Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan saat ini harus memiliki sebuah perubahan didalamnya atau sering
disebut pula dengan sebuah inovasi. Inovasi sendiri merupakan suatu perubahan
sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan inovasi pendidikan
sendiri merupakan suatu perubahan yang baru dan bersifat kualitatif, berbeda
dengan hal sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan.
Hal – hal ini yang perlu dimiliki pendidikan saat ini. Karena dalam mencapai
tujuan pendidikan diperlukan adanya sebuah inovasi. Hal ini dimaksudkan agar
dalam mencapai tujuan pendidikan tidak monoton dengan satu metode ataupun
dengan satu cara saja. Tetapi, dapat menggunakan berbagai metodecara ataupun
media yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan.
Namun dalam pelaksanaan inovasi ini, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Maka dari itu, disini penulis akan membahas satu persatu hal apa saja
yang harus diperhatikan dalam melaksanakn inovasi pendidikan. Disini penulis
akan membahas mengenai hambatan-hambatan inovasi, faktor penghambat inovasi,
serta faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan inovasi pendidikan.
Semua hal ini akan dipaparkan oleh penulis sebagaimana yang tertera di bawah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa saja hambatan inovasi itu ?
2. Bagaimana dampak inovasi serta upaya menanganinya ?
3. Faktor apa saja yang menghambat inovasi pendidikan ?
4. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam suatu inovasi ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui macam-macam hambatan inovasi
2. Mengetahui dampak inovasi serta upaya penanganannya
3. Mengetahui faktor penghambat inovasi
4. Mengetahui faktor yang harus diperhatikan dalam inovasi

D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan makalah ini didapatkan dua manfaat yaitu :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari makalah ini yaitu untuk penguatan teori
yang sudah ada mengenai hambatan inovasi serta inovasi pendidikan.
Memberikan gambaran jelas mengenai hambatan inovasi, macam-
macam hambatan inovasi, faktor penghambat inovasi serta faktor yang
perlu diperhatikan dalam inovasi.
2. Manfaat praktis
a) Guru
Seorang pendidik anak usia dini seyogyanya harus mampu
menciptakan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan. Namun dalam
meciptakan suatu inovasi, seorang pendidik pula harus memperhatikan
hambatan-hambatan serta faktor-faktor yang terdapat dalam suatu
inovasi.
b) Orangtua
Dengan adanya suatu inovasi pendidikan, orangtua dapat
mengambil teorinya yang digunakan dalam cara mendidik anaknya.
Suatu inovasi dapat membantu orangtua dalam mendidik anaknya
dengan cara yang tidak monoton.

