Anda di halaman 1dari 4

1

BAHAYA RIBA DALAM KEHIDUPAN MUSLIM


Oleh: Tgk. H. Syukri M. Daud Pango
Dalam istilah syara’ riba didefenisikan sebagai tambahan pada barang-barang tertentu.
Dalam defenisi yang lain dikatakan, riba diartikan sebagai tambahan tanpa inbalan dalam
transaksi harta dengan harta.
Dalil-dalil al-Quran tentang haramnya riba
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai
Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-
orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (Q.S. Al-Baqarah: 275-279).
Dalil-dalil hadis tentang haramnya riba
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan. Ada yang bertanya: apakah tujuh hal itu ya
Rasulullah? Beliau menjawab: 1. Menyekutukan Allah, 2. Sihir, 3. Membunuh jiwa yang
diharamkan Allah untuk di bunuh kecuali yang dibenarkannya, 4. Memakan riba, 5.
Memakan harta anak yatim, 6. Kabur dari medan perang, 7. Menuduh berzina wanita suci
yang tidak ada memiliki pikiran untuk zina, lagi mukminah.” (H.R. Bukhari)
“Rasulullah melarang orang yang memakan riba, yang ,memberikan riba, penulisnya dan
saksi-saksinya, lalu Rasulullah bersabda: mereka semua sama.” (H.R. Muslim)
2

“untuk riba satu dirham disisi Allah lebih berat dari tiga puluh enam kali berzina menurut
nilai kesalahan.”
“Untuk riba ada 99 pintu dosa, adapun yang paling rendah derajatnya adalah seperti
seseorang yang menzinahi ibuya.”
Riba Haram Dalam Semua Agama Samawi
Riba diharamkan oleh semua agama samawi karena di anggap sesuatu yang
membahayakan menurut agama Yahudi, Nasrani dan Islam.
Dalam Perjanjian Lama disebutkan:
“Jika kamu meminjamkan harta kepada salah seorang putra bangsaku, janganlah kalian
bersikap seperti orang yang mengutangkan, engkau meminta keuntungan untuk hartamu.”
(ayat 25 pasal 22 Kitab Keluaran).
“jika saudaramu membutuhkan sesuatu maka tanggunglah. Jangan meminta darinya
sebuah keuntungan atau mamfaat.” (ayat 35 pasal 25 Kitab Imamat).
Dalam Perjanian Baru disebutkan:
“dan jika kamu meminjamkan sesuatu kepada karena kamu berharap akan menerima
sesuatu darinya, apakah jasa mu? (Lukas 6: 34)
“tetapi lakukanlah kebaikan-kebaikan dan pinjamkanlah tanpa mengharapkan
pengembaliannya. Dengan begitu pahalamu melimpah ruah. (Lukas 6: 35)
Bedasarkan teks tersebut, para pendeta sepakat dalam hal pengharaman semua jenis
riba seluruhnya.
Bahaya Riba
Pemakan riba mendapat laknat atau kutukan, dari hadis di atas dapat difahami bahwa
laknat bukan hanya pemakan riba tapi laknat juga bagi yang memberikan, penulisnya dan
saksi-saksinya, semua mereka sama kata Nabi s.a.w.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda:
“Tidak muncul pada suatu kaum perbuatan zina dan riba kecuali mereka telah merelakan
diri mereka mendapat azab Allah s.w.t.
Bahaya Riba dari sisi Kejiwaan
Dari sisi kejiawaan, riba juga mengakibatkan efek negatif, pelaku riba hanya
mengutamakan kepentingan pribadi dan memikirkan diri sendiri. Dengan demikian, akan
hilang semangat pengorbanan dan sikap mendahulukan orang lain serta akan lenyap arti
cinta dan kebaikan kepada sesama dan masyarakat. Digantikan oleh sikap materialisme yang
berlebihan. Akan pudar pula ikatan persaudaraan antara sesama manusia, para pelaku riba
laksana binatang buas. Yang diprioritaskan oleh para pelaku riba dalam hidupnya hanyalah
3

mengumpulkan harta, menimbun kekayaan, menghisap darah saudaranya. Lantara demikian,


Allah mentamsilkan pelaku riba dalam surah al-Baqarah: 275 bahwa mereka sama seperti
orang yang berdiri yang kemasukan syaithan lantaran tekanan penyakit gila.
Riba Menghilngkan Rasa Kebaikan dan Kasih dalam Jiwa
Riba juga menghilangkan nilai kemanusiaan, rasa kasih dan kebaikan dalam jiwa
umat manusia, dan menggantikannya dengan sifat tamak dan serakah, padahal ini adalah
sifat Yahudi yang menyebarkan riba dalam masyarakat untuk memeras dan menghisap darah
mereka, al-Quran mengimformasikan tentang mereka dalam surat An-Nisa’: 161:
“Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.”
Bahaya dari Sisi Ekonomi
Bila ditinjau dari sisi ekonomi maka bahaya riba sangat nyata dan jelas, karena itu
membagi manusia kepada dua kelompok:
1. Kelompok yang hidup dalam kemewahan
Kelompok ini dalam kenikmatan dan kemewahan, bersenang dengan hasil keringat
orang lain.kelompok ini tidak bekerja, masyarakat tidak pernah mendapatkan mafaat dan
keuntungan apapun dari keberadaannya, mereka ini merampas hasil jerih payah orang lain.
2. Kelompok yang terjerumus dalam kefakiran
Kelompok ini adalah orang yang membantingkan tulang, bekerja keras, sensara dan
letih, sedangkan hasil usahanya dinikmati oleh para pemilik harta yang menumpuk
kekayaan mereka dengan penderitaan orang lain tanpa melakukan pekerjaan apa-apa yang
memberikan mamfaat bagi masyarakat.
Bahaya dari sisi Sosial Kemasyarakatan
Ditinjau dari aspek ini, riba akan melahirkan rasa permusuhan dan kebencian antar
anggota masyarakat. Riba juga menjadi penyebab hilangnya ikatan-ikatan kemanusiaan dan
persaudaraan di berbagai tingkatan dalam kelompok masyarakat, serta menghancurkan
prinsip-prinsip belas kasihan dan kebaikan dalam jiwa manusia.
Pernyataan Perang Terhadap Para Pelaku Riba
Menurut pandangan Islam tidak ada suatu kejahatan yang melebihi kejahatan riba
dalam keburukan dan kekejiaannya, ia merupakan kejahatan terbesar. Kita dapat merasakan
dan memahaminya dari gambaran Al-Quran mengenai para pelaku riba bahwa mereka telah
terlibat dalam kancah peperangan melawan Allah, dan Allah benar-benar menyatakan
4

perang terhadap mereka dengan pernyataan yang jelas dan tegas dengan segala sesuatu
resiko peperangan berupa kehancuran, kebinasaan ataupun penyiksaan. Allah berfirman
dalam surat Al-Baqarah: 279:
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”
Sungguh celaka bagi orang yang telah mendengar ayat ini tetapi tidak mau bertaubat
serta tidak meninggalkan kejahatan yang keji itu. Ketahuilah, riba dan iman adalah dua
kutub yang kontradiktif dan tidak akan pernah bisa menyatu.
Bunga Bank
Dalam pembahasan ulama fiqh klasik tidak dijumpai pembahasan tentang kaitan
antara bunga bank dan riba, karena sistem perekonomian dengan bank belum dikenal di
zaman mereka. Pembahasan tentang bunga bank apakah termasuk riba atau tidak, baru
ditemukan dalam literatur fiqh kontemporer. Para ulama berbeda pendapat dalam
mengambil kesimpulan tentang hukum bunga bank. Kebanyakan para ulama mengatakan
bunga bank adalah riba.
Bungan bank sebagai riba, juga merupakan kesimpulan dari muktamar-muktamar
yang di selenggarakan di berbagai negara Islam, di antaranya:
1. Muktamar kedua Lembaga Riset Islam diselenggarakan di Kairo tahun 1385 H/ 1965 M
yang dihadiri oleh para wakil dan utusan dari 35 Negara Islam.
2. Muktamar kedua Dewan Lembaga Fiqh Islam yang bernaung dibawah organisasi
konferensi islam, di adakan di Jeddah tahun 1406 H/1985 M.
3. Muktamar Lembaga Fiqh Islam Rabithah Alam Islami di adakan di Mekkah tahun 1406
H.
4. Muktamar Bank Islam kedua, diselenggarakan di Kuwait tahun 1403 H/1983 M.
5. Fatwa Majlis Ulama Indonesia tahun 2004 M.
Syeikh Ali Ahmad Al-Jarjawi dalam kitab Hikmah At-Tasyri’ wal Falsafatuhu
mengatakan: Para pemimpin di Eropa meyakini adanya Hikmah Syariat Islam mengenai
pengharaman riba ini. Karena mereka melihat sendiri dengan mata kepala mereka, bahwa
seluruh harta yang dititipkan atau disimpan dalam brankas atau bank-bank dapat
menyebabkan perubahan moneter yang mengejutkan.

Anda mungkin juga menyukai