Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Oleh:
Fantimilas K. Wonatorei (0110840231)

Wahyu Pratama Kusuma (0110840127)

Pembimbing:
dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ., M.Kes

SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul diagnosis :
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya
pada SMF Psikiatri RSJD Abepura
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura

Yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal :
Tempat :

Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

Dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ., M.Kes


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DATA EPIDEMIOLOGI .................................................................................. 1

LAPORAN PSIKIATRI ..................................................................................... 2

I. RIWAYAT PSIKIATRI ................................................................... 2


A. Keluhan Utama.............................................................................. 2
B. Riwayat Gangguan Sekarang ....................................................... 2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya .................................................. 3
D. Riwayat Kehidupan Pribadi ......................................................... 4
E. Riwayat Keluarga ......................................................................... 5
F. Persepsi/Tanggapan Pasien Tentang Dirinya ............................... 5

II. STATUS PSIKIATRI ...................................................................... 6


A. Deskripsi Umum .......................................................................... 5
B. Keadaan Afektif dan Mood .......................................................... 6
C. Gangguan Persepsi ....................................................................... 6
D. Proses Berpikir .............................................................................. 7
E. Tilikan .......................................................................................... 7
III. FORMULASI DIAGNOSTIK ........................................................ 7

IV. RENCANA TERAPI ........................................................................ 8

V. DIAGNOSIS BANDING .................................................................. 8

VI. PROGNOSIS ..................................................................................... 13

VII. DISKUSI/PEMBAHASAN .............................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17


DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik :


Nama : Nn. B.I.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir :-
Umur : 22 tahun.
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Toraja/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Tidak ada (-)
Alamat : Entrop (Jl. Sumber Air)
Ruang Perawatan : Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Abepura
Tanggal MRSJ : 09 Februari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 09 Februari 2017
Yang Mengantar : Ibu pasien
Alamat :Entrop (Jl. Sumber Air)
Pemberi Informasi : - Ibu pasien
- Pasien
LAPORAN PSIKIATRIK

I. Riwayat Psikiatrik
A. Keluhan Utama
Autoanamnesa : “ada masalah dengan pacar”
Heteroanamnesa (ibu Pasien) : Menurut ibunya, pasien dibawa ke
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Abepura untuk berobat karena pasien
mengalami perubahan pada perilakunya.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Autoanamnesis:
Pasien mengaku bahwa pasien mengalami kegelisahan, susah tidur,
susah makan, suka marah-marah, dan sering mengacak-acak rumah
sejak setahun yang lalu. Hal ini terjadi karena orang tua pasien (ibu)
tidak menyetujui hubungan pasien dengan mantan pacarnya
dikarenakan ada perbedaan dalam hal suku dan agama. Pasien selama
berpacaran, hanya berkomunikasi lewat handphone dan hanya bertemu
2x saja dengan mantan pacarnya. Pasien juga mengatakan bahwa pasien
merasa dibohongi oleh mantan pacarnya, dikarenakan mantan pacarnya
pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Pasien mengatakan
bahwa pasien merasa sedih jika pasien mengingat mantan pacarnya.
Pasien juga merasa bahwa dirinya tidak disukai dan sering dibicarakan
oleh orang-orang Makasar.
Pada tanggal 22 Januari 2017, pasien mengatakan bahwa pasien
melihat mantan pacarnya jalan bersama wanita lain. Hal itu membuat
pasien menjadi marah dan menurut pasien akhirnya mantan pacarnya
memukulnya. Ketika hal itu terjadi, pasien hanya diam dan memendam
perasaannya. Pasien juga mengatakan bahwa pasien merasa lelah
karena tidak bisa keluar rumah karena dikekang oleh ibunya. Pasien
mengatakan bahwa ibu pasien sering memukul pasien dan menyita
handphone yang digunakan oleh pasien. Pasien sekarang tinggal

3
bersama tantenya dikarenakan pasien merasa marah jika melihat
ibunya.

Heteroanamnesa (Ibunya pasien):


Menurut ibunya, pasien mengalami perubahan perilaku yaitu
perilakunya aneh, suka marah-marah, suka pergi (jalan mondar-
mandir), suka bongkar barang, dan gelisah sejak setahun yang lalu. Hal
ini terjadi jika apa yang diinginkan/diminta oleh pasien tidak dipenuhi
ibunya. Yang sering dilakukan oleh pasien di rumah adalah suka
meminta uang untuk membeli pulsa. Dan ketika sudah ada pulsa, pasien
sering menghubungi siapa saja yang diinginkan pasien tanpa
kepentingan yang jelas.
Ibunya mengatakan bahwa pasien ingin hidup seperti wanita
seusianya yang sudah mandiri dan mempunyai pekerjaan sendiri.
Ibunya juga mengaku jika memang ibunya melarang pasien untuk
berpacaran dan juga bekerja, sebab menurut ibunya pasien terkadang
masih gelisah dan belum mampu untuk bekerja atau hidup mandiri.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


- Riwayat Psikiatri
Ibunya mengatakan bahwa pasien sudah pernah datang untuk berobat
ke poliklinik (2 Februari 2017).

-Riwayat Penyalahgunaan Zat


Riwayat konsumsi alkohol dan zat adiktif (-) ; riwayat merokok (-).

-Riwayat Medis Umum


Ketika pasien lahir, pasien merupakan bayi prematur (7 bulan) dengan
berat bedan 1,6 kg. Pasien juga mengalami komplikasi penyakit
jantung bawaan (jantung bocor). Hal ini menyebabkan pasien harus
dirawat selama 5 tahun dan pasien juga mengonsumsi obat untuk
jantungnya. Pasien juga direncanakan melakukan tindakan operasi

4
untuk mengatasi penyakitnya namun tidak jadi dilakukan sebab pasien
dinyatakan telah sembuh. Pada tanggal 1 Februari 2017, pasien
sempat sakit malaria tropika (++) namun sudah sembuh dan tidak ada
komplikasi apapun yang terjadi pada pasien.

Riwayat Penggunaan Obat-obatan


Pasien saat ini tidak menggunakan obat-obatan apapun selain yang
diberikan oleh poliklinik RSJD.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pasien, tidak ada yang mengalami sakit seperti yang
dialami oleh pasien.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Masa Prenatal, natal, dan perinatal
Pasien lahir dengan kondisi prematur dan BB 1,6 Kg.
2. Masa Kanak-kanak Awal (0-3 tahun).
Pasien adalah anak yang terakhir (bungsu) di keluarganya sehingga
pasien di sayang oleh orang tua dan saudara-saudaranya.
3. Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pasien adalah anak yang suka bergaul, namun pemalu.
4. Masa Kanak Akhir (pubertas – masa remaja)
Pasien adalah anak yang suka bergaul.
5. Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien tamat dari SD Bucen, dari SMP 45 Entrop, dan dari SMA 45
Entrop. Namun sampai sekarang pasien belum memilki pekerjaan.
Pada waktu SMA, pasien merupakan anak yang suka bergaul.

Keagamaan
Pasien dan seluruh keluarganya beragama Kristen Protestan.

5
Riwayat Hukum
Pasien sama sekali tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari 8 bersaudara dan pasien berstatus
masih lajang.

Pohon keluarga

Keterangan :
1. , Keluarga pasien laki-laki yang hidup

2. , Keluarga pasien perempuan yang hidup

3. , Pasien

F. Persepsi/Tanggapan Pasien tentang Dirinya


Pasien merasa dirinya sakit namun pasien mengatakan bahwa itu akibat
perbuatan ibunya.

II. STATUS PSIKIATRI


A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Pasien dalam keadaan composmentis.
2. Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang baik.

6
3. Penampilan
Tampak seorang wanita, menggunakan kaos berwarna hitam dan
memakai celana panjang berbahan jeans. Pasien tampak rapi dan
perawakan sesuai umur.
4. Roman Muka
Pasien menunjukkan roman muka murung.
5. Perilaku Terhadap Pemeriksa: Kontak: ada, namun pasien sering
menundukkan wajahnya ke bawah.Rapport: kurang adekuat, Sikap:
bekerjasama.
6. Atensi
Pasien menunjukkan inatensi selektif : Hambatan pemusatan atensi
hanya pada hal-hal yang menimbulkan kecemasan.
7. Tingkah Laku
Perilaku pasien menunjukkan kalau pasien normoaktif.

B. Keadaan Afektif dan Mood


8. Mood
Pasien menunjukkan gejala mood disforia (suasana perasaan yang tidak
menyenangkan, seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel
atau bosan).Afek sempit : Menggambarkan suasana ekspresi emosi
yang terbatas. Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya
berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh
yang kurang bervariasi.
9. Afek
Afek sempit : Menggambarkan suasana ekspresi emosi yang terbatas.
Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat
dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.

C. Karakteristik Bicara
Normal.

7
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
 Halusinasi Visual berupa pasien melihat bayangan anak kecil.
Hal ini terjadi bila pasien susah tidur.
2. Ilusi tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Bentuk Pikiran
Flied of Ideas.
2. Jalan Pikiran
Pasien menunjukkan jalan pikiran yang inkoheren.
3. Isi Pikiran
Waham Curiga : Pasien merasa bahwa ada orang yang tidak suka
kepada pasien (orang Makasar).

F. Tilikan
Tilikan III, menyalahkan faktor lain sebagai penyebab dari penyakitnya
(ibunya).

III. FORMULASI DIAGNOSTIK


Dari autoanamnesis dan heteroanamnesis didapatkan adanya gejala
klinis yaitu pasien mengaku mengalami kegelisahan, susah tidur, susah
makan, suka marah-marah, dan sering mengacak-acak rumah sejak
setahun yang lalu. Pasien juga suka pergi (jalan mondar-mandir) dan
merasa seperti melihat bayangan anak kecil saat pasien susah tidur.
Keadaan ini dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya gejala yaitu pasien mengatakan
bahwa pasien seperti dibicarakan dan merasa seperti tidak disukai oleh
orang Makasar. Pasien juga terkadang marah-marah, gelisah, jalan
mondar-mandir dan juga merasa seperti melihat bayangan anak kecil.
Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai Skizofrenia
Paranoid (F20.0).

8
Aksis I : Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : --
Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Aksis V : 61-70

IV. Diagnosis Banding


 F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
 F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik
 F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

V. RENCANA TERAPI
1. Perawatan Rumah Sakit
Pada pasien ini dilakukan rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa.
Farmakoterapi
Obat-obatan yang diberikan pada pasien ini adalah :
Farmakoterapi
A. Haloperidol (Lodomer) : Sediaan tablet 5 mg. Dosis yang
dianjurkan 5-20 mg/hari. Namun, jika gejala negatifnya seperti
depresif lebih menonjol, maka diberikan obat golongan atipikal
seperti Risperidone (Persidal) : Sediaan tablet 1-2-3 mg.
Dosis yang dianjurkan 2-8 mg/h.
Indikasi :
Gejala sasaran pada pasien yang memiliki sindrom psikosis,
dengan gejala :
1. Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas,
bermanifestasi dalam gejala : kesadaran, daya nilai norma
sosial, dan daya tilikan diri yang terganggu.
2. Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
bermanifestasi dalam gejala : tidak mampu bekerja,
menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

9
3. Hendaya berat dalm fungsi-fungsi mental, bermanifestasi
dalam gejala Positif : gangguan asosiasi pikiran, isi pikiran
yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi),
gangguan perasaan, perilaku yang aneh, dan Gejala Negatif
: gangguan perasaan, gangguan hubungan sosial, gangguan
proses pikir, isi pikiran yang stereotipe dan tidak ada
inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung
menyendiri.
Mekanisme Kerja
Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter dopamin yang meningkat (hiperaktivitas
sistem dopaminergik sentral). Mekanisme kerja obat
antipsikosis tipikal adalah memblokade dopamin pada reseptor
paca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal (dopamin D2 receptor antagonists),
sehingga efektif untuk gejala positif. Sedangkan obat
antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap dopamin
D2 reseptor, juga terhadap serotonin 5 HT2 reseptor (serotonin-
dopamin antagonists) sehingga efektif juga untuk gejala
negatif.
Farmakodinamik
Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin. Pada orang
normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol
memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase
mania, penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek
fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif
karena butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga
meningkatkan turn over rate.
Farmakokinetik
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Pada puncaknya
dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak minum obat,
menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam

10
plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam
hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi
melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal,
kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah
pemberian dosis tunggal.
Efek Samping
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik
3. Gangguan ekstrapiramidal
4. Gangguan endokrin, metabolik, dan hematologik.

