Anda di halaman 1dari 9

ISSN 2337-6686

ISSN-L 2338-3321

MANFAAT KAJIAN FILASAFAT, NILAI ETIKA DAN


PRAGMATIS ILMU PENGETAHUAN UNTUK
MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH

Tjen Dravinne Winata


Universitas M.H. Thamrin Jakarta
E-mail: tjendw@yahoo.com.sg

Abstrak: Untuk melakukan penelitian ilmiah yang benar, peserta didik tingkat akademi/universitas di Indonesia perlu mengetahui metode
ilmiah, nilai etika dan nilai pragmatis yang dikaji dari filsafat ilmu pengetahuan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh
gambaran tentang peraturan-peraturan metode ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika
dan nilai pragmatis dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara retrospektif
kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa: (1) Metode ilmiah yang dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai hukum dan peraturan-peraturan
penelitian, akan menjamin kesahihan hasil penelitian. 2. Hal mendasar dalam melakukan penelitian ilmiah adalah sistematis, benar, jelas dan
logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian. (3) Metode ilmiah sebagai langkah-
langkah, hukum atau aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: (a) Perumusan masalah, (b) Pengajuan hipotesis, (c) Proses
deduksi hipotesis melalui kajian literatur, (d) Pembuktian hipotesis melalui proses induksi, (e) Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau
teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif.

Kata kunci: metode ilmiah, ilmu, pengetahuan, penelitian.

Abstract: To conduct a scientific research, the students of the Academy/University in Indonesia need to know the scientific method, ethical
values and the value of the examined from pragmatic philosophy of science.The purpose of this paper is to obtain an overview of the rules of
the scientific method in conducting a scientific research, through the study of philosophy of science, ethics, values and pragmatic value in
searching for the truth of science. The method used literature review with a qualitative retrospective approach. It can be concluded that: (1)
the scientific method that is implemented in a responsible and legal research, regulations would ensure the validity of research results, (2)
The fundamental thing in conducting scientific research is a systematic, correct, clear and logical scientific methods as well as appropriate
defensible laws or rules of the study, (3) The scientific method as measures, laws or rules in seeking the truth of science are: (a) formulation
of the problem, (b) the filing of a hypothesis, (c) the process of deduction hypothesis through the study of literature, (d) Proving the hypothesis
through the process of induction, (e) the acceptance of the results of the research become a new scientific theory or science that is constructive.

Key words: scientific method, science, knowledge, research.

PENDAHULUAN berdasarkan hasil monitoring UNESCO terhadap fasilitas,


Latar belakang penulisan makalah ini adalah perlunya akses, dan pemerataan atas distribusi institusi pendidikan
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di telah terjadi penurunan peringkat kualitas pendidikan di
Indonesia dimana salah satunya melalui penerapan metode Indonesia sebesar ±0,1% pada tahun 2011-2012.
ilmiah tanpa mengabaikan nilai etika dan nilai pragmatis Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
dalam pelaksanaan penelitian ilmiah sebagai pemenuhan memperoleh gambaran tentang peraturan-peraturan metode
persyaratan kelulusan bagi peserta didik tingkat ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah, melalui kajian
akademik/universitas di Indonesia. Hal ini mengingat filsafat ilmu pengetahuan, nilai etika dan nilai pragmatis
masih terdapat peserta didik yang terpaksa drop out, dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan yang sudah
karena sejak awal kurang memahami hukum atau berkembang sejak pertengahan abad ke 2. Jenis penelitian
peraturan-peraturan metode ilmiah dalam penelitiannya, ini adalah kajian pustaka dengan pendekatan secara
sehingga tidak mampu menyelesaikan tugas akhir sesuai retrospektif kualitatif.
dengan waktu yang ditetapkan.
Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu PEMBAHASAN
kunci keberhasilan dalam pengembangan intelektual dan Perbedaan Pengetahuan dan Pengalaman
profesionalisme masyarakat, serta perannya menjadi Menurut Soekidjo N.(2005), perbedaan pengetahuan
semakin penting saat Indonesia harus menjadi kuat dalam (knowledge) dengan ilmu (science) adalah hanya pada
menghadapi persaingan global. Menurut USAID (2014), keguna untuk eksistensi kehidupan sehari-hari atau hanya

Jurnal Ilmiah WIDYA 32 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

bersifat sebagai existensial pragmatis, yang diperoleh 1. Sumber Pengetahuan; wilayah filsafat yang
manusia dari bakatnya. Hal ini untuk mengetahui segala mempertanyakan tentang bagaimana cara pengetahuan
sesuatu yang berasal dari pengalaman persentuhan diperoleh yakni (a) sumber rasio dan (b) religi yang
inderanya (empirisme) dengan obyek pada alam sekitar dalam perkembangannya telah menyebabkan keberpihakan
yang nyata maupun tidak. Pengalaman ini akan menjadi
tentang sumber pengetahuan ini, dan membagi faham
pengetahuan jika manusia membuat keputusan untuk
Filsafat menjadi 2, yaitu (1) Faham Rasionalisme,
mengolah obyek pengalaman, menurut sudut pandangnya
dipelopori oleh Rene Descartes sebagai Bapak Filsafat
berdasarkan akal budinya (rasionalisme). Perbedaan sudut
Rasionalisme/Bapak Filsafat Modern, diikuti oleh Spinoza
pandang manusia ini yang membedakan pengetahuan
yang dihasilkan sedangkan upaya mencari kaitan dan dan Reibnis. Faham ini berkembang di Eropa dan dikenal
hubungan antara pengetahuan yang satu dengan yang lain sebagai Filsafat Anglosaxon, mengakui rasio/akal/pikiran
telah memicu manusia untuk selalu berpikir analitik. sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti
Pengetahuan ini baru dapat disebut ilmu (science) benar, selanjutnya dikenal sebagai cara berpikir deduktif.
jika sudah dikaji secara ilmiah, dengan kriteria: (1) Pengetahuan yang dihasilkan adalah pengetahuan apriori
mengandung 2 tingkat kesadaran yaitu: (a) Kesadaran yang mengandalkan pengetahuan akal budi atau
tingkat pertama; kesadaran adanya obyek (dalam pengetahuan sebelum tahu atau mendahului pengalaman;
keyakinan), (b) Kesadaran tingkat kedua; kesadaran (2) Faham Empirisme; dipelopori oleh David Hume
bahwa ia sadar adanya obyek (fakta/empiris berdasarkan
diikuti oleh Berkeley dan John Lock, yang berkembang
panca indera sebagai alat bantu). (2) Jenis pengetahuan
di Inggris dan dikenal sebagai Filsafat continental, faham
yang terdiri: (a) Pengetahuan khusus; pengetahuan hanya
ini mengakui indera dalam memperoleh pengetahuan
mengenai satu saja, contohnya segitiga lancip, meja
berdasarkan fakta-fakta dari pengalaman empiris sebagai
makan, rumah joglo, (b) Pengetahuan umum;
pengetahuan yang berlaku bagi seluruh jenis dan masing- satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang pasti benar
masing dalam macamnya sendiri, contohnya segitiga, karena akal budi hanya dapat berfungsi kalau ada acuannya
meja, rumah. (c) Pengetahuan biasa; pengetahuan dalam realitas atau pengalaman, selanjutnya dikenal sebagai
kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui lebih lanjut atau cara berpikir induktif. Pengetahuan yang dihasilkan adalah
seluk beluknya, contohnya tahu tentang air, binatang, laut, pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan berdasarkan
(d) Pengetahuan tidak biasa; pengetahuan yang tidak pengalaman panca indera yang sudah dibuktikan kebenaran
sekedar apanya sesuatu, tetapi sampai pada mengapa dan faktanya.
bagaimana sesuatu itu ada.
Faham Sintesis; yang dipelopori oleh Immanuel
Kant merupakan upaya sintesis atau penggabungan kedua
Beberapa Dasar Ilmu Pengetahuan
faham Rasionalisme dan Empirisme, faham ini yang
Menurut Soekidjo N. (2005):
“Ilmu pengetahuan harus didasarkan pembuktian pengetahuan yang percaya bahwa pengetahuan harus didukung oleh kedua
berasal pengalaman empiris (fakta), dan dibatasi oleh sifat fenomena
(gejala/kejadian/ keadaan pada suatu saat tertentu) terhadap suatu sumber yang ada, baik sumber pengetahuan berdasarkan
obyek yang menyentuh indera dan telah diolah dan diputuskan
berdasarkan akal budi (rasio) subyek”.
pertimbangan rasio maupun pengetahuan empiris yang
Menurut Toeti N. (2005) dan Wikipedia (2014) tertangkap dalam ruang dan waktu. Pengalaman
bahwa terdapat 4 hal mendasar yang dipertanyakan tentang (empirisme) yang diperoleh melalui indera penting sebagai
pengetahuan agar dapat dikategorikan menjadi ilmu dasar membentuk pengetahuan, akal budi (rasionalisme)
pengetahuan ilmiah yaitu: juga penting untuk mengolah pengalaman tersebut.

