Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh


pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2007, angka kejadian nasional glaukoma di Indonesia berkisar 0.5%.
glaukoma dapat disebabkan oleh penyakit sistemik maupun penyakit lokal pada mata.
Kondisi kelainan sistemik yang dapat memicu terjadinya glaukoma salah satunya adalah
diabetes melitus.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar aqueous humor akibat kelainan pada sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup). Pengobatan ditujukan untuk menurukan tekanan intraokular dan apabila mungkin,
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
Oleh karena tingginya angka prevalensi kebutaan akibat glaukoma, diperlukan
penanganan glaukoma yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan
oftalmologis yang menyeluruh, serta pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat.
Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi,
tetapi besar dan masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimptomatik mengharuskan
dokter umum juga mengenali gejala glaukoma secara dini untuk mencegah kebutaan
permanen.

Anda mungkin juga menyukai