Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain
disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
menbina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah suatuy sikap dimana individu menhindari dari interaksi orang
lain. Individu merasa dirinya kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan. Ia kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain (balitbang, 2007).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap negative dan mengancam (Farida, 2012).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Damayanti, 2008).

Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada
mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adekuat untuk
memulihkan keadaan yang stabil.Stimulus yang positif dan terus menerus dapat
dilakukan oleh perawat.Apabila stimulus tidak dilakukan / diberikan kepada klien tetap
menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan
kegiatan hidup sehari-hari kurang adekuat.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan masalah utama Isolasi Sosial
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian isoalsi sosial
2) Mengetahui rentang respon isolasi sosial
3) Mengetahui etiologi isolasi sosial

1
4) Mengetahui manifestasi klinik isolasi sosial
5) Mengetahui patofisiologi isolasi sosial
6) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien isolasi sosial

1.3 Manfaat
1)
2)
3)
4)
5)

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep isolasi sosial


2.1.1 Definisi Isolasi Sosial
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang
lain, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet, 2009).
Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. (Damayanti, 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damayanti, 2008).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap negative dan mengancam (Farida, 2012).

2.1.2 Rentang Respon Sosial


Respons adaptif Respons maladaptif
Menyndiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme
Saling ketergantungan
(Farida, 2012).
a. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini
meliputi:
1) Menyendiri (Solitude)
Respons yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah
terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian
menentukan rencana-rencana.
2) Otonomi

3
Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan
dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk
interdependen dan pengaturan diri.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal
dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam
hubungan sosial.
4) Saling ketergantungan (Interdependen)
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dengan
individu lain dalam hubungan sosial.
b. Respons maladaptif
Respons maladaptif adalah respons individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.
Respons maladaptif tersebut antara lain:
1) Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan
sebagai objek, dimana hubungan terpusat pada pengendalian masalah
orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi yang dapat digunakan sebagai alat berkuasa atas orang lain.
2) Impulsif
Respons sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman, dan tidak dapat melakukan
penilaian secara objektif.
3) Narsisisme
Respons sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan
mudah marah jika tidak mendapatkan dukungan dari orang lain.

2.1.3 Etiologi
Terjadinya gangguan isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi
a. Faktor predisposisi

4
Menurut Fitria (2009) faktor predisposis yang mempengaruhi isolasi yaitu:
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas
perkembangan yang harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Apalagi tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah
Tahap Tugas
perkembangan

Masa bayi Menetapkan rasa percaya

Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku


mandiri

Masa prasekolah Belajar menunjukkan inisitif, rasa tanggung jawab


dan hati nurani

Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama dan


berkompromi

Masa praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama


jenis

Masa dewasa Menjadi saling bergantung antara orangtua dan


muda teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai
anak

Masa tengah Belajar menerima hasil kehidupan yang telah dilalui


baya

Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan mengembangkan


rasa ketertarikan dengan budaya

5
Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal (Stuard
dan Sundeen,2007)

2) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia
yang mengalami masalah dalam hubungan memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
3) Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat
menyebabkan hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidk
produktif seperti lanjut usia, berpenyakit kronis dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya.
b. Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya hubungan gangguan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stresor
presipitasi dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1) Faktor psikologi
Stres yang terjadi akibat kecemasan atau ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mngatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
2) Faktor sosioal budaya
Stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya dapat memicu kesulitan
dalam berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
penjara.

6
2.1.4 Manifestasi klinik
Adapun tanda dan gejala isolasi sosial menurut Prabowo, 2014: 113 yang
ditemukan pada klien sebagai berikut:
a. Gejala subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman dengan orang lain
3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Klien merasa tidak berguna
7) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
8) Respon verbal kurang atau singkat
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala objektif
1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna
5) Asik dengan pikirannya sendiri
6) Tidak ada kontak mata
7) Tampak sedih, apatis, afek tumpul, rendah diri
8) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9) Aktifitas menurun, kurang energi (tenaga)

2.1.5 Karakteristik
Menurut Carpenito Moyet (2009), karakteristik isolasi sosial terbagi menjadi
dua, yaitu karakter utama (mayor) dan karakter tambahan (minor)
a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter) ini meliputi
mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan; memberitahukan
adanya rasa ketidaknyamanan dalam situasi sosial; dan mendeskripsikan
kurangnya hubungan yang bermakna.
b. Karakter tambahan
1) Waktu berjalan lambat

7
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan
3) Merasa tidak berguna
4) Menarik diri
5) Sedih, afek tumpul
6) Rendahnya kontak mata
7) Asik oleh pikiran dan kenangan
8) Tampak depresi, cemas atau marah
9) Gagal untuk berinteraksi dengan orang-orang dekat

2.1.6 Patofisiologi
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Padahalnya
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan rasa bersalah, marah, sepi dan takut dengan orang
yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga
diri (self estreem) dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas
diperlukan suatu mekanisme koping yang adekuat.
Sumber-sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, tekhnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Sumber koping
sebagai model ekonomi dapat membantu seseorang mengintregrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil. Semua orang walaupun terganggu prilakunya tetap mempunyai
beberapa kelebihan personal yang mungkin meliputi: aktivitas keluarga, hobi,
seni, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan kecerdasan dan hubungan
interpersonal. Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang
adaptif, motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat
penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen,
1998).

2.1.7 Akibat
Salah satu gangguan berhubungan isolasi sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa

8
dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan (Prabowo, 2014 : 112)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Stuart dan Sudden dalam Dalami, dkk 2009).

2.1.8 Mekanisme koping


Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi (Damayanti,
2012: 84).
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran
c. Isolasi adalah mekanisme mental yang tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensive dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
d. Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1) Perilaku curiga : regresi, represi
2) Perilaku dependen : regresi
3) Perilaku manipulative : regresi, represi
4) Isolasi/ menarik diri : regresi, represi, isolasi
(Prabowo, 2014: 113)

2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolong maka jenis penataksanaan medis yang bisa dilakukan
adalah:
a. Electro Convulsive Theraphy (ECT)
Suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak dengan
menggunakan 2 elektrode yang ditempatkn dibagian rempotal kepala (pelipis
kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang

9
berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam
otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur
kepada pasien
c. Terapi Okupasi
Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri seseorang.
d. Farmakologi
1) Obat nati psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi : Amitripilin
3) Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozepam
4) Obat anti insomnia : Phneobarbital

2.1.10 Pohon masalah

Risiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial : menarik diri


Core Problem

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah
Causa

10
2.2 Askep Teori Isolasi Sosial
2.2.1 Pengkajian
1. Usia : Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa
pubertas
2. Keluhan utama : Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke
rumah sakit biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan
emosi
3. Faktor predisposisi : Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan
faktor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan saraf
pusat, dan kelemahan ego.
4. Psikososial
a. Genogram : orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan
anaknya 7-16% skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara
tiri kemungkinan 0,9-1,8%, saudara kembar 2-15% dan saudara
kandung 7-15%
b. Konsep diri : Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang
mengenai pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien
c. Hubungan sosial : Klien cenderung menarik diri dari lingkungan
pergaulan, suka melamun, dan berdiam diri
d. Spiritual : Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran
kemauan
5. Status mental
a. Penampilan diri : Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-
acakan, kancing baju tidak tepat, reslwting tak terkunci, baju tak ganti,
baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien
b. Pembicaraan : Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis
c. Aktivitas motoric : Kegiatan yang dilakuan tidak bervariatif,
kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya
sendiri (katalepsia)
d. Emosi : Emosi dangkal
e. Afek : Dangkal, taka da ekspresi roman wajah
f. Interaksi selama wawancara : Cenderung tidak kooperatif, kontak mata
kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam
g. Persepsi : Tidak terdapat halusinasi atau waham

11
h. Proses berfikir : Gangguan proses berfikir jarang ditemukan
i. Kesadaran : Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan
serta pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah
ternganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif)
j. Memori : Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu,
dan orang
k. Kemampuan penilaian : Tidak dapat mengambil keputusan, tiak dapat
bertindak alam suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun
alasan tidak jelas atau tidak tepat
l. Tilik tiri : Tak ada yang khas
6. Kebutuhan sehati-hari : Pada permulaan, pasien kurang memeperhatikan
diri dan keluarganya, maka mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran
kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangan menurun
daam hal makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur
2.2.2 Diagnosa
Isolasi sosial berhubungan dengan rasa percaya kepada orang lain, panic,
regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, sukar berinteraksi dengan
orang lain pada masa lampau
Dibuktikan dengan hal-hal berikt ini:
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
c. Sedih, afek datar
d. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
e. Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
f. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

Tujuan langka pendek


Pasin siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercaya dalam I minggi

Tujuan langka panjang


Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan
perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap

12
Kriteria hasil
1. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi
dengan orang lain
2. Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh
3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain
dengan cara yang sesuai/dapat diterima