Jurnal Ilmiah WIDYA 33 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

Menurut Immanuel Kant: ketahui, dan dapat ditangkap oleh panca indera serta
“pengetahuan tanpa rasio adalah buta, pengetahuan tanpa empiri
adalah kosong”. Ilmu Pengetahuan harus merupakan hasil dari prinsip bahwa semua yang di lihat ini adalah gejala; dan
perpaduan kedua sumber pengetahuan rasio dan empiris atau cara (2) Nomenon; sesuatu yang tidak diketahui dan berada
berpikit deduktif (rasio) dan induktif (pengalaman empiris indera)”.
di luar jangkauan indera kita, tetapi sangat nyata dan
Masalah lainnya adalah adanya perbedaan antara
sangat mempengaruhi dan sangat berarti dalam menata
individu yang satu dengan individu yang lain, dimana apa
hidup agar kita menjadi orang yang bermoral dan
yang sama-sama dialami secara fisik/indera manusia oleh
beragama, misalnya Tuhan, jagat raya, nasib manusia,
masing-masing individu, akan memberikan kesan persepsi
jiwa, ide, dan lain lain.
yang diterima/pengalaman berbeda-beda pada masing-
3. Struktur Pengetahuan; dibedakan menjadi dua yaitu
masing individu. Dengan kata lain pengetahuan yang
Subyek dan Obyek dengan batas-batas tertentu. Rene
berawal dari pengalaman sehari-hari yang sama (misalnya
Descartes membedakan batas-batas subyek dan obyek
bahasa dan pengalaman), dapat berkembang menjadi teori menjadi 2 substansi kesadaran, yaitu (a) Res Cogitans;
yang berbeda, sebagai akibat cara berpikir/akal kesadaran subyek tentang kehadiran dan keberadaannya.
sehat/penalaran akal budi/fokus pengamatan yang berbeda. Dengan moto: Saya berpikir maka saya ada (cogito ergo
sebagai contoh teori figure-ground phenomena atau sum), Aku merupakan kesadaran, dan (b) Res extensa;
Psikologi Gestalt, dimana manusia dapat dengan mudah keluasan obyek yang dihadapi kesadaran (substansi res
menangkap bentuk/figure, karena ada kontur (garis bentuk) extensa).
yang membatasi bentuk dari latar di belakangnya. Untuk 4. Keabsahan Pengetahuan; dibedakan berdasarkan 3
dapat melihat gambar latar berupa 2 (dua) wajah saling teori kebenaran pengetahuan, yaitu: (a) Kebenaran
berhadapan, menurut Psikologi Gestalt, manusia dituntut Koherensi; jika tidak ada kontradiksi antara gagasan
melakukan pengamatan lebih terhadap bagian-bagian dari yang satu dengan gagasan yang lain, maka kedua gagasan
bentuk yang harus tampak terorganisir. bersifat koheren atau konsisten karena kedua gagasan
tersebut sama. Sebagai contoh, suatu pernyataan dianggap
benar bila pernyataan itu (misalnya pada proposisi
tentatif/hipotesis) bersifat koheren atau konsisten dengan
hasil penelitian/teori/ pernyataan sebelumnya (b)
Kebenaran Korespondensi (veritas est adaequatio rei
et intellectus); jika ada persesuaian atau hubungan antara
ide (gagasan pada proposisi tentatif/hipotesis) dengan
deskripsi realitas obyek dari ide atau fakta empiris hasil
penelitian/ observasi/ eksperimen. Sebagai contoh, ide
Gambar 1. Psikologi Gestalt, Figure- ground Phenomena. atau gagasan baru dianggap benar jika hasil survei memang
Bentuk/figure (Warna Hitam- Vas Bunga) dan
Latar/ground (Warna Putih - Dua Wajah Saling
benar, misalnya ide bahwa semua peserta didik S3
Berhadapan). Sumber www.File: Multistability, mempunyai mobil mewah. Untuk menyatakan bahwa ide
Wikipedia, the Free Encyclopedia-en.wikipedia .
org/ wiki/gestalt_psychology. ini benar maka harus dilakukan survei dahulu. Jadi suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
2. Batas-batas Pengetahuan; adalah pada apa yang kita dikandung dalam pernyataan tersebut, berkorespondensi
ketahui dan apa yang tidak kita ketahui dan tercakup (ada persesuaian/hubungan) dengan obyek (deskripsi
dalam ruang dan waktu. Hal ini dibedakan menjadi: (1) realitas obyek/hasil penelitian) yang dituju oleh pernyataan
Fenomenon (gejala); batas pengetahuan yang dapat di tersebut; dan (c) Kebenaran Pragmatis; jika ada

