Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antihistamin adalah obat yang bekerja mengantagonis aksi dari histamin. Dbat
antihistamin yang pertama digunakan adalah epinefrin, dan antara tahun 1937-1972,
beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam terapi, tetapi
efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin misalnya Antergan, Neoantergan,
Difenhidramin, dan Tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati udem,
eritema, dan pruritus pada penderita urtikaria, tetapi tidak dapat melawan efek
hipersekresi asam lambung akibat histamin.
Antihistamin tersebut di atas digolongkan dalam antihistaminpenghambat reseptor
HI(AHI). Sesudah tahun 1972, ditemukan kelompok antihistamin barn, yaitu Burinamid,
Metiamid, dan Simetidin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat
histamin. Kelompok obat antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin
penghambat reseptor H2(AH2)CUdin.S, Hedi. RD, 1995).
Histamin sendiri dikenal sebagai mediator kimia yang penting pada peradangan dan
secara khusus berperan dalam respon hipersensitivitas tipe cepat. Hipersensitivitas atau
yang dikenal dengan nama alergi adalah perubahan reaksi tubuh atau pertahanan tubuh
terhadap suatu benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari. Alergi
termasuk salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai dalam masyarakat. Manifestasi
dari alergi dapat berupa Asma Bronkhiale (pada saluran nafas bawah), rinitis alergika
(pada hidung), UrtikarialEksim (pada kulit). Selain itu, manifestasi alergi terberat dapat
berupa syok anafilaktik. Dari seluruh penyakit akibat alergi, angka kejadian rhinitis
diperkirakan lebih kurang sebanyak 200/0(Asma antara 2-10%, dan Eksim 1-2 %) (M.C
Widjaja, 2002). Masyarakat masih menganggap bahwa penyakit alergi ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Pada kenyataannya untuk mengatasi penyakitpenyakit alergi ini
diperlukan obat-obatan antihistamin.
Antihistamin sebagai penghambat reseptor HI yang pertama kali ditemukan berpotensi
untuk menghambat reseptor HI tetapi mempunyai efek sedasi dan antikolinergik yang 1

1
2 kuat juga. Obat-obat itu juga menyebabkan efek yang tidak diinginkan seperti mulut
kering dan efek sedasi. Klasifikasi terbaru membagi antihistamin menjadi obat-obatan
antihistaminAHI generasi pertama dan generasi kedua
Antihistamin penghambat reseptor HI generasi I melewati sawar darah otak dengan cepat
dan menghambat reseptor HI di otak lebih dari 80%. Antihistamin AHI generasi pertama
merupakan reseptor yang tidak selektif, obat-obatan ini juga mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap reseptor-reseptor dopaminergik, serotoergik, alpha-adrenergik, dan
kolinergik di otak. Semua antihistamin generasi pertama termasuk semua obat-obatan
tanpa resep dokter yang tersedia di pasaran menyebabkan efek-efek yang tidak
diinginkan seperti hilangnya kewaspadaan dalam mengemudi dan bekerja, menurunkan
ketangkasan dan dapat meningkatkan efek buruk ethanol dalam menyebabkan kerusakan
psikomotor. Penurunan produktivitas pekerja yang disebabkan oleh antihistamin sedatif
banyak ditemukan dalam studi klinik. Jems kecelakaan yang paling sering tetjadi pada
penggunaan obat-obat antihistamin sedatif adalah luka bakar, diikuti dengan luka
terbuka dan luka tusuk, juga patah tulang dan dislokasi sendi (Buske, 2002).

1.2 Manfaat Penelitian


1. Mengetahui Mekanisme kerja obat dan tempat kerja obat Antihistamine
2. Dapat Menjelaskan Contoh-contoh obat di golongan Antihistamine
(Farmakokinetik dan Toksisitas, Penggunaan secara klinis)

2
BAB II
ISI

2.1. Definisi Antihistamin

Terapi reaksi hipersensitivitas segera bertujuan untuk menghambat degranulasi sel


mast, melawan efek mediator sel mast dan mengurangi inflamasi. Histamin merupakan
mediator utama dalam reaksi hipersensitivitas atau reaksi alergi. Oleh karena itu, salah satu
terapi utama dalam alergi adalah pemberian antihistamin. Antihistamin merupakan antagonis
reseptor histamin yang mempunyai sifat menghambat efek histamin. Antihistamin
mempunyai struktur yang menyerupai histamin sehingga dapat menempati reseptor histamin.

Antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1).


Setelah tahun 1972 ditemukan kelompok antihistamin baru yang dapat menghambat sekresi
asam lambung akibat histamin, antihistamin ini digolongkan sebagai antihistamin
penghambat reseptor H2 (AH2). Kedua jenis antihistamin ini bekerja secara kompetitif yaitu
dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor histamin H1 atau H2.

