Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016

PENGARUH PEMBERIAN AIR MINUM DAN AIR GLUKOSA TERHADAP


STATUS HIDRASI DAN KELELAHAN PEKERJA PANDE BESI

THE INFLUENCE OF GIVING DRINKING WATER AND GLUCOSE WATER ON


HYDRATION STATUS AND FATIGUE AMONG BLACKSMITH WORKER

Merita Eka Rahmuniyati1*, Zen Rahludin2, Apoina Kartini3

1
Universitas Respati Yogyakarta
2
Universitas Diponegoro Semarang
3
Universitas Diponegoro Semarang
*
HP/Email : 082322258334 / merita_er@respati.ac.id

Abstract

Background : A blacksmith worker is a kind of heavy work which exposed to the sun heat
directly that causes dehydration and fatigue. Liquids are very needed during working in hot
working environment. The purposes was to determine the inuences of giving drinking water
and glucose water on hydration status and fatigue among blacksmith worker.
Method : The research was conducted with a quasy experiment with 66 blacksmith worker in
Cepring Kendal. Hydration status was measured by urine color and fatigue by reaction time to
ash light.
Result : The hydration status changed levels of color properly hydrated on both groups. There
was no difference in the reaction time after dan before working (before intervention) in both
groups. There was no difference in reaction before working (after the intervention) in both groups.
There was differences in reaction time after working (after the intervention) in both groups.
Conclusion : The giving of drinking water and glucose water as needed can improve the status
of hydration and decreased fatigue among blacksmith worker.

Key Words : glucose water, hydration status, fatigue, blacksmith worker

Intisari

Latar Belakang: Pande besi merupakan jenis pekerjaan berat terpapar panas yang menyebabkan
dehidrasi dan kelelahan. Cairan dibutuhkan selama bekerja di lingkungan kerja panas. Tujuan
penelitian ini mengkaji pengaruh pemberian air minum dan air glukosa terhadap status hidrasi
dan kelelahan pekerja pande besi.
Metode: Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan 66 subjek pekerja pande besi di Desa
Cepiring Kendal. Pengukuran status hidrasi berdasarkan warna urin, kelelahan menggunakan
waktu reaksi respon cahaya.
Hasil: Kondisi sesudah intervensi status hidrasi subjek mengalami perubahan tingkatan warna
menjadi terhidrasi baik pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan waktu reaksi sebelum kerja
dan sesudah kerja (sebelum intervensi) pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan waktu
reaksi sebelum kerja (sesudah intervensi) pada kedua kelompok dan ada perbedaan waktu
reaksi sesudah kerja (sesudah intervensi) pada kedua kelompok.

69
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN 2502-5570

Kesimpulan: Pemberian air minum dan air glukosa sesuai kebutuhan dapat meningkatkan
status hidrasi dan menurunkan kelelahan pekerja pande besi.

Kata kunci : air glukosa, status hidrasi, kelelahan, pekerja pande besi

PENDAHULUAN urin berdasarkan tabel warna urin merupakan


indikator praktis dan mudah dalam menentukan
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja
status hidrasi seseorang. Hal tersebut dilihat dari
merupakan penerapan keselamatan dan
tabel warna urin dari Amstrong dalam bentuk
kesehatan kerja sebagai upaya meningkatkan
Periksa Urin Sendiri5.
derajat kesehatan pekerja1. Gizi kerja adalah gizi
Industri kecil pande besi Desa Cepiring
yang diterapkan pada pekerja dalam memenuhi
merupakan jenis usaha kecil yang berkembang dan
kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja
menjadi sektor unggulan di Kecamatan Cepiring
untuk meningkatkan esiensi dan produktivitas
Kabupaten Kendal. Industri kecil pande besi
kerja2.
menghasilkan alat-alat pertanian tradisional seperti
Salah satu faktor yang mempengaruhi
sabit, pisau, garpu sawah, cangkul. Industri pande
kenyamanan lingkungan kerja adalah suhu
besi merupakan pekerjaan yang dikerjakan secara
lingkungan kerja. Paparan suhu panas dari ruangan
manual dengan menggunakan tenaga manusia
menyebabkan meningkatnya beban kerja dari
dan proses produksinya menggunakan bara api
pekerja. Hal ini akan ikuti dengan meningkatnya
untuk memanggang besi-besi tersebut. Bara api
kebutuhan energi dan kebutuhan cairan3. Suhu
termasuk sumber panas sehingga menyebabkan
lingkungan yang tinggi merangsang tubuh
kondisi suhu lingkungan kerja menjadi panas,
untuk berkeringat sebagai proses alamiah guna
sehingga pekerja secara langsung terpapar
menurunkan suhu tubuh hingga pada suhu tubuh
langsung oleh panas yang dihasilkan dari bara api
normal. Pengeluaran keringat yang banyak tanpa
tersebut. Penelitian serupa belum pernah dilakukan
diimbangi dengan asupan cairan yang cukup akan
pada pekerja terpapar panas.
mengakibatkan dehidrasi yang juga bisa berakibat
Berdasarkan observasi awal penelitian
pada timbulnya kelelahan.
dilakukan pengukuran suhu ruangan menggunakan
Tekanan lingkungan kerja sik khususnya
QUESTemp034 Thermal Environment Monitor
lingkungan kerja panas dapat menimbulkan
dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
efek siologis pada tubuh seperti meningkatnya
sebesar 32 0C. Suhu ruangan tersebut melebihi
kelelahan, esiensi kerja sik dan mental menurun,
nilai ambang batas untuk jenis pekerjaan dengan
suhu tubuh meningkat dan produksi keringat
beban kerja berat. Menurut Keputusan Menteri
bertambah4(Suma’mur dalam Tarwaka et al, 2004).
Tenaga Kerja tahun 1999 mengenai nilai ambang
Lingkungan kerja panas dapat mengganggu
batas faktor sika di tempat kerja yaitu 25 0C.
kenyamanan dalam bekerja, juga dapat
Adanya kondisi ruangan yang panas tentunya akan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
mempengaruhi kondisi pekerja dalam melakukan
tubuh. Jika jumlah cairan dan elektrolit yang
aktivitas pekerjaannya. Sehubungan dengan
masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun
adanya paparan panas tersebut, pemilik usaha
dan kepekatan urin meningkat.
memfasilitasi pekerja dengan memberikan air
Penilaian kecukupan air dalam tubuh
minum selama bekerja. Berdasarkan observasi
dapat dilihat berdasarkan warna urin. Penelitian
awal penelitian melalui pengamatan dan wawancara
Amstrong et al (1994) menunjukkan warna urin
langsung dengan 20 orang pekerja, menunjukkan
dapat digunakan sebagai penentuan status hidrasi
bahwa 11 orang diantaranya merasa sering haus
seseorang. Penilaian kecukupan air dalam tubuh
dan 9 orang mengeluh cepat lelah. Paparan panas
dapat dilihat berdasarkan warna urin. Melihat warna

70
ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016

dari ruangan tempat kerja dapat menyebabkan di Kabupaten Kendal. Sentra industri pande besi
rasa haus dan pekerja cepat merasakan lelah serta terletak di Desa Cepiring Kecamatan Cepiring
merasakan keluhan lainnya. Kebiasaan minum Kabupaten Kendal. Jenis produk yang dihasilkan
pekerja selama bekerja berupa air minu dan teh. berupa peralatan pertanian (sabit, pisau, garpu
Konsumsi air minum pekerja rata-rata 3,5 L selama sawah, cangkul) dengan daerah pemasaran antara
8 jam bekerja. Penurunan berat badan pekerja lain Kendal, Batang, Tegal, Pemalang, Purwokerto,
sebesar 0,5 kg/hr, Berdasarkan perhitungan Brebes, Banjarnegara, Purbalingga.
kebutuhan cairan pekerja selama bekerja di Pekerjaan pande besi merupakan jenis
tempat terpapar panas, maka konsumsi rata- pekerjaan berat yang terpapar panas dengan
rata air minum sebanyak 4,5 L air minum. Tujuan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebesar 32 0C.
penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian Berdasarkan keputusan Kep-51/MEN/1999 tentang
air minum dan air glukosa terhadap status hidrasi iklim kerja pada pekerja dengan beban kerja berat
dan kelelahan pekerja pande besi. adalah 25 0C dengan waktu istirahat 25%. Hal
ini menunjukkan iklim kerja pande besi melebihi
METODE ambang batas yang ditetapkan.
Berdasarkan observasi awal, paparan panas
Penelitian ini merupakan quasi experiment
dari tempat kerja pande besi dapat menyebabkan
dengan rancangan penelitian pretest posttest
rasa haus dan pekerja cepat merasakan lelah serta
control group design. Populasi dalam penelitian
merasakan keluhan lainnya. Kebiasaan minum
ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada
pekerja selama bekerja berupa air minum dan teh.
unit sentra industri kecil pande besi sebanyak 90
Konsumsi air minum pekerja rata-rata 3,5 L selama
pekerja dengan kriteria eksklusi dan inklusi. Sampel
8 jam bekerja. Penurunan berat badan pekerja
minimal adalah 31 orang untuk masing-masing
sebesar 0,5 kg/hr, Berdasarkan perhitungan
kelompok dengan memperhitungkan kemungkinan
kebutuhan cairan pekerja selama bekerja di tempat
drop out, maka dipersiapkan cadangan sampel
terpapar panas, maka konsumsi rata-rata air minum
sebanyak 10%, sehingga diperoleh sampel
sebanyak 4,5 L air minum. Hal ini menunjukkan
sebesar 33 orang untuk masing-masing kelompok.
konsumsi air minum pekerja kurang, apabila
Instrument yang digunakan yaitu timbangan digital
keadaan ini berlangsung lama dapat menyebabkan
berat badan merk seca dengan ketelitian 0,1 kg,
dehidrasi, kelelahan dan gangguan ginjal 6(Irawan,
microtoise dengan ketelitian 0,1 cm, air minum (4,5
2007). Pekerja yang kurang mengkonsumsi air
L), air glukosa (60 gram/4,5 L), formulir food recall
dapat membahayakan kesehatan yakni mengalami
2x24 jam, food model, reaction timer L.77 Model
dehidrasi. Semakin kurang jumlah air yang diminum
MET / 3001-MED-95, QUESTemp034 Thermal
maka semakin banyak keluhan kesehatan yang
Environment Monitor. Analisis data menggunakan
dialami pekerja7(Zubaidah, 2007).
Paired t Test, Independent t Test, Mann Whitney
Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yakni
Test, dan Wilcoxon Signed Rank Test, Univariat
kelompok air minum (4,5 L) dan air glukosa (60
GLM.
gram/4,5 L) selama tiga hari berturut-turut. Air
minum yang digunakan dalam penelitian ini sama,
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari salah satu minuman mineral yang dijual di
Sentra industri pande besi merupakan pasaran.
sentra industri pembuatan alat pertanian yang
keberadaannya mulai jaman penjajahan Belanda

71
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN 2502-5570

Karakteristik Subjek terus menumpuk dari waktu ke waktu, sehingga


Subjek penelitian ini adalah pekerja laki-laki akan menyebabkan kelelahan kronis.
di industri pande besi Desa Cepiring Kecamatan Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja
Cepiring Kabupaten Kendal. Subjek penelitian ini baik positif maupun negatif. Pengaruh positif dapat
adalah 66 orang yang dibagi menjadi dua kelompok terjadi apabila semakin lama seseorang bekerja
yakni kelompok air minum dan air glukosa. Umur maka akan berpengalaman dalam melakukan
subjek antara 25-45 tahun. Subjek penelitian ini pekerjaannya, sebaliknya akan berpengaruh
termasuk umur produktif sehingga kapasitas kerja negatif apabila semakin lama bekerja akan
dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja. Rerata menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin
umur subjek pada kelompok air minum adalah lama seseorang dalam bekerja maka semakin
37±7,04 tahun dan air glukosa sebesar 34±6,21 banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan
tahun. Uji statistik menunjukkan tidak ada beda oleh lingkungan kerja tersebut8.
umur diantara kedua kelompok (p=0,511). Rerata lama kerja subjek pada kelompok
Lama kerja dapat mempengaruhi kelelahan air minum adalah 12±5,18 tahun dan air glukosa
kerja seseorang. Semakin lama pekerja bekerja sebesar 13±4,4 tahun. Kelengkapan deskripsi
pada lingkungan kerja yang kurang nyaman maka karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 1.
kelelahan pada orang tersebut akan bertambah dan

Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Subjek

Variabel Kelompok air minum Kelompok air glukosa p


IMT (kg/m2) 21,1±0,89 21,2±1,02 0,682a
Umur (tahun) 37±7,04 34±6,21 0,511b
Lama kerja (tahun) 12± 5,18 13±4,4 0,900b
Tingkat konsumsi energi (%) 90,9±11,7 89,1±6,19 0,320b
- Desit tingkat berat 3% 0
- Desit tingkat sedang 6,1% 6,1%
- Desit tingkat ringan 39,4% 51,5%
- Normal 51,5% 42,4%
Tingkat konsumsi protein (%) 122,7±13,67 110,5±13,87 0,000b
- Desit tingkat ringan 0 6,1%
- Normal 42,4% 75,8%
- Lebih 57,6% 18,2%
Tingkat konsumsi cairan (%) 115,6±12,65 114,6±9,48 0,241b
- Desit tingkat sedang 3% 0
- Desit tingkat ringan 3% 0
- Normal 69,7% 21,5%
- Lebih 24,2% 39,4%
a
Independent t test
b
Mann-Whitney test

Tabel 2. Status Hidrasi Subjek

Kelompok n Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi pa Perubahan Status Hidrasi


Air minum 33 6±1,44 3±0,86 0,000 -3±1.410
Air glukosa 33 6±1,2 3±0,68 0,000 -3±0,879
pb 0,554 0,442
a
Wilcoxon Signed Rank Test
b
Mann-Whitney Test

72
ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016

Tabel 2 menunjukkan status hidrasi subjek Cairan berperan untuk menghantarkan


pada kedua kelompok sebelum intervensi berada panas ke seluruh tubuh. Semakin meningkatnya
pada tingkatan 6 yakni kurang terhidrasi dengan energi dan paparan panas yang dihasilkan melalui
baik, sedangkan sesudah intervensi berada metabolisme dan kontaksi otot saat beraktivitas,
di tingkatan 3 yang artinya terhidrasi dengan cairan berfungsi sebagai thermoregulator. Pekerja
baik. Kondisi sebelum dan sesudah intervensi yang terpapar panas akan terjadi peningkatan
pada kelompok air minum menunjukkan adanya suhu kulit. Upaya untuk menjaga keseimbangan
perbedaan (p=0,000), begitu pula kondisi air suhu tubuh, maka maka tubuh akan mengeluarkan
glukosa (p=0,000). keringat. Apabila cairan yang masuk dan keluar
Uji Mann-Whitney test menunjukan tidak ada dalam tubuh tidak seimbang dapat menyebabkan
perbedaan status hidrasi sebelum intervensi antara terjadinya dehidrasi9.
kelompok air minum dan air glukosa (p=0,554) dan Upaya mempertahankan tonisitas cairan
kondisi sesudah intervensi juga menunjukkan tidak ekstrasel (CES) terutama diatur oleh mekanisme
ada perbedaan status hidrasi antara kelompok air sekresi vasopresin dan mekanisme rasa haus.
minum dan air glukosa (p=0,422), namun pada Mekanisme pengendalian keseimbangan natrium
kedua kelompok menunjukkan adanya perubahan merupakan mekanisme utama yang berperan
status hidrasi subjek pada kondisi sebelum dan dalam mempertahankan volume CES, namun
sesudah intervensi, yaitu adanya perubahan terdapat juga pengendalian volume melalui
tingkatan warna urin dari tingkatan kurang terhidrasi eksresi air, peningkatan volume CES menghambat
dengan baik menjadi terhidrasi dengan baik. Jadi, sekresi vasopressin dan penurunan volume CES
pemberian air minum dan pemberian glukosa meningkatkan sekresi hormon ini. Angiotensin II
mampu meningkatkan status hidrasi subjek menjadi merangsang sekresi aldosteron dan vasopressin.
lebih baik. Angiotensin II juga menimbulkan rasa haus dan
Status hidrasi subjek pada kondisi sebelum terjadi konstriksi pembuluh darah, dengan demikian
dan sesudah intervensi menunjukkan tidak angiotensin II memegang peranan besar pada
ada perbedaan antara kedua kelompok. Hal ini respon tubuh terhadap hipovolemia. Kehilangan
kemungkinan dikarenakan jenis air minum yang air dari tubuh (dehidrasi) menimbulkan penurunan
diberikan pada penelitian ini sama dengan konsumsi volume CES yang sedang, karena air akan hilang
sehari-hari subjek. Intervensi yang diberikan dari cairan di kompartemen intrasel maupun
merupakan penambahan jumlah air minum ekstrasel, tetapi kehilangan natrium melalui
sehingga diharapkan dengan adanya pemberian feses (diare), urin (asidosis hebat) atau keringat
air minum dan air glukosa akan diterapkan lebih (lingkungan panas) akan sangat menurunkan
lanjut di tempat kerja, terutama pekerjaan yang volume CES dan menimbulkan rejatan9.
terpapar panas.

73
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN 2502-5570

Tabel 3. Kategori Status Hidrasi Subjek

Status Hidrasi Subjek


Kelompok Terhidrasi dengan baik Kurang terhidrasi dengan baik Kekurangan cairan
1 2 3 4 5 6 7 8
Sebelum
intervensi
Air minum 9 (2,73%) 6 (18,2%) 7 (21,2%) 6 (18,2%) 5 (15,2%)
Air Glukosa 5 (15,2%) 6 (18,2%) 11 (33,3%) 8 (24,2%) 3 (9,1%)
Sesudah
intervensi
Air minum 2 (6,1%) 4 (12,1%) 15 (45,5%) 12 (36,4%)
Air Glukosa 0 7 (21,2%) 18 (54,5%) 8 (24,2%)

Tabel 3 menunjukkan kondisi sebelum kelelahan ringan sebesar 36,4%. Hal tersebut
intervensi pada kelompok air minum sebanyak dimungkinkan karena subjek melakukan
42,13% subjek kurang terhidrasi dengan baik dan beberapa aktivitas sebelum bekerja di
sebesar 33,4% mengalami kekurangan cairan, pande besi. Adanya aktivitas tambahan
sedangkan air glukosa sebesar 66,7% kurang tersebut menyebabkan beban kerja yang
terhidrasi dengan baik dan sebanyak 33,3% dialami subjek yang bertambah sehingga
kekurangan cairan. Kondisi sesudah intervensi pada dapat menimbulkan kelelahan kerja sebelum
kelompok air minum sebanyak 63,7% terhidrasi dilakukan pengukuran kelelahan kerja.
dengan baik, 36,4% kurang terhidrasi dengan baik, Kondisi sesudah kerja pada kelompok air
sedangkan air glukosa 75,7% terhidrasi dengan minum subjek sebesar 482,4r86,89 milli
baik dan 24,2% mengalami kekurangan cairan. detik, subjek mengalami kelelahan sedang
sebesar 9,1%. Kondisi tersebut menunjukkan
Pengaruh Pemberian Air Minum dan Air Glukosa adanya peningkatan waktu reaksi sebesar
terhadap Kelelahan 204,1r68,23 milli detik.
Pengukuran kelelahan pada penelitian ini Rerata waktu reaksi sebelum kerja pada
menggunakan pengukuran waktu reaksi. Waktu kelompok air glukosa sebesar 291,1r81,84
reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu milli detik menunjukkan subjek mengalami
rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran kelelahan ringan (45,5%). Hal ini dikarenakan
atau dilaksanakan kegiatan. Metode ini merupakan pada awal sebelum bekerja di pande besi
uji psikomotor melibatkan fungsi persepsi, subjek melakukan beberapa aktivitas sik
interpretasi dan reaksi motorik. Pengujian waktu lainnya, sedangkan kondisi sesudah kerja
reaksi dapat digunakan nyala lampu. Terjadinya sebesar 461,9r88,97 milli detik subjek
pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk mengalami kelelahan sedang (9,1%). Kondisi
adanya pelambatan pada proses faal syaraf tersebut menunjukkan adanya peningkatan
dan otot10. Kelelahan kerja dapat dilihat melalui waktu reaksi sebelum dan sesudah bekerja
kecepatan seseorang dalam merespon rangsang sebesar 170,8r69,27 milli detik. Kelengkapan
cahaya. Semakin kecil nilai rangsang cahaya maka data rerata waktu reaksi sebelum dan
tingkat kelelahan semakin berkurang. sesudah kerja (sbelum intervensi) pada kedua
1. Kondisi Sebelum Intervensi pada Kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.
Kelompok
Rerata waktu reaksi sebelum kerja pada
kelompok air minum sebesar 278,3r84,64
milli detik, Hasil pengukuran sebelum
bekerja menunjukkan subjek mengalami

74
ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016

Tabel 4. Rerata Waktu Reaksi Sebelum Intervensi

Rerata Waktu Reaksi Rerata Waktu Reaksi Perubahan Waktu


Kelompok N pa
Sebelum Kerja (milli detik) Sesudah Kerja (milli detik) Reaksi (milli detik)
Air minum 33 278,3r84,64 482,4r86,89 0,000 204,1r68,24
Air glukosa 33 291,1r81,84 461,9r88,97 0,000 170,8r69,27
p 0,415c 0,345b 0,53b
a
Wilcoxon Signed Rank Test`
b
Independent t Test
c
Mann Whitney Test

Tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan melakukan aktivitas lain sebelum pekerjaan


rerata waktu reaksi sebelum intervensi pada dimulai, sedangkan sesudah kerja rerata
kondisi air minum sebelum dan sesudah kerja waktu reaksi subjek sebesar 398,8r74,74
(p=0,000) dan pula ada perbedaan rerata milli detik, subjek mengalami kelelahan ringan
waktu reaksi sebelum dan sesudah kerja pada (69,7%). Kondisi sebelum dan sesudah kerja
kelompok air glukosa (p=0,000). pada kelompok air minum menunjukkan
Berdasarkan Mann-Whitney Test diperoleh adanya peningkatan waktu reaksi sebesar
hasil bahwa tidak perbedaan rerata waktu 143,5r55,28.
reaksi sebelum kerja sebelum intervensi
antara kedua kelompok (p=0,415), sedangkan Rerata waktu reaksi sebelum kerja pada
independent t test menunjukkan tidak ada kelompok air glukosa sebesar 251,9r59,37
perbedaan rerata waktu reaksi sesudah kerja milli detik menunjukkan subjek mengalami
sebelum intervensi antara kelompok kedua kelelahan ringan (69,7%). Hal ini dikarenakan
kelompok (p=0,345). pada awal sebelum bekerja di pande besi
Kedua kondisi sesudah kerja baik subjek melakukan beberapa aktivitas,
kelompok air dan air glukosa menunjukkan sedangkan sesudah kerja subjek tetap berada
peningkatan waktu reaksi. Hal ini dikarenakan pada kelelahan ringan (63,6%) sebesar
beban kerja selama bekerja bertambah 355,6r95,29 milli detik. Kondisi sebelum dan
dengan adanya aktivitas sik pada waktu sesudah kerja pada kelompok air glukosa
bekerja, sehingga menyebabkan peningkatan menunjukkan adanya peningkatan waktu
waktu reaksi pada saat dilakukan pengukuran. reaksi sebesar 143,5r55,28.
2. Kondisi Sesudah Intervensi pada Kedua Kondisi sebelum dan sesudah kerja
Kelompok (sesudah intervensi) pada kedua kelompok
Rerata waktu reaksi sebelum kerja pada menunjukkan walupun adanya peningkatan
kelompok air minum sebesar 255,4r76,29 waktu reaksi subjek, namun kelelahan subjek
milli detik menunjukkan subjek mengalami tetap berada pada kategori kelelahan ringan.
kelelahan ringan 15,2% dikarenakan subjek

75
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN 2502-5570

Tabel 5. Rerata Waktu Reaksi Sesudah Intervensi

Rerata Waktu Reaksi Rerata Waktu Reaksi Perubahan Waktu


Kelompok N pa
Sebelum Kerja (milli detik) Sesudah Kerja (milli detik) Reaksi (milli detik)
Air minum 33 255,4r76,29 398,8r74,74 0,000 143,5r55,28
Air glukosa 33 251,9r59,37 355,6r95,29 0,000 103,6r69,55
P 0,783c 0,048c 0,12b
a
Wilcoxon Signed Rank Test`
b
Independent t Test
c
Mann Whitney Test

Tabel 5 menunjukkan adanya perbedaan sedangkan kondisi sesudah kerja sesudah


rerata waktu reaksi sesudah intervensi pada intervensi menunjukkan terdapat perbedaan
kondisi air minum sebelum dan sesudah kerja rerata waktu reaksi antara kelompok kedua
(p=0,000) dan pula ada perbedaan rerata kelompok (p=0,048).
waktu reaksi sebelum dan sesudah kerja pada Ketidaknyamanan lingkungan kerja
kelompok air glukosa (p=0,000). mengakibatkan perubahan fungsional
Berdasarkan Mann-Whitney Test pada organ yang bersesuaian pada tubuh
diperoleh hasil bahwa tidak perbedaan manusia. Kondisi panas yang berlebihan
rerata waktu reaksi sebelum kerja sesudah akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
intervensi antara kedua kelompok (p=0,783), mengurangi kestabilan dalam bekerja11.

Tabel 6. Rerata Perubahan Waktu Reaksi Kedua Kelompok

Rerata Perubahan Waktu Reaksi Rerata Perubahan Waktu Reaksi


Kelompok N pa
Sebelum Intervensi (milli detik) Sesudah Intervensi (milli detik)
Air minum 33 204,1r68,23 143,4r55,28 0,000
Air glukosa 33 170,8r69,27 103,7r69,55 0,001
p 0,53b 0,12b
a
Paired t Test
b
Independent t Test

Tabel 6 menunjukkan adanya penurunan energi, yang menyebabkan konsentrasi


waktu reaksi sebelum dan sesudah glikogen dalam otot menurun dan asam
intervensi pada kelompok air minum sebesar laktat meningkat. Peningkatan asam laktat
-60,6r77,49 milli detik dan air glukosa juga akan menimbulkan kelelahan, kelelahan otot
menurun sebesar -67,1r103,76 milli detik. Hal meningkat hampir berbanding lurus dengan
ini menunjukkan sesudah diberikan intervensi, kecepatan penurunan glikogen13.
subjek pada kedua kelompok mengalami 3. Kondisi Rerata Sebelum dan Sesudah
penurunan kelelahan dalam bekerja, jadi Intervensi (Sebelum dan Sesudah Kerja) pada
pemberian air minum dan air glukosa mampu kedua kelompok
menurunkan kelelahan subjek. Kondisi ini menunjukkan pengukuran
Kesehatan merupakan dasar yang sangat kelelahan menggunakan reaction timer
diperlukan bagi keberhasilan melaksanakan dilakukan sebelum dan sesudah kerja
pekerjaan12. Metabolisme penyediaan (sebelum dan sesudah intervensi) pada kedua
energi anaerobik diproses dari pemecahan kelompok, setelah dilakukan pengukuran
simpanan glikogen dalam otot sebagai bahan diperoleh waktu reaksi sebelum intervensi

76
ISSN 2502-5570 Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016

(sebelum dan sesudah kerja) kemudian sehingga dapat diperoleh rerata waktu reaksi
dihitung rata-ratanya untuk mengetahui waktu sebelum dan sesudah intervensi (sebelum
reaksi sebelum intervensi, begitu pula dengan dan sesudah kerja). Kelengkapan data dapat
sesudah intervensi dilakukan hal sama, dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rerata Waktu Reaksi Sebelum dan Sesudah Intervensi

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Perubahan


Kelompok n (Sebelum dan Sesudah Kerja) (Sebelum dan Sesudah pa Waktu Reaksi
(milli detik) Kerja) (milli detik) (Milli detik)
Air minum 33 380,4±78.69 327,1±70,28 0,000 -53,3±40,09
Air glukosa 33 376,5±78,15 303,8±71,37 0,000 -72,7±59,47
p 0,822c 0,077c 0,125b
a
Wilcoxon Signed Rank Test`
b
Independent t Test
c
Mann Whitney Test

Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan 2. Terjadinya penurunan waktu reaksi sebelum


rerata waktu reaksi sebelum intervensi pada dan sesudah intervensi pada kelompok air
kondisi air minum (p=0,000) dan ada perbedaan minum sebesar -60,6r77,49 milli detik dan
rerata waktu reaksi sesudah intervensi pada kelompok air glukosa sebesar -67,1r103,76
kelompok air glukosa (p=0,000). Rerata milli detik.
waktu reaksi sebelum intervensi dan sesudah 3. Tidak ada perbedaan status hidrasi subjek
intervensi menunjukkan subjek mengalami sebelum dan sesudah intervensi pada kedua
kelelahan sedang pada kedua kelompok, kelompok (p=0,554 dan p=0,442).
namun kedua kelompok menunjukkan adanya 4. Tidak ada perbedaan waktu reaksi sebelum
penurunan waktu reaksi sebesar -53,3±40,09 kerja (sebelum intervensi) pada kedua
millidetik pada kelompok air minum dan air kelompok (p=0,415 dan p=0,345).
glukosa -72,7±59,47 millidetik. 5. Tidak ada perbedaan waktu reaksi sesudah
Berdasarkan Mann-Whitney Test kerja (sesudah intervensi) pada kedua
menunjukkan tidak ada perbedaan rerata kelompok (p=0,783) dan ada perbedaan waktu
waktu reaksi sebelum intervensi pada kedua reaksi sesudah kerja (sesudah intervensi)
kelompok (p=0,822), begitu juga kondisi pada kedua kelompok (p=0,048).
sesudah intervensi juga menunjukkan tidak 6. Tidak ada perbedaan perubahan waktu reaksi
adanya perbedaan rerata waktu reaksi pada sebelum dan sesudah intervensi pada kedua
kedua kelompok (p=0,077). kelompok (p=0,53 dan p=0,12).
Uji multivariat menunjukkan tingkat 7. Tingkat konsumsi protein tidak membedakan
konsumsi protein tidak membedakan status hidrasi seseorang (p=0,934), dan tidak
status hidrasi seseorang (p=0,934), dan membedakan kelelahan seseorang (p=0,714).
tingkat konsumsi protein protein tidak bisa 8. Pemberian air minum dan air glukosa sesuai
membedakan kelelahan seseorang (p=0,714). kebutuhan dapat meningkatkan status hidrasi
dan menurunkan kelelahan pekerja pande
KESIMPULAN besi.

1. Status hidrasi berdasarkan warna urin sesudah


diberi intervensi mengalami perubahan
tingkatan warna urin menjadi lebih baik pada
kedua kelompok.

77
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016 ISSN 2502-5570

DAFTAR PUSTAKA 7. Zubaidah, T. 2007. Kebutuhan Konsumsi Air


Minum pada Tenaga Kerja di Bagian Drier PT.
Nusantara Plywood Gresik. Jurnal Al ‘Ulum
1. Ratnawati, I. 2011. Pemenuhan Kecukupan
Vol.33 No.3 Juli 2007 hal 35-38
Gizi Bagi Pekerja. Departemen Kesehatan.
www.depkes.go.id. Jakarta 8. Budiono, S. 2003. Kebijakan Perlindungan
Tenaga Kerja. Bunga Rampai Hiperkes&KK.
2. Tarwaka, Solichul HB, Lilik S. 2004. Ergonomi
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas.
Semarang
Surakarta. Uniba Press
9. Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi
3. Alit, P. 2008. Asupan Kalori yang Kurang,
Kedokteran. Edisi 22. EGC. Jakarta
Dapat Meningkatkan Beban Kerja dan
Keluhan Subyektif Perajin Gamelan di Desa 10. Grandjean, E. 1993. Fitting to Task to The
Tihingan Kabupaten Klungkung. Universitas Man, 4th. Edt. Taylor &Francis Inc. London
Udayana. Denpasar 11. Nurmianto, E. 2003. Ergonomi dan Konsep
4. Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Dasar Aplikasi. Edisi Ketiga. Guna Widya.
Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Surabaya
Agung. 12. Giriwijoyo, H.Y.S.S. 2004. Ilmu Faal Olahraga
5. Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede (Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga.
SO. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Communications Kesehatan Univ. Pendidikan Indonesia.

6. Irawan, M. Anwari. 2007. Cairan Tubuh, 13. Guyton, A.C dan J.E. Hall, 2000. Fisiologi
Elektrolit & Mineral. Polton Sports Science Kedokteran, Irawati Setiawan (ed). Edisi 10.
& Performance Lab. Sports Science Brief Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Volume 01 No.01 2007

78

Anda mungkin juga menyukai