ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kelurahan Rowosari merupakan salah satu wilayah
sporadic yang setiap tahun selama 3 tahun berturut-turut terdapat kasus DBD. Oleh karena
itu perlu dilakukan upaya pencegahan yang yang lebih efektif melalui pelaksanaan PSN DBD
Satu Rumah Satu Jumantik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Pelaksanaan Program PSN DBD Satu Rumah Satu Jumantik Kelurahan Rowosari
Kecamatan Tembalang melalui gambaran Angka Bebas Jentik, Cakupan Partisipasi kader
jumantik dan tingkat pengetahuan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu melihat pelaksanaan Program
PSN DBD Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik di RT 04/02 Kelurahan Rowosari.
Responden penelitian ini adalah dasawisma RT 04/02.
Hasil: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik (ABJ) Kelurahan
Rowosari Tahun 2017 yaitu 94,24%, Cakupan partisipasi kader jumantik bulan agustus-
oktober yaitu 9%, 17,5%, dan 10%. Setelah dilakukan intervensi, hasilnya tidak ada
perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nilai p value
0,247 (>0,05).
Simpulan:ABJ dan cakupan partisipasi kader Jumantik dalam SRSJ belum mecapai target,
tidak ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
tentang DBD dan SRSJ.
ABSTRACT
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in
Indonesia. Rowosari Village is one of the sporadic areas that every year for 3 consecutive
years there are cases of dengue fever. Therefore it is necessary to do more effective
prevention efforts through the implementation of PSN DBD Satu Rumah Satu Jumantik. this
study aims to find out the Implementation of Program PSN DBD Satu Rumah Satu Jumantik
Rowosari Village Tembalang District through the description of Angka Bebas Jentik,
Coverage participation jumantik cadres and knowledge level before and after given
counseling.
Methods: This research is a descriptive research with observational approach. The research
design used is cross sectional which is to see the implementation of Program PSN DBD Satu
Rumah Satu Jumantik in RT 04/02 Rowosari Village. The respondents of this research are
dasawisma RT 04/02.
Results: the results of this study indicate that the Angka Bebas Jentik (ABJ) Rowosari
Village in 2017 is 94.24%, Coverage participation jumantik cadres in August-9%, 17.5%, and
10%. After intervention, there was no difference of knowledge level before and after
intervention p value 0,247 (> 0,05).
Conclusion: ABJ and participation coverage of Jumantik cadres in SRSJ have not reached
target, no difference of knowledge of respondent before and after counseling about DHF and
SRSJ.
(jawaban benar)
Pendidikan
No Pekerjaan keterangan
Terakhir
Pos
Pre % %
t
1 SD Buruh 0 0 16 80 Naik
10
2 SD - 12 60 20 Naik
0
3 SD Pedagang 12 60 14 70 Naik
4 SD Swasta 14 70 11 55 Turun
5 SD Buruh 15 75 15 75 Tetap
Ibu
6 SD Rumah 16 80 17 85 Naik
Tangga
7 - - 15 75 11 55 Turun
8 - - 14 70 15 75 Naik
9 S1 Guru 16 80 15 75 Turun
Ibu
10 SD rumah 12 60 15 75 Naik
tangga
11 - - 7 35 4 20 Turun
Ibu rumah
12 - 19 95 16 80 Turun
tangga
13 SMP Karyawan 14 70 14 70 Tetap
Ibu
14 SLTA Rumah 17 85 16 80 Turun
Tangga
Ibu rumah
15 SMP 14 70 16 80 Naik
tangga
16 SMP Pedagang 15 75 12 60 Turun
17 SMP Swasta 16 80 15 75 Turun
10
18 - - 17 85 20 Naik
0
Ibu rumah
19 SMP 15 75 15 75 Tetap
tangga
Ibu rumah
20 SD 13 65 16 80 Naik
tangga
Berdasarkan tabel 4 yaitu hasil analisis data menggunakan software SPSS bahwa
rata-rata hasil soal pre test yaitu 68,25 dan rata-rata hasil soal post test yaitu 73,25.
Kemudian dilakukan Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji 2 sisi (2 tailed), sehingga
berdasarkan output diketahui sig (2-tailed) = 0,247. Karena sig = 0,247 lebih besar dari α =
0,05 (p value > 0,05) maka Ho diterima, Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan skor pengetahuan dasawisma sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
tentang Demam Berdarah Dengue, PSN DBD, dan program Satu Rumah Satu Jumantik.
PEMBAHASAN
Program Satu Rumah Satu Jumantik merupakan suatu model pemberdayaan
masyarakat yang dikembangkan dari konsep jumantik mandiri yaitu juru pemantau jentik
yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari jentik
nyamuk demam berdarah, dengan teknik dasar 3M plus. Untuk menggambarkan
pelaksanaan SRSJbiasanya diukur dengan persentase Angka Bebas Jentik, Cakupan
Partisipasi kader jumantik, serta Tingkat Pengetahuan tentang DBD, PSN DBD melalau
gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Depkes RI, 2010).
Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan
jentik dengan cara menghitung rumah atau bangunan yang tidak dijumpai jentik dibagi
dengan seluruh jumlah rumah atau bangunan. Dengan demikian keadaan bebas jentik
merupakan suatu keadaan dimana ABJ lebih atau sama dengan 95%. Keadaan dimana
parameter ini diketahui jumlah telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes
aegypti) berkurang atau tidak ada. Berdasarkan data yang diperoleh ABJ Kelurahan
Rowosari yaitu 94,24%. ABJ tersebut belum mencapai target, karena berdasarkan hasil
rekapitulasi pemantauan jentik oleh Tenaga Surveilans Kesehatan Gasurkes terdapat
beberapa rumah yang positif jentik (Depkes RI , 2010).
Cakupan Partisipasi Kader Jumantik atau SRSJ adalah salah satu indikator yang
menunjukkan tingkat partisipasi kader atau masyarakat dalam pogram Satu Rumah Satu
Juamantik. Berdasarkan data yang diperoleh, cakupan partisipasi kader bulan agustus
sampai oktober yaitu 9%, 17,5%, dan 10%. Hal ini menunukkan bahwa angka cakupannya
jauh dibawah target yaitu 80%. Padahal konsep dari program SRSJ adalah pemberdayaan
masyarakat dimana partisipasi aktif masyarakat sangan diperlukan dalam mendukung
program ini.
Peneliti kemudian melakukan intervensi peynyuluhan dan mengukur tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah diakukan penyuluhan. Hasil penelitian ini menunjukkan
ada 11 (55%) responden yang mengalami peningkatan nilai pengetahuan, tetap dan
penurunan nilai pengetahuan sebesar 9 (45%) responden.
Tingkat pengetahuan tentang DBD dan SRSJ juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan. Berdasarkan penelitian, sebagian kebanyakan responden
pendidikan terakhirnya dalah Sekolah Dasar yaitu 8 (40%) responden. Karena pendidikan
yang masih rendah menyebabkan tingkat penegetahuan masyarakat juga rendah.
Pendidikan dan pengetahuan menurut (Green, 2005) merupakan faktor pendukung
(predisposing factors) dari perubahan perilaku. Pengetahuan dan sikap merupakan bentuk
perilaku masih tertutup (covert behavior) dimana belum dapat diamati oleh orang lain,
sedangkan perilaku dalam bentuk praktek merupakan tindakan yang dapat diamati (overt
behavior). Teori perilaku Green (2005) memaparkan bahwa antara pengetahuan dan
perilaku memiliki hubungan positif. (Waruwu, 2015).
Penelitian yang dilakukan Benthem et al menunjukkan adanya hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan DBD, di mana masyarakat yang memiliki
pengetahuan yang baik mengenai DBD memiliki upaya pencegahan yang baik pula (Sutaryo,
2006). Namun, kendala yang masih sering terjadi di masyarakat adalah ketidaktahuan
masyarakat mengenai penyakit dan perilaku manusia yang belum konsisten dalam
melakukan program pencegahan dan pemberantasan DBD (Sungkar, 2010). Jika ditarik
garis lurus, partisipasi kader jumantik akan meningkatkan jika pengetahuan tentang DBD
dan SRSJ meningkat, dampak dari partisipasi dan pengetahuan meningkat yaitu abj
mencapai target.
Kelemahan dari penelitian ini adalah penyuluhan dilakukan sore hari menjelang
malam hari sehingga ibu-ibu kurang fokus dalam mendengarkan materi yang disampaikan,
ibu-ibu juga mengajak anak/cucu dibawah 5 tahun yang menyebkan konsentrasinya untuk
memahami materi terpecah karena disisi lain harus menjaga anak/cucunya. Selain itu, saat
penyuluhan tidak didukung media promosi seperti leaflet ata flipchart yang berguna untuk
mendukung penyampaian materi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dismpulkan bahwa indikator keberhasilan dari
program satu rumah satu jumantik adalah Angka Bebas Jentik (ABJ) dan Cakupan
Partisipasi Kader Jumantik yang mencapai target. Atau bahkan melebihi target yang
ditentukan. Tingkat partisipasi kader jumantik atau SRSJ dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan tentang tentang Demam Berdarah Dengue, Pemberantasan Sarang Nyamuk
DBD dan program Satu Rumah Satu Jumantik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Angka Bebas Jentik (ABJ) dan cakupan partisipasi kader jumantik atau SRSJ belum
mencapai target. Hasil yang didapat setelah melakukan intervensi adalah terjadi peningkatan
pengetahuan tentang DBD dan PSNN DBD mealui gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
responden penelitian meskipun tidak siginifikan. Dantidak ada perbedaan skor pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan.
Saran
Penulis merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan penyuluhan
disarankan menggunakan media promosi pendukung seperti leaflet, flowchart atau video
sangat disarankan karena membuat responden tertarik dan paham dengan materi yang
disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA