Anda di halaman 1dari 10

PREMEDIKASI ANESTESI

Untuk memenuhi salah satu tugas dalam menjalani keterampilan klinis di SMF
Ilmu Anestesi RSUD Deli Serdang

Dokter Pembimbing:
dr. Gloria, Sp. An

Disusun Oleh:
Mira Handayani Nasution 1608320086
Rosmala Dewi Sagala 1608320089

SMF Ilmu Anestesi


RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-Nya penulis telah selesai menyusun paper ini guna memenuhi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior dibagian Anestesi RSUD Deli Serdang
dengan judul ”Premedikasi Anestesi”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Gloria, Sp.An selaku pembimbing sekaligus penguji dibagian Anestesi.

Penyusunan ini masih banyak kekurangan, tidaklah mengherankan karena


keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan.

Medan, 24 Mei 2018

Penulis
PREMEDIKASI

Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan


tujuan untuk melancarkani induksi, pemeliharaan dan pemulihan anestesia.

Tujuan farmakologik utama pre medikasi :

 Meredakan/menghilangkan ketakutan dan kecemasan (ansietas)

 Memperlancar induksi anesthesia

 Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan bronkus

 Meminimalkan jumlah obat anestetik

 Mengurangi mual dan muntah pasca bedah

 Untuk menimbulkan amnesia

 Mengurangi isi cairan lambung dan meningkatkan pH asam


lambung.

 Mengurangi refleks yang tidak diinginkan

Tujuan sekunder farmakologi premedikasi :

 Meredakan/menghilangkan ketakutan dan kecemasan (ansietas)

 Memperlancar induksi anesthesia

 Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan bronkus

 Meminimalkan jumlah obat anestetik

 Mengurangi mual dan muntah pasca bedah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan dosis obat :


 Usia dan BB
 Status fisik
 Tingkat kegelisahan
 Toleransi untuk obat depresan
 Pengalaman buruk terhadap obat premedikasi sebelumnya
 Bedah elektif atau mendadak
 Pasien rawat inap/rawat jalan

Golongan obat untuk premedikasi :

1. Sedatif (barbiturat, benzodiazepin, butiroferan)


2. Analgetik narkotik (morfin, petidin, fentanil)
3. Antikolinergik
4. Antiemetik (metokloperamid, ondansetron)
5. Lain-lain (klonidin, antasid, H2-antagonis)

1. Obat-Obat Sedatif

Golongan Barbiturat

1. Pentobarbital (nombutal), sekobarbiturat (sekonal)

- Efek sedatif kuat sampai hipnotis

- Tidak mempunyai efek analgesia

- Depresi sirkulasi dan pernapasan minimal

- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg (dewasa), 3,4 mg/kg (anak)

2. Fenobarbital (luminal)

- Dosis per oral / IM : 1,5 mg/kg

- Dosis hipnosis : 100 mg

Golongan benzodiazepin

1. Midazolam (dormicum)

- Efek antianxiety, sedasi, amnesia dan antikonvulsi


- Tidak mendepresi napas dan sirkulasi

- Tak mempunyai efek analgesik

- Larut air dan tidak memberikan rasa nyeri (IM / IV)

2. Diazepam (valium)

- Lebih sulit larut air, memberikan rasa nyeri

- Dosis per oral 0,15 mg/kg

- Dosis IM : tidak tetap

Golongan Butirofenon

1. Dehidrobenzperidol (dbp) = droperidol

- Efek neuroleptik : anestesi neuroleptik, analgesik neuroleptik

- Vasodilatasi pembuluh darah

- Efek antiemetik kuat

- Dosis premedikasi = 0,1 mg/kg IM atau IV

2. Obat-Obat Analgetik Narkotik

1. Morfin

- Preparat opioid alami

- Obat analgetik narkotik standar

- Mendepresi SSP termasuk pusat pernapasan

- Berefek sedasi dan analgesia kuat

- Morfin dapat menyebabkan : Obstipasi / konstipasi pasca anestesia

- Menurunkan basal metabolisme tubuh


- Ekskresi 90% melalui ginjal

- Dosis premedikasi dewasa : 5 - 10 mg/SK/IV

2. Petidin / meperidin / Demerol

- Narkotika

- Berefek sedasi, analgesia dan antispasmolitik

- Bersama barbiturat : amnesia

- Dapat mendepresi napas

- Mulut kering, berkeringat dan euforia

- Dosis premedikasi dewasa : 50 - 100 mg, anak 1/2 - 1 mg/kg

3. Fentanil

- Narkotik sintetik yang sangat poten 75 - 125 kali morfin

- Depresi napas dan kaku otot rangka

- Efek kholinergik --> bradikardia

- Dosis premedikasi 0,05 - 0,1 mg/kgIM

3. Antikolinergik

1. Sulfas atropin

- Efek antisialagogue

- Efek vagolitik kuat : mencegah bradikardia

- Bersifat bronkodilatasi - Menimbulkan takikardia

- Meningkatkan suhu - Midriasis dan lakrimasi


- Dosis premedikasi 0,001 - 0,002 mg/kg Menilai kedalaman anestesi tidak akan
adequat bila pasien sebelumnya diberikan obat premedikasi

2. Skopolamin

- Efek antisialagogue seperti sulfas atropine

- Sedasi dan amnesia

- Efek vagolitik tetapi lebih ringan dari atropin

- Tidak meningkatkan suhu tubuh

- Dosis premedikasi : 0,001 - 0,002 mg/kg

3. Glikopirolat (robinul)

- Obat antikolinergik sintetik

- Efek stimulasi SSP < daripada atropin

- Efek takikardi < daripada atropin

- Dosis premedikasi : 0,1 - 0,2 mg/kg

4. Antiemetik

1. Dehidrobenzperidol

2. Metoklorpramid

- Meningkatkan motilitas esofagus inferior dan relaksasi pilorus

- Mempercepat pengosongan lambung

- Dosis : 10 - 20 mg IV perlahan-lahan

3. Ondansietron (zolfran)

- Menghambat reseptor 5 hidrositriptamin dan srotonin


- Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti

- Berguna untuk mengurangi muntah pasca kemoterapi

- Dosis antiemesis : 4 mg (dewasa)

5. Lain-lain (klonidin, antasid, H2-antagonis)

1. Agonis reseptor alfa 2 adrenergik

Klonidin

- Memperkuat efek sedasi, anti anxiety dan analgesia

- Efek antishivering (menggigil)

- Menjaga stabilitas kardiovaskuler selama anestesia

- Mengurangi kebutuhan anestetik

- Antihipertensi

- Dosis : 3 - 5 mikrogram / kg

2. Antagonis reseptor H2

Cimetidin

- Mengurangi volume sekresi cairan lambung

- Meningkatkan pH cairan lambung

- Hipotensi dan bradikardi - Dosis : 400 mg oral 1 - 2 jam sebelum anestesi 200
mg IV 1 - 2 jam sebelum anestesi. Tujuan anestesia : Analgesia, Hipnosis,
Relaksasi / arefleksi , depresi simpatikum.

Ranitidin

- Mengurangi volume cairan lambung sehingga aspirasi pneumoni dapat dicegah


- Meningkatkan pH cairan lambung (syarat aspirasi pneumoni pH < 2,5) dengan
A. H2 --> pH > 3,5

- Dosis Ranitidin : 150 mg/oral 50 - 100 mg/IV

Antasid (Belusil, mylanta)

- Meningkatkan pH cairan lambung

- Meningkatkan tonus sp. esofagus

- Dosis : 15 - 30cc 30 menit sebelum anestesi


Referensi

1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. Edisi ke-4.
USA: McGraw-Hill. 2006:922-50.
2. Lumb, W.V and Jones, E.W. 1984. Anesthesia, 2 ed, Lea & Febiger,
Philadelphia.
3. Pratiwi, Komang. 2009. Premedikasi sebelum pembedahan.
http://www.balipost.com (diunduh tanggal 13 januari 2015)
4. S, Zunilda D, dkk. 2007. Anestetik Umum. Farmakologi dan Terapi. Edisi
5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
UI, Hal. 122 – 138.
5. Katchung BG dkk. Klinik dan Farmakologi Dasar. Diterjemahkan oleh
Ricky Soeharsono. Edisi 12 Vol.1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, p 483-
500.

Anda mungkin juga menyukai