c) Penulis
Manfaat makalah ini bagi penulis adalah untuk mengaplikasikan
apa yang sudah dipelajari dengan praktek. Apabila nanti penulis telah
terjun ke lapangan, maka ilmu ini dapat dipakai dan di terapkan dalam
praktek di lapangan.dak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin
dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih
baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan
terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau
dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hambatan dalam Inovasi
Dalam implementasinya kita sering mendapati beberapa hambatan yang
berkaitan dengan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa hampir setiap individu
atau organisasi memiliki semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap
perubahan. Ada empat macam kategori hambatan dalam konteks inovasi. Keempat
kategori tersebut adalah:
1. Hambatan Psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi
faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci
untuk memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan
terhadap upaya perubahan. Kita akan menggambarkan jenis hambatan ini dengan
memilih satu faktor sebagai suatu contoh yaitu dimensi kepercayaan/keamanan
versus ketidakpercayaan/ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi
yang sangat penting. Faktor-faktor psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan
penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan karena merasa sudah cukup dengan
keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan tentang masalah.
Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau
kelompok akan ada orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut
para ahli psikologi perkembangan, ini akan mempengaruhi kemampuan dan
keberaniannya untuk menghadapi perubahan dalam pekerjaannya. Jika sebuah
inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol (misalnya diperkenalkannya model
pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian), maka pemimpin itu
biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan mengancam.
Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.
2. Hambatan Praktis
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik.
Untuk memberikan contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor berikut ini akan
dibahas:
a) Waktu
Waktu, sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan memerlukan jangka
waktu panjang, karena pendidikan bercorak mendidik. Dalam perbuatan
biasanya orang dapat melihat dan memeriksa hasilnya dengan segera. Hasil
pendidikan itu baru dapat dilihat pada generasi berikutnya.( Tim Dosen FIP-
IKIP Malang, 2003, hlm. 30) Mungkin hal itu yang menjadi dasar penolakan.
b) Sumber daya
Sumber daya, tidak adanya sumber daya yang memadai guna
menjalankan suatu inovasi tertentu bisa menjadi hambatan terlaksananya
inovasi tersebut. Seperti halnya KBK, di sekolah- sekolah yang kurang maju
KBK belum bisa dilaksanakan karena minim dan juga rendahnya sumber daya
baik itu berupa sumberdaya manusia maupun biaya.
c) Sistem
Sistem, sebagaimana dipaparkan oleh C.E. Beeby, bahwa sistem
pendidikan di Indonesia ini berantakan dan luar biasa kompleknya, hal ini bisa
kita lihat dari tiga aspek dari struktur administrasi yang vital untuk
meningkatkan standar pendidikan. (Beeby, 1987, hlm.245)
Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau
memperlambat perubahan dalam organisasi dan sistem sosial. Program pusat-pusat
pelatihan guru sangat menekankan aspek-aspek bidang ini. Ini mungkin
mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian praktis dan metode-
metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung.
Oleh karena itu, inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang
terkait dengan praktis. Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin
mudah orang meminta penjelasan tentang penolakan praktis. Di pihak lain, dapat
diasumsikan bahwa hambatan praktis yang sesungguhnya itu telah dialami oleh
banyak orang dalam kegiatan mengajar sehari-hari, yang menghambat
perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya
ekonomi,teknis dan material sering disebutkan.
Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang
diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting
untuk mengalokasikan banyak waktu bila kita membuat perencanaan inovasi.
Pengalaman menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin
tidak dapat diperkirakan pada tahap perencanaan, kemungkinan akan terjadi.
3. Hambatan Kekuasaan dan Nilai
Bila dijelaskan secara singkat, hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa
suatu inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi
yang dianut orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai
yang dianut sejumlah orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai
sebagian peserta, maka bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi
pun muncul. Apakah kita berbicara tentang penolakan terhadap perubahan atau
terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam banyak kasus itu tergantung
pada definisi yang kita gunakan.
Banyak inovator telah mengalami konflik yang jelas dengan orang lain, tetapi
setelah dieksplorasi lebih jauh, ternyata mereka mendapati bahwa ada kesepakatan
dan aliansi dapat dibentuk. Pengalaman ini dapat dijelaskan dengan kenyataan
bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang dipergunakan.
Kadang-kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian
kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya
dengan aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting bagi implementasi
inovasi.
4. Hambatan Kekuasaan
Kekuasaan itu perlu untuk memelihara kepentingan dan nilai-nilai.
Kekuasaan juga merupakan bagian penting dari posisi kepemimpinan. Sangat
penting untuk menyadari keberadaan faktor kekuasaan ini dalam organisasi dan
sistem sosial dan dapat melihatnya serta melawannya bila kekuasaan
disalahgunakan. Masalahnya adalah bahwa seseorang yang berada pada tampuk
kekuasaan memiliki kesempatan yang besar untuk memanipulasinya demi
keuntungannya sendiri dan demi mempertahankan posisi dan tradisi struktur.
Kekuasaan dapat dengan mudah dipergunakan untuk memberi kelompok besar
tertentu keuntungan yang lebih besar daripada kelompok-kelompok lainnya.
Sayangnya banyak contoh yang menunjukkan kekuasaan dan wewenang
terkonsentrasi pada sekelompok kecil orang dan digunakan dengan cara yang
sangat tercela. Tetapi bukan kekuasaan itu sendiri yang menentukan, melainkan
cara menggunakannya dan nilai-nilai yang berada di belakangnya. 1990. Hlm: 127

B. Dampak Inovasi dan Upaya-Upaya Penangananya


Konsekuensi inovasi sebagai perubahan yang terjadi pada individu atau
sistem sosial sebagai akibat dari adopsi suatu inovasi pasti akan memberikan
dampak. Namun konsekuensi inovasi jarang diteliti karena;
1. agensi perubahan memberi perhatian terlalu banyak pada adopsi dan
mengasumsikan konsekuensi adopsi pasti positif,
2. metode riset survei mungkin tidak cocok untuk meneliti konsekuensi inovasi
dan
3. sulitnya mengukur konsekuensi inovasi.
Konsekuensi inovasi dapat dibagi menjadi;
1. diinginkan vs. tidak diinginkan,
2. langsung vs. tidak langsung dan
3. diantisipasi vs. tidak diantisipasi;
Hal lain yang berkaitan dengan konsekuensi inovasi adalah tingkat perubahan
dalam sistem yang mungkin mengalami;
1. kesetimbangan stabil (inovasi tidak menyebabkan perubahan dalam struktur
dan/atau fungsi sistem sosial),
2. kesetimbangan dinamis (perubahan yang disebabkan inovasi setara dengan
kemampuan sistem sosial untuk menanganinya), atau
3. disequilibrium (perubahan yang disebabkan inovasi terlalu cepat untuk dapat
ditangani sistem sosial).
Dengan demikian, tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai kesetimbangan
dinamis. Akhirnya, hal lainnya lagi yang harus dikaji dalam konsekuensi inovasi
adalah cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan
sosio-ekonomik masyarakat.