Interaksi keperawatan
1. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan harga diri yang sering
tapi singkat
R: sikap meneima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien
dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain
2. Perlihatkan kekuatan positif pada pasien
R: pasien merasa menjadi orang yang berguna
3. Temani pasien untuk memperlhatkan dukungan selama aktivitas
kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi
pasien.
R: kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman bagi
pasien
4. Jujur dan menepati semua janji
R: kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu
hubungan saling percaya
5. Orientasikan pasien pada rang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya
6. Berhati-hatilah dengan sentuhan
R: pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu yang
mengancam
7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan teknik
untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir)
R: perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi
peningkatan ansietas
8. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain
R: penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong
pengulangan perilaku tersebut

13
9. Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien
R: obat-obat antipsikosis menolong untuk menurunkan gejala psikosis
pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang lain.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Kasus
Nn. N berusia 25 tahun dan hanya tinggal dengan sang ibu, ayahnya meninggal sejak
3 bulan yang lalu. Nn. N . mengatakan lebih dekat dengan sang ayah. Setelah ayah Nn. N
meninggal, ia menjadi penyendiri dan mengatakan malas bergaul dan tidak ingin berbicara
dengan orang lain juga tidak menjaga kebersihan diri dan asupan makanannya. Karena Nn.
N merasa tidak ada hubungan yang berarti dan lebih aman jika sendirian. Nn. N juga
mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

3.2. Asuhan Keperawatan


3.2.1 Pengkajian
1. Identitas klien meliputi Identitas Penanggung jawab
a. Nama : Nn. N Nama : Ny. A
b. Umur : 25 tahun Umur : 38 tahun
c. Jenis kelamin: Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
d. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Alamat : Jl. Mawar 3/16 Alamat : Jl. Mawar 3/16
g. Tgl pengkajian : 16 Januari 2017
h. Alasan masuk
Pasien dibawa ke rumah sakit karena lebih sering menyendiri dan malas bergaul
juga tidak ingin bicara dengan orang lain.
i. Faktor predisposisi
Pasien ditinggal pergi sang ayah 3 bulan yang lalu. Pasien dibawa ke rumah sakit
untuk yang pertama kali.
j. Faktor presipitasi
Kurang lebih 2 bulan sebelum di bawa ke rumah sakit pasien lebih suka
menyendiri, dan tidak peduli tentang kebersihan dan asupan makanannya.
k. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. GSC : 15, E4V5M6

15
d. Tanda-tanda vital
1) TD : 100/80 mmHg
2) Suhu : 36,5 ̊c
3) Nadi : 76 x/menit
4) RR : 18 x/menit
e. Tinggi badan: 160 cm dan berat badan: 48 kg
f. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Bentuk mesocephale, tidak ada lesi.
b. Rambut
Hitam, lurus, bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada kutu, penyebaran
rambut merata.
c. Mata
Visus mata normal, tidak ada alat bantu penglihatan, sclera putih porselin,
konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek terhadap cahaya diameter : 2 mm.
d. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada secret.
e. Telinga
Pendengaran baik, lubang telinga bersih tidak ada penumpukan serumen.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat stomatitis, gigi tidak ada caries.
g. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena jugularis
h. Dada
Jantung : I : ictus cordi tidak tampak
Pa : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran pada jantung
Pe : pekak
A : terdengar suara S1 dan S2 reguler
Paru : I : ekspansi dada simetris, bentuk simetris
Pa : taktil fremitus teraba sama pada dada posterior
Pe : resonan
A : terdengar nafas versikuler
i. Abdomen: I : bentuk datar, tidak ada lesi
A : terdengar peristaltic usus 10 x/menit

16
Pa : tidak ada nyeri tekan pada kuadran
Pe : tympani
j. Genetalia dan anus
Bersih, tidak ada hemoroid dan tidak ada lesi
k. Kulit
Turgor baik, elastis, terdapat lesi pada kedua telapak tangan
l. Ekstermitas
55
Akral hangat, CRƽT <3 detik

3.2.2 Diagnosa
i. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah kronis

17
3.2.3 Intervensi

Perencanaan

Diagnosa
Tujuan Kriteria Intervensi rasional
Keperawatan
(TUK/TUM) Evaluasi

Isolasi sosial TUM : klien Setelah 1x Bina hubungan saling Membina


dapat interaksi, klien percaya dengan hubungan saling
berinteraksi menunjukkan mengemukakan percaya dengan

