LAPORAN PENDAHULUAN
oleh:
Yuke Dwi Puspita Sandrasari, S.Kep
NIM. 142311101024
[1] Piameter, langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal, dan
mengikuti kontur struktur eksternal otak dan jaringan spinal. Piameter
merupakan lapisan vaskular yang memiliki pembuluh darah yang
berjalan menuju struktur interna SSP untuk memberi nutrisi pada
jaringan saraf.
[2] Araknoid, merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus, dan
tidak mengandung pembuluh darah. Araknoid meliputi otak dan
medula spinalis, tetapi tidak mengikuti kontur luar seperti piameter.
Daerah antara araknoid dan piameter disebut ruang subaraknoid,
tempat arteri, vena serebral, trabekula araknoid, dan cairan
serebrospinal yang membasahi SSP.
[3] Durameter, merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit
sapi yang terdiri atas dua lapisan, yaitu bagian luar yang disebut
duraendosteal dan bagian dalam yang disebut durameningeal.
b) Cairan serebrospinal
Dalam setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang disebut
pleksus koroideus, menyekresi cairan serebrospinal (cerebrospinal
fluid─CSF) yang jernih dan tidak berwarna, yang merupakan bantal cairan
pelindung di sekitar SSP. CSF terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen dan
karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit (terutama
limfosit), dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraseluler
lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang
lebih tinggi, sedangkan kadar glukosa dan kaliumnya lebih rendah.
Gambar 3. Sirkulasi CSF (a) Arah panah menunjukkan rute sirkulasi CSF;
(b) Orientasi dari vili araknoid. CSF direabsorpsi oleh vili araknoidalis ke
dalam sinus-sinus dura
Batang otak
Bagian-bagian batang otak terdiri dari atas ke bawah adalah pons dan medula
oblongata. a) Pons
Pons merupakan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum serta
menghubungkan mesensefalon di sebelah atas dengan medula oblongata di
bawah (Gambar 6). Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting
pada jaras kortikoserebelaris yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan. Nukleus saraf
kranial V (trigeminus), VI (abdusen), dan VII (fasialis) terdapat di sini.
Gambar 6. Pons, medula oblongata, dan hubungannya dengan
formasi retikularis. (a) Nuklei yang berada dalam pons; (b) Nuklei
yang berada dalam medula oblongata.
b) Medula oblongata
Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur, dan
muntah. Semua jaras asendens dan desendens medula spinalis dapat terlihat di
sini. Jaras-jaras ini menghantarkan tekanan, proprioseptif otot-otot sadar,
sensasi getar, dan diskriminasi taktil dua titik.
Mesensefalon
Mesensefalon (otak tengah) merupakan bagian pendek dari batang otak yang
letaknya di atas pons. Bagian ini mencakup bagian posterior, yaitu tektum yang
terdiri atas kolikuli superior dan kolikuli inferior serta bagian anterior, yaitu
pedunkulus serebri. Kolikuli superior berperan dalam refleks penglihatan dan
koordinasi gerakan penglihatan, kolikuli inferior berperan dalam refleks
pendengaran, misalnya menggerakkan kepala ke arah datangnya suara. Pedunkuli
serebri terdiri atas berkas serabut-serabut motorik yang berjalan turun dari
serebrum.
Substansia nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan merupakan
bagian dari jaras ekstrapiramidal atau jaras impuls motorik involunter. Lesi pada
substansia nigra dapat mengakibatkan kekakuan otot, tremor halus pada waktu
istirahat, langkah yang lamban serta diseret, dan wajah seperti topeng. Nukleus
ruber berperan dalam refleks postural serta refleks untuk menegakkan badan pada
orientasi kepala seseorang terhadap ruang.
Diensefalon
Gambar 7. Hubungan anatomis diensefalon dengan batang otak. (a) Dari sisi
lateral; (b) Dari sisi posterior.
b) Subtalamus
Subtalamus merupakan nukleus ekstrapiramidal diensefalon yang penting.
Subtalamus mempunyai hubungan dengan nukleus ruber, subtansia nigra, dan
globus palidus dari ganglia basalis. Fungsinya belum diketahui sepenuhnya,
tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.
c) Epitalamus
Epitalamus merupakan pita sempit jaringan daraf yang membentuk atap
diensefalon. Struktur utama area ini adalah nukleus habenular dan komisura,
komisura psoterior, striae medularis, dan epifisis. Epitalamus berhubungan
dengan sistem limbik dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan
integrasi informasi olfaktorius. Epifisis mensekresi melatonin dan membantu
mengatur irama sirkadian tubuh serta menghambat hormon gonadotropin.
d) Hipotalamus
Hipotalamus terletak di bawah talamus (Gambar 8). Hipotalamus berkaitan
dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang
menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi.
C. Etiologi
Menurut Saiful (2012) penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat
diperkirakan karena :
1) Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit
SturgeWeber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktorfaktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2) Bagian embrional yang tersisa. \
Bangunan – bangunan embrional berkembang menjadi bangunan –
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh
menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya seperti meningioma,
astrositoma, raniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma. 3) Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak
menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa. Radiasi dengan
dosis terapeutik dapat merangsang sel-sel mesenkhimal. Beberapa laporan
bahwa radiasi berperan timbulnya meningioma.
4) Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma
(neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma
susunan saraf pusat belum diketahui.
5) Kimia dan Virus
Zat – zat karsinogenik “methylcholanthrone” dan “nitro-ethyl-
urea” dapat menyebabkan tumor otak primer. Sedangkan virus (virus
Epstein Barr) disangka berperan dalam genesisnya “Burkitt’s lymphoma”
juga karsinoma anaplastik nasofaring.Pada binatang telah ditemukan
bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma
primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada
manusia masih belum jelas.
6) Metastase
Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi.
Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma.
Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan
payudara.
D. Klasifikasi
Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak
benigna dan maligna. Tumor otak benigna umumnya ektra-aksial, yaitu
tumbuh dari meningen, saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan
kompresi ekstrinsik pada substansi otak. Meskipun dinyatakan benigna secara
histologis, tumor ini dapat mengancam nyawa karena efek yang ditimbulkan.
Tumor maligna sendiri umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal dari
parenkim otak. Tumor maligna dibagi menjadi tumor maligna primer yang
umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna sekunder yang
merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lain (Ginsberg,
2011).
Pada pasien tumor otak yang berusia tua dengan atrofi otak, kejadian
edema otak jarang menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial, mungkin
dikarenakan ruang intrakranial yang berlebihan. Hal ini dapat menjelaskan
tidak adanya papiledema pada pasien berusia tua. Muntah lebih sering terjadi
pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa dan biasanya berhubungan
dengan lesi di daerah infratentorial (Kaal & Vecht, 2004).
Oligoastrocytoma X
Anaplastic oligoastrocytoma X
Ependymal tumors
Subependymoma X
Myxopapillary ependymoma X
Ependymoma X
Anaplastic ependymoma X
Choroid plexus tumors
Choroid plexus papilloma X
Atypical choroid plexus papilloma X
Choroid plexus carcinoma X
Other neuroepithelial tumors
Angiocentric glioma X
Chordoid glioma of the third ventricle Neuronal X
and mixed neuronal-glial tumors
Gangliocytoma X
Ganglioglioma X
Anaplastic ganglioma X
Desmoplastic infantile astrocytoma and ganglioglioma X
Dysembryoplastic neuroepithelial tumor X
Central neurocytoma X
Extraventricular neurocytoma X
Cerebellar liponeurocytoma X
Paraganglioma of the spinal cord X
Papillary glioneuronal tumor X
Rosette-forming glioneural tumor of the fourth ventricle X
Pineal tumors
Pineocytoma X
Pineal parenchymal tumor of intermediate differentiation X X
Pineoblastoma X
Papillary tumor of the pineal region X X
Embryonal tumors
Medulloblastoma X
CNS primitive neuroectodermal tumor (PNET) X
Atypical teratoid/rhabdoid tumor X
Tumors of the cranial and paraspinal nerves
Schwannoma X
Neurofibroma X
Perineurioma X X X
Malignant peripheral nerve sheath tumor (MPNST) X X X
Meningeal tumors
Meningioma X
Atypical meningioma X
Anaplastic/malignant meningioma X
Hemangiopericytoma X
Anaplastic hemangiopericytoma X
Hemangioblastoma X
Tumors of the sellar region
Craniopharyngioma X
Granular cell tumor of the neurohypophysis X
Pituicytoma X
Spindle cell oncocytoma of the adenohypophysis X
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga
terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut
Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik
dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik
gejala pada tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli
(saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia,
diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu. Tumor
intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.
F. Patofisiologi
Tumor otak akan menyebabkan gangguan neurologis dengan gejala yang
terjadi secara berurutan, sehingga anamnesis dalam pemeriksaan sangat
penting. Gejala neurologis pada tumor otak disebabkan oleh dua faktor
gangguan fokal yang disebabkan tumor dan tenakan intrakranial. Gangguan
fokal diakibatkan oleh penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak degan kerusakan jaringan neuron. Perubahan
suplai darah yang terjadi akibat tekanan yang ditimbulkan oleh tumor
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan juga dapat
terjadi gangguan cerebrovaskuler primer. Terjadinya kejang diakibatkan oleh
perubahaan kepekaan neuro yang dihubungkan dengan kompresi invasi dan
perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista
yang juga menekan parenkim otak sehingga dapat memperberat gangguan
neurologis. Peningkatan tekanan intrakanial dapat disebabkan karena
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema disekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhna tumor menyebabkn
bertambahnya massa, karena tumor akan mengambi ruang yang relati dari
ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas akan menimbulkan oedema dalam
jaringan otak yang mungkinterjadi karena selisih tekanan osmotik yang dapat
menyebabkan perdarah. Obstruksi vena dan oedema disebabkan kerusakan
sawar darah otak, yang juga dapat menimbulkan kenaikan volume intracranial.
Hidrocepalus dapat disebabkan oleh sirkulasi cairaian serebrospinal dari
ventrikel laseral keruang sub arachnoid. Peningkatan tekanan intracranial ini
dapat berbahaya jika terjadi secara cepat. Mekanisme kompensasi
membutuhkan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
sehingga tidak akan berguna jika peningkatan tekanan intracranial terjadi
dengan cepat. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume dara
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati akan
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul jika girus
medialis lobus temporal bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasai akan menekan menensefalon yang
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ketika. Pada herniasi
serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas dapat
terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat dapat menyebabka bradikardi
progresif, hipertensi sistemik atau pelebaran tekanan nadi dan gangguan
pernafasan.
Gambar. Tumor otak primer
G. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya
menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi.
Penggunaan steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin
dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian
otak tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema
serebral sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian
steroid atau obat anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara
langsung diakibatkan dengan lokasi tumor otak.
H. Pemeriksaan Penunjang
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak
adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya,
batasnya, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan
struktur vital otak misalnya sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga
diperlukan periksaan radiologist canggih yang invasive maupun non invasive.
Pemeriksaan non invasive mencakup CT scan dan MRI bila perlu diberikan
kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasive seperti
angiografi serebral yang dapatmemberikan gambaran system pendarahan tumor,
dan hungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisy selain itu dapat
mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramatrisnya
yang vital itu (Japardi, 2012).
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti,
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan diatas. Misalnya
ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan
fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang (Japardi, 2012). Untuk membantu menentukkan lokasi tumor
yang tepat, dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan menurut Japardi (2012),
yaitu:
1. CT- Scan memberikan info spesifik mengenai jumlah, ukuran dan
kepadatan jejas tumor serta meluasnya edema serebral sekunder
I. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak.
Tujuan diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan
dari semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor
telah diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena
obat ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan
ini pasien harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur,
yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat
dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine
dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus
untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secara
biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan
kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk
penatalaksanaan astrosiloma.
5. Penatalaksanaan keperawatan:
Seringkali pasien tumor otak yang dirawat di rumah sakit datang
sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung,
sianosis, dan gelisah. Masalah yang perlu diperhatikan ialah:
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Kebutuhan istirahat.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu tubuh.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
f. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
J. Clinical Patway
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Identitas pasien, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan tanggal
MRS
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak (paralisis), penurunan
penglihatan, tidak dapat berkomunikasi, dan adanya kejang.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanda dan gejala dari tumor otak seringkali tidak spesifik. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar selain
gejala kelemahan anggota gerak atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dalam hal
perubahan didalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif, dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat hipertensi, riwayat stroke atau tumor sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator,
obatobat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya
riwayat merokok, penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau riwayat stroke dari generasi terdahulu
6. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem
(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
a. Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Pasien mengalami
inkoordinasi, hilang keseimbangan. Suara bicara kadang mengalami
gangguan, yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara, dan
tandatanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.
b. B1 (breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis pada
pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks
didapatkan taktil premitus seimbang kiri dan kanan. Auskultasi tidak
didapatka bunyi napas tambahan.
c. B2 (blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan adanya
peningkatan tekanan darah dan perubahan frekuensi jantung. TD
biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif
TD > 200 mmHg.
d. B3 (Brain)
Tumor otak menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 merupakan pemerikasaan terfokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
e. B4 (bladder)
Klien mungkin mengalami inkontenensia urine sementara kerena
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol
motorik dan postural.
f. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
g. B6 (Bone)
Adanya inkoordinasi dan kehilangan keseimbangan. Tumor otak
mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan
motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor
volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron motor atas pada sisi yang berlawananaro otak.
7. Pemeriksaan sistem neurologis
a. Tingkat Kesadaran
1) Kualitatif adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat
kewasapadaan.
a) CM → sadar akan diri dan punya orientasi penuh
b) APATIS → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan
mengantuk
c) LATARGIE → tingkat kesadaran yang tampak lesu dan
mengantuk
Post Operasi
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan tumor otak
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Risiko syok berhubungan dengan faktor risiko hipovolemia, hipoksia pada
prosedur pembedahan
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
5. Resiko cedera berhubungan dengan faktor risiko trauma intracranial
6. Ketidakefektifan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan medulla
oblongata tertekan
7. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis
8. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan persepsi
9. Ketidakefektifan kontrol implus berhubungan dengan gangguan fungsi
kognisi
10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
11. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya faktor mekanik post
trauma
12. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko luka post operasi dan
prosedur infeksi
M. Intervensi Keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201) Definisi : rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan
Deviasi yang
cukup Deviasi Deviasi Tidak
Deviasi berat berat dari sedang dari ringan dari adadeviasi
dari kisaran kisaran
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil kisaran kisaran dari kisaran
normal normal normal normal normal
1 2 3 4 5
0406 Perfusi jaringan: 040602 Tekanan intrakranial
serebral
040613 Tekanan darah sistolik
040614 Tekanan darah diastolik
Nilai rata – rata tekanan darah
040617
2590 Monitor TIK 1. Monitor kualitas dan karakteristik gelombang TIK Pengukuran dan interpretasi data
2. Rekam pembacaan TIK pasien untuk pengaturan
3. Monitor status neurologi TIK
4. Monitor suhu dan jumlah WBC
5. Monitor tekanan aliran darah otak
6. Atur alarm pemantau
No.Dx Diagnosa Keperawatan
2. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas (00031) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas
Deviasi Tidak ada
cukup Deviasi deviasi
Deviasi berat Deviasi ringan
berat dari sedang dari berat dari
dari kisaran dari kisaran
No. NOC No.Indikato r Kriteria Hasil kisaran kisaran kisaran
normal normal
normal normal normal
1 2 3 4 5
0410 Status 041004 Frekuensi pernafasan
pernafasan :
kepatenan jalan 041005 Irama pernafasan
nafass 041017 Kedalaman inspirasi
Kemampuan untuk mengeluarkan
041012 sekret
Sangat berat
Berat Cukup Ringan Tidak ada
041002 Ansietas
041011 Ketakutan
041003 Tersedak
041007 Suara nafas tambahan
041013 Pernafasan cuping hidung
041014 Mendesah
041015 Dipsnea saat istirahat
041016 Dipsnea dengan aktivitas ringan
Penggunaan otot bantu pernafasan
041018
041019 Batuk
041020 Akumulasi sputum
041021 Respirasi agonal
Deviasi Tidak ada
cukup Deviasi deviasi
Deviasi berat Deviasi ringan
berat dari sedang dari berat dari
dari kisaran dari kisaran
kisaran kisaran kisaran
normal normal
normal normal normal
1 2 3 4 5
0403 Status 040301 Frekuensi pernafasan
pernafasan :
ventilasi 040302 Irama pernafasan
040303 Kedalaman inspirasi
040318 Suara perkusi nafas
040324 Volume tidal
040325 Kapasitas vital
040326 Hasil rontgen dada
3140 Manajemen 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust Membuka jalan nafas klien agar
jalan nafas 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi tidak ada hambatan jalan nafas
3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial pasien untuk memasukan alat membuka jalan nafas
4. Lakukan fisioterapi dada
3302 Manajemen 1. Monitor perkembangan pasien sesuai dengan pengaturan ventilator non infasif Memantau klien sehingga
ventilasi 2. Monitor klien dan kesesuaian ventilator dengan suara nafas pasien terhindar dari hal – hal yang
mekanin: non 3. Monitor kerusakan mukosa mulut, nasal, trakea, atau jaringan laring tidak diinginkan selama
invasif 4. Tempatkan pasien pada posisi semi fowler diberikan ventilasi non invasif
5. Lakukan fisioterapi dada yang tepat
Tidak Kadang – Secara
Sering
pernah Jarang kadang konsisten
menunjukka
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil menunjuka menunjukkan menunjukka menunjukka
n
n n n
1 2 3 4 5
3103 Manajemen 310301 Menerima diagnosis
diri: penyakit
paru Mencari informasi tentang
obstruktif 310302 cara mencegah kemajuan
kronik penyakit
Mencari informasi tentang
310303 cara mencegah komplikasi
Berpartisipasi dalam
310304 pengambilan keputusan
kesehatan
Menjalankan aturan
310305 pengobatan setiap resep
Berpartisipasi dalam
310307 rehabilitasi paru
Mempertahankan tubuh
dalam posisi tegak selama
191810 30 menit setelah makan
No. NIC Intervensi Rasional
3200 Pencegahan 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, gag reflek, kemampuan menela n Pencegahan atau menimalkan
aspirasi 2. Skrining adakah disfagia, dengan tepat terjadinya aspirasi pada pasien
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas yang beresiko
4. Meminimalisir penggunaan narkotik dan sedatif
5. Meminimalisir penggunaan obat – obatan yang diketahui memperlamb at pengosongan
lambung
6. Monitor status pernafasan
7. Monitor kebutuhan perawatan terhadap saluran cerna
8. Beri makanan dalam jumlah sedikit
9. Hindari pemberian cairan atau zat – zat kental
10. Tawarkanan makanan atau minuman dalam bentuk bolus 11. Berikan
perawatan mulut
Cukup
Berat berat Sedang Ringan Tidak ada
1 2 3 4 5
2102 210201 Nyeri yang dilaporkan
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajeme 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang optimal. Memanipulasi lingkungan
n Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat pasien untuk mendapatkan
lingkungan 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung kenyamanan yang optimal
: 3. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
kenyaman an 4. 5.Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi selang, balutan yang
tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang menggangggu.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan
Diagnosa Keperawatan
No.Dx
5. Risiko Cedera Definisi :Rentan mengalami cedera fisik aibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu, yang dapat
mengganggu kesehatan.
Tidak ada
10 dan lebih 7-9 4-6 1-3
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil
5
1 2 3 4
1912 Jatuh saat berdiri
191201
Jatuh saat berjalan
191202
Kejadian jatuh
Jatuh saat duduk
191203
Jatuh dari tempat tidur
191204
6486 Manajemen 1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwaya perilaku di t Memonitor dan memanipulasi
Lingkungan: masa lalu lingkungan
Keselamatan 2. Identifikasi hal-hal yang membahayakan di lingkungan (misalnya, [bahaya] fisik, biologi dan fisik untuk meningkatkan
kimiawi) keamanan
3. Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan
4. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan berbahaya dan berisiko
5. Sediakan alat untuk beradatasi (misalnya, kursi untuk pijakan dan pegangan tangan)
6. Gunakan peralatan perlindungan (misalnya, pengekangan, pegangan pada sisi, kunci intu, pagar, dan
gerbang) untuk emmbatasi mobilitas fisik atau akses pada situasi yang membahayakan
7. Beritahu pada lembaga yang berwenang untuk melakukan perlindugan lingkungan (misalnya, dinas
kesehatan, pelayanan lingkungan, badan lingkungan hidup dan polisi)
8. Siapkan nomor telefon emergensi untuk pasien (misalnya, [nomor] polisi, dinas kesehatan lokal dan
pusat kontrol racun)
9. Monitor lingkungan terhadap terjadinya terjadinya perubahan status keselamatan
10. Bantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang lebih aman (misalnya, rujukan status
asisten rumah tangga)
11. Inisiasi danatau lakukan program skrining terhadap bahan yang membahayakan lingkungan (misalnya,
logam berat dan randon)
12. Edukasi individu dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap bahan berbahaya yang ada dilingkungan
13. Kolaborasi dengan lembaga lain untuk meningkatkan keselamatan lingkungan (misalnya, dinas
kesehatan, polisi, badan perlindungan lingkungan)
Pencegahan Jatuh 1. Identifikasi kekurangan kgnisi atau fisik yang mungkin mungkin meningkatkan potensi jatuh pada Melaksanakan pencegahan
lingkungan tertentu khusus
2. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh dengan pasien yang
3. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan otensi jatuh (misalnya, lantai memilki risiko cedera karena
licin dan tangga terbuka) jatuh
4. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan), keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
5. Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
6. Sediakan alat bantu (misalnya, tongkat dan walker) untuk menyeimbangkan gaya berjalan (terutama
kecepatan)
7. Instruksikan pasien menggenai penggunaan tongkat atau walker dengan tempat
8. Letakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi pasien
9. Berikan tanda untuk mengingatkan pasien agar memita bantuan saat keluar dari tempat tidur, dengan
tepat
10. Gunakan pegangan tangan dengan panjang dan tinggi yang tepat untuk mencegah jatuh dari tempat
tidur, sesuai kebutuhan
11. Sediakan pencahayaan yang cukup dalamrangka meningkatkan pandangan
12. Sediakan permukaan lantai yang tidak licin dan anti selip
13. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu yang pas, terkait dengan aman,dan sol anti selip
14. Berikan penanda untuk memberikan peringatan kepada staff bahwa pasien berisiko tinggi jatuh
Identifikasi Risiko 1. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan bukti yang menunjukkanadanya penyakit Analisis faktor risiko
medis, diagnosa keerawatan, serta perawatannya potensial, pertimbankan
2. Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian risiko secara rutin risko-risiko kesehatan dan
3. Pertimbangkan kesediaan dan kualitas sumebr yang ada (misalnya, psikologis, finansial, tingkat memprioritaskan strategi
pendidikan, keluarga, dan komunitas) pengurangan risiko bagi
4. Identifikasi sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan faktor risiko individu maupun kelompok
5. Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan perilaku serta hubungan timbal balik
6. Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7. Pertimbangkan kriteria yang berguna dalam memprioritaskan area-area untuk mengurangi faktor risko
(misalnya, tingkat kesadaran dan motivasi, efektifitas, biaya, kelayakan, pilihanpilihan, kesetaraan,
stigma, dan keparahan hasiljika faktor risiko masih belum terselesaikan)
8. Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas pengurangan risiko berkolaborasi dengan individu atau
kelompok
9. Implementasikan aktivitas-aktivitas pengurangan risiko
10. Rencanakan monitor risiko kesehatan dalam jangka panjang
11. Rencanakan tindak lanjut strategi dan aktivitas engurangan risiko jangka panjang
Tidak ada
Sangat Berat Berat Cukup Ringan
5
1 2 3 4
0403 Status 040309 Penggunaan alat bantu nafas
pernafasan:
ventilasi 040310 Suara nafas tambahan
3140 Manajemen 1. Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi Menjaga jalan nafas pasien tetap
jalan nafas 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedotan lendir paten
3320 Terapi oksigen 1. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier Membantu pemenuhan
2. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan kebutuhan oksigen pasien
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir pengangkatan oksigen saat makan Sediakan
5. oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
3350 Monitor 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas Memantau pemenuhan
pernafasan 2. 3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi oksigen pasien
Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan
4. protokol yang ada
Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk
5. sesak nafas tersebut
Monitor hasil foto thoraks
110108 Tekstur
110109 Ketebalan
Diagnosa Keperawatan
No.Dx
12 Risiko Infesksi Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan
6540 Kontrol Infeksi 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien. Meminimalkan penerimaan dan
2. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai protokol institusi. transmisi agen infeksi
3. Isolasi orang yang terkena penyakit menular.
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Anjurkan kepada klien menganai teknik cuci tangan yang tepat.
6. Cuci tangan sebelum dan setelah perawatan pasien.
7. Pakai sarung tangan steril yang tepat.
8. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.
9. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
10. Ajarkan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada
pelayanan kesehatan.
11. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi
6550 Perlindungan 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Pencegahan dan deteksi dini
infeksi 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Batasi jumlah pada pasien berisiko
pengunjung, yang sesuai.
4. Hindari kontak dekat dengan hewan peliharaan dan penjamu dengan imunitas yang
membahayakan.
5. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area edema
6. Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, atau
drainase.
7. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup.
8. Anjurkan asupan cairan yang tepat.
9. Anjurkan istirahat.
Tidak
Banyak Cukup menyimpang dari
Sangat Sedikit
menyimpang menyimpang
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil menyimpang dari menyimpang dari rentang normal
dari rentang dari rentang
rentang normal rentang normal
normal normal
5
1 2 3 4
1004 Status Nutrisi Asupan Gizi
100401
Asupan makan
100402
Asupan cairan
100408
Energi
100403
Rasio BB/TB
100405
Hidrasi
100411
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi Menyediakan dan
nutrisi 2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien meningkatkan intake nutrisi
3. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (piramida makanan) yang seimbang
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyara gizi. tan
5. Berikan pilihan makanan dan bimbingan terhadap pilihan makanan.
6. Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi, santai dan bebas dari bau menyengat.
1120 Terapi nutrisi 1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan Membantu klien memilih
2. Monitor asupan makanan harian makanan yang mampu
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi memenuhi kebutuhan metabolik.
dengan kolaborasi dengan ahli gizi
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi, tinggi protein,
kalori dan mudah dikonsumsi serta sesuai kebutuhan
N. Discharge Planning
1. Discharge Planning (NIC: 150)
2. Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan RS
3. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan
lain tentang kebelanjutan perawatan klien di rumah
4. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas
atau petugas kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien
5. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu
hindari penyebab peningkatan TIK, kontrol tekanan darah dengan diet
hipertensi dan gaya hidup sehat, hindari benturan pada kepala, dan
mengenali tanda dan gejala timbulnya perdarahan serebral.
6. Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang
7. Dokumentasikan perencanaan pulang
8. Anjurkan klien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 1999. Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Japardi, Iskandar. 2012. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna. Access
on www.usudigitallibrary.com.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1. Edisi 8. Jakarta: EGC