mempengaruhi, atau menggambarkan pula hubungan sosial antar penghuninya
maupun konsep pandangan dasar, dilihat dari segi ekologi (lingkungan) binaan.

Pemelihara Taman Lingkungan Perumahan ini sebenarnya lebih diharapkan


dilakukan oleh para penghuni atau masyarakat setempat. Sedang kegiatan
pemeliharaan yang perlu, meliputi: penyiraman, pemangkasan, pembersihan, dan
pemeliharaan hortikultural lain seperti penggantian tanaman yang rusak atau mati,
‟penyulaman‟, dan penananam kembali. Pada ruang terbatas, perlu perletakan
wadah (pot) tanaman secara baik dan artistik, perlunya perbandingan proporsional
antara tanaman pelindung dan tanaman perdu, semak dan penutup tanah dari

LAPORAN RENCANA IV - 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

unsur peteduh, hias, dan produktivitasnya. Pembangunan jalan setapak dan unit
Taman Bermain, pelengkap pendukung bisa dengan sistem kerjasama antar
lingkungan permukiman atau mencari dukungan swasta tertentu.

Rencana alokasi RTH Lingkungan ini diberlakukan umum diseluruh sub-


BWP yang dibentuk dan memiliki konsentrasi permukiman penduduk. Untuk lebih
mengarahkan pembangunan agar tetap berwawasan lingkungan, maka perlu
pengaturan Koefisien Dasar Hijau (KDH). Pengaturan KDH adalah untuk
mengendalikan pembangunan pada lahan private dan arahan ini dimaksudkan agar
kota tetap mencerminkan karakter alamnya (basic landscape unit). Didalam
pengaturan Koefisien Dasar Hijau yang bersifat pembangunan privat ini, arahan
untuk setiap sub-BWP dibagi menjadi beberapa jenis peruntukan, yaitu: Kavling
Kawasan Perumahan; Kawasan Perdagangan, Jasa dan Komersial.

Untuk mencapai pembangunan kota yang berwawasan lingkungan maka


diperlukan rencana pembangunan ruang terbuka hijau kota yang terpadu dan
terintegrasi dengan rencana tata ruang kota yang ada khususnya RTH taman
lingkungan. Disamping itu, untuk besaran atau luasan rencana pembangunan RTH
untuk jenis RTH Taman Lingkungan perlu di diketahui juga kondisi eksisting RTH
jenis tersebut yang ada pada saat ini.

RTH pada Lingkungan/Permukiman di Perkotaan Pangkajene akan


dioptimalkan fungsinya menurut jenis RTH berdasarkan Permen PU No. 5 tahun
2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan berikut:

1. RTH Taman Rukun Tetangga


Taman Rukun Tetangga (RT) dapat dimanfaatkan penduduk sebagai tempat
melakukan berbagai kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut, yang
ditunjukkan untuk melayani penduduk dalam satu RT khususnya untuk
melayani kegiatan bermain anak balita, kegiatan sosial para ibu rumah tangga
serta para manula di lingkungan RT tersebut. Untuk mendukung aktivitas
penduduk di lingkungan tersebut, fasilitas yang harus disediakan minimal
bangku taman dan fasilitas mainan anak-anak.

LAPORAN RENCANA IV - 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Selain sebagai tempat untuk melakukan aktivitas sosial, RTH Taman Rukun
Tetangga dapat pula dimanfaatkan sebagai suatu community garden dengan
menanam tanaman obat keluarga/apotik hidup, sayur, dan buah-buahan yang
dapat dimanfaatkan oleh warga. Luas taman ini minimal 1 m2 per penduduk
RT dengan luas minimal 250 m2, lokasi berada pada radius kurang lebih 300
meter dari rumah penduduk yang dilayaninya.
Fasilitas yang harus disediakan adalah setidaknya tersedia bangku taman dan
fasilitas mainan anak – anak, luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau)
minimal 70 % dari luas tanaman. Pada taman ini selain ditanami berbagai
tanaman juga terdapat 3 – 5 pohon pelindung dari jenis pohon kecil dan
sedang.

Gambar 4.1. Alternatif Desain Taman Rukun Tetangga

LAPORAN RENCANA IV - 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

2. RTH Rukun Warga


Taman RW adalah taman yang ditunjukkan untuk melayani penduduk satu
RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olah raga masyarakat, serta
kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. RTH Rukun
Warga (RW) dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan remaja, kegiatan
olahraga masyarakat, serta kegiatan sosial lainnya di lingkungan RW
tersebut.
Fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik
olahraga maupun aktivitas lainnya, beberapa unit bangku taman yang
dipasang secara berkelompok sebagai sarana berkomunikasi dan
bersosialisasi antar warga, dan beberapa jenis bangunan permainan anak
yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.
Luas taman ini minimal 1.250 m2, lokasi taman berada pada radius kurang
lebih 1.000 meter dari rumah penduduk yang dilayaninya. Luas Area yang
ditanami tanaman hijau minimal 70 % dan sisanya dapat berupa pelataran
sebagai tempat aktifitas. Pada taman ini selain ditanami berbagai tanaman
juga terdapat 3 – 5 pohon pelindung dari jenis pohon kecil dan sedang.

Gambar 4.2. Alternatif Desain Taman Rukun Warga

LAPORAN RENCANA IV - 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Bentuk RTH Rukun Tetangga dan Rukun Warga tersebut disesuaikan


dengan rencana pola jaringan yang dengan sendirinya akan terbentuk dari
RTH yang diperuntukkan disetiap sub-BWP yang direncanakan.

3. RTH Kelurahan
Taman kelurahan adalah taman yang ditunjukkan untuk melayani
penduduk satu kelurahan. Luas taman ini mimal 0,30 m2 per penduduk
kelurahan dengan luas minimal 9.000 m2. RTH kelurahan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penduduk dalam satu kelurahan.
Taman ini dapat berupa taman aktif, dengan fasilitas utama lapangan
olahraga (serbaguna), dengan jalur trek lari di seputarnya, atau dapat berupa
taman pasif, dimana aktivitas utamanya adalah kegiatan yang lebih bersifat
pasif, misalnya duduk atau bersantai, sehingga lebih didominasi oleh ruang
hijau dengan pohonpohon tahunan.

Tabel 4.3
Kelengkapan Fasilitas pada Taman
Jenis Koefisien Daerah
Fasilitas Vegetasi
Tanaman Hijau (KDH)
Aktif 70 – 80 % 1. lapangan terbuka 1. minimal 25 pohon
2. WC umum (sedang dan kecil)
3. 1 unit kios (jika 2. semak
diperlukan) 3. perdu
4. kursi-kursi taman. 4. penutup tanah
Pasif 80 – 90 % 1. sirkulasi jalur 1. minimal 50 pohon
pejalan kaki. (sedang dan kecil)
2. WC umum 2. semak
3. 1 unit kios (jika 3. perdu
diperlukan) 4. penutup tanah,.
4. kursi-kursi taman.

LAPORAN RENCANA IV - 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Gambar 4.3. Illustrasi RTH Skala Kelurahan

B. Taman Kota
Taman kota adalah taman yang ditunjukkan untuk melayani penduduk satu
kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan
hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah
raga. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih
berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau
menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas
antar kegiatan.

Taman ini mampu melayani 480.000 penduduk dengan stnadar minimal 0.3
m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2. Taman ini dapat
berupa fasilitas olah raga masyarakat yang dilengkapi dengan lapangan olah raga
seperti lapangan basket, volley, atletik serta fasilitas rekreasi masyarakat seperti
area bermain anak, kolam air mancur, panggung terbuka dan sebagainya dan
terbuka untuk umum yang dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan
berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian kota. Adapun kelengkapan
fasilitas ini antara lain :

LAPORAN RENCANA IV - 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Tabel 4.4
Persyaratan Fasilitas Taman Kota
No Fasilitas Ruang Hijau Vegetasi
1 Lapangan terbuka
2 Lap. Basket 14x26 m
3 Lap. Volly 15 x 24 m  Minimal 150
4 Trek lari, lebar 7 m panjang 400 m pohon
5 WC 70-80 %  Semak
6 Kios – kios  Perdu
7 Parkir kendaraan  Penutup tanah
8 Panggung Terbuka
9 Area Bermain Anak

Rencana alokasi RTH Taman Kota ini diperuntukkan pada sub-BWP yang
merupakan pusat kota yaitu di sub-BWP I dan sub-BWP II, sekaligus dapat
dijadikan sebagai landmark Kota Pangkajene. Hal ini dapat dilakukan melalui
pembuatan RTH baru ataupun pengelolaan dan penataan RTH yang sudah ada.

Gambar 4.4
Illustrasi RTH Dengan Kegiatan Olah Raga dan Pertunjukan

C. Hutan Kota
Fungsi hutan kota adalah :
1. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika
2. meresapkan air
3. menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota
4. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati indonesia

LAPORAN RENCANA IV - 17
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Hutan kota dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas sosial


masyarakat (secara terbatas, meliputi aktivitas pasif seperti duduk dan beristirahat
dan atau membaca, atau aktivitas yang aktif seperti jogging, senam atau olahraga
ringan lainnya), wisata alam, rekreasi, penghasil produk hasil hutan, oksigen,
ekonomi (buah-buahan, daun, sayur), wahana pendidikan dan penelitian. Fasilitas
yang harus disediakan disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan seperti kursi
taman, sirkulasi pejalan kaki/jogging track. Sedangkan bentuk dari hutan kota
adalah :
1. Bergerombol atau menumpuk : hutan kota dengan komunitas vegetasi
terkonsentrasi pada suatu areal, dengan jumlah, vegetasi minimal 100 pohon
dengan jarak tanam rapat tidak beraturan.
2. Menyebar : hutan kota yang tidak mempunyai pola bentuk tertentu, dengan
luas minimal 2.500 meter. Komunitas vegetasi tumbuh menyebar terpencar-
pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil,
3. Bentuk jalur : hutan kota pada lahan-lahan berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, pantai, saluran dan lain sebagainya. Lebar minimal hutan kota
berbentuk jalur adalah 30 meter.

Struktur hutan kota dapat terdiri dari:


1. Hutan kota berstrata dua, yaitu hanya memiliki komunitas tumbuh-tumbuhan
pepohonan dan rumput.
2. Hutan kota berstrata banyak, yaitu memilikl komunitas tumbuh-tumbuhan
selain terdiri dari pepohonan dan rumput, juga terdapat semak, tema, liana,
epifit denqan banyak anakan dan penutup tanah dengan jarak tanam tidak
beraturan.

Idealnya hutan kota merupakan ekosistem yang baik bagi ruang hidup
satwa misalnya burung, yang mempunyai peranan penting antara lain mengontrol
populasi serangga. Untuk itu diperlukan introduksi tanaman pengundang burung
pada hutan kota. Dikawasan perencanaan Kota Pangkajene pengembangan Hutan
Kota dapat dilakukan pada kawasan berada disepanjang sempadan sungai sekaligus
dapat dimanfaatkan sebagai kawasan fungsi wisata yang sejalan dengan

LAPORAN RENCANA IV - 18
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

karakteristik kawasan hutan kota yang sesungguhnya. Oleh karena itu, berdasarkan
kondisi dan karakteristik kawasan perencanaan maka alokasi RTH hutan kota
diarahkan pada sub BWP II. Pengembangan hutan kota pada kedua bagian
wilayah tersebut dengan tujuan untuk menjaga keberlanjutan daerah hulu sungai
yang melintas di Kota Pangkajene.

Gambar 4.5. Illlustrasi Hutan Kota

4. Jalur Hijau
a. Jalur Hijau Jalan
Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan
ketentuan ruang yang untuk penempatan tanaman lansekap jalan, maka
untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada 2 (dua) hal lain
yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan persyaratan
penempatannya. Berikut ini diharapkan dapat memberikan kemudahan
dalam pemilihan jenis tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar
dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-
burung, serta rendah evapotranpirasinya.

 Taman pulau jalan dan median


 Pada Jalur Tanaman tepi
Peneduh, persyaratan :
 Ditempatkan minimal 1,5 m dari tepi median

LAPORAN RENCANA IV - 19
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

 Percabangan 2 m diatas tanah


 Cabang batang tdk merunduk
 Bermassa daun padat
 Ditanam secara berbaris
Jenis Tanaman :
 Kiara Payung
 Tanjung
 Angsana
Penyerap Polusi Udara, persyaratan :
 Pohon Perdu/Semak
 Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara
 Jarak tanam rapat
 Bermassa daun padat
Jenis Tanaman :
 Akasia
 Oleander
 Angsana
 Bogenvil
 Teh-tehan pangkas
Penyerap Kebisingan, persyaratan :
 Jenis dan Persyaratan :
 Pohon Perdu/Semak
 Membentuk massa
 Berbagai bentuk tajuk
 Bermassa daun padat
Jenis Tanaman :
 Tanjung
 Kiara Payung
 Teh-tehan pangkas
 Kembang sepatu

LAPORAN RENCANA IV - 20
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

 Bogenvil
 Oleander
Pemecah Angin, persyaratan :
 Tanaman Tinggi, Perdu/semak
 Bermassa daun padat
 Ditanam berbaris
 Jarak tanam rapat < 3 m
Jenis Tanaman :
 Cemara
 Angsana
 Tanjung
 Kiara Payung
 Kembang sepatu
Pembatas Pandang, persyaratan :
 Tanaman Tinggi, perdu/semak
 Bermassa daun padat
 Ditanam berbaris
 Jarak tanam rapat
Jenis Tanaman :
 Cemara
 Bambu
 Kembang sepatu
 Oleander

 Pada Median
Penahan Silau Lampu kendaraan, persyaratan :
 Tanaman perdu/semak
 Ditanam rapat
 Ketinggian 1,5 m
 Bermassa daun padat

LAPORAN RENCANA IV - 21
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Jenis Tanaman :
 Bogenvil
 Kembang sepatu
 Oleander
 Nusa indah

 Pada persimpangan
Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyelesaian
lansekap jalan persimpangan, antara lain:

Daerah bebas pandang di mulut persimpangan


Pada mulut persimpangan harus ada daerah terbuka agar tidak
menghalangi pemandangan pengemudi sehingga akan memberikan
rasa aman. Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan mengenai
letak tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan
bentuk persimpangannya.

Pemilihan jenis tanaman pada persimpangan


Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari
persimpangan itu atau lokasi setempat Ada yang menempatkan jam
kota ornamen-ornamen seperti patung, air mancur, gapura, atau
tanaman yang spesifik. Penempatan dan pemilihan bentuk desain
semua benda-benda ini harus disesuaikan dengan ketentuan geometrik
pada persimpangan dan harus memenuhi kriteria sebagaf berikut :

LAPORAN RENCANA IV - 22
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Tabel 4.5
Kriteria Pemilihan Tanaman pada Persimpangan Jalan
Jarak dan jenis tanaman
Bentuk
Letak tanaman Kecepatan 40 Kecepatan 60
Persimpangan
km/jam km/jam
Pada mulut 20 m Tanaman 40 m Tanaman
Persimpangan kaki persimpangan rendah rendah
empat tegak Iurus 80 m Tanaman 100 m
Mendekati
tanpa kanal Tinggi Tanaman
persimpangan
Tinggi
30 m Tanaman 50 m Tanaman
Persimpangan kaki
Pada mulut rendah Rendah
empat tidak tegak
persimpangan 80 m Tanaman 80 m Tanaman
Iurus
Tinggi Tinggi
Catatan: - Tanaman rendah, berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0.80 m
- Tanaman tinggi, berbentuk pohon dengan percabangan di atas 2 meter

a) Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman


yang menghalangi pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan
tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian <
0.80 meter, dan jenisnya merupakan berbunga atau berstruktur
indah, misalnya:
 Soka berwarna-warni (Ixora stricata)
 Lantana (Lantana camara)
 Duranta sp (pangkas kuninc)
b) Bila pada persimpangan ada pulau lalu Iintas atau kanal yang
dimungkinkan untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman
perdu rendah dengan pertimbangan agar tidak mengganggu
penyeberang jalan dan tidak menghalangi pandangan pengemudi
kendaraan.
c) Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai
tanaman pengarah, misalnya:
 Tanaman berbatang tunggal seperti jenis palem, diantaranya:
- Palem raja (Oreodoxa regia)
- Pinang jambe (Areca catechu)

LAPORAN RENCANA IV - 23
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

- Lontar (siwalan) (Borassus flabellifer)


 Tanaman pohon bercabang > 2 meter, seperti :
- Khaya (Khaya Sinegalensis)
- Bungur (Lagerstromea Loudcnii)
- Taniung (Mimosups Elengi)

Gambar 4.6. Tanaman pengarah Pada Jalan Raya

 Pedestrian
a. Kenyamanan ada!ah cara mengukur kualitas fungsional yang
ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu :
 Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada
lansekap untuk membantu dalam menemukan jalan pada
konteks lingkungan yang lebih besar,
 Negosiasi, kemudahan berpindah dari satu arah ke arah
lainnya. Negosiasi dipengaruhi oleh kepadatan pedestrian,
kehadiran penghambat fisik, kondisi permukaan jalan dan
kondisi iklim.
b. Perengkapan untuk memunqkinkan terjadinya iinteraksi sosial baik
pasif maupun aktif serta memberi kesempatan untuk duduk dan
melihat pejalan kaki lainnya.
c. Sensor adaiah pengalaman menyenangkan atau faktor lainnya
sehingga berupa simulus sensor, baik yang terukur maupun yang
tidak terukur seperti : temperatur, kelembaban, tekstur bawah kaki,

LAPORAN RENCANA IV - 24
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

vegetasi, emisi kendaraan, vegetasi yang mengeluarkan bau,


sampah yang bau dan terbengkalai, faktor audial (suara) dan faktor
visual.
d. Karakter fisikal, meliputi:
 Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan
budaya setempat, kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan
penduduk, warisan dan nilai yang dianut terhadap
lingkungan.
 Kriteria Pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap
tempat umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan,
kondisi cuaca, kebiasaan dan budaya. Pada umumnya orang
tidak mau berjalan lebih dari 220 meter.
e. Standar Spatial, dapat mengacu pada pedoman pedistrian yang
berlaku.

Gambar 4.7.
Jalur Hijau Dengan Deretan Vegetasi Pada Jalur Pedestrian

LAPORAN RENCANA IV - 25
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

b. Jalur Hijau Sempadan Sungai

Lebar sempadan dapat dibedakan menjadi dua bagian :


 Sungai bertanggul:
 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
 Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul.
 Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanngul dapat
diperkuat, diperlebar dan ditinggikan yang dapat berakibat
bergesernya garis sempadan sungai.
 Kecuali lahan yang berstatus tanah negara. maka lahan yang
diperlukan untuk tapak tanggul baru sebagai akibat
dilaksanakannya ketentuan sebagaimana dimaksud pada poin (1)
harus dibebaskan.
 Sungai tidak bertanggul :
 Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
- Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan;
- Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 (dua puluh)
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tica
pu!uh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan

LAPORAN RENCANA IV - 26
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

 Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan


ditetapkan sebaaai berikut ;
- Sungai besar sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter;
- Sungai kecil sekurang-kurangnya 50 (lima puluhj meter
 Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada poin (1) dan (2) diukur
ruas per ruas dari tepi sungai dengan mempertimbangkan luas daerah
pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan.
 Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan harus menjamin kelestarian dan keamanan sungai
serta bangunan sungai;
 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada poin (1) tidak
terpenuhi, maka segala perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada
sungai dan bangunan sungai menjadi tanggungiawab pengelola jalan.

Berdasarkan hasil digitasi, dengan mengacu pada peraturan tentang


penentuan garis sempadan sungai maka garis sempadan sungai di Kota
Pangkajene untuk sungai besar dengan asumsi ketiga sungai tidak
bertanggul, maka penetapan sempadan sungai tersebut adalah dengan lebar
15 meter yang dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Dengan
demikian, luas sempadan sungai tersebut adalah sebagai berikut :

LAPORAN RENCANA IV - 27
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Tabel 4.6
Penetapan Luas Garis Sempadan Sungai Besar di Kota Pangkajene
Kondisi Lebar Luas Sempadan
No Nama Sungai
Sungai Sempadan (m) (m2)
1 Sungai Pangkajene Tidak 15 434.357,16
bertanggul
2 Sungai Sangkarak Tidak 15 8.201.269,69
bertanggul
3 Sungai Soreang Tidak 15 57.949
bertanggul
Total 8.693.575,85
Sumber : Hasil Analisis Tim Perencana.

Gambar 4.8. Illustrasi Garis Sempadan Sungai

c. Jalur Hijau Sempadan Pantai


Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Standar
ukuran sempadan pantai yang diukur disepanjang tepian yang lebarnya
minimal 100 meter dari titik pasang kearah darat, sehingga panjang garis
sempadan pantai di Bagian Wilayah Perkotaan Pangkajene adalah sekitar
985.194 Km2, yang terdiri Kawasan sempadan pantai yang ada di sub-BWP
VI, dan V, yang meliputi 3 (tiga) Kelurahan yang berada pada wilayah
pesisir, yaitu Kelurahan Anrong Appaka, Kelurahan Tekolabbua dan
Kelurahan Bontoperak, dimana pada bagian wilayah tersebut terdapat

LAPORAN RENCANA IV - 28
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

hamparan hutan mangrove yang mendukung kelangsungan dan kelestarian


kawasan pesisir pantai di Kawasan Perkotaan Pangkajene. Dengan adanya
hutan mangrove pesisir kawasan perencanaan maka akan mudah dalam
penerapan penetapan kawasan sempadan pantainya.
Penataan kawsan sempadan pantai ini bertujuan untuk melindungi wilayah
pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Pengaturan umum terhadap kawasan sempadan pantai adalah:
1. Khusus untuk pemanfaatan mangrove untuk pengembangan perikanan
tangkap dapat dilakukan secara ketat dengan tetap mengedepankan
aspek pelestarian pantai, dengan terlebih dahulu mengarahkan pada
arahan lokasi yang telah ditetapkan;
2. Batas sempadan pantai yang berhutan bakau (mangrove) minimal
adalah 130x perbedaan pasang dan surut tertinggi.

Kawasan sempadan pantai adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya


proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai yang diukur dari titik
pasang tertinggi ke arah darat. Penetapan sempadan pantai ini ditekankan
kepada pertimbangan karakteristik pantai. Untuk pantai dengan
karakteristik pantai yang cukup landai cenderung memiliki abrasi yang
cukup tinggi. Untuk itu penentuan besar sempadannya harus ditetapkan
berdasarkan kerentanan tersebut. Diperlukan upaya penanaman bakau di
wilayah pantai untuk meminimalkan abrasi pantai dan mencegah intrusi air
laut ke daratan.
Kawasan sempadan adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai, meliputi:

1. Penanaman bakau di wilayah pantai untuk meminimalkan abrasi pantai


dan mencegah intrusi air laut kedaratan;
2. Adanya perlindungan terhadap kawasan hutan bakau yang ada saat ini
dan perbaikan terhadap hutan bakau yang rusak; dan
3. Pembangunan areal tambak diarahkan di luar garis hutan bakau, jadi
tidak merusak kawasan hutan yang ada.

LAPORAN RENCANA IV - 29
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Rencana pemanfaatan ruang kawasan lindung perlindungan setempat,


untuk melindungi kawasan sempadan pantai dengan membatasi
pemanfaatan kawasan terbangun disekitar pantai yaitu dengan pemeliharaan
dan penataan kawasan mangrove disepanjang pesisir kawasan perencanaan.
Selain itu, penegakan aturan standar sempadan pantai merujuk pada
Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 10 tahun 2002 tentang Pengelolaan,
sempadan pantai dan Kepres Nomor 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung telah ditentukan bahwa :
1. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi
wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian pantai (pasal
13).
2. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal
100 meter dari titik pasang kearah darat (pasal 14).

5. Zona Resapan Air


Kawasan resapan air dikembangkan berdasarkan aspek fisik lingkungan
pada kawasan perencanaan. Adanya beberapa anak sungai yang hulunya beradapa
pada intensitas lahan yang berpotensi untuk berkembang. Sementara, sifat
hidrologis air anak sungai sangat rentang oleh pengaruh air laut, sehingga pada
kondisi tertentu, air laut masuk ke wilayah daratan hingga di bagian tengah
kawasan perencanaan.

Pada sub BWP II yang terdapat aliran anak sungai yang hulunya disekitar
lahan untuk pengembangan kawasan perkotaan yang pemanfaatannya saat ini
adalah tambak. Kondisi ini diorientasikan sebagai daerah resapan air dan sebagai
wadah air laut jika terjadi pasang. Dengan demikian, dapat difungsikan sebagai
zona resapan air yang sekaligus dapat difungsikan sebagai daerah hijau maupun
rekreasi dalam kota, terutama pada sub BWP II.

LAPORAN RENCANA IV - 30
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

6. Zona (Bentang Alam / Cagar Alam) Hijau


Kawasan (Bentang Alam) Hijau merupakan ruang/alam terbuka (outdoor
recreation) tanpa dibatasi oleh suatu bangunan yang berhubungan dengan
lingkungan, dengan elemen ruang yang didominasi oleh elemen alami berupa
pepohonan, dan berorientasi pada fungsi: pengamanan keberadaan bentang alam
kawasan; pengendalian pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
pengendali tata air; dan sarana estetika kota. Pengembangan Kawasan (Bentang
Alam) Hijau sebagai pengamanan kawasan dengan bentang alam yang memiliki
potensi bahaya lingkungan, seperti kawasan dengan kelerengan > 30%, sehingga
peruntukan jenis RTH ini juga dialokasikan pada bagian kawasan perencanaan
yang memiliki sudut kelerengan 30%. Kawasan Cagar Alam di Perkotaan
Pangkajene yaitu kawasan Kars yang terdapat di sub BWP II dan sub BWP IV.

7. Pemakaman
Taman Pemakaman merupakan ruang terbuka hijau berupa taman dalam
klasifikasi pelayanan kawasan setempat yang berada di sekitar kawasan lahan
pekuburan masyarakat, dan berorientasi pada fungsi: jalur pemisah kawasan,
peneduh dan sarana estetika kawasan. Terdapat tiga jenis pemakaman yaitu;
 Taman pemakaman umum (TPU),
 Taman pemakaman bukan umum (Taman makam pahlawan,
 Taman pemakaman khusus (pemakaman keluarga, tokoh, dll).
Rencana taman pemakaman terdiri dari Tempat Pemakaman Umum yang
meliputi perluasan areal pemakaman berdasarkan kondisi eksisting keberadaan
fasilitas tersebut.

Rencana pengelolaan zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan


Perkotaan Pangkajene meliputi:
 Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau milik atau yang dikuasai oleh Daerah
adalah kewenangan Pemerintah Daerah.
 Setiap orang atau Badan dapat melakukan pengelolaan dan pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau atas izin dari Kepala Daerah

LAPORAN RENCANA IV - 31
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

 Pemerintah Daerah berwenang mengatur pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau


milik orang atau Badan dengan Peraturan Daerah
 Dalam upaya pengendalian dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau, setiap
usaha atau kegiatan oleh dan/atau untuk kepentingan perorangan atau Badan
yang memakai lokasi Ruang Terbuka Hijau tidak boleh menyimpang dari
fungsinya dan harus memperoleh izin dari Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Pengelolaan RTH oleh setiap badan/perorangan dapat dilaksanakan secara
terpadu oleh instansi Pemda, masyarakat dan pelaku pembangunan lain sesuai
bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing atas ijin Kepala Daerah.
 Setiap penghuni atau pihak yang bertanggung jawab atas rumah/bangunan atau
persil yang terbangun, wajib menghijaukan halaman/pekarangan dimaksud
dengan menanam pohon pelindung, perdu, semak hias, penutup tanah/rumput,
serta memeliharanya dengan baik.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai
berikut:

 Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau Publik dan
RTH privat;
 Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri
dari 20% ruang terbuka hijau publik dan privat, 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau hutan kota;
 Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan
udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai
estetika kota. Rencana alokasi RTH dikawasan perencanaan ditentukan
berdasarkan deliniasi rencana kawasan terbangun (tidak termasuk persawahan,

LAPORAN RENCANA IV - 32
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

pertambakan, tubuh air, dan prasarana perkotaan), jenis RTH privat yang
diperkirakan minimal 10%. Untuk lebih jelasnya estimasi alokasi RTH di Kawasan
Perkotaan Pangkajene, pada tabel berikut;

Tabel 4.7
Estimasi Rencana Alokasi RTH di Kota Pangkajene
Luas
No Bagian Wilayah Perkotaan
(Ha)
1 Sub-BWP 1 24,77
2 Sub-BWP 2 29,62
3 Sub-BWP 3 260,81
4 Sub-BWP 4 72,17
5 Sub-BWP 5 49,29
6 Sub-BWP 6 107,82
Total 544,48
Sumber: Hasil Analisis Tim

Prinsip dasar prediksi RTH tersebut didasarkan pada asumsi bahwa lahan
bersifat statis dan tidak mengalami peningkatan luasan, sedangkan bangunan
bersifat dinamis dan terus menagalami peningkatan setiap tahunnya. Pada
dasarnya lahan publik (tanah negara) dapat dilakukan perubahan fungsi menjadi
RTH, sedangkan lahan privat (status hak milik) masyarakat perlu diatur dan
dikendalikan pola pemanfaatan ruangnya untuk diarahkan sebagai RTH. Pola
penanganan RTH dapat didasarkan pada tipologi dan fungsi RTH seperti pada
skema berikut :

LAPORAN RENCANA IV - 33
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Gambar 4.9. Skema Tipologi Fungsi RTH

4.2.3. Zona Rawan Bencana Alam (Tsunami)


Zona aman tsunami ideal diperkirakan harus melebihi ukuran
tinggi tsunami tersebut. Oleh sebab bagi keperluan penataan ruang
pada wilayah pesisir seperti di Kota Pangkajene terutama dalam arahan
peruntukan lahan perlu delineasi zona rawan bencana tsunami
berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut sebagai berikut.

1. Zona amat berbahaya (< 7 m dpl)


Zona ini merupakan zona dengan kerentanan sangat tinggi sebaiknya
diperuntukan bagi kawasan pertahanan awal dari bencana tsunami atau ditetapkan
sebagai zona konservasi. Pada zona ini sebaiknya dikembangkan green belt/ jalur
hijau baik dengan hutan mangrove maupun cemara laut serta perkebunan kelapa
sebagai soft protection. Daerah sempadan pantai sangat perlu dihijaukan sesuai
dengan kesesuaian kawasan pesisirnya. Berdasarkan peneliti Jepang pada tahun
2003 meneliti efektivitas hutan pantai untuk meredam tsunami. Ternyata hutan
pantai dengan ketebalan 200 m, kerapatan 30 pohon per 100 m² dan diameter
pohon 15 cm, dapat meredam 50 % energi gelombang. Selain upaya pengijauan
pantai, dapat juga dilakukan hard protection seperti pembangunan pemecah
gelombang dengan ketinggiannya disesuaikan dengan karakteristik gelombang atau
ketinggian gelombang.

LAPORAN RENCANA IV - 34
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Pada zona konservasi, masih dimungkinkan dimanfaatkan untuk fungsi-


fungsi yang berorientasi laut seperti budidaya (pertambakan), prasarana kelautan
(pelabuhan) dan perikanan walaupun harus dengan intensitas rendah/sangat
terbatas dan hati-hati. Jalur hijau atau hutan pantainya dapat dimanfaatkan sebagai
ruang terbuka dan fasilitas umum serta sebagai kawasan pertahanan pertama.

2. Zona berbahaya (7 – 12 m dpl)


Pada zona ini dapat dimanfaatkan untuk aktifitas yang masih terbatas
seperti kegiatan pariwisata pantai dan bahari dan permukiman nelayan dengan
intensitas pembangunan sedang. Namun demikian haruslah dengan pengaman
yang memadahi seperti tersedianya persyaratan pembangunan yang ketat.
Pengamanan yang dimaksud seperti struktur bangunan anti gempa maupun tata
masa bangunannya. Tata masa bangunan wilayah pesisir hendaknya diupayakan
sedemikian rupa yaitu tata letak masa bangunan yang tegak lurus terhadap garis pantai.
Hal ini adalah untuk memperkecil tekanan air pada masa bangunan bila gelombang
tsunami datang. Bagi para pelaku pembangunan (pemerintah maupun
swasta/developer) perlu memakai konsep hunian cluster (mengelompok) dimana
dalam setiap kelompok hunian diperlukan bangunan perlindungan (shelter) sebagai
ruang evakuasi seperti fasilitas publik/ruang publik yang mempunyai struktur
bangunan yang kokoh dan anti gempa. Sedangkan untuk struktur bangunan dapat
diterapkan struktur bangunan anti gempa.

3. Zona cukup aman (12 -25 m dpl)


Pada zona cukup aman sudah dapat dilakukan pembangunan, namun
demikian tetap dengan kepadatan sedang dan pola permukiman cluster dimana
tetap disediakan ruang evakuasi seperti mesjid, GOR, sekolah dan lain-lain dengan
struktur dan konstruksi anti gempa.

4. Zona aman ( > 25 m dpl)


Terutama untuk fungsi-fungsi vital seperti pusat pemerintahan, pendidikan,
kesehatan dan lain-lain. Intensitas pembangunan dapat dilakukan dari sedang
sampai tinggi dengan peruntukan lahan permukiman dan berpola cluster. Untuk

LAPORAN RENCANA IV - 35
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

antisipasi akibat tsunami dan tingginya potensi gempa di sepanjang pesisir pantai
wilayah perencanaan, salah satu cara yang harus dilakukan adalah mengurangi
tingkat resiko. Artinya adalah setiap upaya pembangunan yang dilakukan baik oleh
pihak pemerintah maupun masyarakat, harus diarahkan pada upaya untuk
meminimalisir dampak bencana tsunami. Hal yang dilakukan antara lain adalah
pada zona berbahaya dan sangat berbahaya perlu pengetatan pengeluaran Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), yang harus dibarengi dengan IMB anti gempa.
Dengan demikian, berdasarkan karakteristik kawasan perencanaan yang
memiliki topografi Pada daerah kawasan pesisir menunjukan topografi yang relatif
datar (sudut kelerengan 0-2 %) dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, sementara
pada daerah non pesisir dengan kelerengan 2-15% dan berada pada ketinggian 25-
100 mdpl, sehingga dapat digolongkan dalam ketiga kategori tersebut. Oleh karena
itu, zona penguatan penataan hutan mangrove dikawasan pesisir mutlak dilakukan
mengingat sebagian besar Kota Pangkajene tergolong dalam zona berbahaya
sehingga diharapkan penataan pada kawasan pesisir Kota Pangkajene yang rawan
bencana tetapi ramah bencana menjadi solusi untuk meminimisasi korban jiwa dan
harta benda jika terjadi bencana tsunami.

LAPORAN RENCANA IV - 36
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Gambar 4.10
Peta Rencana Pola Ruang Zona Lindung Kota Pangkajene

LAPORAN RENCANA IV - 37
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

4.3. ZONA BUDIDAYA


Prinsip dasar pemanfaatan ruang Zona Budidaya adalah mencerminkan
pemahaman perencanaan kota terhadap pengembangan kegiatan, kapasitas/daya
tampung yang tersedia, intensitas kegiatan yang harus tersedia, serta pemahaman
terhadap faktor-faktor potensi dan limitasi lingkungan kota. Dari dasar
pertimbangan tersebut, kemudian dapat dibuat struktur ruang kota yang
menggambarkan pengaturan lokasi-lokasi peruntukan lahan yang selanjutnya
menjadi dasar dalam perencanaan pemanfaatan ruang di masing-masing zona
budidaya. Secara umum, rencana pemanfaatan lahan masing-masing Zona tidak
lepas dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pangkajene
Kepulauan yang telah tersusun sebelumnya.

Pola ruang untuk zona Budidaya yang direncanakan Perkotaan Pangkajene


meliputi: Zona perumahan, zona perdagangan dan jasa, zona perkantoran, zona
sarana pelayanan umum, zona industri, zona khusus dan zona campuran (mix use).

4.3.1. Zona Perumahan

Peruntukan pemanfaatan lahan perumahan harus berdasarkan pertimbangan


pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang penataan ruang dan RTRW Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
perencanaan kawasan perumahan tidak boleh ditetapkan dalam atau melewati
kawasan lindung yang sudah di tetapkan dalam perencanaan yang sudah
ditetapkan sebagai landasan hukum perencanaan di Kawasan Perkotaan
Pangkajene. Rencana pemanfaatan kawasan perumahan diurai berdasarkan tingkat
kepadatan bangunan. Zona perumahan yang dapat dirinci ke dalam perumahan
dengan kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila
diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah
deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya);

LAPORAN RENCANA IV - 38
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

A. Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)


Perencanaan peruntukan lahan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
tinggi tiap sub BWP Perkotaan Pangkajene diperlukan untuk untuk
menetapkan berdasarkan ciri kawasan dengan kepadatan tinggi sesuai kriteria
yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun
2011 yaitu zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan
bangunan 100 – 1000 rumah/hektar. Wilayah Perkotaan Pangkajene dengan
tingkat kepadatan tinggi pengembangannya diarahkan di sub BWP I dan sub
BWP IV. Pengembangan kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi
tersebut diwujudkan melalui pembangunan Rumah Susun (RUSUN) pada
bagian wilayah tersebut.

B. Perumahan Kepadatan Sedang (R-3)


Zona Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah berdasarkan ciri fisik
kawasan permukiman dengan tingkat kepdatan bangunan rendah. Zona yang
mencirikan tingkat kepadatan bangunan rendah berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun 2011
yaitu zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan
40 – 100 rumah/hektar. Wilayah perencanaan dengan tingkat kepadatan tinggi
diarahkan di bagian wilayah Kelurahan Minasa Te‟ne, Bontokio, Kelurahan
Sibatua, dan Kelurahan Pabundukang, yang terdapat pada seluruh sub BWP.

C. Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)


Zona Perumahan dengan tingkat kepadatan rendah berdasarkan ciri fisik
kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan sedang. Zona yang
mencirikan tingkat kepadatan bangunan sedang berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20 tahun 2011
yaitu zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki kepadatan bangunan
10 - 40 rumah/hektar. Wilayah perencanan dengan tingkat kepadatan rendah
terletak di Kelurahan Boriappaka, Kelurahan Samalewa, Kelurahan Anrong
Appaka, Kelurahan Tekolabbua, Kelurahan Bontoperak, dan Kelurahan

LAPORAN RENCANA IV - 39
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Biraeng yang terletak pada sub BWP III, sub BWP IV, sub BWP V, dan sub
BWP VI.

Peruntukan lahan kawasan perumahan di Perkotaan Pangkajene berdasarkan


hasil analisis menjadi pengurai dan memenuhi kebutuhan perumahan.
Rencana Pembangunan permukiman didasarkan atas perkembangan jumlah
penduduk yang dari waktu ke waktu semakin meningkat, sehingga peningkatan
kebutuhan akan perumahan juga semakin meningkat tiap tahunnya. Adapun
rencana fasilitas perumahan hingga tahun 2033 digolongkan berdasarkan type
dan pengembangannya tersebar di setiap blok di masing zona yang ada. Secara
umum, rencana pengembangan perumahan berdasarkan pembagian sub BWP
dan tipe dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8
Kebutuhan Fasilitas Perumahan di Kota Pangkajene Tahun 2013 - 2033
Tahun 2013 – 2018
Kebutuhan Luas Luas
Perbandingan
No Type Rumah Rumah Kapling Lahan
(%)
(Unit) (m2) (Ha)
1 Besar ( A ) 1,798 600 108 10
2 Sedang ( B ) 5,393 300 162 30
3 Kecil ( C ) 10,787 150 162 60
Jumlah 17,978 1,050 431 100
Tahun 2018 – 2023
1 Besar ( A ) 2,026 600 122 10
2 Sedang ( B ) 6,078 300 182 30
3 Kecil ( C ) 12,156 150 182 60
Jumlah 20,260 1,050 486 100
Tahun 2023 – 2028
1 Besar ( A ) 2,254 600 135 10
2 Sedang ( B ) 6,762 300 203 30
3 Kecil ( C ) 13,525 150 203 60
Jumlah 22,541 1,050 541 100
Tahun 2028 – 2033
1 Besar ( A ) 2,482 600 149 10
2 Sedang ( B ) 7,447 300 223 30
3 Kecil ( C ) 14,894 150 223 60
Jumlah 24,823 1,050 596 100
Sumber : Analisa Tim

LAPORAN RENCANA IV - 40
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Disamping pegembangan perumahan tersebut berdasarkan kepadatannya,


rencana pembangunan Rusunawa/Rusunami pada kawasan perkotaan Kota
Pangkajene merupakan hal yang sangat mendasar karena kedudukan dan
orientasi perkembangan jumlah penduduk dimasa mendatang, disamping
peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Pembangunan
Rusunawa/Rusunami tersebut tentu saja dapat dilakukan dengan melihat
orientasi pengembangan dan fungsi ruang perkotaan saat ini maupun masa
yang akan datang. Oleh karena itu, rencana pembangunan
Rusunawa/Rusunami dapat diarahkan pada pada Kelurahan Mappasaile dan
Kelurahan Bonto Kio.

Kedua wilayah kelurahan ini memiliki karakteristik fungsional, dimana


Kelurahan Mappasaile sebagai kawasan perdagangan dan Bonto Kio yang
memiiki daya tarik pengembangannya dengan adanya kantor bupati sebagai
penarik yang strategis. Perencanaan Rusunawa/Rusunami tersebut dilakukan
dalam rangka pemenuhan perumahan bagi masyarakat dan meminimalisir
pengembangan areal yang produkstif, terutama di Kelurahan Bonto Kio.

4.3.2. Zona Perdagangan dan Jasa


Zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal yang dapat dirinci lebih lanjut ke dalam lokasi PKL,
pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan.
A. Perdagangan/Jasa Deret (K-3)
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk deret kriteria penetapan
kawasan perencanaan zona perdagangan deret di Kawasan Perkotaan Pangkajene
mengacu pada;
1. Lingkungan dengan tingkat kepadatan sedang sampai tinggi.

LAPORAN RENCANA IV - 41
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

2. Skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat


regional, kota, dan local.
3. Jalan akses minimum adalah jalan kolektor.
4. Sebagai bagian dari fasilitas perumahan dan dapat berbatasan langsung
dengan perumahan penduduk.
Dari kriteria tersebut diatas, maka pada wilayah perencanaan dalam
pengembangan kawasan perdagangan deret diarakan tersebar di sub BWP I, sub
dan BWP IV.

B. Perdagangan/Jasa Tunggal (K-1)


Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,
tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk tunggal secara horisontal
maupun vertikal. Kriteria kawasan perencanaan perdagangan tunggal;
1. Lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan
diatur lebih lanjut di dalam peraturan zonasi.
2. Lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter ruang kota melalui
pengembangan bangunan bangunan tunggal.
3. Skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat
nasional, regional, dan kota.
4. Jalan akses minimum adalah jalan kolektor.
5. Tidak berbatasan langsung dengan perumahan penduduk.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka pada wilayah perencanaan dalam
pengembangan kawasan perdagangan tunggal diarakan pada sub BWP yang
menyatu pada zona campuran perdagangan/jasa dengan permukiman yang dilalui
oleh jalan akses arteri, pada rencana kepadatan penduduk tinggi dan sedang.

C. Lokasi PKL, Pasar Tradisional, Pasar Modern, Pusat Perbelanjaan


Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budi daya
difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa,

LAPORAN RENCANA IV - 42
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala
pelayanan regional yang dikembangkan berdsarkan ciri dan kekhasan lokasi PKL,
Pasar tradisional, pasar Modern.
Pengembangan kawasan perdagangan (pasar tradisional) yang juga
merupakan tempat beraktifitasnya pedagang kaki lima (PKL) diarahkan pada
lingkungan permukiman yang jauh dari jaringan jalan utama kawasan perencanaan
agar tidak mengganggu arus transportasi pada wilayah perencanaan, serta lebih
terfokus pada penataan pasar tradisional yang ada. Sedangkan untuk Pasar Modern
dan Pusat Perbelanjaan diarahkan pada kawasan pusat-pusat kawasan perencanaan
yaitu di sub BWP I, sub BWP II, dan sub BWP IV yang memiliki akses dan nilai
kawasan yang tinggi serta didukung oleh transportasi yang memadai sehingga
masyarakat diseluruh kawasan Perkotaan Pangkajene dapat menjangkaunya.

4.3.3. Zona Perkantoran Pemerintah (KT-1)


Fasilitas perkantoran dan pelayanan umum di Kawasan Perkotaan
Pangkajene, saat ini teraglomerasi dalam satu kawasan yaitu Kawasan Perkantoran
di Kelurahan Pandoang-Doangan dan sebagian di wilayah Kelurahan Minasa
Te‟ne, hal ini memberikan kemudahan dalam sistem koordinasi dan pelayanan
terpadu, sehingga untuk pengembangan dimasa yang akan datang, diperlukan
penataan kawasan dalam bentuk rencana rinci ataupun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan. Luasan lahan untuk kawasan perkantoran dapat disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan pembangunan, yang diharapkan dapat
mengakomodir dan menampung kegiatan pelayanan perkantoran dan aktivitas
penunjang lainnya untuk skala Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dan Kota
Pangkajene.
Zona perkantoran perlu lebih diatur penataan ruang agar dapat lebih efektif
dalam pemberian pelayanan dan fungsi zona. Sedangkan dalam konteks penataan
ruang pada zona perkantoran memperhatikan jenis kegiatan yang bersifat
pelayanan publik, dan atau pelayanan tertentu. Demikian halnya terhadap
intensitas kegiatan dan pelayanan perkantoran yang akan diarahkan
peruntukannya, hal ini akan berpengaruh terhadap fasilitas penunjang yang harus

LAPORAN RENCANA IV - 43
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

tersedia dalam menunjang aktifitas kegiatan perkantoran seperti luasan area parkir,
bentuk bangunan, KDB, KLB, KDH dan lain sebagainya. Kegiatan perkantoran
yang dipersyaratkan dalam Kawasan Perkotaan Pangkajene, antara lain :
 Perkantoran skala kawasan dan kecamatan; dan
 Perkantoran swasta.

4.3.4. Zona Sarana Pelayanan Umum


A. Sarana Pelayanan Umum Pendidikan (SBU-1)
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi,
pendidikan formal dan informal, serta dikembangkan secara horizontal dan
vertical. Kebutuhan terhadap fasilitas pendidikan di kawasan perencanan dapat
diuraikan pada tabel berikut;
Tabel 4.9
Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kota Pangkajene Tahun 2013 - 2033
Jenis Kebutuhan Fasilitas (unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No
Fasilitas 2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033
1 TK 78 90 101 113 124 9.42 10.79 12.16 13.52 14.89
2 SD 44 50 56 63 69 15.70 17.98 20.26 22.54 24.82
3 SLTP 16 19 21 23 26 14.72 16.85 18.99 21.13 23.27
4 SLTA 16 19 21 23 26 14.72 16.85 18.99 21.13 23.27
5 PT 4 4 4 4 4 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
Jumlah 159 181 204 226 249 58.55 66.47 74.40 82.33 90.26
Sumber : Analisa Tim.

Berdasarkan kebutuhan fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan


hingga tahun 2033 yang mencapai 249 unit, maka luas lahan keseluruhan yang
dibutuhkan kurang lebih 90,26 Ha. Teknis alokasi pengembangan dan
perencanaan fasilitas pendidikan dilakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut :

1. TK dengan lokasi penempatan pada masing-masing kawasan permukiman,


luas lahan 1.200 m2 per unit, yang terletak pada setiap sub BWP.

LAPORAN RENCANA IV - 44
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

2. SD dengan penempatan pada permukiman penduduk dengan radius


pelayanan masksimum 1.000 meter, sehingga fasilitas tingkat SD dapat
dialokasi pada setiap sub BWP.

3. SLTP dan SLTA dengan standar pelayanan 4.800 jiwa penduduk


pendukung, dengan demikian, pengembangan fasilitas pendidikan untuk
kedua tingkat tersebut dialokasikan terpusat pada sub BWP II.

Dengan demikian, secara umum alokasi pembangunan fasilitas


pendidikan pada tiap bagian kawasan perencanaan akan disesuaikan
berdasarkan daya tampung ruang penduduk setiap BWP serta keterkaitan
pelayanan antar sub BWP. Berdasarkan hasil analisis daya dukung lingkungan
maka orientasi pengembangan pusat kawasan pendidikan yaitu pada sub BWP
II dan sub BWP III.

B. Sarana Pelayanan Umum Transportasi (SBU-2)


Rencana sarana pelayanan umum trasnportasi Kota Pangkajene dilakukan
sebagai bagian dalam menunjang aktifitas masyarakat dalam lingkup kota maupun
skala regional sesuai dengan fungsi yang diemban kawasan perencanaan sebagai
PKW dan Ibukota Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, dimana Perkotaan
Pangkajene telah ditetapkan beberapa kawasan-kawasan strategis yang kesemuanya
membutuhkan integrasi system jaringan jalan.
Untuk pengembangan sistem transportasi di kawasan perkotaan perlu
penetapan fungsi sebagai pusat distribusi simpul transportasi terhadap seluruh
wilayah Kabupaten Pangkep dan hubungan ke kecamatan lainnya. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan penyediaan terminal pada lokasi yang strategis untuk lebih
memudahkan arus pergerakan. Selain itu,juga perlu penyediaan moda transportasi
umum yang menjangkau seluruh hinterland kota yang berfungsi sebagai sarana
pengangkutan penumpang dan distribusi barang serta pengangkutan hasi-hasil
pertanian (jalur perdagangan).
Selain itu, rencana pengembangan dan penataaan sarana pelayanan umum
transportasi juga dilakukan untuk mendorong rencana pemanfaatan ruang yang
dibebankan di Kota Pangkajene sebagaimana yang diatur dalam RTRW Provinsi

LAPORAN RENCANA IV - 45
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Sulawesi Selatan dan RTRW Kabupaten Pangkajene dalam Kawasan Strategis


Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
1. Terminal
Prasarana terminal di wilayah perkotaan saat ini terdapat di Kelurahan
Samalewa Kecamatan Bungoro berupa terminal type C. berdasarkan orientasi
pengembangan dimasa mendatang, maka terminal tersebut membutuhkan
peningkatan pelayanan dan regulasi mengenai kedudukannya sebagai simpul
pergerakan arus barang dan orang dalam wilayah Kabupaten Pangkajene
Kepulauan. Berdasarkan penetapan dalam RTRW Kabupaten Pangkep tahun
2011, pembangunan terminal akan dilakukan pada semua wilayah kecamatan
di wilayah daratan. Sehingga alokasi peruntukan prasarana terminal akan
diarahkan pada wilayah Kecamatan Minasa Te‟ne dan Kecamatan Pangkajene
dengan skala pelayanan terminal angkutan kota dan angkutan pedesaan.
Penentuan lokasi terminal tersebut diarahkan untuk terwujudnya integrasi
system jartingan jalan dan jaringan simpul-simpul pelayanan angkutan
perkotaan dimasa mendatang.

2. Sistem Perparkiran
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No.
272/HK.105/DRJD/96 tentang pedoman teknis penyelengaraan fasilitas
perparkiran, jenis peruntukan kebutuhan parkir dapat dikelompokan sebagai
berikut :
a. Kegiatan parkir yang tetap
 Pusat perdagangan
 Pusat perkantoran swasta / pemerintahan
 Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan
 Pasar
 Sekolah
 Tempat rekreasi
 Hotel dan tempat penginapan
 Rumah sakit

LAPORAN RENCANA IV - 46
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

a. Kegiatan parkir yang bersifat sementara


 Bioskop
 Tempat pertunjukan
 Tempat pertandingan olah raga
 Rumah ibadah
Adapun pedoman teknis penyelengaraan fasilitas perparkiran,
penentuan sudut yang akan digunakan pada umumnya ditentukan oleh :
 Lebar jalan
 Volume Lalulintas
 Karakteristik Kecepatan
 Dimensi kendaraan
 Sifat peruntukan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang
bersangkutan
Lebih jelasnya mengenai penentuan sudut parkir dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.10
Standar Perparkiran Berdasarkan Jenis Peruntukan Aktivitas
Pusat Luas Areal Total 10 20 50 100 500 1000 1500 2000
perdagangan Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1149 1502
Pusat Jumlah Karyawan 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 4000 5000
perkantoran Ke Administrasi 235 236 237 239 240 242 245 249 249
but Pel. Umum 288 289 290 291 291 293 295 298 302
Pasar swalayan uh
Luas Areal Total 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
an
(100m2)
Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050
JENIS PERUNTKAN

Pasar (S
Luas Areal Total 40 50 75 100 200 300 400 500 1000
RP
(100m2)
Kebutuhan (SRP) 160 185 240 300 520 750 970 1200 2200
)
Perguruan Jml Mahasiswa 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 1000 1100 1120
Tinnggi Kebutuhan (SRP) 60 80 100 120 140 150 180 0
200 0
220 0
240
Tempat Rekreasi Luas areal 50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
Kebutuhan (SRP) 103 109 115 122 146 196 295 494 892
Rumah sakit Jml Tempat tidur 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 97 100 104 111 118 132 146 150 230
Bioskop Jml tempat duduk 300 400 500 600 700 800 900 1000
Kebutuhan (SRP) 198 202 206 210 214 218 222 227
Tempat olahraga Jml tempat duduk 4000 5000 6000 7000 8000 9000 1000 1500
Kebutuhan (SRP) 235 290 340 390 440 490 0
540 0
Sumber : Keputusan Jendral Perhubungan Darat no. 272/HK.105/DRJD/96

LAPORAN RENCANA IV - 47
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Tabel 4.11
Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Lebar Ruang Lebar Lebar Lebar Lebar
Ruang D+
Ruang Parkir D+M+ Jalan Total Jalan Total
Sudut Manuver M
Parkir Efektif J Efektif Jalan Efektif Jalan
Parkir M (E)
A D (m) L W L W
(m) (m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
0 2,3 2,3 3.0 5,3 2,8 3 5,8 6,0 8,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3 7,9 6,0 10,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3 9,3 6,0 12,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3 10,4 6,0 13,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3 11,3 6,0 14,3
Sumber : Keputusan Jendral Perhubungan Darat no. 272/HK.105/DRJD/96

Tabel 4.12
Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder I Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Lebar Ruang Lebar Lebar Lebar Lebar
Ruang
Ruang Parkir D+M Jalan Total Jalan Total
Sudut Manuver D+M+J
Parkir Efektif (E) Efektif Jalan Efektif Jalan
Parkir M (m)
A D (m) L W L W
(m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
0 2,3 2,3 3.0 5,3 2,8 2.5 5,3 5,0 7,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 2.5 7,4 5,0 9,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 2.5 8,8 5,0 11,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 2.5 9,9 5,0 12,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 2.5 10,8 5,0 13,3
Sumber : Keputusan Jendral Perhubungan Darat no. 272/HK.105/DRJD/96

Tabel 4.13
Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder II Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan
Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur
Lebar Ruang Lebar Lebar Lebar Lebar
Ruang
Ruang Parkir D+M D+M+ Jalan Total Jalan Total
Sudut Manuver
Parkir Efektif (E) J Efektif Jalan Efektif Jalan
Parkir M
A D (m) (m) L W L W
(m)
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
0 2,3 2,3 3.0 5,3 2,8 3,5 6,3 7,0 9,8
30 2,5 4,5 2,9 7,4 4,9 3,5 8,4 7,0 11,9
45 2,5 5,1 3,7 8,8 6,3 3,5 9,8 7,0 13,3
60 2,5 5,3 4,6 9,9 7,4 3,5 10,8 7,0 14,4
90 2,5 5,0 5,8 10,8 8,3 3,5 11,8 7,0 15,3
Sumber : Keputusan Jendral Perhubungan Darat no. 272/HK.105/DRJD/96

LAPORAN RENCANA IV - 48
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Tabel 4.14
Arahan Sistem Perparkiran yang di Kembangkan di Kawasan Perencanan
Aktivitas Kegiatan Off-Street System On-Street System
Komersial √
Perkantoran dan Pemerintahan √
Pendidikan √ √
Fasilitas-fasilitas sosial √ √
Fasilitas permukiman √ √
Sumber : Hasil Analisa Tim, 2012

3. Transportasi Angkutan Sungai


Penyelenggaraan angkutan sungai sangat ditentukan oleh potensi suatu
wilayah yang dapat dimanfaatkan sebagai media transportasi air. Pada wilayah
perencanaan terdapat sungai yang berpotensi sebagai media transportasi, yakni
Sungai Pangkajene, Sungai Sangkarak dan Sungai Soreang. Kedua sungai
tersebut pada dasarnya telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai media
transportasi, terutama dalam mendukung pemasaran hasil-hasil tangkapan
perikanan.

Sungai Pangkajene yang berada di pusat kota dan yang bersebelahan


dengan pusat perdagangan di Kota Pangkajene akan dikembangkan sebagai :

a. Media transportasi yang diperuntukkan untuk mobilisasi hasil-hasil


perikanan.
b. Moda transportasi bagi penumpang. dan
c. Sarana kegiatan kepariwisataan dalam kota.

Pengembangan transportasi sungai perlu didukung dengan penyediaan


sarana transportasi berupa pembangunan dermaga terapung bagi perahu-
perahu yang memberikan pelayanan bagi masyarakat baik untuk kebutuhan
pariwisata maupun mobilitas hasil perikanan.

4. Transportasi Rel Kereta Api


Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan wilayah secara
nasional dan regional, maka perencanaan transportasi rel kereta api di wilayah

LAPORAN RENCANA IV - 49
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Provinsi Sulawesi Selatan menjadi program pembangunan dimasa mendatang.


Jika dilihat dari letak geografis wilayah Kabupaten Pangkep, maka wilayah
tersebut merupakan wilayah yang dilintasi oleh system jaringan transportasi
kereta api dengan skala prioritas tinggi.

Berdasarkan hasil Penyusunan Rencana Induk Perkerata Apian Provinsi


Sulawesi Selatan sebagai tindak lanjut dari Masterplan Pengembangan Kereta
Api Nasional tahun 2005, rencana koridor trase jaringan kereta api Lintas
Barat memiliki karakteristik menyusuri pantai barat dan selatan Provinsi
Sulawesi Selatan yang diarahkan sejajar dengan jalan nasional, meskipun dari
segi fungsi jalan dari Makassar - Parepare - perbatasan Sulawesi Barat termasuk
jalan arteri. Trase jaringan kereta api Lintas Barat dari Makassar-Parepare-
Pinrang-batas Provinsi Sulawesi Barat, dengan stasiun Maros akan
menyeberang Sungai Maros dan jalan nasional yang menghubungkan Maros
dengan Bantimurung pada Sta 32 + 700 melewati daerah persawahan sampai
Kampung Tambua yang disiapkan suatu stasiun kecil pada Sta 38 + 500,
selanjutnya jaringan tetap berlokasi pada sebelah kanan jalan nasional dengan
jarak 50 – 100 m melewati daerah persawahan dan di Kampung Pute
dialokasikan terminal kecil untuk mengakomodasi para pekerja dari Pabrik
Semen Bosowa dan masyarakat dari pulau-pulau kecil dari Kecamatan
Liukang Topabbiring, Kecamatan Liukang Tangaya Kabupaten Pangkajene
Kepulauan.

Dari Pute menyeberang Sungai Kali Bone sampai Kampung Soreang


melewati area persawahan dan sebagian empang serta untuk memberikan
pelayanan kepada pekerja dari kompleks perumahan Semen Tonasa I yang
bekerja di Siloro Pabrik Tonasa II dan III disiapkan stasiun di Soreang dan
selanjutnya ke Pangkajene dan stasiunnya ditempatkan di Bungoro.

Jaringan kereta api dari Bungoro tetap berada di sebelah kanan jalan,
namun diusahakan menghindar dari bukit gunung kapur di Kawasan Matampa
sampai di Bonto-Bonto di siapkan stasiun. Adapun jenis stasiun kereta api yang

LAPORAN RENCANA IV - 50
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

dialokasi pada wilayah perencanaan adalah stasiun kecil. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15
Lokasi Stasiun Lintas Barat Jaringan Perkeretaapian
yang Melintasi Wilayah Kota Pangkajene
Jenis
No Nama Stasiun Kabupaten Sta Pertimbangan
Stasiun
1 Soreang Pangkajene 41 + 100 Kecil - Pabrik Semen Tonasa I
- Simpang jalan
kabupaten
2 Bungoro Pangkajene 52 + 600 Sedang - Ibukota kabupaten
- Pabrik Semen Tonasa
II
- Simpang jalan
kabupaten
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sulsel, Tahun 2012

Berdasarkan orientasi pengembangan tersebut diatas dengan asumsi


bahwa panjang lintasan rel kereta api adalah 12,90 km dan jika mengacu pada
Keputusan Menteri No. 52 Tahun 2000 tentang jalur kereta api, maka luas
lahan yang dibutuhkan untuk jalur rel adalah 193,50 Ha dan luas masing-
masing stasiun kereta api adalah 3 Ha. Karena rencana lokasi stasiun kereta api
sebanyak 3 di wilayah perencanaan, maka kebutuhan lahan untuk stasiun
kereta api adalah 2 Ha. Sehingga total kebutuhan lahan untuk jaringan
prasarana rel kereta api adalah 199,50 Ha.

Tabel 4.16. Rencana Jaringan Rel Kereta Api


Lebar Luas
No Keterangan Panjang (meter)
(meter) (Ha)
1 Rel kereta api 7.876 1,40 11,026
2 Rencana Sempadan 15.752 14,3 22,52
Total 33,546
Sumber : Hasil Analisis Spatial GIS, Berdasarkan Arahan RTRW, 2013

LAPORAN RENCANA IV - 51
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

C. Sarana Pelayanan Umum Kesehatan (SBU-3)


Berdasarkan standar/pedoman perencanaan sarana maka pengembangannya
didasarkan pada ukuran jumlah penduduk yang dapat terlayani secara optimal baik
ditinjau dari segi pelayanan maupun optimalisasi sumber daya yang tersedia
(tenaga kesehatan dan gedung). Analisis kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota
Pangkajene hingga akhir tahun 2033 memerlukan penyediaan fasilitas berupa balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai Pengobatan, serta jenis fasilitas lain yang
cirinya menyatu dengan permukiman penduduk.

Pengembangan sarana kesehatan bertujuan untuk menyediakan sarana dan


meningkatkan fungsinya sehingga penduduk dapat terlayani kebutuhan dalam
bidang kesehatan berdasarkan tingkatannya. Pelayanan sarana kesehatan
berdasarkan fungsi diletakkan pada kecenderungan tumbuhnya permukiman
penduduk yakni pada kelompok-kelompok permukiman tanpa didasari prinsip
administrasi tetapi fungsi fasilitas untuk memberikan pelayanan secara maksimal.

Zona sarana umum kesehatan meliptui sarana / fasilitas kesehatan setingkat


rumah sakit dengan sekala pelayanan kota maupun pelayanan regional. Sedangkan
sarana kesehatan dengan tingkat pelayanan lokal dan lingkungan dikembangkan
terpadu sebagai fasilitas permukiman sesuai dengan standart kebutuhan minimum
yang disyaratkan didalam rencana kota. Lebih jelasnya rencana alokasi kebutuhan
fasilitas kesehatan sampai dengan akhir tahun perencanaan, dapat dilihat tabel
berikut;

Tabel 4.17
Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2013-2033
Kebutuhan Fasilitas (unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
No Jenis Fasilitas 2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033
1 Puskesmas 3 3 3 4 4 0.31 0.36 0.41 0.45 0.50
2 BKIA 8 9 10 11 12 0.47 0.54 0.61 0.68 0.74
3 B.Pengobatan 26 30 34 38 41 0.78 0.90 1.01 1.13 1.24
4 TPD 16 18 20 23 25 0.06 0.06 0.07 0.08 0.09
5 Apotek 8 9 10 11 12 0.25 0.29 0.32 0.36 0.40
Jumlah 60 69 78 86 95 1.88 2.15 2.42 2.70 2.97
Sumber : Hasil Analisis.

LAPORAN RENCANA IV - 52
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

D. Sarana Pelayanan Umum Olahraga (SPU-4)


Zona sarana umum pelayanan olahraga yang dimaksud yang dikembangkan
terpadu sebagai fasilitas permukiman sesuai dengan standar minimum pelayanan
yang disyaratkan didalam rencana kota. Penyediaan sarana olahraga dilakukan
seiring dengan rencana alokasi RTH dan NRTH sehingga pemanfaatan ruang
terbuka tersebut dapat dilakukan seefektif mungkin sesuai dengan daya dukung
lingkungan di Kota Pangkajene. Sarana olahraga tersebut juga diperuntukkan bagi
keperluan untuk fungsi penghijauan yang meliputi ruang terbuka hijau olahraga,
yang dilengkapi dengan taman-taman bermain.

E. Sarana Pelayanan Umum Peribadatan (SPU-6)


Zona sarana umum peribadatan meliputi sarana ibadah dengan tingkat
pelayanan kecamatan, kota dan regional. Sedangkan sarana peribadatan dengan
tingkat pelayanan lokal dan lingkungan dikembangkan terpadu sebagai fasilitas
permukiman sesuai dengan standar kebutuhan minimum sebagaimana disyaratkan
didalam rencana kota.

Tabel 4.18
Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kota Pangkajene Tahun 2013 - 2033
Kebutuhan Fasilitas (unit) Kebutuhan Ruang (Ha)
Jenis
No Fasilitas 2013 2018 2023 2028 2033 2013 2018 2023 2028 2033
1 Mushollah 31 36 41 45 50 0.47 0.54 0.61 0.68 0.74
2 Masjid 16 18 20 23 25 1.57 1.80 2.03 2.25 2.48
Jumlah 47 54 61 68 74 2.04 2.34 2.63 2.93 3.23
Sumber : Hasil Analisa Tim

4.3.5. Zona Pergudangan (I-1)


Zona Pergudangan adalah peruntukan lahan yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi dan tempat
penyimpanan bahan mentah dan barang hasil produksi.
Tujuan penetapan:

LAPORAN RENCANA IV - 53
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

 Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan industri dan manufaktur dalam


upaya meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara
ekonomis dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja;
 Memberikan kemudahan dalam fleksibilitas bagi industri baru dan re-
development proyek-proyek industri;
 Menyediakan lahan yang diperuntukkan untuk menunjang kegiatan industri,
sebagai tempat penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen;
 Menjamin pembangunan industri yang berkualitas tinggi, melindungi
penggunaan industri serta membatasi penggunaan non industri.
Untuk pengembangan zona industri dalam lingkup Kawasan perlunya diatur
lebih rinci dalam konsep pengendalian ruang, sehingga kegiatan yang dimaksud
tidak menjadi fungsi utama dalam zona, tetapi merupakan kegiata penunjang atau
aksesori dalam suatu zona. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat fasilitas
pergudangan yang terletak di sub BWP IV, sementara kegiatan industri hanya
berupa industri rumah tangga, berupa industri perbengkelan, meubel, industri
makanan, dan industri ruamahan lainnya. Untuk menjaga keseinambungan
pembangunan Kawasan Perkotaan Pangkajene sebagai salah satu kawasan
perdagangan yang unggul, maka kegiatan industri perlu pengaturan pemanfaatan
ruang secara terbatas dan bersyarat, sehingga untuk kegiatan industri diharapkan
dapat menempati ruang untuk mendukung aktifitas industri besar yang berdekatan
dengan wilayah perencanaan (Industri Semen).

4.3.6. Zona Peruntukan Lainnya


Zona lain yang dimaksud disini adalah zona yang tidak selalu berada di
kawasan perkotaan. berdasarkan hasil identifikasi, terdapat zona lain yang akan
diarahkan pemanfaatannya dalam ruang wilayah Kota Pangkajene, yaitu antara
lain meliputi zona pertanian, dan zona pariwisata.

A. Zona Pertanian (PL-1.1)


Sesuai dengan arahan peruntukan ruang di Kabupaten Pangkajene
Kepulauan yang merupakan salah satu daerah yang diperuntukkan untuk
mengembangkan kegiatan pangan melalui intensifikasi areal persawahan, dimana

LAPORAN RENCANA IV - 54
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

di Kota Pangkajene juga tersebar areal persawahan yang cukup dominan pada
beberapa sub-BWP sehingga perlu dideliniasi areal persawahan sesuai dengan
potensi yang dinilai dari produktifitas dan kelengkapan sarana prasarana seperti
jaringan irigasi teknis, jaringan jalan. Dengan demikian, bagian kawasan yang
ditetapkan sebagai zona pertanian yaitu terletak di sub BWP III, sub BWP IV, sub
BWP V, dan sub BWP VI khususnya bagian kawasan yang memiliki areal
persawahan yang beririgasi teknis.

B. Zona Pariwisata (PL-3)


Zona wisata yang dapat dikembangkan di wilayah perencanaan merupakan
ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan rekreasi atau wisata kota, dengan skala
pelayanan kawasan dan Kota Pangkajene. Zona wisata yang diarahkan
pengembangannya terdapat di Kawasan sempadan Sungai Pangkajene, dengan
bercampurnya sistem aktivitas pada zona terebut, maka peruntukan pemanfaatan
pada kawasan tersebut membentuk zona campuran dengan beberapa aktivitas
penunjang, seperti perdagangan, pelayanan umum, rekreasi, dan RTH.

LAPORAN RENCANA IV - 55
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

TABEL 4.19
PERUNTUKAN POLA RUANG BERDASARKAN PEMBAGIAN SUB BWP
NO. KODE ZONA DASAR KODE ZONA SPESIFIK LUAS (M2) LUAS (HA)
SUB BWP I
1 Jaringan Jalan Jaringan Jalan 885462,24 88,55
2 Irigasi Irigasi 1359,20 0,14
3 Sungai Sungai 170320,61 17,03
4 (C) Campuran (C-1) Permukiman & Perdagangan/Jasa 529185,44 52,92
5 (C) Campuran (C-2) Permukiman & Perkantoran 3,11 0,00
6 (K) Perdagangan & Jasa (K-3) Perdagangan & Jasa 16894,99 1,69
7 (K) Perkantoran (KT-1) Perkantoran Pemerintah 12,94 0,00
8 (PB) Perlindungan Kawasan Bawahnya (PB-1) Danau Buatan 11636,83 1,16
9 (PL-1) Pertanian (PL-1.2) Tambak 31601,37 3,16
10 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 104504,47 10,45
11 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 2404281,47 240,43
12 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 3500944,31 350,09
13 (R) Permukiman (R-2) Permukiman (Tinggi) 110758,14 11,08
14 (RTH) RTH (RTH-2) RTH Pemakaman 40496,15 4,05
15 (RTH) RTH (RTH-1) Taman Kota 102698,57 10,27
16 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-3) Kesehatan 1052,02 0,11
17 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-4) Olahraga 35660,67 3,57
18 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-1) Pendidikan 2887,02 0,29
19 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-6) Peribadatan 42000,23 4,20
20 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-2.1) Terminal 1096,20 0,11
SUB TOTAL 7992855,98 799,29

LAPORAN RENCANA IV - 56
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

SUB BWP II
1 Jaringan Jalan 957522,35 95,75
2 Irigasi Irigasi 7162,78 0,72
3 Sungai Sungai 96018,06 9,60
4 (C) Campuran (C-1) Permukiman & Perdagangan/Jasa 265496,51 26,55
5 (C) Campuran (C-2) Permukiman & Perkantoran 108082,14 10,81
6 (K) Perkantoran (KT-1) Perkantoran Pemerintah 292193,41 29,22
7 (K) Perkantoran (KT-2) Perkantoran Swasta 26990,00 2,70
8 (PB) Perlindungan Kawasan Bawahnya (PB-1) Danau Buatan 23623,39 2,36
9 (PL-1) Pertanian (PL-1.1) Sawah 321537,66 32,15
10 (PL-1) Pertanian (PL-1.2) Tambak 65098,20 6,51
11 (PL) Pariwisata (PL-3) Pariwisata 2586,99 0,26
12 (PS) Perlindungan Setempat (PS-4) Kawasan Sekitar Danau 18732,12 1,87
13 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 73324,50 7,33
14 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 946106,56 94,61
15 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 3100775,72 310,08
16 (RTH) RTH (RTH-3) Hutan Kota 78233,52 7,82
17 (RTH) RTH (RTH-2) RTH Pemakaman 7261,68 0,73
18 (RTH) RTH (RTH-1) Taman Kota 137401,08 13,74
19 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-3) Kesehatan 54536,83 5,45
20 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-4) Olahraga 130291,18 13,03
21 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-1) Pendidikan 198554,26 19,86
22 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-6) Peribadatan 51373,71 5,14
23 PL-1) Pertanian (PL-1.3) Kebun Campuran 3856,78 0,39
24 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Rawa 2654,65 0,27
SUB TOTAL 6.969.414,08 696,94

LAPORAN RENCANA IV - 57
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

SUB BWP III


1 Jaringan Jalan 211777,14 21,18
2 Irigasi Irigasi 435,24 0,04
3 Sungai Sungai 145318,92 14,53
4 (C) Campuran (C-1) Permukiman & Perdagangan/Jasa 11435,13 1,14
5 (PL-1) Pertanian (PL-1.1) Sawah 2747159,26 274,72
6 (PL-1) Pertanian (PL-1.2) Tambak 1508432,10 150,84
7 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Mangrove 4547,29 0,45
8 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 205,27 0,02
9 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 854113,43 85,41
10 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 119595,26 11,96
11 (RTH) RTH (RTH-2) RTH Pemakaman 1256,76 0,13
12 (RTH) RTH (RTH-1) Taman Kota 16544,84 1,65
13 (SC) Cagar Alam (SC-2) Karst 2585512,64 258,55
14 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-4) Olahraga 7656,35 0,77
15 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-1) Pendidikan 4404,53 0,44
16 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-6) Peribadatan 9687,45 0,97
17 PL-1) Pertanian (PL-1.3) Kebun Campuran 56142,11 5,61
18 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Rawa 2084,35 0,21
SUB TOTAL 8286308,07 828,63
SUB BWP IV
1 Jaringan Jalan 616132,30 61,61
2 Irigasi Irigasi 5202,31 0,52
3 Sungai Sungai 128157,97 12,82

LAPORAN RENCANA IV - 58
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

4 (C) Campuran (C-1) Permukiman & Perdagangan/Jasa 1074611,56 107,46


5 (I) Industri (I-2) Industri Rumah Tangga 94577,79 9,46
6 (K) Perdagangan & Jasa (K-3) Perdagangan & Jasa 145964,13 14,60
7 (PB) Perlindungan Kawasan Bawahnya (PB-1) Danau Buatan 8168,00 0,82
8 (PL-1) Pertanian (PL-1.1) Sawah 2251873,97 225,19
9 (PL) Pariwisata (PL-3) Pariwisata 2991,14 0,30
10 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 80499,37 8,05
11 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 1101541,00 110,15
12 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 3690675,43 369,07
13 (R) Permukiman (R-2) Permukiman (Tinggi) 433498,69 43,35
14 (RTH) RTH (RTH-2) RTH Pemakaman 9374,89 0,94
15 (RTH) RTH (RTH-1) Taman Kota 105337,56 10,53
16 (SC) Cagar Alam (SC-2) Karst 526513,52 52,65
17 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-3) Kesehatan 47334,00 4,73
18 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-4) Olahraga 3136,52 0,31
19 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-6) Peribadatan 19598,39 1,96
20 PL-1) Pertanian (PL-1.3) Kebun Campuran 45589,18 4,56
21 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-5) Sosial Budaya 45525,48 4,55
22 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-2.1) Terminal 21247,74 2,12
SUB TOTAL 10457550,94 1.045,76
SUB BWP V
1 Jaringan Jalan 278143,67 27,81
2 Irigasi Irigasi 224,57 0,02
3 Jaringan Rel Kereta Api Jaringan Rel Kereta Api 4384,50 0,44

LAPORAN RENCANA IV - 59
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

4 Sungai Sungai 447953,78 44,80


5 (PL-1) Pertanian (PL-1.2) Tambak 15645857,76 1.564,59
6 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Mangrove 1506,82 0,15
7 (PS) Perlindungan Setempat (PS-1) Sempadan Pantai 293665,80 29,37
8 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 98186,36 9,82
9 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 987859,89 98,79
10 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 871591,45 87,16
11 (RTH) RTH (RTH-4) Jalur Hijau 89558,99 8,96
12 (RTH) RTH (RTH-1) Taman Kota 9978,39 1,00
13 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-3) Kesehatan 35926,81 3,59
14 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-4) Olahraga 19211,44 1,92
15 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-6) Peribadatan 13400,19 1,34
16 Laut Laut Laut Laut 417862,42 41,79
SUB TOTAL 19215312,84 1.921,53
SUB BWP VI
1 Jaringan Jalan 131132,99 13,11
2 Jaringan Rel Kereta Api Jaringan Rel Kereta Api 6642,35 0,66
3 Sungai Sungai 716122,84 71,61
4 (PL-1) Pertanian (PL-1.2) Tambak 13096430,71 1.309,64
5 (PL) Pariwisata (PL-3) Pariwisata 14677,19 1,47
6 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Mangrove 26676,02 2,67
7 (PS) Perlindungan Setempat (PS-1) Sempadan Pantai 616140,10 61,61
8 (PS) Perlindungan Setempat (PS-2) Sempadan Sungai 297840,66 29,78
9 (R) Permukiman (R-4) Permukiman (Rendah) 100477,40 10,05

LAPORAN RENCANA IV - 60
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

10 (R) Permukiman (R-3) Permukiman (Sedang) 397330,93 39,73


11 (RTH) RTH (RTH-4) Jalur Hijau 135687,97 13,57
12 (RTH) RTH (RTH-2) RTH Pemakaman 1853,93 0,19
13 (SPU) Sarana Pelayanan Umum (SPU-3) Kesehatan 2716,67 0,27
14 Laut Laut Laut Laut 488982,26 48,90
15 PL-1) Pertanian (PL-1.3) Kebun Campuran 129867,08 12,99
16 (PS) Perlindungan Setempat (PS-3) Rawa 2012,11 0,20
SUB TOTAL 16164591,21 1.616,46
TOTAL 69086033,12 6.908,61
Sumber : Hasil Rencana Tim

LAPORAN RENCANA IV - 61
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Gambar 4.11
Peta Rencana Pola Ruang Zona Budidaya Kota Pangkajene

LAPORAN RENCANA IV - 62
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Pangkajene Tahun 2013
Dinas PU dan Tata Ruang Kabupaten Pangkep

Gambar 4.12
Peta Rencana Pola Ruang Kota Pangkajene

LAPORAN RENCANA IV - 63

Anda mungkin juga menyukai