18
dengan orang tanda-tanda prinsip komunikasi klien. Kontak
lain peracaya kepada terapeutik: yang jujur,
TUK 1 : klien perawat: singkat dan
dapat a. Mengucapkan konsisten
membina a. Ekspresi salam terapeutik. dengan perawat
hubungan wajah cerah, Sapa klien dengan dapat membantu
saling percaya tersenyum ramah, baik verbal klien membina
b. Mau ataupun non verbal kembali

berkenalan b. Berjabat tangan interaksi penuh


c. Ada kontak dengan klien percaya dengan

mata c. Perkenalkan diri orang lain.


d. Bersedia dengan sopan
menceritakan d. Tanyakan nama
masalah lengkap klien dan
e. Bersedia nama panggilan
mengungkapk yang disukai klien
an masalah e. Jelaskan tujuan
pertemuan
f. Membut kontrak
topik, waktu dan
tempat setiap kali
bertemu kien
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
h. Beri perhatian
jepada klien dan
perhatian kebutuhan
dasar klien

19
TUK 2 : klien Klien dapat 1. Tanyakan pada Dengan
mampu menyebutkan klien tentang : mengetahui
menyebutkan minimal 1 a. Orang yang tanda dan gejala
penyebab penyebab isolasi tinggal serumah isolasi sosial
menarik diri sosia. Penyebab atau sekamar yang muncul,
munculnya dengan klien perawat dapat
isolasi sosial: b. Orang yang menentukan
diri sendiri, paling dekat langkah
orang lain dan dengan klien intervensi
lingkungan dirumah atau selanjutnya
ruang perawatan
c. Hal apa yang
membuat klien
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan
klien baik
dirumah atau
dirumah atau di
ruang perawatan
e. Apa yang
membuat klien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain
2. Diskusikan dengan
klien penyebab

20
isolasi sosial atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain
3. Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
dalam
mengungkapkan
perasaan
TUK 3: klien 1. Klien dapat 1. Tanyakan kepada Perbedaan
mampu menyebutkan klien tentang: sekitar manfaat
menyebutkan keuntungan a. Manfaat hubungan sosial
keuntungan dalam hubungan sosial dan kerugian
berhubungan berhubungan b. Kerugian isolasi isolasi sosial
sosial dan sosial, seperti: sosial membantu klien
kerugian dari a. Banyak 2. Diskusikan bersama mengidentifikasi
isolasi sosial teman klien tentang apa yang terjadi
b. Tidak manfaat pada dirinya,
kesepian berhubungan sosial sehingga dapat
c. Bisa diskusi dan kerugian isolasi diambil langkah
d. Saling sosial. untuk mengatasi
menolong 3. Beri pujian terhadap masalah ini.
2. Klien dapat kemampuan klien Penguatan
menyebutkan dalam (reinforcement)
kerugian mengungkapkan dapat membantu
menarik diri, perasaannya. meningkatkan
seperti: harga diri klien
a. Sendiri
b. Kesepian
c. Tidak bisa
diskusi
TUK 4: klien Klien dapat 1. Observasi perilaku Kehadiran orang
dapat melaksanakan klien ketika yang dapat

21
melaksanakan hubungan sosial berhubungan sosial dipercaya
hubungan secara bertahap 2. Jelaskan kepada memberi klien
sosial secara dengan: klien cara rasa aman dan
bertahap a. Perawat berinteraksi dengan terlindungi.
b. Perawat lain orang lain
c. Klien lain 3. Berilah contoh cara
d. Keluarga berbicara dengan
e. Kelompok orang lain
4. Beri kesempatan
klien
mempraktekkan cara
berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan dihadapan
perawat
5. Bantu klien
berinteraksi dengan
satu orang, teman
atau anggota
keluarga
6. Bila klien sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan
dua, tiga, empat
orang dan
seterusnya
7. Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh klien
8. Latih klien

22
bercakap-cakap
dengan anggota
keluarga saat
melakukan kegiatan
harian dan kegiatan
rumah tangga
9. Latih klien
bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan
sosial, misalnya:
belanja ke warung,
pasar, dan lainnya
10. Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi
dengan orang lain.
Beri dorongan
terus-menerus agar
klien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya
TUK 5: klien Klien dapat 1. Diskusikan dengan Ketika klien
mampu menjelaskan klien tentang merasa dirinya
menjelaskan perasaannya perasaannya setelah lebih baik dan
perasaannya setelah berhubungan sosial mempunyai
setelah berhubungan dengan: makna, interaksi
berhubungan sosial dengan: a. Orang lain sosial dengan
sosial. a. Orang lain b. Kelompok orang lain dapat
b. Kelompok 2. Beri pujian terhadap ditingkatkan.
kemampuan klien

23
mengungkapkan
perasaannya
TUK 6: klien Keluarga dapat 1. Diskusikan Dukungan dari
mendapatkan menjelaskan pentingnya peran keluarga
dukungan tentang : serta keluarga merupakan
keluarga 1. Isolasi sosial sebagai pendukung bagian penting
dalam beserta tanda untuk mengatasi dari rehabilitasi
memperluas dan gejalanya perilaku isolasi klien
hubungan 2. Penyebab dab sosial
sosial akibat dari 2. Diskusikan potensi
isolasi sosial keluarga untuk
3. Cara merawat membantu klien
klien menarik mengatasi perilaku
diri isolasi sosial
3. Jelaskan pada
keluarga tentang
a. Isolasi sosial
beserta tanda dan
gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi
sosial
c. Cara merawat
klien isolasi
sosial
4. Latih keluarga cara
merawat klien
isolasi sosial
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatih
6. Beri motivasi

24
keluarga agar
membentu klien
untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah sakit
TUK 7: klien Klien bisa 1. Diskusikan dengan Membantu
dapat menyebutkan: klien tentang dalam
memanfaatkan 1. Manfaat manfaat dan meningkatkan
obat dengan minum obat kerugian tidak perasaan kendali
baik 2. Kerugian yang minum obat, nama, dan keterlibatan
ditimbulkan warna, dosis, cara, dalam
akibat tidak efek terapi dan efek perawatan
minum obat samping kesehatan klien.
3. Nama, warna, penggunaannya
dosis, efek 2. Pantau klien pada
terapi dan efek saat penggunaan
samping obat obat
4. Akibat 3. Berikan pujian
berhenti kepada klien jika
minum obat klien menggunakan
tanpa obat dengan benar
konsultasi 4. Diskusikan akibat
dokter berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dokter
5. Anjurkan klien
untuk konsultasi
dengan dokter atau
perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak

25
diinginkan

3.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
petugas kesehatan lain. tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

3.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan dari akhir proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai
sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Di samping itu, perawat juga memberikan
umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang ditetapkan belum tercapai
sehingga proses keperawatan dapat dimodifikasi.

3.3. Pembahasan
Isolasi sosial adalah dimana seseorang menarik diri dari orang terdekat bahkan
lingkungannya. Biasanya mereka lebih senang mengurung dan berdiam diri tanpa mau
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini biasanya terjadi karena penolakan, tidak diterima,
kesepian bahkan tidak bisa membina hubungan baik dengan orang lain. Penyebabnya bisa
dari diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Isolasi sosial bisa diatasi dengan cara lebih
terbuka kepada orang lain yang kita percaya dan tidak memendamnya sendiri. Ada
beberapa hal yang dilakukan untuk dapat mengatasi masalah yang dialami klien, yaitu:
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda tandanya.
3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan nya.
4. Diskusikan dengan klien tentang prilaku menarik diri , tanda tanda dan gejalanya.
5. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
6. Kaji tentang pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan
orang lain.
7. Diskusiksn bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

26
8. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
9. Beri dorongan dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain.

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial: Menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain
disekitarnya. Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belun ada suatu kesimpulan yang
spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Salah satu gangguan berhubungan isolasi sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami pasien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan (Prabowo, 2014 : 112)
Individu yang mengalami Isolasi Sosial sering kali beranggapan bahwa
sumber/penyebab Isolasi sosial itu berasal dari lingkunganya. Untuk dapat mengatasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan ansietas diperlukan suatu mekanisme koping
yang adekuat. Dukungan sosial dari peningkatan respon psikofisiologis yang adaptif,
motifasi berasal dari dukungan keluarga ataupun individu sendiri sangat penting untuk
meningkatkan kepercayaan diri pada individu (Stuart & Sundeen, 1998).

4.2 Saran
1. Untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya, binalah hubungan saling percaya dengan
klien agar terjadi komunikasi terapeutik sehingga klien dapat mengungkapkan semua
permasalahannya agar tercapai keberhasilan proses keperawatan.
2. Untuk keluarga klien, sisihkanlah waktu untuk mengunjungi klien selama dirawat di
RSJ dan terimalah klien apa adanya serta berikan dukungan dan perhatian yang dapat
mempercepat proses penyembuhan klien.

28
DAFTAR PUSATAKA

Balitbang. 2007. Workshop standar proses keperawatan jiwa. Bogor.


Dermawan,D. & Rusdi.2013. keperawatan jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan
keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Stuart, G. W. 2007. Buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai