Anda di halaman 1dari 10

Herwandi_I1011141003_Modul Respirasi_Tahun 2018

1. Anatomi saluran pernapasan atas

Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri


dari lidah bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah),
palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum
retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva.
Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang membatasi
rongga mulut.1
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara
anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi
membentuk dinding bagian lateral masing - masing sisi dari rongga
mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit.
Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh membran
mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak
terkeratinasi. Otot - otot businator (otot yang menyusun dinding pipi)
dan jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran mukosa dari
pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir.1
Gambar 2.1 Anatomi rongga mulut1
Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di
fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu
bagian dari cincin Waldeyer. Tonsila palatina lebih padat
dibandingkan jaringan limfoid lain. Permukaan lateralnya ditutupi
oleh kapsul tipis dan di permukaan medial terdapat kripta. Tonsila
palatina merupakan jaringan limfoepitel yang berperan penting
sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing
yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke saluran nafas (virus,
bakteri, dan antigen makanan). Mekanisme pertahanan dapat bersifat
spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel
maka sel-sel fagositik mononuklear pertama-tama akan mengenal
dan mengeliminasi antigen.2,3
Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.4
Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang berbentuk oval
yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam keadaan
normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil
bertindak seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang
masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi
sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk membantu melawan
infeksi. Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-
masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam
jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa supratonsilar.
Tonsil terletak di lateral orofaring. Lokasi tonsil sangat
memungkinkan terpapar benda asing dan patogen, selanjutnya
membawanya ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar tonsil
ditemukan pada usia 3 – 10 tahun.2,4,5

2.1.1 Faring
Faring terletak di belakang cavum nasi, secara anatomis
terbagi atas tiga region:6
1) Nasofaring, terletak dari belakang cavum nasi hingga atas
palatum molle, menghubungkan cavum nasi dan telinga
tengah melaluli choanae dan tuba auditiva. 6
2) Orofaring, terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari
palatum molle hingga pinggir atas epiglottis, sebagai junction
antara pharynx superior dan inferior dan menghubungkan
rongga mulut melalui isthmus faucium. 6
3) Laringofaring, terletak di belakang auditus larynges dan
permukaan posterior laring, terbentang dari pinggir atas
epiglottis hingga pinggir bawah cartilage cricoidea. 6
Gambar 2.2 Saluran pernapasan atas (pada kepala dan leher)1

Gambar 2.3 Bagian-bagian faring1


Reference:

1. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology


maintanance and continuity of the human body. 13th Edition. Amerika
Serikat: John Wiley & Sons,Inc; 2011.
2. Amaruddin T, Christanto A. Kajian manfaat tonsilektomi. Cermin Dunia
Kedokteran; 2007: 61-8p.
3. Farokah, Suprihati, Suyitno S. Hubungan tonsilitis kronik dengan prestasi
belajar pada siswa kelas ii sekolah dasar di kota Semarang. Cermin Dunia
Kedokteran; 2003: 16-22p.
4. Kartika H. Tonsilektomi. Welcome & Joining otolaryngology in Indonesian
Language. 2008 4-36p.
5. Edgren AL, Davitson TSore Throat. Journal of the American Assosiation;
2004:1664-78p.
6. Sobotta J, Paulsen F, Wascke J. Sobotta Atlas of human anatomy. Vol. 3;
Head, Neck, and Neuroanatomy. München: Elsevier/Urban & Fischer;
2011.

2. Epidemiologi - Salesma
3. Tata laksana - Salesma
4. Pencegahan - Salesma
5. Definisi - Influenza
6. Klasifikasi - Influenza
7. Definisi – ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran


pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta
adenaksanya (Depkes RI, 1993).
ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang
berlangsung sampai 14 hari lamanya. Saluran pernafasan adalah organ yang
bermula dari hidung hingga alveoli beserta segenap adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan
infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh dan
berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit (Depkes, 2000).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,
fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis,
bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14
hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit
tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli
beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008).
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah
dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar
yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes RI,
2008).
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang
terbanyak di diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah
sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan
pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada
masa dewasa. (Suprajitno, 2004)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi
asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan (Wong,
2003).
Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai
struktur saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.
Gambaran patofisioliginya meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa,
kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan dan struktur
fungsi siliare (Behrman, 1999).
Reference:

8. Manifestasi Klinis – ISPA

1. Gejala dan Tanda Penyakit ISPA


Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx),
trachea, bronchioli dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak
bermacam-macam seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit telinga (Depkes RI, 1993).
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Namun sebagian anak akan menderita radang paru (pneumonia) bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan
kematian (Depkes RI, 1993).
a. Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2
bulan sampai 5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan
(Depkes RI, 1993)
1) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun
a) Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik
napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang,
tidak menangis/meronta).
b) Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah
untuk umur 2 bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali
permenit atau lebih, untuk umur 1-5 tahun sama dengan 40 kali
permenit atau lebih.
c) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan
tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
2) Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2
bulan
a) Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan
umur kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali permenit atau lebih.
b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagia bawah atau napas cepat.
b. Tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan (WHO,
2002):
1) Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Batuk
b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37⁰C.
2) Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika
dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :
a) Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun :
frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan
40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
b) Suhu lebih dari 39⁰C (diukur dengan termometer).
c) Tenggorokan berwarna merah.
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
3) Gejala dari ISPA Berat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika
dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a) Bibir atau kulit membiru.
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas.
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
f) Tenggorokan berwarna merah.

2. Cara Diagnosis
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura (Halim, 2000).
Diagnosis etiologi pnemonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan
imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan
adanya bakteri sebagai penyebab pnemonia, hanya biakan spesimen fungsi
atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan
untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi pnemonia.
Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan
menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain
dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika (terutama
jika semata untuk tujuan penelitian). Dengan pertimbangan tersebut,
diagnosa bakteri penyebab pnemonia bagi balita di Indonesia mendasarkan
pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus,
Pnemonia dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara maju
pnemonia pada balita disebabkan oleh virus.
Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan
atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat)
sesuai umur. Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung
frekuensi pernafasan dengan menggunkan sound timer. Batas nafas cepat
adalah :
a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih.
b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali
per menit atau lebih.
c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali
per menit atau lebih.
Diagnosis pneumonia berat untuk kelompok umur kurang 2 bulan
ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60
kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding
dada sebelah bawah ke dalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan
dengan gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala
tidak sadar dan tidak dapat minum. Pada klasifikasi bukan pneumonia maka
diagnosisnya adalah batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis,
tonsilitis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.

9. Mengapa anak tampak lemah

Anda mungkin juga menyukai