“untuk riba satu dirham disisi Allah lebih berat dari tiga puluh enam kali berzina menurut
nilai kesalahan.”
“Untuk riba ada 99 pintu dosa, adapun yang paling rendah derajatnya adalah seperti
seseorang yang menzinahi ibuya.”
Riba Haram Dalam Semua Agama Samawi
Riba diharamkan oleh semua agama samawi karena di anggap sesuatu yang
membahayakan menurut agama Yahudi, Nasrani dan Islam.
Dalam Perjanjian Lama disebutkan:
“Jika kamu meminjamkan harta kepada salah seorang putra bangsaku, janganlah kalian
bersikap seperti orang yang mengutangkan, engkau meminta keuntungan untuk hartamu.”
(ayat 25 pasal 22 Kitab Keluaran).
“jika saudaramu membutuhkan sesuatu maka tanggunglah. Jangan meminta darinya
sebuah keuntungan atau mamfaat.” (ayat 35 pasal 25 Kitab Imamat).
Dalam Perjanian Baru disebutkan:
“dan jika kamu meminjamkan sesuatu kepada karena kamu berharap akan menerima
sesuatu darinya, apakah jasa mu? (Lukas 6: 34)
“tetapi lakukanlah kebaikan-kebaikan dan pinjamkanlah tanpa mengharapkan
pengembaliannya. Dengan begitu pahalamu melimpah ruah. (Lukas 6: 35)
Bedasarkan teks tersebut, para pendeta sepakat dalam hal pengharaman semua jenis
riba seluruhnya.
Bahaya Riba
Pemakan riba mendapat laknat atau kutukan, dari hadis di atas dapat difahami bahwa
laknat bukan hanya pemakan riba tapi laknat juga bagi yang memberikan, penulisnya dan
saksi-saksinya, semua mereka sama kata Nabi s.a.w.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda:
“Tidak muncul pada suatu kaum perbuatan zina dan riba kecuali mereka telah merelakan
diri mereka mendapat azab Allah s.w.t.
Bahaya Riba dari sisi Kejiwaan
Dari sisi kejiawaan, riba juga mengakibatkan efek negatif, pelaku riba hanya
mengutamakan kepentingan pribadi dan memikirkan diri sendiri. Dengan demikian, akan
hilang semangat pengorbanan dan sikap mendahulukan orang lain serta akan lenyap arti
cinta dan kebaikan kepada sesama dan masyarakat. Digantikan oleh sikap materialisme yang
berlebihan. Akan pudar pula ikatan persaudaraan antara sesama manusia, para pelaku riba
laksana binatang buas. Yang diprioritaskan oleh para pelaku riba dalam hidupnya hanyalah
3
perang terhadap mereka dengan pernyataan yang jelas dan tegas dengan segala sesuatu
resiko peperangan berupa kehancuran, kebinasaan ataupun penyiksaan. Allah berfirman
dalam surat Al-Baqarah: 279:
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”
Sungguh celaka bagi orang yang telah mendengar ayat ini tetapi tidak mau bertaubat
serta tidak meninggalkan kejahatan yang keji itu. Ketahuilah, riba dan iman adalah dua
kutub yang kontradiktif dan tidak akan pernah bisa menyatu.
Bunga Bank
Dalam pembahasan ulama fiqh klasik tidak dijumpai pembahasan tentang kaitan
antara bunga bank dan riba, karena sistem perekonomian dengan bank belum dikenal di
zaman mereka. Pembahasan tentang bunga bank apakah termasuk riba atau tidak, baru
ditemukan dalam literatur fiqh kontemporer. Para ulama berbeda pendapat dalam
mengambil kesimpulan tentang hukum bunga bank. Kebanyakan para ulama mengatakan
bunga bank adalah riba.
Bungan bank sebagai riba, juga merupakan kesimpulan dari muktamar-muktamar
yang di selenggarakan di berbagai negara Islam, di antaranya:
1. Muktamar kedua Lembaga Riset Islam diselenggarakan di Kairo tahun 1385 H/ 1965 M
yang dihadiri oleh para wakil dan utusan dari 35 Negara Islam.
2. Muktamar kedua Dewan Lembaga Fiqh Islam yang bernaung dibawah organisasi
konferensi islam, di adakan di Jeddah tahun 1406 H/1985 M.
3. Muktamar Lembaga Fiqh Islam Rabithah Alam Islami di adakan di Mekkah tahun 1406
H.
4. Muktamar Bank Islam kedua, diselenggarakan di Kuwait tahun 1403 H/1983 M.
5. Fatwa Majlis Ulama Indonesia tahun 2004 M.
Syeikh Ali Ahmad Al-Jarjawi dalam kitab Hikmah At-Tasyri’ wal Falsafatuhu
mengatakan: Para pemimpin di Eropa meyakini adanya Hikmah Syariat Islam mengenai
pengharaman riba ini. Karena mereka melihat sendiri dengan mata kepala mereka, bahwa
seluruh harta yang dititipkan atau disimpan dalam brankas atau bank-bank dapat
menyebabkan perubahan moneter yang mengejutkan.