Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi Kerja Praktek


Lokasi kerja praktek ini berada di wilayah barat daya kendari kurang lebih 90
km dari kota Kendari, tepatnya berada di Desa Roraya Kecamatan Tinanggea, lokasi
dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat
dengan kondisi jalan baik dan beraspal selama kurang lebih 5 jam dari Kolaka melalui
jalan antar Kabupaten Kolaka – Bombana - Konawe Selatan.

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018


Gambar 2.1 : Peta Lokasi Kerja Praktek

2.2. Geologi Umum


Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G)
Bandung (1993) pada Peta Geologi Lembar Kolaka Sulawesi Tenggara, bahwa daerah kerja
praktek secara geologi tidak dapat dipisahkan dari evolusi tektonik Sulawesi secara
keseluruhan. Jenis batuan induk terdiri dari beberapa formasi yaitu:
a. Aluvium (Qa) merupakan endapan sungai, danau rawa, pantai dan laut berupa lumpur,
lempung pasir, kerikil dan kerakal.
b. Formasi Teluhu (TJm), yang mengandung batuan jenis batuan filit, batu sabak, batuan
berpasir terubah.

5
c. Formasi laonti (TJt) yaitu batuan yang mengandung batu gamping malih, pualan dan filit.
d. Formasi Alangga (Qpa) yang mengandung jenis batuan konglomerat dan batu pasir.
e. Formasi Boepinang (Tmpb) yang mengandung jenis batuan lempung pasiran dan napal
pasiran.
f. Formasi Eemoiko (Tmpe) yang mengandung jenis batuan kalkarenit, batu gamping, batu
pasir dan napal.
Struktur geologi yang berkembang yang berkembang di daerah ini sangat kompleks,
diantaranya sesar Kolaka dan sesar Lawananga (T.O. Simanjuntak, 1986), yang telah
mengangkat keseluruhan kompleks batuan ultramafik (Ku) keatas batuan berumur lebih
muda yang terlihat sekarang ini. Secara umum, lintasan geologi daerah penyelidikan
menunjukkan gejala ciri batuan ultramafik tersebut. Kelompok batuan ultramafik yang
terdiri atas harsburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabro basal, dolerit, diorit, mafic meta,
amfibolit, magnesit dan setempat rodingit yang diduga berumur kapur (cretaceous).
Kelompok batuan ultramafik (Ku) tersebut tertindih tidak selaras oleh batuan
sedimen, yang terdiri dari batu gamping terhablur ulang dan terdaunkan bersisipan dengan
rijang, radiolaria, dan batu sabak dari formasi matanao (Km) yang berumur kapur akhir.
Selanjutnya diatasnya secara tidak selaras diendapkan batuan sedimen yang terdiri dari batu
pasir dan batu lempung Formasi Alangga (Qpa), selanjutnya pula di endapkan batu gamping
terumbu kuarter (Q1) dan terakhir alluvial (Qa).
Geomorfologi Kabupaten Konawe Selatan secara umum dapat dibedakan menjadi
empat satuan, yaitu : daerah pegunungan yang tersebar di bagian barat pegunungan
Anggowala, bagian timur pegunungan boro-boro. Daerah perbukitan terdapat di tiga daerah,
bagian barat, bagian utara-selatan. Daerah kars terdapat diantara boepinang hingga Toari-
Kolo. Daerah dataran rendah terluas menempati bagian tengah dan beberapa tempat daerah
pantai.
Bentang alam di daerah ini telah mengalami penggerusan. Namun demikian karena
dasar dan tebing sungai di ruas hulu dan tengah tersebut merupakan batuan vulkanik yang
lebih tahan gerusan daripada lapisan tanah alluvial di ruas hilirnya, maka proses erosi dasar
dan tebing sungai di rus hulu dan tengah sungai relatif sangat lambat. Sedimen hasil erosi
pada umumnya tidak berasal dari tebing dan dasar sungai-sungai tersebut na,un bersala dari
lahan-lahan pertanian dan lahan budidaya lainnya di wilayah hulu dan tengah sungai.
Sedimen tersebut mengendap di muara sungai dan membentuk tanah delta. Daerah
bergelombang terutama tersusun oleh batuan-batuan setengah padu dari tufa berbatu apung

6
dan batu pasir, sementara hampir semua daerah-daerah rendah di alasi oleh bahan-bahan
lepas terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.

Sumber : Simandjuntak dkk, (1993)


Gambar 2.2 : Peta Geologi Lembar Kolaka

2.3. Geologi Lokal


Geologi lokal yang terbentuk di daerah kerja praktek adalah formasi kompleks
ultramafik yang bercirikan batuan ultra basa seperti harsburgit, serpentinit, peridotit, dunit,
dan lain-lain. Lintasan geologi di daerah eksplorasi menunjukkan ciri batuan ultramafik
(Ku) menerus dari arah perbukitan watomohai sampai ujung blok di sebelah barat. Selain itu
batuan ini juga tersingkap di blok eksplorasi sebelah utara.
a. Satuan batuan dari kompleks ultramafik (Ku)
1. Dunit; hijau tuah, berbutir halus-kasar, magnetik rendah, bentuk kristal anhedral,
terkekarkan dan terdapat lapukan silika putih pada alur-alur batuan.
2. Serpentinit; kelabu kehijauan, masif
3. Amphibolitoid; berwarna hijau kecoklatan, terdapat kristal mineral amphibol <1 cm.
b. Satuan batuan dari sedimen tersier (Tml)
1. Pasir halus-kasar, lepas terdapat silika berukuran kerakal, membundar tanggung,
putih, keras. Setempat terlihat lempung berwarna putih kecoklatan.
2. Sekis; berwarna putih abu-abu, kilap vitrous, getas

7
Batuan sedimen berumur tersier menyebar secara dominan di dalam areal blok.
Satuan batuan ini dicirikan oleh litologi berwarna kuning, kuning kecoklatan, berukuran
pasir, lepas. Setempat berwarna agak putih abu-abu dan tampak menutup batuan ultramafik
yang telah terlaterisasi maupun yang masih segar. Sedimen dibagian utara blok tampak sdi
bagian puncak-puncak perbukitan serta di alur-alur sungai mengendapkan pasir halus
berwarna putih. Terdapat gravel silika berukuran 1-5 cm yang berwarna putih, keras dan
membundar tanggung dengan penyebaran yang luas di dalam zona sedimen.
Ciri sedimen tersier tersebar secara meluas di daerah penyelidikan tampak menutup
secara selaras pada batuan ultramafik. Kondisi ini menunjukkan secara geologi, relasi antara
sedimen tersier dengan batuan ultramafik dsalam beberapa karakteristik yaitu sedimen yang
menutup batuan ultramafik (Ku) yang masih segar atau belum terdekomposisi menjadi
laterit dan sedimen menutup batuan ultramafik yang telah terdekomposisi menjadi laterit.
Pada satuan geologi sedimen tersier banyak mengandung mineral SiO2 (Kuarsa)
berukuran pasir halus-kerikil, sedangkan kompleks ultramafik mineralisasi terbentuk dari
proses pelapukan batuan induk dari jenis ultrabasa.
Daerah eksplorasi menempati kisaran ketinggian 5-200 mdpl. terhampar di dua satuan
morfologi, yakni: dataran rendah (0-25 mdpl.) dan perbukitan bergelombang sedang (25 –
250 mdpl) dengan puncak tertinggi berada di bagian utara blok. Adapun sebaran kemiringan
lereng antara 0% sampai 15%.

Anda mungkin juga menyukai