2.2. Mekanisme Kerja Obat Antihistamin

Histamin sudah lama dikenal karena merupakan mediator utama timbulnya


peradangan dan gejala alergi. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan
gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan
dengan reseptor H1 atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan
memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh
antihistamin. Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk sementara timbulnya reaksi
alergi. Reseptor H1 diketahui terdapat di otak, retina, medula adrenal, hati, sel endotel,
pembuluh darah otak, limfosit, otot polos saluran nafas, saluran cerna, saluran
genitourinarius dan jaringan vaskular. Reseptor H2 terdapat di saluran cerna dan dalam
jantung.

3
2.3. Pembagian Antihistamin

Menurut jenis reseptornya, golongan antihistamin dapat dibagi 4 kelompok yaitu


yang menghambat reseptor h1, menghambat reseptor h2, menghambat reseptor h3, dan
menghambat reseptor h4. Antagonis reseptor H1 (AH1) telah digunakan secara luas untuk
terapi kelainan alergi. (Simond.1995).

Kelompok antihistamin-1 (AH1) mempunyai tiga generasi, yaitu generasi pertama,


kedua, dan ketiga.

1. Antistamin Reseptor H1

a. Antihistamin (AH1) generasi pertama

Sejak tahun 1937-1972, ditemukan beratus - ratus antihistamin dan digunakan dalam
terapi, namun khasiatnya tidak banyak berbeda. AH1 ini dalam dosis terapi efektif untuk
menghilangkan bersin, rinore, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada seasonal hay
fever, tetapi tidak dapat melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. AH1
efektif untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan pada urtikaria kronik hasilnya kurang baik.
Mekanisme kerja antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung
melalui kompetisi dalam berikatan dengan reseptor H1 di organ sasaran. Histamin yang
kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H1. Antihistamin tersebut
digolongkan dalam antihistamin generasi pertama (Ganiswara SG. 1995) . Pada umumnya
obat antihistamin generasi pertama ini mempunyai efektifitas yang serupa bila digunakan
menurut dosis yang dianjurkan dan dapat dibedakan satu sama lain menurut gambaran efek
sampingnya. Namun, efek yang tidak diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa
mengantuk sehingga mengganggu aktifitas dalam pekerjaan, harus berhati-hati waktu
mengendarai kendaraan, mengemudikan pesawat terbang dan mengoperasikan mesin-mesin
berat. Efek sedatif ini diakibatkan oleh karena antihistamin generasi pertama ini memiliki
sifat lipofilik yang dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat menempel pada
reseptor H1 di sel-sel otak. Dengan tiadanya histamin yang menempel pada reseptor H1 sel
otak, kewaspadaan menurun dan timbul rasa mengantuk. Selain itu, efek sedatif diperberat

4
pada pemakaian alkohol dan obat antidepresan. Karena itu, pengguna obat ini harus berhati-
hati. Di samping itu, beberapa antihistamin mempunyai efek samping antikolinergik seperti
mulut menjadi kering, dilatasi pupil, penglihatan berkabut, retensi urin, konstipasi dan
impotensia. (Simons.1994)

b. Antihistamin (AH1) generasi kedua

Setelah tahun 1972, ditemukan kelompok antihistamin baru yang dapat menghambat
sekresi asam lambung akibat histamin(Ganiswara SG. 1995). Antihistamin generasi kedua
mempunyai efektifitas antialergi seperti generasi pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih
rendah sulit menembus sawar darah otak. Reseptor H1 sel otak tetap diisi histamin, sehingga
efek samping yang ditimbulkan agak kurang tanpa efek mengantuk. Obat ini ditoleransi
sangat baik, dapat diberikan dengan dosis yang tinggi untuk meringankan gejala alergi
sepanjang hari, terutama untuk penderita alergi yang tergantung pada musim. Obat ini juga
dapat dipakai untuk pengobatan jangka panjang pada penyakit kronis seperti urtikaria dan
asma bronkial. Peranan histamin pada asma masih belum sepenuhnya diketahui. Pada dosis
yang dapat mencegah bronkokonstriksi karena histamin, antihistamin dapat meredakan
gejala ringan asma kronik dan gejala-gejala akibat menghirup alergen pada penderita dengan
hiperreaktif bronkus. Namun, pada umumnya mempunyai efek terbatas dan terutama untuk
reaksi cepat dibanding dengan reaksi lambat, sehingga antihistamin generasi kedua
diragukan untuk terapi asma kronik.

c. Antihistamin (AH1) generasi ketiga

Generasi ketiga merupakan perkembangan dari antihistamin generasi pendahulunya.


Tujuan mengembangkan antihistamin generasi ketiga adalah untuk menyederhanakan
farmakokinetik dan metabolismenya, serta menghindari efek samping yang berkaitan dengan
obat sebelumnya.( Handley DA. 1998)

5
1. Antihistamin Reseptor H2

Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung,
perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan
seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2. Sejak tahun
1978 di Amerika Serikat telah diteliti peran potensial H2 cemitidine untuk penyakit kulit.
Pada tahun 1983, ranitidine ditemukan pula sebagai antihistamin H2. Baik simetidine dan
ratidine diberikan dalam bentuk oral untuk mengobati penyakit kulit.

2. Antihistamin Reseptor H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif.
Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia.
3. Antihistamin Reseptor H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan
analgesik.

2.4. Contoh-contoh obat di golongan Antihistamine

A. ANTAGONIS RESEPTOR H1(AH)1


 Antihistamin ( AH1) Generasi Pertama

1. Contoh Obat Dari Golongan Etanolamin

a. Karbinoksamin

Mekanisme Aksi : Antagonis reseptor histamin h1 dalam pembuluh


darah, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Medscape)

1. Farmakokinetika :
 Absobsi : terserap dengan baik dari saluran pencernaan. waktu
untuk memuncak konsentrasi plasma 1,5-5 jam (MIMS.com)
 Metabolisme : secara ekstensif dimetabolisme di hati
(MIMS.com)

6
 Ekskresi: melalui urin (sebagai metabolit tidak aktif) eliminasi
paruh waktu: 10-20 jam (MIMS.com)
2. Toksisitas
Toksikologi Nonklinis
Karsinogenesis, Mutagenesis, Penurunan Kesuburan Tidak ada
studi jangka panjang pada hewan yang telah dilakukan untuk
menentukan kemungkinan efek carbinoxamine pada
karsinogenesis, mutagenesis, dan kesuburan. (rxlist.com)
3. Penggunaan Klinis
rhinitis alergi musiman dan tahunan, rinitis vasomotor,
konjungtivitis alergi, urtikaria dan angiodema, dermatografi,
reaksi anafilaksis tambahan untuk epinefrin, perbaikan tingkat
keparahan reaksi alergi terhadap darah atau plasma
4. Dosis
Dewasa : 4-8 mg
Anak : 2-6 tahun: 0,2-0,4 mg / kg / hari
5. Produk Paten : Karbinal ER, Arbinoxa

b. Difenhidramin

Mekanisme aksi : Diphenhydramine adalah antihistamin dengan


efek antikolinergik dan obat penenang. Ini bersaing dengan histamin
untuk situs reseptor-H1 pada sel-sel efektor di saluran pencernaan,
pembuluh darah dan saluran pernapasan.

1 . Farmakokinetika :
 Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran pencernaan. Waktu
untuk memuncaknya konsentrasi plasma: Sekitar 1-4 jam.

7
 Distribusi: Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh
termasuk CNS. Menembus plasenta, memasuki ASI. Protein
plasma mengikat: Tinggi.
 Metabolisme: Ekstensif hati.
 Ekskresi: Melalui urin, terutama sebagai metabolit dan obat
tidak berubah dalam jumlah kecil. Waktu paruh eliminasi: 2,4.-
9,3 jam. ( MIMs.com)
1. Toksisitas
Perkiraan dosis mematikan minimum adalah 3 g. Efek toksik
dapat dihasilkan oleh konsentrasi plasma yang lebih besar
dari 1 mg / L. (Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3e
Pharma, 2007)
2. Penggunaan Klinis
untuk sementara meredakan gejala-gejala ini karena demam
atau alergi pernafasan atas lainnya: hidung berair, bersin, mata
gatal dan berair, gatal pada hidung atau tenggorokanuntuk
sementara meredakan gejala-gejala ini karena flu biasa:
hidung berair, bersin
3. Dosis
Dewasa : 25-50mg
Anak –anak : 25-50 mg
4. Produk Paten : Benadryl.
c. Dimenhydrinate

Mekanisme aksi: Dimenhydrinate bersaing dengan histamin untuk


situs reseptor-H1, pada sel-sel efektor di saluran pencernaan,
pembuluh darah, dan saluran pernapasan. Ini memblokir zona
pemicu kemoreseptor, mengurangi stimulasi vestibular, dan
menekan fungsi labyrintin melalui aktivitas antikolinergik
sentralnya.

8
1. Farmakokinetik
 Absorpsi: Diserap dengan baik.
 Distribusi: Didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh.
Persilangan plasenta dan masuk ke ASI (jumlah kecil). Volume
distribusi: 3-4 L / kg. Protein plasma mengikat: 70-85%.
 Metabolisme: Secara ekstensif dimetabolisme di hati menjadi
difenil-metoksi-etilamin, difenil-metoksi-asetat, difenil-
metoksi-N-metilamin).
 Ekskresi: Melalui urin. Eliminasi paruh waktu: 5-8 jam.
(MIMs.com)
2. Toksisitas
Pada bayi berusia 4 bulan yang diberi overdosis dimenhidrinat
secara sengaja diberikan, analisis berulang serum pada 6 jam
setelah konsumsi menunjukkan kadar diphenhydramine 4,8
mg / L. Bayi disajikan dengan status epileptikus, koma, dan
disritmia ventrikel tetapi pulih setelah pemberian IV natrium
bikarbonat. [M. Farrell et al., J. Toksikol. Clin. Toxicol., 1991,
29, 527–535.]
3. Penggunaan Klinis
untuk meredakan dan mencegah gejala-gejala akibat mabuk
perjalanan, seperti rasa mual, muntah, serta pusing.
Antihistamin ini bekerja dengan mencegah gangguan
keseimbangan tubuh.
4. Dosis
Dewasa : 50 mg
Anak : 2-5 tahun 12.5-25 mg; 6-12 tahun 25-50 mg
5. Produk Paten : Dramamine

2. Contoh Obat Golongan Etilenediamin

9
a. Mepyramine
Mekanisme Kerja : Mepyramine adalah etilenediamin yang diturunkan
antihistamin dengan anti-pruritus dan tindakan analgesik lokal. Ini
kompetitif blok histamin di situs reseptor H1 sehingga menghambat
efek histamin dalam tubuh.
1. Farmakokinetik
 Absorpsi: Mudah terserap melalui kulit.
 Metabolisme: Dimetabolisme di hati.
 Ekskresi: Terutama melalui urin sebagai metabolit.
2. Toksisitas
Dalam kematian karena ingesti mepyramine, konsentrasi jaringan
postmortem berikut dilaporkan: darah 11 mg / L, otak 71 μg / g, hati
18 μg / g
3. Penggunaan Klinis
mengobati alergi, mengurangi gejala-gejala reaksi hipersensitivitas,
dan pada gangguan gatal kulit.
4. Dosis
Topikal / Kutaneus
Reaksi hipersensitivitas, gangguan kulit pruritus
Dewasa: Sebagai 2% krim: Terapkan secara hemat ke area yang
terkena 2-3 kali sehari hingga 3 hari.
Anak: ≥2 thn Sama dengan dosis dewasa.
5. Produk Paten : Anthisan

3. Contoh obat golongan Alkilamin


a. Brompheniramine

10
Mekanisme aksi: Brompheniramine adalah antihistamin dengan anti
muskarinik dan tindakan penenang moderat. Ini bersaing dengan
histamine untuk situs reseptor-H1 pada selefektor.
1. Farmakokinetik
 Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran pencernaan. Waktu untuk
memuncaknya konsentrasi plasma: 2-4 jam
 Distribusi: Didistribusikan secaraluas. Volume distribusi: Sekitar 12
L / kg. Protein plasma mengikat: 39-49%.
 Metabolisme: terutamahati
 Ekskresi: Melaluiurin (kira-kira 40%, sebagaiobatdanmetabolit yang
tidakberubah) danfeses (sekitar 2%). Eliminasiparuhwaktu: Sekitar
25 jam (MIMs.com)

2. Toksisitas
Dosis BeracunDosis 800 mg atau lebih dari kodein telah
menyebabkan hilangnya sebagian kesadaran, delirium,
kegelisahan, kegembiraan, tremor, kejang-kejang dan kolaps,
atau paralisis pernapasan dengan gejala sisa seperti midriasis,
vasodilatasi yang nyata, dan akhirnya kematian. Seorang anak
berusia 2,5 tahun selamat dengan dosis 300-900 mg
brompheniramine; dosis fenilpropanolamin yang mematikan
adalah dalam kisaran 50 mg / kg. (rxlist.com)
3. Penggunaan klinis
Rhinitis alergi & rinitis musiman, menghilangkan gejala dari
pilek, urtikaria, angioedema, reaksi anafilaksis, pruritus,
alergi konjungtivitis (Medscape)
4. Dosis
Dewasa : 4 mg
Anak : 2-6 thn 1 mg, 6-12 thn 2 mg,> 12 tahun Sama dengan
dosis dewasa (MIMs.com)

11
5. Produk Paten : Bromax
b. Chlorpheniramine
Mekanisme aksi : Antagonis reseptor H1 histamin dalam
pembuluh darah, saluran pernapasan, dan saluran gastrointestinal
1. Farmakokinetika
 Eliminasi Half-Life: 10-13 jam (anak-anak); 14-24
jam (dewasa)
 Metabolisme: Hati (CYP2D6)
 Ekskresi: Urine
2. Toksisitas
Efek toksik dapat dihasilkan oleh konsentrasi plasma lebih
besar dari 20 mg / L.Konsentrasi darah jantung postmortem
berikut dilaporkan dalam kematian karena konsumsi
chlorphenamine, diphenhydramine, dan guaifenesin: 0,2 mg /
L, 8,8 mg / L dan 27,4 mg / L. Penyebab kematian ditentukan
menjadi intoksikasi akut oleh efek gabungan dari tiga obat [H.
Wogoman et al., Am. J. Forensic Med. Pathol., 1999, 20, 199–
202]. . (Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3e Pharma,
2007)
3. Penggunaan Klinis
Rhinitis alergi & rinitis musiman & musiman, menghilangkan
gejala dari pilek, urtikaria, angioedema, reaksi anafilaksis,
pruritus, alergi konjungtivitis (Medscape)
4. Dosis
Dewasa : 4 mg
Anak : 2-6 tahun: 1 mg, 6-12 tahun: 2 mg
5. Produk Paten : ChlorTrimeton

4. Contoh obat golongan Piperazin

12
a. Hydroxyzine
Mekanisme aksi : Hydroxyzine merupakan turunan piperazin, memblok
histamin H1-reseptor pada sel efektor saluran pencernaan, pembuluh darah
dan resp. Ini adalah obat penenang antihistamin w / antimuskarinik dan
penenang yang signifikan. Ini juga memiliki otot skeletal rileks,
bronkodilator, sifat antiemetik dan analgesik.
1. Farmakokinetika
 Absorpsi: Diserap cepat dari saluran pencernaan. Waktu untuk
memuncaknya konsentrasi plasma: Sekitar 2 jam.
 Distribusi: Volume distribusi: Sekitar 16 L / kg.
 Metabolisme: Terbalik di hati menjadi metabolit asam karboksilat
aktif (cetirizine).
 Ekskresi: Urine Eliminasi paruh waktu: Sekitar 20 jam.( MIMs.com)
2. Toksisitas
Konsentrasi plasma 102,7 mg / L dilaporkan 8,5 jam setelah menelan
sekitar 500 mg hydroxyzine oleh anak berusia 13 bulan; anak pulih
dalam 72 jam. [B. E. Magera, Pediatrics, 1981, 67, 280–283.] (Clarke's
Analysis of Drugs and Poisons 3e Pharma, 2007)
3. Penggunaan klinis
Kegelisahan, Meredakan gejala kecemasan yang terkait dengan
psikoneurosis dan sebagai tambahan dalam keadaan penyakit organik
4. Dosis
Dewasa : 50-100 mg
Anak : <6 tahun: 50 mg / hari , > 6 tahun: 50-100 mg / hari
5. Produk paten : Vistaril

b. Siklizin

13
Mekanisme aksi : siklizin adalah obat penenang antihistamin dengan
aktivitas antimuskarinik.siklizin digunakan untuk mencegah atau mengobati
mual, muntah, dan pusing yang disebabkan oleh mabuk perjalanan. Obat ini
juga dapat digunakan untuk mengurangi keliyengan, pusing, dan kehilangan
keseimbangan (vertigo) yang disebabkan oleh penyakit yang mempengaruhi
telinga bagian dalam. Obat ini bekerja pada area otak yang mengontrol mual
dan muntah dan pada telinga bagian dalam untuk mengurangi gejala-gejala
tersebut. Siklizin termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai
antihistamin. (Medscape)
1. Farmakokinetika
 Absorpsi: Diserap dari saluran pencernaan.
 Metabolisme: Dimetabolisme secara hepatik menjadi metabolit yang
relatif tidak aktif.
 Ekskresi: Urin eliminasi plasma waktu paruh 20 jam. (MIMs.com)
2. Toksisitas
Dalam kematian yang dihasilkan dari overdosis siklizin, 80 mg / L
siklizin dalam darah terdeteksi pada wanita berusia 17 tahun.
Norcyclizine tidak terdeteksi. [R. C. Backer et al., J. Anal. Toxicol.,
1989, 13, 308–309.] (Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3e
Pharma, 2007)
3. Penggunaan Klinis
Diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan mual, muntah dan
vertigo yang terkait dengan mabuk perjalanan (Medscape)
4. Dosis
Dewasa : 25-50 mg
Anak : 6-12 tahun: 25 mg, > 12 tahun: 50 mg
5. Produk Paten : Marezine

5. Contoh golongan obat Fenotiazin

14
a) Prometiazine
Mekanisme aksi : Promethazine adalah turunan fenotiazin yang
memblokir reseptor dopaminergik mesinimbic pascainaptik di otak.
Ini menunjukkan efek pemblokiran α-adrenergik yang kuat dan
menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisis. Ini bersaing
dengan histamin untuk reseptor H1; efek memblokir muskarinik
mungkin bertanggung jawab untuk aktivitas antiemetik. Ini juga
mengurangi rangsangan pada sistem batang otak batang otak.
(MIMs.com)
1. Farmakokinetika
 Absorpsi: Diserap dengan baik setelah dosis oral atau IM. Waktu
untuk memuncaknya konsentrasi plasma: 2-3 jam.
 Distribusi: Melintasi penghalang darah-otak dan plasenta, dan
memasuki ASI. Protein plasma mengikat: 76-93%.
 Metabolisme: Luas; terutama untuk sulfoksida promethazine dan
juga untuk N-desmethylpromethazine.
 Ekskresi: Melalui urin dan empedu, sebagai metabolit. Eliminasi
paruh waktu: 5-14 jam. (MIMs.com)
2. Toksisitas
Perkiraan dosis mematikan minimum adalah 200 mg / kg. (Clarke's
Analysis of Drugs and Poisons 3e Pharma, 2007)
3. Penggunaan klinis
Rhinitis alergi musiman dan musiman, Rinitis vasomotor,
Konjungtivitis alergi karena alergen inhalan dan makanan.
Manifestasi kulit alergi ringan dan tidak rumit dari urtikaria dan
angioedema. (rxlist.com)
4. Dosis
Dewasa : 25-50 mg
Anak : 12,5 – 50 mg
5. Produk paten : Phenergan, Phenadoz

15
6. Lain-lain
a. Siproheptadine
Mekanisme aksi : siproheptadine adalah antihistamin penenang w /
antimuskarinik, antagonis serotonin dan sifat pemblokiran saluran Ca. Ini
bersaing dengan histamin untuk situs reseptor-H1 pada sel-sel efektor di
saluran pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernapasan. (MIMs.com)
1. Farmakokinetik
 Absorpsi: Diserap dengan baik dari saluran pencernaan. Waktu untuk
memuncaknya konsentrasi plasma: 6-9 jam.
 Metabolisme: Hampir sepenuhnya dimetabolisme terutama untuk
konjugat amonium glukuronat kuarterner. Undergoes hidroksilasi
cincin aromatik, N-demethylation dan oksidasi cincin heterosiklik.
 Ekskresi: Melalui urin sebagai konjugasi (sekitar 40%) dan feses (2-
20%). Waktu paruh eliminasi: Sekitar 16 jam (metabolit).
(MIMs.com)
2. Toksisitas
Seorang pria 28 tahun ditemukan tewas. Konsentrasi darah jantung
cyproheptadine adalah 0,46 mg / L dan etanol terdeteksi pada 0,9 g / L.
Cyproheptadine juga terdeteksi pada konsentrasi 8,1 mg / L, 1,8 mg /
kg, 7,6 mg / kg, 0,75 mg / L, dan 2,3 mg dalam empedu, ginjal, hati,
urin, dan isi perut, masing-masing. [B. Levine et al., J. Anal. Toxicol.,
1998, 221, 72–74.] (Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3e Pharma,
2007)
3. Penggunaan klinis
Rhinitis alergi perenial dan musiman, Rinitis vasomotor, Konjungtivitis
alergi karena alergen inhalan dan makanan
4. Dosis
Dewasa : 4 mg

16
Anak ; 2-6 tahun: 2 mg, 7-14 tahun: 4 mg
5. Produk paten :Periactin

 Antihistamin ( AH1) Generasi Kedua


a. Astemizole
Mekanisme aksi : Astemizole adalah turunan piperidin,
antihistamin non-penenang.Astemizone bekerja mencegah aksi
dari histamin
1. Farmakokinetik
 Absorpsi: Penyerapan cepat dari saluran pencernaan.
 Distribusi: astemizole Tidak berubah: Sangat terikat
dengan protein plasma
 Metabolisme: Metabolisme laluan ke-1 yang
ekstensif.
 Ekskresi: Metabolit secara perlahan diekskresikan
dalam urin dan feses, dan menjalani daur ulang
enterohepatic. (MIMs.com)
2. Toksisitas
cardiotoxicity yang serius. Aritmia, termasuk torsade de
pointes, jarang terjadi pada dosis serendah 20 hingga 30 mg
setiap hari. Konsentrasi plasma-astemizole setelah overdosis
yang tidak disengaja pada anak berusia 28 bulan yang telah
mengambil 16,7 mg / kg dan pada anak berusia 24 bulan yang
telah mengambil 2,5-3,3 mg / kg adalah 250 dan 15,9 μg / L,
masing-masing (waktu setelah konsumsi tidak disebutkan).
Anak yang menelan 16,7 mg / kg mengembangkan fibrilasi
ventrikel yang membutuhkan kardioversi DC 46 jam setelah
konsumsi. Kedua anak itu sembuh total. [K. Hoppu et al.,

17
Lancet, 1991, 338, 538–540]. (Clarke's Analysis of Drugs and
Poisons 3e Pharma, 2007)
3. Penggunaan klinis
Tablet Astemizole diindikasikan untuk menghilangkan gejala
yang berhubungan dengan rhinitis alergi musiman dan
urtikaria idiopatik kronis. Astemizole tidak boleh digunakan
sebagai produk penting untuk meredakan gejala dengan cepat.
Pasien harus disarankan untuk tidak meningkatkan dosis
dalam upaya mempercepat onset aksi. (rxlist.com)
Dosis
Dewasa : 10 mg sekali sehari.
Anak : 6-12 tahun: 5 mg sekali sehari.
4. Produk paten : Hismanal

b. Cetirizine
Mekanisme aksi : Cetirizine adalah metabolit aktif dan hidroksin
dengan kerja kuat dan panjang, cetirizine merupakan antihistamin
selektif, antagonis reseptor H1 periferal dengan efek dedativ yang
rendah pada dosis atif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan
sebagai antigaleri, dan dapat menghambat pelepasan histamin
pada fase awal dan menguragi migrasi sel inflamasi. (Mims.com)
1. Farmakokinetika :
 Absorbs : Konsentrasi plasma puncak: 114 ng / mL
 Distribusi :Protein terikat: 93%
 Metabolisme: Hati; pass pertama rendah
 Ekskresi: Urin (70%); kotoran (10%) (Medscape)
2. Toksisitas
Dua kasus overdosis telah dilaporkan: orang dewasa
mengambil cetirizine dosis 150mg dan dirawat di rumah sakit

18
dengan somnolen tetapi tidak ada tanda-tanda klinis lain atau
kimia darah / hematologi. Seorang anak berumur 18 bulan
overdosis pada 180 mg dan menjadi gelisah, mudah marah
dan mengantuk. Toksisitas dosis ganda menargetkan hati dan
dosis tunggal sistem saraf pusat. (Clarke's Analysis of Drugs
and Poisons 3e Pharma, 2007)
3. Penggunaan klinis
Meredakan sementara gejala-gejala ini karena demam atau
alergi pernapasan atas lainnya: hidung berair, bersin, mata
gatal dan berair, gatal pada hidung atau tenggorokan
(rxlist.com)
4. Dosis
Dewasa : 5-10 mg
Anak : 2-6 tahun: 2,5 mg , > 6 tahun: 5-10 mg
5. Produk Paten : Zyrtec.

 Antihistamin ( AH1) Generasi Ketiga


1. Feksofenadin
Mekanisme aksi : antagonis reseptor histamin H1 bersaing untuk ke
reseptor H1 dalam sel target disaluran pernapasan, pembuluh darah,
dan saluran gatrointestinal.
a. Farmakokinetik
 Absorpsi : cepat diserap di saluran pencernaan.
 Distribusi : didistribusikan ke dalam usus kecil dan besar,
lambung, pankreas, hati dan ginjal.
 Metabolisme : di metabolisme di hepar sekitar 5 %
 Ekresi : di urine dan feses. (medscape.com)
b. Toksisitas

19
Laki-laki berusia 67 tahun dirawat di rumah sakit setelah pingsan
dan waktu QT yang sangat lama terlihat pada elektrokardiogram
(EKG). Dia mulai mengonsumsi fexofenadine 180 mg setiap hari
dua bulan sebelumnya. Perawatan Fexofenadine dihentikan saat
masuk ke rumah sakit dan waktu QTc dipersingkat. 180 mg setiap
hari dimulai kembali dan waktu QTc terlihat meningkat lagi.
Setelah 11 hari perawatan dengan fexofenadine, dia menderita
takikardia dan fibrilasi. Dia berhasil defibrilasi dan pengobatan
dihentikan untuk selamanya. Waktu QT menurun.
(Clarke's Analysis of Drugs and Poisons 3e Pharma, 2007)
c. Penggunaan klinis
Untuk mengatasi reaksi alergi akibat rhinitis alergi dan urtikaria
kronis.
d. Dosis

Dosis umum 120 mg setiap hari diberikan tetapi dikurangi


menjadi 60 mg pada pasien dengan gangguan ginjal. Dosis
maksimum 180 mg setiap hari.
e. Nama dagang : telfast

B. ANTAGONIS RESEPTOR H2(AH)2


1. Ranitidin
Mekanisme Aksi : Ranitidin berfungsi menghambat reseptor H2,
memblokir reseptor H2 sel perietal lambung yang menyebabkan
penghambatan sekresi lambung.
a. Farmakokinetika ranitidin :
 Absorpsi : kadar plasma puncak dalam 1-3 jam setelah
penggunaan 150 mg ranitidin.

20
 Distribusi : secara oral dan terikat protein plasma hanya 15
%.
 Metabolisme : metabolisme di liver.
 Ekresi :melalui ginjal sisanya melalui tinja
(medscape.com)
b. Toksisitas
Overdosis ranitidin dapat terjadi pada konsumsi ranitidin hingga
18 gram peroral yang dapat mmengakibatkan terjadinya kelainan
cara jalan dan hipotensi. Pengobatan overdosis ranitidine dapat
dilakukan dengan cara mengeluarkan ranitidin tak terserap
dalam saluran cerna, pemantauan klinis, dan terapi suportif.
Hemodialisis dapat dilakukan bila perlu

c. Penggunaan klinis
Obat ini bekerja dengan mengurani jumlah asam yang ada
diperut dan dapat meredakan gejala seperti sakit perut, batuk,
mulas, dan kesulitan menelan. (rxlist.com)
d. Dosis
Dewasa : untuk tukak peptik ringan dan tukak duodenum 150
mg 2 kali sehari atau 300 mg pada malam hari selama 4-8
minggu, sampai 6 minggu.
Anak : ANAK: (tukak lambung) 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari,
maksimal 300 mg sehari. Tukak duodenum karena H. pylori,
lihat regimen dosis eradikasi.
e. Nama merk : ranidine

2. Famotidine
Mekanisme aksi : Famotidin menghambat reseptor H2 secara
selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang

21
sekresi asam lambung sehingga pada pemberian famotidin sekresi
asam lambung dapat dihambat.
a. Farmakokinetik :
 Absorpsi : mudah terserap tetapi tidak sepenuhnya terserap dari
saluran pencernaan.
 Distribusi : terikat protein plasma 15-20%
 Metabolisme : metabolisme di liver.
 Ekresi : melalui urine.
(mims.com)

b. Toksisitas :
Konvulsi dan kemerosotan mental telah dilaporkan pada lansia
dengan gagal ginjal karena peningkatan konsentrasi plasma
dan cairan serebrospinal pada obat. Nekrolisis epidermis toksik
juga bisa terjadi. Sejak tahun 1992, ada 60 laporan tentang
diskrasia darah yang serius.
c. Penggunaan klinis
famotidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung, tukak
duodenum, sindrom Zollinger-Ellison dan penyakit refluks
gastroesofagus.
d. Dosis
Dewasa : Dosis umum 20-40 mg secara oral perhari. Pasie
dengan gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi atau interval
dosis diperpanjang.
e. Nama dagang : pepcid

22
3. Nizatidin
Mekanisme aksi : antagonis reseptor H2 menghambat reseptor H2
sel parietal lambung yang menyebabkan penghambatan sekresi
lambung.
a. Farmakokinetik
 Absorpsi : Cepat (bioavailabilitas nizatidine melebihi 70%)
 Distribusi : terikat protein plasma 35 %
 Metabolism : dimetabolisme di hepar.
 Eksresi : melalui urine dan feses.
b. Toksisitas
Sedikit pengalaman dengan overdosis manusia. Pemberian oral
pada tikus LD50: 301 mg / kg. Gejala overdosis termasuk efek
tipe kolinergik termasuk lakrimasi, salivasi, emesis, miosis, dan
diare.
c. Penggunaan klinis
Untuk pengobatan gangguan asam-refluks (GERD), penyakit
ulkus peptikum, ulkus lambung jinak aktif, dan ulkus duodenum
aktif.
d. Dosis
Dosis : dosis harian yang biasa adalah 150 hingga 600 mg. Dosis
total intravena harian tidak boleh melebihi 480 mg.
e. Nama dagang : axid

23
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Antihistamin merupakan antagonis reseptor histamin yan gmempunyai sifat


menghambat efek histamin. pada terapi alergi diberikan antihistamin yang bertujuan untuk
menghambat degranulasi sel must.
Mekanisme kerja antihistamin menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 dan H2
pada organ sasaran. Dimana reseptor H1 diketahui terdapat di otak,hati,sel endotel,pembuluh
darah otak,limfosit,otot polos saluran nafas,saluran cerna. Dan reseptor H2 diketahui terdapat
di saluran cerna dan dalam jantung.
Dibahas juga pembagian antihistamin menurut reseptornya yaitu reseptor H1 dan reseptor
H2.
1. Reseptor H1 dibagi menjadi tiga generasi.AH1 Generasi pertama,AH1 generasi
kedua,dan AH1 generasi ketiga. Pada AH1 generasi pertama mempunyai efek
menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1,namun, efek yang tidak
diinginkan pada obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk sehingga mengganggu
aktifitas. Pada AH1 generasi ke dua mempunyai efektifitas yang sama seperti AH1
generasi pertama,tetapi AH1 generasi kedua memiliki sifat lomfofilik lebih rendah
sehingga sulit menembus sawar darah otak.sehingga obat ini ditoleransi sangat baik
untuk meringankan gejala alergi sepanjang hari,terutama pada penderita yg
tergantung musim.dan pada AH1 generasi ketiga dikembangkan dengan tujuan
menyederhanakan farmakokinetik dan metabolism serta mengurangi efek samping yg
berkaitan dengan obat sebelumnya.
2. Reseptor H2 berperan dalam efek histamin terhadap ekskresi cairan lambunf,perang
sang jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba.
Pada beberapa jaringan seperti otot polos,pembuluh darah mempunyai kedua reseptor
yaitu H1 dan H2.

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Widjaja, MC. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawanpustaka.

Udin Sjamsudin dan Hedi R. Dewoto. 1995. Histamin dan Antialergi.


Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: FKUI

Buske M. Laurance Du. 2002. International Journal on Immunorehabilitation..Sicthburg,


USA: I.R.E.N.E

Depkes RI, 2011, MIMS Indonesia PetunjukKonsultasi, Edisi 11, UBM Medica Asia,
Jakarta.

Medscape, 2018, Medscape Reference, Aplikasi Medscape.[Akses 2018].

Anonim, 2018, Drug Information: Antihistamine [revised 2018 March]. Available from:
URL: http:// www.rxlist.com/rifadin-drug.htm

Moffat AA, Osselton MD, &Widdop B. 2004.Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons 3e
(Pharma, 2007).

Gunawijaya, FajarArifin. 2001. Manfaatpenggunaanantihistamingenerasiketiga. Jakarta:


FakultasKedokteranUniversitasTrisakti

TjaydanRahardja, 2002, Obat-obatPenting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya,


Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Daftarpustaka :Simons FER. A new classification of H1-receptor
antagonists. Allergy 1995

Ganiswara SG. 1995. FarmakologidanTerapiedisi 4. Jakarta :BagianFarmakologi FKUI.


Simons FER, Simons KJ. The pharmacology and use of H1 - receptor -
antagonist drugs. New Engl J Med1994

Handley DA, Magnetti A, Higgins A.J. Therapeutic advantages of third generation


antihistamines.ExpOpin Invest Drugs 1998

26
TUGAS FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI II
ANTIHISTAMIN

Oleh
I Dewa Made Prajna Cahya Putra (161200045)
I Nyoman Gede Yuda Triguna (161200059)
I Wayan Sutisna Putra (161200061)
Ni Putu Gitan Purnama Sari (161200075)
Ni Made Yunita Pratiwi (161200072)
Ni Nyoman Ayu Kristina Dewi (161200073)
Ni Putu Ovy Darmayanti (161200078)

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
BALI
2018

27

Anda mungkin juga menyukai