C. Faktor Penghambat Inovasi Pendidikan


Terdapat enam faktor penghambat yang mempengaruhi keberhasilan usaha
inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah:
[http://yayanrukmana.blogspot.co.id/2009/05/faktor-faktor-penghambat-
program.html]
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
Di antara ke enam faktor, faktor kurang tepatnya perencanaan proses inovasi
merupakan faktor yang paling penting dan kompleks sebagai hambatan
pelaksanaaan program inovasi. Hambatan yang disebabkan kurang tepatnya nya
perencanaan atau estimasi (under estimating) dalam inovasi yaitu tidak tepatnya
poertimbangan tentang implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antar
anggota team pelaksana inovasi, dan kurang adanya kesamaan pendapat tentang
tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik.
Secara terinci item yang termasuk dalam faktor estimasi yang tidak tepat yaitu
tidak adanya koordiansi antar petugas yang berlainan di bidang garapannya, tidak
jelas struktur pengambilan keputusan, kurang adanya komunikasi yang baik dengan
pimpinan politik, perlu sentralisasi data penentuan kebijakan, terlalu banyak
peraturan dan undang-undang yang harus diikuti, keputusn formal untuk memulai
kegiatan inovasi terlambat, tidak tepatnya perimbangan untuk menghadapi masalah
penerapan inovasi, tekanan dari pimpinan politik (penguasa pemerintahan) untuk
mempercepat hasil inovasi dalam waktu yang singkat.
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat
Hambatan ini muncul karena adanya masalah-masalah pribadi seperti
pertentangan anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai
macam sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi.
Secara terinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah: adanya
pertentangan antar anggota team (pendidik), antara beberapa anggota kurang
adanya saling pengertian serta saling merasa iri antara satu dengan yang lain, orang
yang memiliki peranan penting dalam tugas di sekolah justru tidak menunjukkan
semangat dan ketekunan kerja, beberapa orang penting dalam hal tersebut terlalu
kaku dan berpandangan sempit tentang tugasnya, orang yang memegang jabatan
penting dalam tugas di sekolah tidak bersikap terbuka untuk menerima inovasi,
kurang adanya hadiah atau penghargaan terhadap orang yang telah menerima dan
menerapkan inovasi.
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak
berkembangnya inovasi yang dihasilkan
Hal-hal yang berkaitan dengan macetnya inovasi antara lain sangat rendahnya
penghasilan per kapita, kurang adanya pertukaran dengan orang asing, tidak
mengetahui adanya sumber alam, jarak yang terlalu jauh, iklim yan g tidak
menunjang, kurang sarana komunikasi, kurang perhatian dari pemerintah, sistem
pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Adapun item yang termasuk dalam faktor tidak dapat berkembangnya inovasi
adalah lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat
waktu, perencanaan dana biasanya tidak tepat walaupun sudah tidak
dipertimbangkan adanya inflasi (underestimate), sistem pendidikan kolonial yang
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, orang yang sudah dilatih untuk
menangani proyek tidak mau ditempatkan sesuai kebutuhan proyek, terjadi inflasi,
peraturan kolonial yang tidak sesuai, jauhnya jarak antar tempat satu dengan yang
lain, tenaga pelaksana kurang mampu menangani proyeksesuai dengan yang
direncanakan, terlalu cepat terjadi perubahan penempatan orang-orang penting
dalam proyek sehingga dapat mengganggu kontinuitas.
4. Keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
Dalam analisa data ini masalah finansial dibedakan dengan faktor yang
menghalangi berkembangnya inovasi secara keseluruhan (faktor yang ke-3),
walaupun keduanya merupakan faktor yang serius menghambat jalannya proses
inovasi.
Adapun item yang termasuk dalam faktor finansial adalah : tidak memadainya
bantuan finansial dari daerah, tidak memadainya bantuan finansial dari luar daerah,
kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan, prioritas ekonomi secara nasional lebih
banyak pada bidang lain daripada bidang pendidikan, ada penundaan dalam
penyampaian dana, serta terjadi inflasi.
Tentang bantuan dana untuk suatu proyek inovasi sering terjadi adanya
peraturan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan bila masyarakat setempat
(daerah) memiliki dana sendiri (swasembada). Daerah tidak mempunyai dana maka
pemerintah tidak membantu. Dapat hjuga masyarakat tidak mau mengusahakan
dana karena tidak ada bantuan dari pemerintah, jadi merasa berat dan frustasi. Oleh
karena itu bantuan dan perhatian dari pemerintah sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan daerah.
5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
Faktor ke-lima ini berbeda dengan faktor yang lain dan memang merupakan
penolakan dari kelompok inovasi penentu atau kelompok elit dalam suatu sistem
sosial. Penolakan inovasi ini berbeda dengan keberatan inovasi karena kurang dana
atau masalah personalia dan sebagainya. Jadi penolakan ini memang ada
kecenderungan muncul dari kelompok penentu.
Adapun item yang termasuk dalam faktor ke- lima ini adalah : kelompok elit
yang memiliki wewenang dalam masyarakat tradisional menentang inovasi atau
perluasan suasana pendidikan, terdapat pertentangan ideologi mengenai inovasi,
proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonial meninggalkan sikap
masyarkat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, keberatan terhadap
inovasi karena sebab kepentingan kelompok.
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi
Faktor terakhir yang juga paling lemah pengaruhnya terhadap hambatan
inovasi adalah faktor yang terdiri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan
hubungan dengan orang di luar team.
Item yang termasuk dalam kelompok ini adalah: ada masalah dalam
hubungan sosial antar anggota team yang satu dengan yang lain, ada
ketidakharmoniasan dan terjadi hubungan yang kurang baik antar anggota team
proyek inovasi, sangat kurang adanya suasana yang memungkinkan terjadinya
pertukaran pikiran yang terbuka.
Pada umumnya, faktor penghambat inovasi yang sering muncul di lapangan
adalah berupa penolakan, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan
kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut
dibahas.
Menurut definisi dalam kamus John Echol dan "Cambridge International
English Dictionary of English" bahwa Resistance is to fight against (something or
someone) to not be changed by or refuse to accept (something).
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak
berubah atau diubah atau tidak mau menerima perubahan tersebut. Ada beberapa
hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana
inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan
bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut
dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan
orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan
keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat
sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan
bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Di samping itu sistem yang mereka
miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta
sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day
dkk (1987, hlm.56) dimana guru tetap mempertahankan sistem yang ada.
3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya
Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami
oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987, hlm. 36)
yang mengatakan bahwa "mismatch between teacher's intention and practice
is important barrier to the success of the innovatory program".
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat
merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya
ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau
proyek itu selesai atau kalau finasial dan keuangannya sudah tidak ada lagi.
Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan
perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya
wewenang untuk merubahnya.
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan
sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai
dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.
D. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor
utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa,
kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak
yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan
kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di
kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada
tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan
kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan
siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses
pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta
masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru
mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi
pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak
inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya,
karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan
miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan
mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka.
Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan
pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai
orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya.
(Wright, 1987, hlm.56).
2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar
mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar
mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan
intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul
dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga
dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan
kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung
jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam
inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya,
karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada
sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru
Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja
menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi
seperti yang diuraikan sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi
program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu
kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan
inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan
unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan
tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti
dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari
kedua-duanya akan berjalan searah.
4. Sarana dan Prasarana
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa
diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan
hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa
dipastikan tidak akan berjalan dengan baik.
Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial
dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika
dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya
ketersediaan gedung sekolah, laboratorium, bangku, meja dan sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara
langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,
baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan.
Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan
dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik
terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa
melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan
terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau
dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya dalam penerapan inovasi
mengalami berbagai hambatan. Disini terdapat tiga hambatan inovasi yang
diantaranya hambatan psikologis,hambatan praktis, serta hambatan kekuasaan
dan nilai. Selain itu ada juga beberapa faktor penghambat diantaranya konflik
dan motivasi yang kurang sehat, lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga
mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan, keuangan
(finacial) yang tidak terpenuhi, penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil
inovasi kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
Adapun faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sustu
inovasi adalah guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasaranan, serta bagaimana
lingkup sosial dengan masyarakat.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menambah informasi
nagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Beeby. (1987). Pendidikan di indonesia penilaian dan pedoman perencanaan.


LP3ES: Jakarta.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. (2003). Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan.
usaha nasional: Surabaya.
Suryobroto. (1990). Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. PT Aneka
Cipta: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai