Anda di halaman 1dari 11

10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH

MEMORY KULIAH

TERUS BERJAYA BUAT STAI AULIAURRASIDIN

NOV 17 2014

RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM”

RESUME (h ps://fathurrohmanpaif.files.wordpress.com/2014/11/index.jpg)
UNTUK MEMENUHI TUGAS PERKULIAHAN
“ILMU PENDIDIKAN ISLAM”
(IPI)

Di Susun :

NAMA :FATHURROHMAN
PRODI : PAI
SEMESTER :III (ALKINDI)
NIM :1209.12.06537
Prodi : PAI S.1
Dosen Pengampu :
Hj. FATMAWATIE.S.Ag. M. Pd.I
STAI AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
T.A 2013/2014

BAB I
HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
1 Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya
secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu
belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian
anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—
sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-
karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan
ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
2. Karakteristik Dalam Pendidikan Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah
memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT.Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW
membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan.Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi,
yaitu orang-orang yang berilmu.Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga
berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. .
3 Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi
hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S.
Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 1/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
3. Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan
didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi
pandai dan beradab.Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase
tahapan dalam pertumbuhan.

4. Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam


Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi,
pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan
mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti
bermacam-macam keterampilan kerja.Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan.Pendidikan di sekolah juga demikian.
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan
menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia
dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara

BAB II
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
1 Pengertian Dasar Ilmu Pendidikan Islam
Dasar (Arab, asas; Inggris: foundation; Prancis: fondement; Latin: fundamentum) secara bahasa, berarti alas, fundamen, pokok
atau pangkal segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan). Dasar mengandung pengertian sebagai berikut: (1) sumber dan sebab
adanya sesuatu. Umpamanya, alam rasional adalah dasar alam inderawi.Arinya, alam rasional merupakan sumber dan sebab
adanya alam inderawi. (2) proposisi paling umum dan makna paling luas yang di jadikan sumber pengetahuan, ajaran, atau
hukum. Umpamanya, dasar induksi adalah prinsif yang membolehkan pindah dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang
umum.Dasar untuk pindah dari ragu kepada yakin adalah kepercayaan kepada Tuhan bahwa dia tidak mungkin menyesatkan
hamba-hamba-Nya.
Dasar ilmu pendidikan islam adalah islam dengan segala ajarannya. Ajaran itu bersumber pada Al-Qur’an, sunnah Rasulullah
SAW. (selanjutnya disebut sunnah), dan ra’yu (hasil pikir manusia). Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis.Al-Qur’an
harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasanya tidak di temukan di dalam Al-Qur’an, maka harus di cari didalam
sunnah; apabila juga tidak di temukan di dalam sunnah, barulah digunakan rakyu. Sunnah tidak akan bertentangan dengan Al-
Qur’an, dan rakyu tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah. Tiga sumber ajaran ini dan hirarki penggunaannya
di tetapkan di dalam hadits sebagai berikut:
Rasulullah Saw, mengutus Mu’adzke Yaman. Kemudian beliau bertanya “bagai mana kamu memutuskan (suatu masalah)? “ia
menjawab” saya akan memutuskannya dengan apa yang terdapat di dalam kitab Allah.” Beliau bertanya “Apabila putusan itu
tidak terdapat di dalam kitab Allah?” ia menjawab, “saya akan memutuskanya dengan Sunnah Rasulullah.” Beliau bertanya
lagi, “Apabila putusan itu tidak juga terdapat di dalam Sunnah Rasulullah?” ia menjawab, “saya berijtihad dengan rakyu.”
Kemudian beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasul-nya.” (H.R. al-
Turmudzi)

2. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah Kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Dalam bahasa arab yang terang guna
menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan di akhirat. Terjemahan Al-Qur’an ke bahasa lain
dan tafsirnya bukanlah Al-Qur’an, dan karenanya bukan nasb yang qatb’I dan sah untuk di jadikan rujukan dalam menarik
kesimpulan ajarannya.
Al-Qur’an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah menjelaskan hal ini di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-
orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S. Al-Isra/ 17:9)
Ayat-ayat semacam ini menegaskan bahwa tujuan Al-Qur’an adalah memberikan petunjuk kepada umat manusia. Tujuan ini
hanya akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal manusia dengan akidah-akidah yang benar dan akhlak yang mulia
serta mengarahkan tingkat laku mereka kepada perbuatan yang baik.
Petunjuk Al-Qur’an, sebagaimana di kemukakan Mahmud Syaltut, dapat dikelompokan menjadi tiga pokok yang di sebutnya
sebagai maksud-maksud Al-Qur’an, yaitu:
1. Petujuk tentang akidah dan kepercayan yang harus dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan Keesaan Tuhan
serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti
oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya
Dalam menyajikan maksud-maksud tersebut, Al-Qur’an menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan Allah sehingga mengetahui rahasia-rahasia-Nya yang
terdapat di dalam semesta.
2. Menceritakan umat terdahulu, baik individu maupun kelompok, baik orang-orang yang mengerjakan kebaikan maupu
orang-orang yang mengadakan kerusakan, sehingga dari kisah ini manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial
yang di berlakukan Allah terhadap mereka.
3. Menghidupkan kepekaan batin manusia yang mendorongnya untuk bertanya dan berpikir tentang awal dan materi
kejadiannya, kehidupannya, dan kesudahannya, sehingga insyaf akan Tuhan yang menciptakan segala kekuatan.
4. Memberi kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman.
3 Sunnah
Al-Qur’an disampaikan oleh Rasulullah saw. kepada umat manusia dengan penuh amanat; tidak sedikit pun ditambah ataupun
dikurangi. Selanjutnya, manusialah yang hendaknya berusaha memahaminya, menerimanya, kemudian mengamalkannya.
Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya, dan ini dialami oleh para shahabat sebagai generasi pertama

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 2/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
penerima Al-Qur’an. Karenanya, mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah saw. yang memang diberi otoritas untuk itu.
Allah swt.menyatakan otoritas dimaksud dalam firman-Nya di bawah ini:
……. dan kami turunkan kepadamu Al-Dzikir (Al-Qur’an) agar kamu menerangkan kepada mereka dan supaya mereka
berpikir (Q.S. Al-Nahl / 16:44)
Penjelasan itu disebut Al-Sunnah, yang secara bahasa berarti Al-Thariqah, jalan; dan dalam hubungan dengan Rasulullah saw.
berarti segala perkataan, perbuatan, atau ketetapannya.
Para ulama menyatakan bahwa kedudukan sunnah terdapat Al-Quran adalah sebagai penjelas. Bahkan, ‘Umar bin Al-
khaththab mengingatkan bahwa sunnah merupakan penjelasan yang paling baik.Ia berkata, “akan datang suatu kaum yang
membantahmu dengan hal-hal yang syubhat di dalam Al-Qur’an. Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada sunnah,
karena orang-orang yang bergelut dengan sunnah lebih tahu tentang kitab Allah.” Apa yang diuraikan para ulama bahwa
Sunnah berfungsi merinci (mufashshilah), ajaran yang global (mujmal), di dalam Al-Qur’an, mengikat (muqayyidah), yang
mutlaknya (muthlaq), dan mengkhususkan (mukhashshishah), yang umumnya (am), semuanya berarti menjelaskan maksud-
maksud Al-Qur’an. Karena kedudukannya itu, Sunnah selalu mempunyai dasar pada Al-Qur’an dan tidak mungkin
bertentangan dengannya.Atas dasar inilah muncul pernyataan para ulama bahwa Sunnah merupakan aplikasi praktis
(tathhiq’amali) ajaran-ajaran Al-Qur’an.
4. Ra’yu
Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik mengenai nilai-niali sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah laku,
organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, maupun
interaksi sosial, dan lain sebagainya.
Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
orang yang berpandangan bahwa meningkatnya penggunaan teknik-teknik yang melibatkan elektronika dan perlengkapan
lainnya yang kompleks telah mengakibatkan dehumanisasi pendidikan.Mungkin ada pula orang yang berpendapat bahwa
penghotbahan doktrin “afisiensi” dalam penggunaan sumber-sumber untuk pendidikan berarti bersikap pragmatis dan
mementingkan kegunaan terhadap pendidikan.Sehubungan dengan perhatian terhadap efisiensi, ada pula perhatian terhadap
latihan bagi orang-orang untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan tertentu.Dalam kesibukan merenungkan fungsi latihan ini, maka
tujuan-tujuan terakhir pendidikan menjadi kabur.selanjutnya dapat dinyatakan bahwa abad ini menyaksikan gugurnya
pedoman-pedoman peradaban dalam sekolah dan perguruan tinggi.
BAB III
PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum penulis menguraikan tentang pengertian pendidikan Islam sebaiknya sebaiknya penulis mengemukakan arti
pendidikan secara umum, supaya kita lebih mudah memahami pengertian pendidikan Islam itu. Pendidikan adalah “
Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Untuk merumuskan tujuan pendidikan Islam menurut penulis kita harus mengetahui terlebih dahulu ciri manusia sempurna
menurut Islam.Sebelum mengetahui ciri manusia sempurna menurut Islam maka kita harus mengetahui hakikat manusia
menurut Islam
1. Hakikat manusia menurut Islam
Manusia adalah makhluk ciptaaan Allah, yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya (
konvergensi ). Sebagaimana Rasulullah SAW mengatakan :
: ‫ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻋ َْﻦ أَﺑِﻲ ھُ َﺮ ْﯾ َﺮةَ؛ أَﻧﱠﮫُ َﻛﺎنَ ﯾَﻘُﻮْ ُل‬
‫ﻄ َﺮ ِة َﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣﻮْ ﻟُﻮْ ٍد إِﻻﱠ ﯾُﻮْ ﻟَ ُﺪ َﻋﻠَﻰ‬ْ ِ‫ْاﻟﻔ‬
‫ﻓَﺄَﺑَ َﻮاهُ ﯾُﮭَ ﱢﻮدَاﻧِ ِﮫ َوﯾُﻨَﺼﱢ َﺮاﻧِ ِﮫ َوﯾُ َﻤﺠﱢ َﺴﺎﻧِ ِﮫ‬
Artinya : Dari Abi Hurairah Ra. Bahwasanya telah berkata Rasullullah SAW “ Tiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan
ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi ( Hadis Riwayat Bukhori )
C. Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam
kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim.
Dalam menyampaikan pendidikan Islam kepada anak didik harus benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan
anak didik.Kita tidak boleh mementingkan materi atau bahan dengan mengorbankan anak. Dan kita harus menyusun cara
penyampaian materi sesuai dengan kemampuan anak tetapi dengan cara yang menarik.
1. Cara melaksanakan pengajaran
Masalah cara melaksanakan pengajaran jauh lebih penting di banding kita mengetahui banyak metode-metode mengajar, yang
dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan metode-metode umum tersebut, tetapi bagaimana
cara merancang “ jalannya pengajaran “.
2. Metode pembinaan rasa ke beragamaan
Ada beberapa metode qur’ani yang dapat digunakan dalam aktivitas pendidikan dalam pembinaan rasa keberagamaan kepada
anak didik, yaitu Metode Hiwar ( percakapan ) qur’ani dan nabawi, Metode kisah Qur’ani dan nabawi, metode amtsal (
perumpamaan ) qur’ani dan nabawi metode ibrah dan mau’izah dan metode Targhrib dan Tarhib.

BAB IV
PENGETAHUAN SEBAGAI MATERI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1. Pengertian Materi Pendidikan
Materi disebut pula bahan ajar,materi ini dapat didefinisikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis.Pengertian bahan ajar yang lain yaitu bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang
diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
2. Konsepsi Islam tentang Pengetahuan
Islam menghendaki umatnya untuk memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan agama maupun ilmu pengetahuan

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 3/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
umum. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tergolong suci. Ilmu merupakan barang yang sangat berharga bagi kehidupan
seseorang, Ilmu itu bagaikan lampu atau cahaya. Bahwa tidak dapat seseorang berjalan di malam yang gelap, kecuali dengan
lampu. Demikian pula halnya, tidak dapat seseorang membedakan yang baik dengan yang buruk, kecuali dengan ilmu.
3. Jenis dan Klasifikasi Pengetahuan Manusia Menurut Islam
Ada beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia yaitu:
1. Pengetahuan Biasa(Common Sense)
Pengertian biasa sering diartikan dengan good sense karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
Dengan common sense, semua orang sampai kepada keyakinan secara umum tentang sesuatu dimana mereka
akan.berpendapat sama.
2. IlmuMenurut Titus, ilmu diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan meode observasi yang teliti dan kritis.
3. PengetahuanFilsafat
4. Pengetahuan ReligI
Secara umum, pengetahuan manusia dikelompokan menjadi tiga.
1. Pengetahuan sains (pengetahuan ilmiah)
Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang logis dan dapat dibuktikan secara empiris. Jadi dalam pengetahuan sains logis
dan empiris itu tidak bisa dipisahkan. Dari sini dapat juga diketahui bahwa objek yang dapat diteliti dari pengetahuan sains
hanyalah objek empiris, sebab ia harus menghasilkan bukti empiris.
2. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode rasional dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional, mengandung kebenaran rasio meskipun tidak perlu dapat dibuktikan secara empiris.Objek penelitian filsafat adalah
sesuatu yang abstrak, dan memiliki paradigm rasional.
3. Pengetahuan mistik atau pengetahuan agama
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio. Maksudnya adalah hubungan sebab akibat yang
terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat
dibuktikan secara empiris. Menurut Ahmad Tafsir, pengetahuan mistik adalah sejenis pengetahauan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris, tidak juga secara logis.
4 .Pengetahuan Yang Harus Menjadi Materi Pendidikan dalam Islam
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian.
Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan
menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya.
BAB V
KONSEP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.KONSEP DASAR PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam GBHN dinyatakan bahwa ”pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah
tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah ”. )
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus
(kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep islam, hadis Nabi Muhammad SAW, yang
menganjurkan belajar dari buaian sampai ke liang kubur.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas, bahwa pendidikan adalah suatu proses yang berkelangsungan
(kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia.
semua orang secara potensial merupakan anak didik.)
B.PRIODE PRA KONSEPSI
Priode pra konsepsi sama halnya denagan fase pemilihan jodoh dalam pendidikan pra natal. fase ini adalah priode persiapan
untuk menghadapi hidup baru yaitu berkeluarga.
Menurut R.I. Suhartin, memilih jodoh harus ada syarat dan kriterianya. Sebaiknya jodoh yang dipilih sudah dewasa agar tidak
mengalami kesulitan dalam berkeluarga.Dan syarat khusus tentunya dengan selera masing-masing.Namun syarat yang
terpenting adalah saling mencintai.
Rasulullah telah memberikan gambaran dalam haditsnya mengenai pemilihan calon istri atau acalon suami. . Pemilihan Calon
Istri

a) Saling mencintai
b) Memilih wanita karna agamanya agar nantinya mendapat berkah dari Allah SWT. Sebab orang yang memilih kemuliaan
seseoang akan mendapatkan kehinaan, jika memilih karena hartanya maka akan mendapatkan kemiskinan, jika memilih karena
kedudukan maka akan memperoleh kerendahan.
c) Wanita yang sholeh
d) Sama derajatnya dengan calon mempelai
e) Wanita yang hidup dalam lingkunngan yang baik
f) Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih wanita wanita yang dekat sebab dapat menurunkan anak yang lemah
jasmani dan bodoh
g) Wanita yang gadis dan subur(bisa melahirkan)
b. Pemilihan Calon Suami
Rasulullah bersabda :
C.PENDIDIKAN PRANATAL (TARBIYAH QABL AL-WILADAH)
Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan.Masa ini ditandai dengan pemilihan jodoh, pernikahan dan
kehamilan.
1. Fase perkawinan /pernikahan
Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat islam yang berhubungan dengan anjuranpernikahan/perkawinan diantaranya:
a) perkawinan merupakan sunnah, RasulullahSabda Nabi”siapa saja yang mampu untuk menikah, namun ia tidak menikah

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 4/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
maka tidaklah ia termasuk golonganku (H.R. Thabrani dan Baihaki)perkawinan untuk
b) ketentraman dan kasih sayang, Firman Allah SWT ”dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, doia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendirisupaya kamu cendrung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantara kamu
rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”(QS, Al-
Rum : 21).
c) perkawinan untuk mendapatkan keturunan,
d) Firman Allah SWT”Allah telah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-
istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu” (QS.An Nahl : 72)
e) Perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan.
Setelah calon dipilih, diadakan peminangan, dan selanjutnya diadakan pernikahan.
2.Fase Kehamilan
Tahap ini sudah selangkah lebih maju dari yang pertama. masa pasca konsepsi disebut juga dengan masa kehamilan. Secara
umum masa ini berlangsung kurang lebih 9 bulan 10 hari.walau masa ini relatif lebih pendek dari masa selainnya, namun
priode ini memberikan makna yang sangat penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya.
Islam melihat dari aspek penddidikan ada tiga faktor untuk dibicarakan.Pertama, harus diyakini bahwa priode dalam
kandungan pasti bermula dari adanya kehidupan (al-hayat).Kedua setelah berbentuk sekerat daging, Allah mengutus malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya.Ketiga ada satu aspek lagi bagi si janin pada masa dalam kandungan, yaitu aspek aganma.
Pada masa itu hubungan janin sangat erat dengan ibunya, untuk itu sang ibu berkewajiban memelihara kandungannya, antara
lain:
1) Makan makanan yang bergizi,
2) Menghindari benturan,
3) Menjaga emosi dan perasaan sedih,
4) Menjauhi minuman keras,
5) Menjaga rahim agar jangan terkena penyakit,
Oleh karna itu pendidikan sudah dimulai sejak anak dalam masa kandungan.
Proses pendidikan itu dilaksanakan dengan secara tidak langsung, seperti berikut:
a) Ibu yang hamil harus mendo’akan anaknya,
b) Ibu harus selalu menjaga dirinya degan memakan makanan dan minuman yang halal,
c) Ikhlas mendidik anak,
d) Suami harus memenuhi kebutuhan istri,
e) Mendekatkan diri kepada Allah,
f) Kedua orang tua harus berakhlak mulia.akhlak mulia yang harus dimiliki orang tua adalah: kasih sayang, sopan dan lemah
lembut, pemaaf, dan rukun dalam keluarga dan tetangga.
D.PENDIDIKAN PASCA NATAL (TARBIYAH BA’DA AL-WILADAH)
1.Fase bayi
Fase bayi ialah fase masa kehidupan manusia terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur dua tahun. Perkembangan
yang menonjol pada saat itu adalah pendengaran. Firman Allah ”Dia yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi amat sedikit kamu bersyukur”.
Hal yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya:
a. Mengeluarkan zakat fitrah.
b. Mendapat hak waris.
c. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.
d. Menyuarakan azan dan iqamah di telinga bayi.
e. Aqiqah.
f. Memberi nama.
\
BAB VI
PEMBAHASANPENDEKATAN, ORENTASI PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam yang bertugas pokok menggali, menganalisis dan mengembangkan serta mengamalkan ajaran Islam yang
bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, cukup memperoleh bimbingan dan arahan dari kandungan makna yang terungkap
dari kedua sumber tuntutan tersebut.Makna yang komprehensif dari sumber tersebut menjangkau dan melingkupi segala
aspek kehidupan manusia modern. Sejak manusia baru memahami dan menghayati makna kehidupan primordial yang mistis
dan panpleksis di mana alam sekitar dengan segala bentuk kekuatannya menjadi apa yang disebut oleh Rudolf O o sebagai
mysterium tremendum dan mysterium fascinas (suatu kekuatan gaib yang menakutkan dan menarik hati) sampai dengan
kemampuan hidup yang rasionalistik, analitik, sintetik dan logic terhadap kekuatan alam sekitar menyadarkan manusia akan
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi yang alloplastik terhadap lingkungannya.
Model-model pendidikan yang terbukti tidak memuaskan tuntutan umat terlihat pada praksisasinya sebagai berikut:
1. Model pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola piker bahwa nilai-nilai lama yang konservatif dan asketis harus
dilestarikan dalam sosok pribadi muslim yang resistan terhadap pukulan gelombang zaman, merupakan cirri utama
pendidikan esensialistik.
2. Jika pendidikan Islam berorientasi kepada pola piker bahwa nilai-nilai Islami yang mengandung potensi mengubah nasib
masa lampau ke masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan, makan model pendidikan Islam menjadi bercorak
perenialistik, dimana nilai-nilai yang terbukti tahan lama saja yang diinternalisasikan ke dalam pribadi anak didik. Sedangkan
nilai-nilai yang potensial bagi semangat pembaruan ditinggalkan.
3. Bila pendidikan Islam hanya lebih berorientasi pada personalisasi kebutuhan pendidikan dalam segala aspeknya, maka ia
bercorak individualistis, di mana potensi aloplastik (bersifat mengubah dan membangun) masyarakat dan alam sekitar kurang
mengacu kepada kebutuhan sosiokultural.
4. Jika pendidikan Islam berorientasi kepada masa depan sosio, masa depan tekno, dan masa depan bio, dimana ilmu dan
teknologi menjadi pelaku perubahan dan pembaruan kehidupan social, maka pendidikan Islam yang bercorak teknologis,
dimana nilai-nilai samawi ditinggalkan diganti dengan nilai-nilai pragmatic-realivistik cultural.

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 5/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
5. Akan tetapi, jika pendidikan Islam yang berorientasi kepada perkembangan masyarakat berdasarkan proses dialogis di mana
manusia ditempatkan sebagai Geiger-counter, pendeteksi sinar radioaktif elemen-elemen social yang berpotensi controversial
ganda, yaitu membahagiakan dan menyejahterakan. Maka mekanisme aksi-reaksi dalam perkembangan manusia menjadi
gersang dari nilai-nilai Ilahi yang mendasari fitrahnya.
Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis manusia anugerah Allah, model pendidikan Islam seharusnya
berorientasi kepada pandangan falsafah sebagai berikut:
1. Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi kemampuan fitriah, dinamis dan social-religius serta
yang psiko-fisik. Cenderung kepada penyerahan diri secara total kepada Maha Penciptanya.
2. Etimologis: potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang
bertauhid, yang basyariyah, dharuriah, menjadi shibghah manusia muslim sejati berderajat mulia.
3. Pedagogis: manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari
nilai-nilai Islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan social, lebih cenderung kepada pola hidup
yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oelh misi kekhalifahan di
muka bumi.
Secara kurikuler model-model tersebut didesain menjadi:
1. Content: lebih difokuskan pada permasalahan sosiokultural masa kini untuk diproyeksikan ke masa depan, dengan
kemampuan anak didik mengungkapkan tujuan dan nilai-nilai yang inheren dengan tuntutan Tuhan.
2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang dialogis interdependen dan terpercaya.
3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar melakukan hubungan dialogis dengan yang lain, (guru, teman-teman sebaya dan
orang dewasa, serta alam sekitar).

BAB VII
METODE DAN ALAT ALAT DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Alat, Media dan Pendidikan Islam
Alat adalah barang sesuatu yang dipakai untuk mencapai sesuatu maksudSedangkan alat pendidikan Islam yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Dengan demikian alat ini mencakpu apa saja yang
dapat digunakan termasuk di dalamnya metode pendidikan Islam.
Media itu katanya berasal dari bahasa latin yaitu “medius” yang artinya secara harfiah berarti tengah, perantara, atau
pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Pendidikan Islam adalah bimbingan secara tidak sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses
pertumbuhannya, berdasarkan norma-norma islami, agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim
B. Pentingnya Alat Pendidikan Islam
Pentingnya alat pendidikan Islam itu di dasari oleh hadits Nabi SAW, yaitu:
‫ﻧﺤﻦ ﻣﻌﺎﺷﺮ اﻷﻧﺒﯿﺎء أُﻣﺮﻧﺎ أن أﻧﺰل اﻟﻨﺎس ﻣﻨﺎزﻟﮭﻢ وﻧﻜﻠﻤﮭﻢ ﻋﻠﻰ ﻗﺪر ﻋﻘﻮﻟﮭﻢ‬.
Artinya kami para Nabi diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara kepada mereka sesuai dengan
kemampuan akhirnya.
Dari hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik dalam menyampaikan materi atau bahan pendidikan Islam
kepada anak didik harus benar-benar disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak didik.Kita tidak boleh mementingkan
materi atau bahan dengan mengorbankan anak didik
BAB VIII
Kurikulum Pendidikan Islam

A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari, atau curere yang berarti jarak yang
harus ditempuh oleh pelari.Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang harus
ditempuh dalam pertandingan olahraga.Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, member
pengertian sebagai suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.

Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran , sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang. Zakiah
Darajat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu.Kurikulum juga bisa diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah
dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laku mereka sesuai
dengan tujuan pendidikan.yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
B. Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam

Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mewarnai kurikulum pendidikan Islam.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Prinsip berasaskan Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah,
tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam
lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan sebelumnya.
Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu
pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan
masa sekarang dan akan dating, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi
pada fleksibelitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 6/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
Prinsip integritas, adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu menintegrasikan
antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta manusia yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur
kehidupan akhirat.
Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat,
memadai, dan dapat memenuhi harapan.
Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan
kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada
umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta kelebihan
dan kekurangannya.
Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat memberdayakan semua
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat diutamakan.Seluruh peserta didik dari berbagai
kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat,
dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
perubahan sosial.
Prinsip keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.
Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.

C. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam

Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen : 1) tujuan ; 2)
isi; 3) metode atau proses belajar mengajar, dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sebenarnya saling terkait,
bahkan masing masing merupakan bagian integral dari kurikulum tersebut.
Sedangkan komponen kurikulum menurut Ramayulis meliputi:
1. Tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) seorang pendidik harus pula dapat merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi
lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
Setiap tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Dalam pendidikan Islam, domain afektif
lebih utama dari yang lainnya.
2. Isi Kurikulum
Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.Materi tersebut disusun
ke dalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan
pembelajaran.
3. Media (Sarana dan Prasarana)
Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh
peserta didik.Media tersebut berupa benda (materiil) dan bukan benda (non-materiil).
D. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada
pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan orientasi
pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Orientasi Pelestarian Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan
nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang
mendukungnya.Tugas kurikulum selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk tercapainya
pelestarian kedua nilai tersebut.
2. Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga
masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada
titik kulminasi.Hal ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada kehidupan.
Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya,
sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

3. Orientasi pada Tenaga Kerja


Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah,
misalnya makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya.Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus
terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah
melalui pendidikan.Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas
dan kuantitas kerja seseorang.Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah perkembangan
penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan kerja.
Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.Hal ini ditujukan setelah keluar
dari lembaga sekolah, peserta didik mempunyai kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif,
mampu mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang mempengaruhinya.
4. Orientasi pada Peserta Didik
Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat,
minat, dan potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik.Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi
peserta didiknya.
Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap, tingkah laku, etiket, dan
moralitas.

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 7/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih banyak, kualitas yang lebih
baik setelah ia menamatkan pendidikannya.
Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat, menciptakan sesuatu yang berguna
bagi diri sendiri dan masyarakat.
5. Orientasi pada Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang
dihasilkannya.Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling
sederhana sampai kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit menjadi lebih mudah,
masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK
menjadi lebih menarik.
BAB X
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa Arab,
dijumpai istilah imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. Sedangkan
secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik
mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik
untuk tujuan pendidikan. Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang
ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam
rangka membuat keputusan.
Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Adapun
M. Chabib Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa
evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan
B. Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai
input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi
tersebut. Allah SWT, dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al-Qur’an memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah
dilaksanakan oleh pendidik.
C. Fungsi Evaluasi
SuharsimiArikuntomerumuskanfungsiyangle- bih spesifik antaralain:
1. Berfungsiselektif,dengancaramengadakanpenilaiangurumempunyaicara
untukmengadakanseleksiataupenilaianterhadapsiswanya.Dengan penilaianitusendirimempunyaiberbagaitujuan,antaralain:
a. Untukmemilihsiswayangdapatditerimadisekolahtertentu
b. Untukmemilihsiswayangdapatnaikkekelasatautingkatberikutnya.
c. Untukmemilihsiswayangseharusnyamendapatbeasiswa.
d. Untuk memilihsiswayangsudahberhak meninggalkansekolah, dan sebagainya.
2.
Berfungsidiagnostik,apabilaalatyangdigunakandalampenilaiancukupmemenuhipersyaratan,makadenganmelihathasilnya,guruakan
mengetahuikelemahan siswa.Disampingitudiketahuipulasebabmusababnya
kelemahanitu.Jadidenganmengadakanpenilaian,sebenarnyaguru
mengadakandiagnosakepadasiswatentangkebaikandankelemahannya.
3. Berfungsisebagaipenempatan.Untukdapatmenentukandenganpasti
bahwaseorangsiswaharusditempatkanpadakelompoktertentu,
makadigunakanlahsuatupenilaian.Sekelompoksiswayangmempunyaihasilpenilaianyangsama,akanberadadalamkelompokyangsamadalambelajar.
4. Berfungsisebagaipengukurkeberhasilan,yakniuntukmengetahuisejauh mana suatuprogramberhasilditerapkan

4. Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam


Evaluasidilaksanakansecaraterpadudengankegiatanpembelajaran.evaluasidapatdilakukanbaikdalamsuasanaformalmaupuninformal,didalamkelas,di
luarkelas,terintegrasidalamkegiatanbelajarmengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Evaluasi dilaksanakan
melaluiberbagaicara,sepertitestertulis,penilaianhasilkerjasiswamelaluikumpulanhasilkerja(karya)siswa(fortofolio),danevaluasiunjukkerja
(perfomance)siswa.
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka
harus memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut:
1. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada
kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
2. Berorientasi kepada kompetensi
Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan
terarah.
3. Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan
dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Sasaran Evaluasi Pendidikan Islam
Langkah yang harus ditempuh seorang pendidik dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 8/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan pendidik dalam menyusun alat-alat
evaluasinya. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yaitu:
1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan peserta didik sebagai akibat dari
proses belajar mengajar;
2. Segi pengetahuan, artinya penguasaan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar; dan
3. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif
dari guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik.

6. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan


1. Evaluasi dalam pendidikan, yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur
kepandaian melalui ukuran kemampuan mengerjakan soal. Berkenaan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau intelegen,
seorang ahli ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya bahwa anak yang intelegen
(cerdas) adalah anak yang mempunyai :
a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik.
c. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan orang lain).
d. Kemampuan untuk mengingat-ingat.
e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan).
f. Kemampuan untuk berfantasi.
7. Prosedur Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah
berikut:
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes

Pengertian Pendidikan Islam

Di dalam Al-Qur’an, terdapat kata-kata yang terkait dengan pendidikan, yakni: “ Rabba, ‘allama.

24 : ‫) وا ﺣﻔﺾ ﻟﮭﻤﺎ ﺟﻨﺎح اﻟﺬل ﻣﻦ اﻟﺮﺣﻤﺔ و ﻗﻞ ربّ إرﺣﻤﮭﻤﺎ ﻛﻤﺎ رﺑّﯿﺎ ﻧﻰ ﺻﻐﯿﺮا ) اﻹﺳﺮاء‬

“ Sayangilah keduanya ( orang tuaku ) sebagaimana mereka telah mengasuhku ( mendidikku ) sejak kecil.” ( Q.S. Al-Isra’ : 24 )
[1]
5 : ‫) ﻋﻠﻢ اﻹﻧﺴﺎن ﻣﺎ ﻟﻢ ﯾﻌﻠﻢ ) اﻟﻌﻠﻖ‬

“ Dia yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya “. ( Q.S. Al-Alaq : 5 )

Dalam bahasa Arab, kata Rabba dan ‘Allama mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Kata kerja Rabba, Artinya mengasuh, mendidik
2. Kata kerja ‘Allama, masdarnya ta’liman berarti mengajar

Jadi dapat dari kedua ayat Al-Qur’an di atas, dapat diambil sebuah pengertian bahwa pendidikan Islam itu adalah segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, serta sumber daya manusia manuju terbentuknya manusia yang
seuruhnya sesuai dengan syari’at Islam
Fungsi Pendidikan Islam
Dengan adanya pengertian pendidikan Islam seperti telah dijelaskan di atas, fungsi pendidikan Islam sudah cukup jelas, yaitu
memelihara dan mengembangkan fitroh dan sumber daya manusia menuju terbentuknya manusia yang sempurna.[3] Untuk
memperjelas fungsi pendidikan Islam, dapat ditinjau dari fenomena yang muncul dalam perkembangan peradapan manusia,
dengan asumsi bahwa peradapan manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.

Dalam kajian Antropologi dan Sosiologi, diketahui ada 3 fungsi pendidikan, yakni:
• Mengembangkan wawasan subyek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya, sehingga akan muncul kemampuan
membaca.
• Melestarikan nilai – nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannya.
Memasuki pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan kemajuan hidup ( individu
maupun social
. Tri Pusat Pendidikan

Dalam GBHN ( Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 ) berkenaan dengan pendidikan dikemukakan: “ Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah “.[6] Dari ketetapan – ketetapan MPR tersebut, maka tri
pusat pendidikan adalah Keluarga, sekolah, dan masyarakat

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 9/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
BAB XI
TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM

Secara Umum menurut Hadari Nawawi, yang bertanggung jawab atas maju mundurnya pendidikan, termasuk pendidikan
Islam ada pada pundak kelurga, sekolah, dan masyarakat.Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh dan saling melengkapi
antara satu dengan yang lainnya. Ketiganya harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana yang memberikan motivasi,
fasilitas edukatif, wahana pengembangan potensi yang ada pada peserta didik dan mengarahkannnya unutk mampu bernilai
efektif-efisien sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman nya, serta memberikan bimbingan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan zamannya, serta memberikan bimbingan dan perhatian yang serius terhadp kebutuhan moral
spiritual peserta didik

2.1 Pentingnya pendidikan islam dalam pendidikan keluarga


Keluarga (Lingkungan rumah tangga), merupakan lembaga pertama dan utama yang dikenal anak. Hal ini disebabkan , karena
kedua orang tuanyalah yang pertama dikenal dan diterimanya pendidikan. Bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang
terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan
psikis anak serta niali-nilai social dan religius pada diri anak didik.[2]
Orang tua yaitu ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Ibu
merupakan orang yang pertama yang mula-mula dikenal anak menjadi temannya serta yang pertama dipercayainya.Begitu
pula pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Ayah meupakan penolong utama, terutama bagi anak yang agak besar baik
lai-laki maupun perempuan bila ia mau mendekati dan mau memahami hati anaknya
Dasar kewajiban orang tua mendidik anak serta tanggung jawab orang tua dalam pendidikan islam

Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan Islam ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:
‫وأنﯿﺰﻮﺟﮫﺈﺰاأذك رﻗﮫإﻻﻄﯿﺒﺎ ﻮاﻟﺮﻣﺎﯾﮫوأنﯿﺮ ﺤﺔ ﻮاﻟﺴﺒﺎ ﺤﻖاﻠﻮاﻠدﻋﻟﻰاﻟﻮﻟدأﻦﯿﺤﯾناﻠﺴﻤﮫ ﻮأﺮﺑﮫ ﻮأﻦﯿﻌﻠﻣﮫاﻠﻜﺘﺎﺒﮫ‬

Artinya : Kewajiban orangtua kepada anaknya yaitu memberi nama yang bagus, mengajari sopan santun, baca tulis, berenang
dan memanah serta mengawinkannya bila ia telah dewasa (HR. Hakim)
Pentingnya Pendidikan Islam di Sekolah
Secara sederhana, sekolah merupakan lembaga pendidikan, tempat peserta didik melakukan interaksi proses belajar mengajar
secara formal. Batasan ini memberikan suatu fenomena bahwa sekolah merupakan suatu lembaga pelaksana internalisasi nilai-
nilai dari suatu kebudayaan, kepada peserta didik secara terarah dan memiliki tujuan. Dalam persektif pendidikan Islam,
setidakanya ada dua sendi asasi bagi proses tersebut, yaitu[8]: tujuan yang jelas, yakni sebagi bentuk pengabdian kepada Allah
swt dan memiliki kurukulum yang sistematis, dan menurut materi bagi terjadinya proses berfikir dan bertingkah laku
sesuaidengan nilai-nilai Ilahiah, kepada peserta didik
Peran dan Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan Islam
Seorang guru memiliki peran dan tanggung jawab dalam pendidikan islam di sekolah. Guru adalah seorang pendidik yan
profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinua menerima da memikul sebagian tanggung jawab pendidikan di
pndak orang tua. Karena sering terdengar ungkapan bahwa guru adalah orang tua disekolah. Dalam perspektif pendidikan
Islam, guru disebut sebagai abu al-ruh, yaitu orang tua spiritual

BAB XII
TEORI-TEORI PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

A Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya
memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B. Teori Pendidikan
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada
satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu.Nana S.
Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu
1. Pendidikan klasik,
2. Pendidikan pribadi
3. Teknologi pendidikan
4. Pendidikan interaksional

C. Sistem Pendidikan Islam


Pendidikan Islam merupakan suatu upaya yang terstruktur untuk membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan
konsekuensinya sebagai seorang muslim
.A. Pendekatan-Pendekatan dalam pengembangan Teori Pendidikan
Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan
sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu
pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat
pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan
mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 10/11
10/5/2018 RESUME “ILMU PENDIDIKAN ISLAM” | MEMORY KULIAH
(empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih
luas
B. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan
menggunakan metode filsafat.Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah
yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual,
yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.

C. Pendekatan Religi

Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada
ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan

Iklan

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD
By fathurrohmanpaif • Posted in SEMESTER III

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

https://fathurrohmanpaif.wordpress.com/2014/11/17/resume-ilmu-pendidikan-islam/ 11/11

Anda mungkin juga menyukai