Jurnal Ilmiah WIDYA 34 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

kebenaran yang bersifat konstruktif dan asas manfaat bagi (a) Proses Induksi; mengandalkan pengetahuan dari
kesejahteraan masyarakat diukur dengan kriteria lain fakta-fakta pengalaman empiris yang dikumpulkan oleh
selain nilai benar. Sebagai contoh, kriteria fungsional masyarakat ilmiah sebagai hasil pengamatan indera dan
dalam kehidupan praktis, nilai mantap, mahal, ekonomis dinilai paling penting oleh Thomas Kuhn. (b) Proses
untuk konstruksi jembatan, atau nilai aman dan etis untuk Deduksi; mengandalkan pengetahuan berdasarkan
bedah jantung dan lain-lain. Contoh kebenaran pragmatis nalar/akal budi/rasio, yang dikenal sebagai dunia ide dan
ilmu adalah jika ilmu itu bermanfaat, aman dan etis walau dinilai paling penting oleh Carl Popper. (c) Bahasa Ilmiah
tidak koheren atau tidak korenpondensi, misalnya pada yang sangat erat hubungannya dengan logika dan statistika
Ilmu Bedah Jantung. sebagai sarana berpikir ilmiah.
Menurut Toeti N. (2005): “Hakikat kebenaran ilmu 3. Disusun secara Sistematis mengikuti Logika Tertentu
pengetahuan, harus dapat diverifikasi/dipertanggung-jawabkan
lewat metodologi sebagai jalan yang harus dilalui/ditempuh
Ada 6 langkah dan 5 komponen informasi penting
untuk mengubah pengetahuan menjadi ilmu dan pelaksanaannya dalam pencarian kebenaran pengetahuan, yang harus
harus jelas dan logis”.
dilaksanakan secara sistematis menurut urutan logika
berpikir deduktif dan induktif, yaitu:
Perbedaaan Pengetahuan (Knowledge) dan Ilmu a) Langkah 1: Penemuan atau Penentuan masalah
Pengetahuan (Science) (informasi pertama -masalah); Persepsi dan bahasa
Menurut Soekidjo N. (2005), seumum-umumnya sebagai pengalaman sehari-hari masyarakat ilmiah.
ilmu pengetahuan masih harus didasarkan pada pembuktian Persepsi adalah apa yang dilihat sehari-hari, variabel yang
ilmiah, baik berdasarkan pengalaman empiris maupun mempengaruhi persepsi: (1) atribut obyek persepsi, (2)
keputusan rasio yang mendalam. Jadi bukan sekedar situasi lingkungan sosial persepsi, dan (3) karakteristik
mengetahui obyeknya saja tetapi penalarannya harus subyek yang mempersepsi. Bahasa adalah bahasa yang
mencakup: (1) Penyelidikan/penelitian dengan cara/metode digunakan sehari-hari oleh masyarakat ilmiah, sedangkan
tertentu, dan (2) Dari hasil penyelidikan tersebut disusun pemurnian, adalah tuntutan agar persepsi dan bahasa
teori yang sistematis, logis dan obyektif. Dengan kata (pengalaman sehari-hari) didefinisikan dengan akal
lain ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri: sehat/rasio peneliti, terkendali/terarah sehingga menjadi
1. Ada Obyek; Obyek Ilmu Pengetahuan dibedakan istilah-istilah/konsep-konsep ilmiah yang dapat digunakan
menjadi obyek material sebagai obyek yang diselidiki, saat merumuskan masalah penelitian.
yang dapat sama atau juga umum serta obyek formal b) Langkah 2: Perumusan Kerangka Masalah atau
mendeskripsikan masalah dengan jelas; Masalah penelitian
sebagai obyek khusus dari sudut mana ilmu itu dikaji dan
(problem) adalah masalah-masalah yang dijumpai oleh
yang mencirikan/membedakan ilmu satu dengan ilmu
masyarakat ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, yang
yang lain). Contohnya pada Sosiologi dan Psikologi,
harus dirumuskan secara ilmiah dalam konteks yaitu:
obyek materia manusia, akan tetapi untuk obyek formalnya
(1) Latar Belakang Penelitian; Masalah dapat terjadi
berbeda. Obyek formal untuk Sosiologi adalah kebudayaan
jika ada kesalahan/ kekeliruan atau perbedaan antara
manusia, sementara obyek formal Psikologi pada keadaan
kenyataan yang dijumpai di lapangan dengan apa yang
psikologis manusia. seharusnya (teori-teori ilmu pengetahuan dari hasil-hasil
2. Ada Metode (Metodologi); yang menjamin untuk penelitian terdahulu/dari kepustakaan/internet). Masalah-
mencari kebenaran ilmu, berupa 3 sistem langkah atau masalah yang dijumpai ini disampaikan secara ringkas
peraturan yang menyangkut prosedur dalam rangka sebagai pernyataan dalam latar belakang tentang perlunya
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu, yaitu: dilakukan penelitian. (2) Tujuan Penelitian disampaikan

Jurnal Ilmiah WIDYA 35 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

dalam bentuk pernyataan ringkas tentang upaya untuk dihasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat rasional,
menjawab permasalahan. (3) Pertanyaan Penelitian. koheren (tidak ada kontradiksi) dan konsisten dengan
Perumusan masalah yang dijumpai sebagai pertanyaan ilmu pengetahuan yang sebelumnya (hasilnya pengetahuan
yang harus dijawab melalui pelaksanaan penelitian apriori= mengandalkan pengetahuan terdahulu sebelum
berdasarkan hukum/kaidah-kaidah metode penelitian proses tahu atau mendahului pengalaman). Pola berpikir
ilmiah. (4) Jawaban sementara atas masalah/pertanyaan yang digunakan adalah Silogismus, yaitu dari dua premis
penelitian disampaikan dalam bentuk hipotesa penelitian. (pernyataan) ditarik satu kesimpulan, sebagai contoh:
(5) Jawaban akhir atas masalah, tujuan dan pertanyaan 1. Premis mayor: semua mahluk hidup mempunyai mata
penelitian harus disampaikan dalam kesimpulan dan saran 2. Premis minor: ikan adalah mahluk hidup
atas kesimpulan penelitian. 3. Kesimpulan: ikan mempunyai mata
c) Langkah 3: Pengajuan (perumusan) Hipotesis e) Langkah 5: Pembuktian Hipotesis (Informasi
(informasi kedua-hipotesa). Hipotesis adalah proposisi keempat- Observasi/ eksperimen), melalui proses
tentatif sebagai hasil penggabungan konsep-konsep ilmiah observasi/eksperimen/verifikasi/falsifikasi (error
dengan bahasa ilmiah, sehingga menjadi penyataan elimination); berdasarkan proses induksi yang dilakukan
sementara peneliti yang dapat diverifikasi/dipertanggung- secara bersamaan dengan proses deduksi, untuk
jawabkan dan berisi gagasan/tebakan/jawaban sementara mengeliminasi kesalahan/kekeliruan agar tebakan/
atas pertanyaan/masalah penelitian. Hipotesis dirumuskan pernyataan sementara peneliti (hipotesis) tidak salah/tidak
berdasarkan adanya hubungan (sebab akibat/koherensi/ keliru/tidak meleset dan kesimpulan dari fakta-fakta sesuai
korespondensi dan konsisten) antara masalah penelitian dengan hukum penelitian yang berlaku yaitu:
dengan teori-teori dari hasil penelitian terdahulu (yang (1) Hukum; yang dimaksud adalah dasar yang digunakan
disampaikan sebagai tinjauan pustaka/kerangka teori selama proses pembuktian kebenaran proposisi tentatif,
penelitian). (informasi ketiga-teori). Perumusan hipotesa kebenaran karena adanya hubungan sebab
sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengetahuan tertentu akibat/kesesuaian/tidak kontradiksi/konsistensi antara
dari peneliti, karena mengandalkan rasio/cara obyek penelitian dan perlakuan yang diberikan selama
berpikir/penalaran akal budi peneliti dan bertumpu pada observasi/eksperimen. Hukum dapat berupa: (a) Teori
fokus pengamatan peneliti yang dipengaruhi oleh keluasan paradigma, teori dominan hasil penelitian terdahulu,
pengalaman empiris peneliti (sesuai kenyataan obyektif). yang dimanfaatkan sebagai dasar untuk membuktikan
d) Langkah 4: Deduksi dari hipotesis; proses identifikasi proposisi tentative; (b) Langkah-langkah Metode ilmiah/
fakta-fakta apa yang dapat dilihat di lapangan dengan siklus empiris yang harus dilaksanakan.; dan (c) Hukum
memanfaatkan logika deduksi. Logika adalah upaya alamiah yang berlaku pada obyek penelitian, misalnya
pengkajian dengan berpikir secara sahih. Logika digunakan hukum berat jenis pada zat cair. (2) Falsifikasi; adalah
selama proses penalaran dalam mencari pengetahuan, upaya untuk mencoba menghilangkan kesalahan/
agar pengetahuan yang dihasilkan melalui proses berpikir kekeliruan, agar hipotesa (penyataan yang masih harus
mempunyai dasar kebenaran sehingga kesimpulan yang dibuktikan melalui penelitian/eksperimen/obeservasi)
dihasilkan dapat dianggap sahih. Logika deduktif adalah tidak salah/keliru/meleset dan agar hasil penelitian tidak
upaya penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum bertentangan/kontradiksi dengan teori-teori ilmu
menjadi hal-hal yang bersifat khusus (umum ke umum pengetahuan terdahulu, akan tetapi bukan berarti anomali
atau umum ke khusus) dalam rangka menghasilkan ilmu- (penyimpangan terhadap teori-teori) tidak dimungkinkan,
ilmu deduktif. Dari berpikir secara logika deduktif akan karena anomali-anomali ini dapat menjadi pemicu

Jurnal Ilmiah WIDYA 36 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

munculnya paradigma baru (teori-teori dominan baru) Nilai Etika dan Nilai Pragmatis Ilmu Pengetahuan
jika didukung konsensus antara para peneliti Beberapa hal yang yang harus dipertimbangkan agar
(intersubyektif). (3) Proses Deduksi; proses pembuktian ilmu pengetahuan yang baru dihasilkan dari penelitian,
memanfaatkan rasio/akal budi peneliti dan logika deduktif, dapat dikategorikan sahih dan bersifat universal, yaitu:
memanfaatkan kepustakaan teori-teori ilmu pengetahuan 1. Teori hasil penelitian merupakan hasil pembuktian atas
hasil penelitian terdahulu sebagai titik tolak kerangka tebakan/hipotesa/proposisi tentatif yang teruji atau dapat
teori. (4) Proses induksi; proses pembuktian dipertanggung-jawabkan kebenarannya, termasuk
memanfaatkan indera dan pengalaman empiris peneliti kebenaran pragmatis (nilai aman, manfaat, etis, dan nilai
lainnya selain nilai benar) serta harus bersifat obyektif
dan logika induktif melalui penarikkan kesimpulan dari
(tetap ada walau subyek sudah meninggal), sehingga
hal-hal yang khusus menjadi hal-hal yang bersifat umum
ilmu/teori/ide-ide yang dihasilkan akan menjadi warisan
untuk menghasilkan ilmu-ilmu induktif dengan kriteria,
bagi generasi manusia selanjutnya
bahwa suatu pernyataan adalah benar jika materi
2. Proses pelaksanaan penelitian selain harus didasarkan
pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan tersebut.
atas hukum penelitian, juga harus didasarkan pada:(a)
Sebagai contoh penyataan sementara/proposisi tentatif/ Kekuatan argumentasi, (b) Mempercayai cara berpikir
hipotesa harus berkorespondensi/berhubungan atau ada rasional, (c) Bersifat terbuka terhadap kritik dan kebenaran
persesuaian/koheren/ tidak kontradiktif dengan obyek yang lain; (d) Bersifat pragmatis (konstruktif) dan harus
yang dituju oleh pernyataan tersebut dengan kata lain didasari sifat-sifat: (1) Azas manfaat bagi orang banyak;
deskripsi realitas obyek hasil penelitian harus sesuai (2) Tidak merubah kodrat manusia; (3) Tidak merendahkan
hipotesa penelitian. martabat manusia,(4) Tidak mencampuri permasalahan
f) Langkah 6: Penerimaan Kesimpulan atau Hasil tentang kehidupan (misalnya penggunaan alat kontrasepsi
Pembuktian hipotesis menjadi teori ilmiah atau upaya masih bertentangan dengan beberapa hukum agama), dan
generalisasi ilmu pengetahuan baru. (Informasi kelima- (5) Netral dari nilai yang bersifat dogmatis (misal Tuhan
kesimpulan); Kesimpulan harus berisi jawaban atas menciptakan sesuatu/cara tertentu) dalam menafsirkan
pertanyaan penelitian, dirumuskan sebagai hasil dari hakekat realitas.
proses pembuktian hipotesis, melalui upaya Sesuai dengan norma etika penelitian yaitu nilai
observasi/eksperimen/klasifikasi yang didasarkan pada moral dalam pelaksanaan penelitian. Nilai etika mendorong
orang-orang atas kesadaran, kemauan, dan keinginan
metode ilmiah/hukum/peraturan-peraturan yang
bebasnya sendiri, untuk senantiasa menempatkan diri,
menyangkut prosedur untuk mendapatkan pengetahuan
bersikap, berperilaku, bertindak secara baik, benar, dan
yang disebut ilmu dan menjadi dasar dalam merumuskan
bertanggung jawab untuk menghindari hal-hal yang dinilai
saran.
buruk dan salah oleh kaidah-kaidah moral, pandangan
agama, dan pandangan hidup, serta oleh lingkungan sosial,
4. Menyangkut masyarakat profesional dan bersifat
budaya, dan kenyataan hidup di tengah masyarakat yang
universal; Penelitian ilmiah dilakukan oleh ilmuwan dipengaruhi dan terikat oleh perubahan-perubahan ruang
dalam suatu masyarakat ilmiah tertentu secara profesional. dan waktu. Etika penelitian berperan sebagai rambu-
Sifat universal ilmu pengetahuan didapat melalui upaya rambu moral, untuk menjaga agar proses dan hasil
generalisasi teori hasil penelitian, dalam bentuk upaya penelitian maupun interaksi yang terjadi selama proses
yang bersifat kontruktif agar teori yang dihasilkan dapat penelitian di antara peneliti dengan pemegang peran yang
dimanfaatkan oleh peneliti lain demi kesejahteraan lain (promotor penelitian, dosen pembimbing, lembaga
manusia. pendidikan, penyandang dana misalnya pabrik obat dan

Jurnal Ilmiah WIDYA 37 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

obyek penelitian sebagai mahluk hidup, khususnya Metode Penelitian Ilmiah dan Ilmu Pengetahuan
manusia), berlangsung sesuai dengan kaidah-kaidah moral. Uraian tentang ciri-ciri, cara-cara, nilai etika dan
Nilai moral yang dikaji adalah terkait dengan nilai-nilai nilai pragmatis dalam mengubah pengetahuan masyarakat
ilmiah agar dapat dikategorikan menjadi ilmu pengetahuan
buruk (evil/bad/kejahatan) dan nilai-nilai
ilmiah yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia,
kebaikan(good/keutamaan) tentang tingkah laku manusia
menjadi hal mendasar yang harus diperhatikan. Dalam
maupun nilai etis dalam proses memperoleh maupun saat
melakukan penelitian ilmiah yang sistematis, benar, jelas
pemanfaatan ilmu serta pertanyaan-pertanyaan yang timbul dan logis dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggung-
karenanya. Contoh proses penelitian yang tidak sesuai jawabkan serta sesuai hukum atau aturan penelitian seperti
etika adalah “plagiatisme”. yang terlihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Siklus Empiris sebagai Bagian dari Sistematika Penelitian Ilmiah

Jurnal Ilmiah WIDYA 38 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

Gambar 3. Piramida Ilmu Pengetahuan sebagai Langkah-langkah Ilmiah dalam Memperoleh Kebenaran Ilmu Pengetahuan.
Sumber: Hasil Modifikasi yang diadopsi dari Makalah Diskusi Soekidjo N dan Toeti N (2005).

Metode ilmiah sebagai langkah-langkah, hukum atau PENUTUP


aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah: Kesimpulan
1. Metode ilmiah yang dilaksanakan secara bertanggung-
(1) Perumusan masalah penelitian yang harus
jawab sesuai hukum dan peraturan-peraturan penelitian,
tergambar dalam latar belakang, tujuan dan pertanyaan
akan menjamin kesahihan hasil penelitian.
penelitian; (2) Pengajuan hipotesis sebagai pernyataan 2. Hal mendasar dalam melakukan penelitian ilmiah
atau jawaban sementara atas pertanyaan yang mewakili adalah sistematis, benar, jelas dan logis dengan metode
tujuan penelitian; (3) Proses deduksi hipotesis melalui ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan serta sesuai
kajian literatur agar hasil penelitian konsisten dan koheren hukum atau aturan penelitian.
3. Metode ilmiah sebagai langkah-langkah, hukum atau
dengan ilmu pengetahuan sebelumnya; (4) Pembuktian
aturan dalam mencari kebenaran ilmu pengetahuan adalah:
hipotesis melalui proses induksi (observasi/eksperimen/ (a) Perumusan masalah, (b) Pengajuan hipotesis, (c)
verifikasi/falsifikasi atau error elimination agar tebakan Proses deduksi hipotesis melalui kajian literatur, (d)
keliru/tidak meleset) yang dilakukan secara bersamaan Pembuktian hipotesis melalui proses induksi, (e)
dengan proses deduksi tanpa mengabaikan nilai etika Penerimaan hasil penelitian menjadi ilmu atau teori ilmiah
baru yang bersifat kontruktif.
penelitian; sampai (5) Penerimaan hasil penelitian menjadi
ilmu atau teori ilmiah baru yang bersifat kontruktif bagi
Saran-saran
kesejahteraan manusia karena bernilai pragmatis nilai 1. Perlu implementasi metode ilmiah yang benar dan
manfaat, etis, aman, efisien, efektif, dan nilai lainnya. bertanggung-jawab selama proses penelitian untuk

Jurnal Ilmiah WIDYA 39 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014


Manfaat Kajian Filasafat, Nilai Etika dan Pragmatis
Tjen Dravinne Winata, 32 - 40 Ilmu Pengetahuan untuk Melakukan Penelitian Ilmiah

peningkatan kualitas pendidikan setingkat akademik http://www.prestas0-iief.org/index.php/english/feature/68. Reflection


on Education in Indonesia, USAID diunduh dari (2014)
/universitas di Indonesia. Soekidjo Notoatmodjo. Etika dan Hati Nurani. Tanpa Penerbit. Tanpa
2. Perlu sosialisasi metode ilmiah sebagai bagian Kota. Tanpa Tahun.
Soekidjo Notoatmodjo. Etika sebagai Cabang Filsafat. Tanpa Penerbit.
sistematika penelitian ilmiah melalui proses pendidikan Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
maupun media informasi lain untuk mendukung peserta Soekidjo Notoatmodjo. Etika: Kebebasan dan Tanggung Jawab, Hak
dan Kewajiban. Tanpa Penerbit. Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
didik dalam melakukan penelitian ilmiah sebagai Soekidjo Notoatmodjo. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan
pemenuhan persyaratan kelulusan setingkat akademik ke S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia. Jakarta. 2005.
atas. Soekidjo Notoatmodjo. Metode Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit.
Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
Soekidjo Notoatmodjo. Pengantar Filsafat. Tanpa Penerbit. Tanpa
DAFTAR PUSTAKA Kota. Tanpa Tahun.
Budi Sampurna. Kebijakan, Etika dan Hukum Perumah-sakitan. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-prinsip Logika sebagai Sarana
Makalah Diskusi Jenjang Pendidikan S2 Fakultas Kesehatan Berpikir Ilmiah. Tanpa Penerbit. Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakart. 2008. Soekidjo Notoatmodjo. Proses Berpikir Ilmiah (Induksi-Deduksi) .
Does Sampoerno. Penyelesaian Kasus Kelalaian Medis di RS. Makalah Tanpa Penerbit. Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran Tuti Nurhadi . Aksiologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa
dan Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Jakarta. Kota. Tanpa Tahun.
2005. Tuti Nurhadi. Epistemiologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa
Does Sampoerno. Visi Misi dan Pendekatan Kesehatan Masyarakat. Kota. Tanpa Tahun.
Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Tuti Nurhadi. Hakekat Ilmu dan Kebenaran Ilmiah. Tanpa Penerbit.
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
Jakarta. 2005. Tuti Nurhadi. Ilmu Pengetahuan dan Etika. Tanpa Penerbit. Tanpa
Does Sampoerno. Etika Kesehatan Masyarakat. Makalah Diskusi Kota. Tanpa Tahun.
Filsafat, Jenjang Pendidikan S3, Fak. Kedokteran dan Kesehatan Tuti Nurhadi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tanpa Penerbit.
Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
Tanpa Kota. Tanpa Tahun.
Does Sampoerno. Etika Kedokteran. Makalah Diskusi Filsafat, Jenjang
Tuti Nurhadi. Makalah Diskusi Filsafat Jenjang Pendidikan S3,
Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Universitas
Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
Does Sampoerno. Etika Kedokteran Gigi. Makalah Diskusi Filsafat, Indonesia. Jakarta. 2005.
Jenjang Pendidikan S3, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Tuti Nurhadi. Ontologi Ilmu Pengetahuan. Tanpa Penerbit. Tanpa
Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Kota. Tanpa Tahun.
http://www.indonesianembassy.org.uk/education/education_system Wikipedia. Pendidikan di Indonesia, diunduh dari http://
1.html, Education System in Indonesia, diunduh tanggal 21Maret en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Indonesia (2014).
2014. Wikipedia. Psikologi Gestalt dan Persepsi Sosial, diunduh dari
Samsi Jacobalis. Etika Rumah Sakit. Makalah Diskusi, Jenjang www.File: Multistability,
Pendidikan S2 Fak. Kesehatan Masyarakat, Universitas Wikipedia. the Free Encyclopedia - en.wikipedia.org/wiki/
Indonesia. Jakarta. 2008. gestalt_psychology dan www.social perception, Wikipedia, the
Samsi Jacobalis. Komite Medis Organisasi Manajemen RS. Science Free Encyclopedia - en.wikipedia.org/wiki/social_perception
Buddies, Step of Science Methode, diunduh 2014. (2014) .

Jurnal Ilmiah WIDYA 40 Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai