Anda di halaman 1dari 5

MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN

Manusia prasejarah pada waktu berburu dan mengumpulkan makanan menghadapi


berbagai kesulitan. Keadaan alam masa itu masih liar dan keadaan bumi belum stabil.
Letusan gunung berapi masih sering terjadi disertai gempa bumi yang menakutkan, demikian
pula lahar panas yang membara mengancam kehidupan manusia. Aliran sungai kadang-
kadang berpindah sejalan dengan perubahan bentuk permukaan bumi.
Mereka hidup berpidah-pindah tempat, mencari daerah yang dapat menghasilkan
makanan. Karena sulitnya mencari bahan makanan, pertumbuhan populasi mereka sangat
sedikit dan banyak yang mati dan akhirnya punah. Seperti diketahui, alat-alat pada zaman
Paleolithikum terdiri atas kapak-kapak genggam dan alat dari tulang atau tanduk rusa yang
berbentuk belati dan ada pula alat dari tulang yang sisinya bergerigi dan dipergunakan untuk
ujung tombak. Alat-alat itu dipergunakan untuk berburu atau menangkap ikan. Alat lainnya
dipergunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.
Hewan-hewan yang diburu antara lain rusa, kuda, babi hutan, kijang, kerbau, kera, gajah,
kuda nil, dan beberapa jenis hewan buas lainnya. Suatu cara berburu mereka antara lain
dengan membuat lubang-lubang jebakan atau menggiring hewan ke arah jurang yang terjal.
Kelompok berburu terdiri atas keluarga kecil dengan pembagian tugas yaitu: yang
laki-laki melakukan pemburuan dan yang perempuan mengumpulkan makanan, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan-hewan kecil yang tidak memerlukan tenaga besar. Tempat-tempat
yang menarik bagi mereka untuk dihuni ialah daerah yang cukup mengandung bahan
makanan dan air, terutama di sekitar tempat-tempat yang sering dilalui buruan. Tempat-
tempat semacam itu berupa padang-padang rumput dengan semak belukar dan hutan kecil
yang terletak berdekatan dengan sungai atau danau. Hewan yang berkeliaran di tempat-
tempat itu menjadi binatang buruan.
Untuk menghadapi kemungkinan bahaya, mereka hidup berkelompok dan berlindung
dalam gua-gua. Bahaya itu datang dari serangan binatang-binatang buas yang diburunya atau
bencana alam yang sering terjadi, seperti letusan gunung berapi.
Masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal api, menyalakan
dan memeliharanya. Api ternyata bermanfaat bagi kehidupan manusia untuk berbagai
keperluan, misalnya memanaskan makanan, membakar daging supaya menjadi lunak untuk
dikunyah, untuk penerangan, dan mengusir binatang buas yang hendak mengganggu. Api
mula-mula dikenal dari gejala alam, misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan yang
sering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala api yang tersembur dari dalam bumi, karena
mengandung gas. Secara lambat laun mereka dapat menyalakan api dengan cara menggosok
batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api.
Percikan-percikan api itu ditampung pada semacam lumut kering, sehingga terjadi bara api.
Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana
daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk
kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
 Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
 Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari
sumber air yang lebih baik.
 Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak
dan mudah diperoleh.
 Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula
kelompok yang tinggal di daerah pantai
 Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai
atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
 Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam
mengikuti binatang buruan/ mengumpulkan makanan.
 Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan
makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu
makanan yang akan di makan.
 Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan
hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari
binatang buas.
 Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan
peralatan yang masih sanagat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari
berbagai bahaya.
CIRI MASA BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN TINGKAT LANJUT
berburu dan meramu tingkat lanjut merupakan kelanjutan dari masa berburu dan
meramu tingkat awal atau sederhana. Ciri-ciri kehidupan masyarakatnya setingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal manusia pendukung,
teknik pembuatan alat, tempattinggal, ataupun kesenian dan kepercayaannya.,
ciri-ciri masyarakatmasa berburu dan meramu tingkat lanjut diuraikan berikut ini.
1. Manusia Pendukung
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, masyarakat purba memasuki masa
Holosen. Manusia pendukung kebudayaan masa ini adalah kelanjutan dari manusia purba
jenis Homosapiens , yaitu ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Ras Mongoloid mempunyai
ciri-ciri, antara lain tubuh lebih kecil, muka lebar dan datar, tengkorak sedang dan bundar,
besar hidung besar, dan reduksi alat pengunyah sudah terlihat. Ciri-ciri ras Austromelanesoid,
yaitu tubuh agak besar, tengkorak kecil, muka sedang, hidung lebar, bagian rahangnya ke
depan, alat pengunyahnya kuat, dan geraham belum mengalami reduksi. Kedua ras tersebut
tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Di Indonesia juga dihuni
ras Papua Melanesoid. Keturunan ras ini,antara lain suku Sakai (Siak) dan suku Irian.

2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut sudah
mengalami perkembangan meskipun dalam pemenuhan kebutuhannya masih bergantung
pada alam. Berikut ini beberapa ciri kehidupan ekonomi masyarakat purba masa berburu dan
meramu tingkat lanjut.
a. Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering masih sangat bergantung pada
alam, yaitu iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan kondisi bintang.
b. Kehidupan berburu berkembang seiring dengan kemajuan dalam pembuatan alat berburu.

c. Selain berburu hewan di dekat, mereka juga makan hewan-hewan laut, misalnya kerang
yang kulitnya dibuang menjadi sampah bukit kerang (kjokkenmoddinger).
d. Mulai melakukan bercocok tanam sederhana dengan berpindah-pindah tempatsesuai
dengan kesuburan tanah. Tanaman yang ditanam sebatas umbi-umbian, karena belum
mengenal padi.
e. Masa ini belum mengenal perdagangan barter, yaitu tukar-menukar barang, karena
makanan yang mereka peroleh hanya sekadar untuk mempertahankan hidup.
3. Kehidupan Sosial
Secara umum, pola kehidupan sosial masyarakat purba masa berburu dan meramu
tingkat lanjut diuraikan berikut ini.
a. Manusia pada masa ini sudah mulai hidup semisedenter, yaitu kadang menetap di gua-gua
alam dan berpindah lagi mencari gua lain yang di sekitarnya banyak tersedia bahan makanan.

b. Pembagian kerja; laki-laki berburu, dan perempuan mengmpulkan makanan dan mengurus
anak
c. Munculnya gua-gua alam yang dinamakan abris sous roche yang merupakan tempat tinggal
sementara.

4. Hasil Kebudayaan
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, masyarakat praaksara sudah
menghasilkan berbagai budaya meskipun belum berkembang pesat. Salah satu hasil budaya
pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut adalah digunakannya peralatan dari batu yang
disebut chooper (kapak perimbas/pebble/kapak sumatra), chooping tool (kapak penetak),
anak panah, dan alat dari tulang atau tanduk rusa (bone culture). Selain itu, ditemukan
beberapa kesenian berupa lukisan-lukisan. Berikut beberapa bentuk lukisan tersebut.
a. Lukisan pada kapak berupa garis sejajar dan lukisan mata. Makna lukisan tersebut belum
diketahui secara pasti.
b. Lukisan di dinding-dinding gua, seperti yang terdapat di Gua Leang-Leang, Sulawesi
Selatan. Lukisan tersebut berupa gambar babi hutan sedang berlari. Di Gua Leang-Leang juga
ditemukan lukisan cap tangan berwarna merah. Heekeren mengatakan bahwa gambar tersebut
dimungkinkan telah berumur lebih dari 4.000 tahun, atau pada zaman peralihan dari
Mesolitikum ke Neolitikum.

KESIMPULAN
• Kebutuhan akan makanan dipenuhi dengan cara berburu dan mengumpulkan bahan
yang bisa dimakan. Mereka berburu binatang dalam hutan, menangkap ikan, mencari kerang
dan siput di laut atau sungai. Mereka mengump ulkan (memungut) urnbi-umbian, daun-
daunan, dan biji-bijian dan lingkungan sekitar. Kebutuhan akan tempat tinggal dipenuhi
dengan cara membuat tempat berlindung dan daun-daunan. Pada perkernbangan berikutnya,
mereka rnenghuni gua-gua. Tempat yang dipilih dekat dengan sumber air atau sungai yang
terdapat sumber makanan. Tempat tersebut akan ditinggalkan dan pindah ke tempat baru,
apabila tidak tersedia lagi sumber makanan

DAFTAR PUSTAKA
 http://www.artikelsiana.com/2014/09/kehidupan-masyarakat-prasejarah.html (Di
Akses Pada Senin 09 November 2015, Jam 14;24)
 http://www.sridianti.com/kehidupan-masyarakat-berburu-dan-meramu.html (Di Akses
Pada Senin 09 November 2015, Jam 14;24)
 http://blogzulkifly.blogspot.co.id/2013/08/masa-berburu-dan-mengumpulkan-
makanan.html (Di Akses Pada Senin 09 November 2015, Jam 14;24)
 http://ipspa.blogspot.co.id/2015/05/masa-berburu-dan-meramu-tingkat-lanjut.html (Di
Akses Pada Senin 09 November 2015, Jam 14;24)

Anda mungkin juga menyukai