B. Fluoxetine (Elizac) : sediaan capsul 20 mg. Dosis yang


dianjurkan 10-40 mg/h.
Indikasi :
Pada pasien yang memiliki sindrom depresi.
Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari
mengalami :
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan.
Keadaan diatas disertai gejala-gejala :
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencederai diri/bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan nafsu makan
Mekanisme kerja obat antidepresi adalah :
o Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmiter”
o Menghambat penghancuran oleh enzim “Monoamine
Oxidase”

11
Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic
neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang
dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
Efek samping obat antidepresi dapat berupa :
o Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)
o Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan
kabur, konstipasi, sinus takikardia, dll)
o Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
o Efek nuurotoksik (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari
penderita), biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap
diberikan dengan dosis yang sama.
Pengaturan Dosis :
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
o Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu
o Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam
o Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x/hari).

C. Alprazolam sediaan tab. 0,5-1 mg. Dosis yang dianjurkan 0,


25-4 mg/h.
Indikasi :
Pada pasien yang memiliki sindrom ansietas.
Butir-butir diagnostik Sindrom Ansietas.
o Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak
realistik terhadap dua atau lebih hal yang dipersepsi
sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu
tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to
relax).
o Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut :
1. Ketegangan motorik :
o Kedutan otot atau rasa gemetar

12
o Otot tegang/kaku/pegal linu
o Tidak bisa diam
o Mudah menjadi lelah
2. Hiperaktivitas Otonomik :
o Nafas pendek/terasa berat
o Jantung berdebar-debar
o Telapak tangan basah-dingin
o Mulut kering
o Kepala pusing/rasa melayang
o Mual, mencret, perut tak enak
o Muka panas/badan menggigil
o Buang air kecil lebih sering
o Sukar menelan/rasa tersumbat
3. Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan
berkurang :
o Perasaan jadi peka/mudah ngilu
o Mudah terkejut/kaget
o Sulit konsentrasi pikiran
o Sukar tidur
o Mudah tersinggung
Mekanisme kerja :
Hipotesis : sindrom anxietas disebabkan hiperaktifitas dari sistem
limbik SSP yang terdiri dari “Dopaminergic, Noradrenergic,
Serotoninergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons
(Gama Amino Butiric Acid), suatu inhibitorik neurotransmitter”).
Obat anti-anxietas bendzodiazepine yang bereaksi dengan reseptor-
nya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce “ the inhibiory
action of GABA-ergic neurons “ (GABA re-uptake inhibitor)
sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda.

Efek samping :
Efek samping obat anti-anxietas dapat berupa :

13
o Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor, kemampuan kognitif melemah).
o Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll).
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika,
oleh karena “at therapeutic dose they have low re-inforcing
properties”.
Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat
yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung
sangat singkat.

VI Prognosis
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad fungsionam : Dubia at bonam
Ad sanationam : Dubia at malam

VII Diskusi/Pembahasan
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, serta pemeriksaan status
psikiatrikus dan rekam medik, tidak ada riwayat trauma kepala. Tetapi
menurut pasien, pada tanggal 1 Februari 2017 pasien sempat sakit malaria
tropika (++) namun sudah sembuh dan tidak ada komplikasi apapun yang
terjadi pada pasien, hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik.
Pasien tidak memiliki riwayat merokok, alkohol ataupun penggunaan zat
adiktif lainnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis (pasien dan ibunya) dan
pemeriksaan status psikiatrikus pada pasien, terdapat halusinasi baik visual
maupun auditorik yang menonjol dan juga gangguan afektif meskipun
tidak terlalu menonjol. Sehingga diperoleh penegakkan diagnosis bahwa
pasien mengalami Skizofrenia Paranoid.
Skizofrenia yaitu suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

14
“deteriorating” yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Harus ada gejala-gejala berikut :
a. Thought (Echo, Insertion or Withdrawal, broadcasting)
b. Halusinasi auditorik
c. Waham-waham menetap jenis lainnya
Adanya gejala-gejala khas pada skizofrenia harus telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal). Dan harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid


 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
o Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
o Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau

15
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

16
DAFTAR PUSTAKA

Maslim R, 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ III &
DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK-Unika Atmajaya

Maslim R, 2014. Panduan Praktis: Penggunaan Klinis Obat Psikotropik


(Psychotropic Medication). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran FK-Unika
Atmajaya

Sadock BJ & Sadock VA, 2014. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Edisi 2. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai