GLOMERULONEFRITIS
SISTEM URINARIA I
Disusun oleh:
Kelas:
88.6A.33
2018
KATA PENGANTAR
Penulis menyusun makalah ini guna memenuhi kewajiban tugas mata kuliah
Sistem Urinaria 1. Penulis menyusun makalah ini menggunakan beberapa sumber
buku dan internet.
Penulis sadar betul dalam penyusunan makalah ini sangatlah jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, namun penulis sudah berusaha sebaik
mungkin agar makalah ini selesai dan layak untuk dipelajari. Untuk itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun serta sumber referensi yang dapat
membantu dalam penyusunan makalah ini menjadi lebih baik. Besar harapan
penulis makalah ini dapat bermanfaat baik sebagai syarat pemenuhan tugas dalam
segi materi maupun penambah wawasan dalam segi ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
GLOMERULUSNEFRITIS ..................................................................................... i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi.............................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................. 16
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi Glomerulusnefritis
b. Untuk mengetahui penyebab Glomerulusnefritis
c. Untuk mengetahui manifestasi pada pasien Glomerulusnefritis
d. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Glomerulusnefritis
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Glomerulusnefritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Glomerulonefritis adalah gangguan imunologi yang
menyebabkan inflamasi dan meningkatnya sel di glomerulus. oleh
karena fungsi primer glomerulus adalah untuk menyaring darah,
sebagian besar kasus terjadi ketika kopleks antigen – antibody
diproduksi oleh infeksi dimanapun di dalam tubuh lalu terjebak di
glomerulus. perangkap ini menyebabkan kerusakan inflamasi dan
menghalangi fungsi gomerulus, mengurangi kapasitas membrane
glomerulus untuk permeabilitas selektif. Sumber antigen mungkin,
baik eksogen ( misalnya setelah infeksi streptokokus ) ataupun
endogen ( seperti di SLE). bukti juga mengindikasikan bahwa
beberapa kompleks antigen – antibody mungkin terbentuk di ginjal
sendiri.
1. Glomerulonefritis Akut
istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu kepada sekelompok penyakit ginjal
dimana inflamasi terjadi di glomerulus biasanya
terjadi sekitar 2 – 3 minggu setelah serangan
streptokokus
2. Glomerulonefritis Kronik
infeksi pada glomerulus yang awitan
mungkin seperti Glomerulonefritis akut atau
tampak sebagai tipe reaksi antigen – antibody yang
lebih ringan, kadang – kadang sangat ringan
sehingga terabaikan.
2.2 Etiologi
1 Glomerulonefritis Akut ( GNA ) didahului oleh infeksi ekstra renal
terutama di traktus respiratoryus bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus.
2 GNA apat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan
timah hitam tridion, penyakit amiloid, trombosis vena renalis dan lupus
eritematosus.
3 Glomeruonefritis Kronik ( GNK ) sama seperti GNA yang tampak
sebagai tipe reaksi antigen antibody yang kejadian infeksinya berulang,
sehingga ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seper-5 dari ukuran
normal dan teriri dari jaringan fibrosa.
1. Congenital (herediter)
a. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya
glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli
syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior.
Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3%
anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua
pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu
penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan
pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata
penderita sindrom alport.Gejala klinis yang utama adalah
hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik
dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat
menderita infeksi saluran nafas atas.Hilangnya pendengaran
secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak
terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal
umur sepuluh tahunan.
b. Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau
bahkan sebelum lahir.Gejala proteinuria massif, sembab
dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa
minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria
terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga
sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan
laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia,
hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak
berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
2. Glomerulonefritis Primer
a. Glomerulonefritis membrano proliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui
etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi
dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis
progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria
mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya
menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan
hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45%
menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang
ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran
pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira
glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati
IgA.
b. Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada
keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat
tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai
pada hepatitis B dan lupus eritematosus
sistemik.Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada
anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom
nefrotik.Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian
berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan
awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun.Tidak
ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada
semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai
lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria
terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.
c. Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien
dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik,
hipertensi dan gagal ginjal kronik.Nefropati IgA juga sering
dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna
atau kelainan sendi.Gejala nefropati IgA asimtomatis dan
terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria
mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik
biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi
lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
3. Glomerulonefritis sekunder
Reaksi antigen-
antibodi
Glomerulonefritis Akut
Membran glomerulonefritis
menebal
Glomerulosklerosis
Penurunan GFR Respon inflamasi Penumpukan toksik Respon asidosis
lokal ureum darah metabolik & sindrom
uremia saraf dan
- Penurunan volume urine respirasi
Nyeri pinggang Gg. Homeostatis
- Retensi cairan & Na - Nafas kusmaul
- Peningkatan aldosteron cairan & elektrolit
- Leratgi, penuruan
kesadaran
Nyeri
Hipertensi sistemik - Edema otak
meningkat
Kelebihan volume cairan - Disfungsi serebral
Kerja jantung - Neuropati
meningkat
- Hipernatremia Peningkatan TD Gangguan pola
- Hiperkalemia Edema Penurunan curah nafas
- pH turun
- hiperpospatemia jantung
- hiperkalsemia Respon psikologis:
Kelemahan fisik
Gangguan perfusi - Prognosis penyakit
jaringan serebral - Tindakan dialisis
Respon hiperkalemia:
- Koping maladaptif
- Kerusakan impuls saraf Gangguan ADL
- Gg. Konduksi otot jantung
Kecemasan
Defisit pengetahuan
Resti kejang
Respon hematologis: Gg. Permeabilitas Respon Gastrointestinal
- Penurunan produksi selektif kapiler - Ureum pada gastrointestinal
eritropoietin glomerulus dan filtrasi - Radang mukosa saluran
- Trombositopenia glomerulus meningkat cerna
Kecemasan
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.5 Pemeriksaan diagnostik
2.6 Penatalaksanaan
Manajemen medis bertujuan untuk mengeliminasi antigen, untuk mengubah keseimbangan imun
klien, serta menghambat atau meringankan inflamasi untuk mencegah kerusakan ginjal lebih jauh lagi
dan menngkatkan fungsi ginjal. Walaupun beberapa klien mungkin memerlukan rawat inap,
pengobatan bisanya dengan rawat jalan.
a. Mengurangi inflamasi
Plasmaferesis telah digunakan pada beberapa protokol penelitian untuk mengurangi jumlah
antigen pada jenis glomerulonefritis tertentu. Intervensi ini biasanya diberikan dalam
hubungannya dengan kortikosteroid, dan zat imunosupresif ( azathioprine ). Teknik di desain
untuk menghilangkan sirkulasi antibodi tertentu atau mediator respon inflamasi. Volume besar
plasma klien secara siklis dihilangkan dan digantikan dengan plasma beku segar melalui
separator sel darah yang terus menerus mengalir
Terapi antibiotik (seperti penisilin untuk bakteri streptokokus) digunakan untuk mengobati
glomerulonefritis poststreptokokus. Terapi ini juga digunakan sebagai profilaksis setelah infeksi
streptokokus untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Indikasi
Penisilin efektif untuk membunuh bakteri Staphylococci. Selain itu penyakit yang dapat
disembuhkan dengan antibiotic ini diantaranya gonorhoe, sifilis, dan pneumonia
Kontraindikasi
Efek samping
Efek Samping
Berkurangnya kalium dan magnesium yang berakibat kemungkinan meningkatnya kadar
kolesterol
Encok
Disfungsi seksual pria
Diare, sembelit dan nyeri perut
Telinga berdenging/tuli
Tidak napsu makan, penurunan berat badan
Nyeri dada, batuk baru atau memburuk dengan lemah, masalah pernafasan
Kulit pucat, memar, gatal, kulit atau mata menguning, rasa terbakar pada mata, nyeri
pada kulit atau ruam merah yang menyebar
Sakit kepala, sempoyongan, lemah atau sulit menelan
Payah jantung
Kontraindikasi
syok kardiogenik
stenosis aorta lanjut
kehamilan
porfiria
Efek samping
Komplikasi umum kelebihan cairan meliputi gagal jantung dengan edema pulmonari
dan meningkatnya tekanan intrakranial. Gagal ginjal mungkin berkembang, pemantauan
yang tepat penting dan harus menyertakan tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, dan
berat badan. Menyadari komplikasi awal membantu mendorong intervensi medis.
1. Pertimbangan khusus
Bagi pasien glomerulonefritis akut atau kronis, perawatannya terutama bersifat suportif.
1. Periksa tanda-tanda vital dan nilai elektrolit. Pantau asupan serta cairan dan timbang berat
badan setiap hari. Kaji fungsi renal setiap hari lewat pemeriksaan kadar kreatinin dalam
urine. Awasi dan segera laporkan tanda-anda gagal ginjal akut (oliguria, azoternia dan
asidosis). Pantau asites dan edema
2. Konsultasikan pasien kepada ahli diet untuk menerapkan diet tinggi-kalori rendan-protein, -
natrium da –kalium.
3. Berikan obat-obatan esuai dengan instruksi medis dan melaksanakan dengan baik perawatan
higiene oral. Instruksikan pasien agar terus minum obat-obata antihipertensi yang
diresepkan dokter sesuai jadwal sekalipun sudah merasa lebih baik, dan laporkan setiap efek
samping yang merugikan. Nasihati pasien agar minum obat diuretik pada pagi hari sehingga
pasien tidak terganggu tidurnya karena harus sering kencing di malam hari. Ajarkan
kepadanya cara mengkaji edema pada pergelangan kaki.
4. Lindungi pasien yang keadaan umumnya menurun terhadap kemungkinan infeksi sekunder
dengan memberikan nutrisi yang baik, mnggunakan teknik higiene yang baik, dan cegah
kontak dengan orang yang terinfeksi
5. Tirah baring diperlukan selama fase akut. Injinkan pasien untuk secara berangsur-angsur
kembali keaktivitas semula ketika gejala mereda.
6. Nasihati pasien dengan riwayat infeksi saluran napas atas kronis agar segera melaporkan
tanda-tanda infeksi (demam, nyeri tenggorokan)
7. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan Ifollow-up diperlukan untuk mendeteksi gagal
ginjal kronis. Tekankan perlunya pemeriksaan teratur tekanan darah, protein urine, dan
fungsi ginajal selama bula-bulan kesembuhan untuk mendeteksi kemungkinan frekuensi.
Sesudah terjadi glomerulonefritis akut, dapat timbul kembali hematuria yang nyata saat
pasien mengalami virus nonspesifik. Hasil urine yang abnormal dapat bertahan selama
bertahun-tahun.
8. Dorong ibu hamil dengan riwayat glomerulonefritis untuk menjalani pemeriksaan medis
dengan sering karena kehamilan akan menambah tekanan lebih lanjut pada ginjal dan
meningkatkan risiko gagal ginjal kronis.
9. Bantu pasien menyesuaikan diri dengan keadaan sakitnya dengan mendorongnya
mengungkapkan perasaannya. Jelaskan semua prosedur yang diperlukan sebelum prosedur
ini dilakukan dan jawab pertanyaan pasin tentang prosedur tersebut.
2.7 Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2 sampai 3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang diperlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan peglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Ini disebabkan
spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopne terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung
dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoetik yang
menurun.
2.8 Prognosis
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (keperawatan Medikal Bedah), alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta : EGC.
Nuari, N. A., & Widayanti, D. (2017). GANGGUAN PADA SISTEM PERKEMIHAN &
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN (1st ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).