Anda di halaman 1dari 35

BAB III

SISTEM PENGELOLAAN

3.1 Pengadaan Barang

3.1.1 Alur Pengadaan Barang

Alur pengadaan barang dimulai dengan melihat persediaan barang yang

hampir habis maupun sudah habis, lalu ditulis dalam buku defecta. Permintaan

barang disampaikan kepada Gudang Farmasi melalui Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIM-RS). Gudang farmasi kemudian merekap permintaan, apabila

tidak bisa dipenuhi oleh persediaan gudang maka dibuat pemesanan ke PBF

melalui Unit Layanan Pengadaan.

3.1.2 Pembuatan Surat Pesanan

Berdasarkan permintaan pesanan dari Gudang Farmasi, ULP melakukan

pemesanan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan terlebih dahulu mencetak

Surat Pesanan (SP). SP ditandatangani oleh Kepala Unit Layanan Pengadaan

(ULP), Kepala Instalasi Farmasi dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

3.1.3 Prosedur Pemesanan Obat ke Distributor

Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah,

organisasi non pemerintah dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan

Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tempat Pedoman Pelaksanaan Barang

16
17

dan Jasa Instalasi Pemerintah, metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap

tingkatan pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan

barang dan jasa, yaitu :

1. Pembelian

● Pelelangan (tender)

● Pemilihan langsung

● Penunjukan langsung

● Swakelola

2. Produksi

● Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri

● Obat tidak terdapat dipasarkan atau formula khusus rumah sakit

● Obat untuk penelitian

3. Kerja sama dengan pihak ketiga

4. Sumbangan

5. Lain-lain

Berikut beberapa penjelasan mengenai cara di atas:

1. Pembelian secara langsung

Pembelian langsung dengan cara memesan langsung kepada Pedagang

Besar Farmasi yang mendistribusikan. Pemesanan dilakukan dengan

menyertakan surat pesanan yang ditandatangani oleh kepala instalasi farmasi.


18

Pembelian ini bisa langsung disorder melalui telepon ke distributor setelah

barang dating baru diberikan surat pesanannya.

Kekurangan dari metode ini adalah apabila barang di distribusi

kosong, maka tidak dapat melayani, contohnya narkotika.

2. Pembelian tender

a. Tender terbuka

Tender terbuka dilakukan jika barang yang dibutuhkan nilainya lebih

dari 500 juta. Sebelum dilakukan tender, diumumkan ke media massa semua

PBF boleh mengikuti tender ini. Pada hari yang telah ditentukan diadakan

penawaran harga, rumah sakit dapat memilih PBF yang memberikan harga

paling murah sehingga rumah sakit dapat memperoleh sediaan dengan kualitas

baik dengan harga murah.

b. Tender tertutup

Tender tertutup dilakukan apabila barang yang dibutuhkan tidak lebih

dari 200 juta. Dalam acara, tidak semua PBF dapat ikut serta, hanya untuk

kalangan tertentu saja. Pada hari yang ditentukan PBF yang telah ditunjuk

melalui kompetisi harga dan rumah sakit akan memilih PBF yang sanggup

memberikan barang dengan harga murah dan kualitas baik.


19

3. Penunjukan langsung

Penunjukan langsung yang dilakukan oleh rumah sakit dengan cara kerja

sama dengan suatu pabrik farmasi yang memproduksi sediaan yang

dibutuhkan.

Cara pelaksanaan pengadaan barang yang dilakukan di RSUD Kota

Semarang:

1. Tender terbuka tertutup

2. Kerja sama dengan supplier dan kontrak perjanjian

3. Pembelian secara langsung

3.1.4.Penerimaan Barang

Penerimaan barang bertujuan untuk mendapatkan perbekalan farmasi

yang berkualitas sesuai kebutuhan.

Setelah obat dipesan dan dikirin ke PBF, maka semua obat atau barang

tersebut dikirim ke gudang farmasi dan penerimaanya dilakukan di gudang

farmasi. Setelah hal-hal tersebut dilakukan, maka orang yang menerima

barang harus membubuhkan tanda tangan di faktur sebagai bukti bahwa

barang sudah diterima, apabila ada kesalahan orang tersebut dapat diminta

pertanggungjawaban. Dalam melakukan penerimaan barang harus benar-benar

teliti dalam pengecekan supaya jika terdapat kesalahan langsung dapat

mengajukan komplain kepada distributor yang mengirim obat. Pengecekan

dilakukan langsung setelah barang datang.


20

3.2.Pengelolaan Perbekalan dan Administrasi Farmasi

3.2.1 Pencatatan Barang yang Diterima

Pencatatan barang perlu dilakukan untuk mengetahui barang yang

keluar atau masuk yang diterima maupun dikeluarkan. Pencatatan barang

tersebut dapat digunakan sebagai laporan kepada manajemen untuk

penerimaan barang maupun pendistribusian barang.

3.2.2 Fungsi Kartu Stok

Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu

catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card).

Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku

stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu stok, yaitu

penambahan, pengurangan, dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu

transaksi. Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut. Masing-

masing kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi banyaknya unit

(kuantitas), harga pokok atau unit dan jumlah (kuantitas dikalikan harga

pokok atau unit). Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok atau

unit jumlah nilainya.

Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang

dagang. Di samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat

berasal dari penjualan retur. Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya
21

berasal dari penjualan barang dagang. Pengurangan dapat juga terjadi dari

pembelian retur.

Prinsip kartu stok adalah pencatatan pergerakan transaksi keluar

masuk satu item yang mengidentifikasi tipe transaksi (masuk dari supplier,

masuk dari retur outlet, keluar disposal atau rusak, keluar untuk pemakaian

tertentu, dan lain lain) lengkap dengan jam transaksi, jumlah barang,

keterangan tujuan atau asal barang.

Kartu stok menjadi penting sebagai dokumentasi persediaan yang

menjadikan pekerja atau karyawan dapat memonitor setiap item yang terdapat

pada sebuah gudang. Pencatatan kartu stok sangat efektif untuk melacak

terjadinya “kejanggalan” persediaan yang terjadi karena kelalaian karyawan

atau kesalahan sistem.

Kartu stok ini menyimpan historical transaksi pada satu item, namun

bagi para pekerja yang bertanggung jawab terhadap akurasi stok, kartu stok

memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai dokumen kendali untuk

melakukan pelacakan terhadap pergerakan barang. Kartu stok dapat diaudit

dan dibandingkan dengan dokumen penerimaan atau pengeluaran (yang difile

oleh administrasi) untuk mencegah manipulasi oknum-oknum pekerja gudang.

Idealnya kartu stok di “create” atau terekam secara otomatis ketika

ada transaksi keluar masuk satu item pada gudang. Layaknya prinsip buku

tabungan, setiap ada pengambilan, pembayaran, tabungan, maka saldo

tabungan langsung berkurang atau bertambah secara otomatis (sedapat


22

mungkin tercatat secara “real time”). Hal ini harus didukung adanya sistem

yang terinstal pada sistem pergudangan. Jika tidak melalui sistem maka

pilihan yang ada tentunya dilakukan secara manual, baik pencatatan di kertas

maupun diinput dalam program terpisah seperti Microsoft Excel. Opsi manual

ini sangat rentan oleh kesalahan karyawan yang melakukan pencatatan,

terlebih jika item yang harus dicatat kartu stok cukup banyak.

3.2.3 Pencatatan pada Kartu Stok

Pencatatan persediaan memiliki dua cara, yaitu:

1. Sistem Perpetual (Metode Buku), yaitu pencatatan persediaan yang

dilakukan secara berkesinambungan langsung pada jumlahnya dan harga

pokoknya. Pada sistem ini, perusahaan dapat langsung melihat berapa

jumlah persediaan beserta harga pokoknya secara mutakhir dan akurat.

Meskipun pada akhir periode ditemukan adanya ketidaksesuaian jumlah

fisik dan pemnbukuan, penyesuaian persediaan tetap bisa dilakukan

dengan cara stok obname.

2. Sistem Periodik (Metode Fisik), yaitu pencatatan persediaan beserta

nilainya dilakukan hanya pada akhir periode. Sistem ini tidak akan

menjurnal akun persediaan dan harga pokok apabila terjadi transaksi

namun pada akhir periode perusahaan harus menghitung jumlah dan nilai

yang dimaksud dengan menjurnal penyesuaian terhadap ikhtisar laba rugi.


23

Saat kita ingin mengambil maupun mendapat kiriman barang, kita diwajibkan

untuk mengisi kartu stok. Dengan prosedur cara sebagai berikut:

1. Menentukan jenis barang yang akan kita ambil

2. Menulis tanggal, bulan, dan tahun pemasukan maupun pengeluaran barang

3. Menulis jumlah barang yang masuk maupun yang keluar

4. Jumlah atau kurangkan barang sesuai jumlah akhir.

3.2.4.Sistematika Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah sesuatu kegiatan dengan cara menempatkan obat-

obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman. Penyimpanan obat

berdasarkan efek farmakologi golongan obat (bebas, bebas terbatas, keras)

dan dikelompokkan berdasarkan obat paten dan obat generik yang disimpan di

rak-rak berbeda menurut bentuk sediaannya dan dilengkapi dengan kartu stok

masing-masing obat.

Pedoman pengelolaan obat harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Obat yang sudah diterima dan telah memenuhi persyaratan administrasi

mutu disimpan.

2. Berdasarkan Golongan Obat

Penyimpanan obat berdasarkan efek farmakologi, golongan obat bebas,

bebas terbatas, keras.

3. Berdasarkan Urutan Abjad


24

Penyimpanan obat berdasarkan abjad dilakukan dengan cara mengurutkan

sesuai abjad dan dipisahkan antara obat generic maupun paten.

4. Penyimpanan harus baik dan teratur agar mutu terjamin, aman, serta cepat

dan mudah dicari. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First

Out), yang berarti obat yang lebih dulu masuk dikeluarkan lebih dulu.

5. Obat yang mempunyai batas kedaluwarsa disusun dengan sistem FEFO

(First Expired First Out), yang berarti obat yang memiliki kedaluwarsa

lebih pendek harus dikeluarkan lebih dulu.

6. Obat dan perbekalan farmasi lainnya juga dapat disusun berdasarkan

sistem LIFO (Low In First Out), yang berarti obat yang berharga murah

keluar lebih dulu.

Adapun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya harus memenuhi

klasifikasi ruang penyimpanan tertentu. Klasifikasi ruang penyimpanan adalah

sebagai berikut:

1. Ruang penyimpanan biasa

a. Suhu ruangan 25oC.

b. Menyimpan sebagian besar obat di gudang farmasi.

2. Ruang penyimpanan bertemperatur dingin

a. Menyimpan semua obat yang membutuhkan pendinginan teratur,

misalnya obat-obat termolabil (suhu 2-8oC).

b. Dapat berupa lemari pendingin (kulkas, freezer (di bawah 0o)

3. Ruang penyimpanan narkotika


25

a. Sesuai dengan Undang-Undang Narkotika yang berlaku, narkotika

harus disimpan di lemari narkotika khusus.

b. Psikotropika juga dapat disimpan dalam ruangan yang terpisah di

dalam lemari narkotika.

4. Ruang penyimpanan untuk bahan yang mudah terbakar

a. Memenuhi standar yang ditentukan oleh pemadam kebakaran

b. Lengkap dengan alat pemadam kebakaran

c. Ruang lingkup harus menghadap keluar bangunan

d. Terbuat dari bahan yang dapat menyimpan bahan berbahaya (bahan

korosif, iritatif, dan beracun).

3.2.5. Proses Penyimpanan Berdasarkan Sistematika Penyimpanan Obat

Proses penyimpanan obat di RSUD Kota Semarang menggunakan

sistem alfabetis, dan juga berdasarkan jenis sediaan.

3.2.6. Pengelompokkan Resep

Pada umumnya, kegiatan administrasi resep diantaranya memisahkan

resep yang mengandung narkotika dan psikotropika serta OGB (Obat

Generik Berlogo). Resep yang mengandung narkotika diberi garis

merah di bawah nama obat, sedangkan untuk resep psikotropika diberi

garis biru di bawah nama obat. Jumlah resep yang dipakai, nama

dokter dan pasien, serta alamat dokter dan pasien kemudian dicatat di
26

dalam buku narkotika dan psikotropika. Setelah dipisahkan, resep-

resep disusun, dibendel, dan disimpan dengan baik selama 3 tahun.

Proses pembendelan dilakukan berdasarkan hari, minggu, bulan.

3.2.7. Pelaporan Obat

Pelaporan obat OGB (Obat Generik Berlogo) dilakukan dengan cara

mencatat jumlah stok yang ada, tanggal expired dan nomor batchnya.

Sedangkan untuk pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika

dilakukan dengan sangat teliti karena jumlah obatnya sangat

diperhitungkan serta memerlukan data pasien yang jelas untuk

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kesehatan Provinsi,

BPOM, serta untuk arsip.

3.2.8. Pembuatan Laporan Penggunaan Obat Narkotika, Psikotropika,

dan OGB.

a. Pelaporan Narkotika

Rumah sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan

narkotika paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Dalam laporan tersebut

diuraikan mengenai pembelian atau pemasukan dan penjualan atau

pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggungjawabnya, dan ditandatangani

oleh APA.
27

b.Pelaporan Psikotropika

Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan

psikotropika yang dibuat satu tahun sekali. Dalam laporan tersebut diuraikan

mengenai pembelian atau pemasukan dan penjualan atau pengeluaran

narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditanda tangani oleh APA.

c.Pelaporan Obat Generik Berlogo

Pelaporan obat OGB (Obat Generik Berlogo) dilakukan dengan cara

mencatat jumlah stok yang ada, tanggal expired dan nomor batchnya. IFRS

menyusun dan mengirim laporan bulanan OGB yang ditunjukkan kepada

bagian catatan medis. Laporan ini berisi tentang pemasukan dan pengeluaran

OGB. Laporan OGB dibuat satu bulan sekali dan dilaporkan tiap tiga bulan

sekali ke bagian catatan medis

3.3 Pelayanan Farmasi

3.3.1. Alur Pelayanan Resep dan Penjualan Obat Bebas

a. Alur Pelayanan Resep Pasien Umum:

1. Pasien menyerahkan resep kepada petugas farmasi

2. Petugas farmasi memberi nomor antrian kepada pasien dan mencatat

nomor antrian pada kertas resep.

3. Petugas farmasi membaca resep kemudian diberi harga dan diminta ke

kasir untuk membayar


28

4. Pasien membayar obat di kasir dan kembali ke apotek dengan membawa

bukti pembayaran di kasir

5. Petugas farmasi menyiapkan obat sesuai resep

6. Jika terdapat obat yang tidak tersedia di depo maka dibuat copy resep,

sedangkan jika sudah sesuai, obat disiapkan sesuai resep oleh petugas

farmasi sesuai dengan Protap Penyiapan Obat.

7. Kemudian obat diserahkan kepada pasien oleh pertugas farmasi disertai

informasi obat.

b. Alur Pelayanan Resep Pasien Jamkesmas:

1. Pasien menyerahkan formulir resep disertai dengan Surat Jaminan

Pelayanan (SPJ) dan Surat Keabsahan Peserta (SKP) Jamkesmas

2. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan berkas tersebut

3. Apabila terdapat kekurangan berkas maka pasien diminta untuk

melengkapi kekurangan tersebut

4. Resep yang telah memenuhi persyaratan administrasi, dilakukan

pengkajian resep sesuai dengan Prosedur Tetap Pengkajian Resep

5. Jika sudah sesuai, kemudian oleh petugas farmasi disiapkan obat-

obatannya sesuai dengan Protap Penyiapan Obat

6. Pemberian obat-obatan diutamakan obat generik sesuai Formularium

Jamkesmas, tetapi apabila tidak ada obat generiknya, maka ditanyakan

pada dokter konsulannya apakah bisa diganti dengan obat lain dengan

indikasi yang sama atau jika memang harus dengan obat tersebut maka
29

di resep harus diberi keterangan mengenai diagnosis penyakit dan alasan

diberikan obat tersebut serta harus ditandatangani oleh Bidang

Pelayanan. Obat tersebut harus mendapatkan persetujuan dari direktur

Kepala Bidang pelayanan apakah obat diberikan sesuai resep atau tidak.

7. Obat diserahkan kepada pasien oleh petugas farmasi disertai informasi

obat.

c. Alur Pelayanan Resep Pasien Askes:

1. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan berkas tersebut

2. Apabila terdapat kekurangan berkas maka pasien diminta untuk

melengkapi kekurangan tersebut

3. Petugas farmasi melakukan entry data. Selain itu, dilakukan pengecekan

apakah obat dalam resep termasuk dalam Daftar Plafon Harga Obat

(DPHO) ASKES atau tidak.

4. Obat yang tidak termasuk dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) PT.

ASKES dibuat copy resep. Apabila obat tersebut tersedia di Instalasi

farmasi maka pasien ditanya apakah mau menanggung atau membayar

obat tersebut. Bila mau membayar maka obat dimasukkan sebagai

tagihan bayar dan pasien membayar di kasir

5.Untuk obat yang terdapat dalam Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) PT.

ASKES tetapi melebihi peresepan maksimal dan untuk obat-obat khusus

harus dilengkapi dengan protocol tetapi yang ditandatangani oleh dokter

yang memberikan terapi dan disetujui oleh PT.ASKES.


30

6. Apabila obat telah mendapat persetujuan dari petugas PT.ASKES maka

dilakukan pengkajian resep. Jika sudah sesuai, kemudian oleh petugas

farmasi disiapkan obat-obatannya.

7. Obat diserahkan kepada pasien oleh petugas farmasi disertai informasi

obat sesuai dengan Protap Penyerahan Obat.

d. Alur Penyerahan Resep Pasien Jamsostek

1. Pasien menyerahkan resep disertai dengan berkas persyaratan kepada

petugas farmasi (foto copy surat jaminan dari Jamsostek dan foto copy

Kartu Peserta Jamsostek)

2. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan resep dan berkas tersebut

3. Apabila ada kekurangan berkas maka pasien diminta untuk melengkapi

kekurangan berkas tersebut

4. Resep yang telah lengkap kemudian diverifikasi apakah obat tersebut

dalam daftar obat Jamsostek atau tidak

5. Obat yang tidak termasuk dalam Daftar Formularium Obat PT.

Jamsostek dibuat copy resep. Apabila obat tersebut tersedia di Instalasi

farmasi maka pasien ditanya apakah mau menanggung atau membayar

obat tersebut. Bila mau membayar maka obat di entry sebagai tagihan

bayar dan pasien membayar di kasir.

6. Resep kemudian disiapkan sesuai Protap Penyiapan Resep

7. Setelah obat siap maka diserahkan kepada pasien oleh petugas farmasi

disertai informasi obat sesuai dengan Protap Penyerahan Obat.


31

3.3.2. Pelayanan dengan Orientasi Kepuasan Pelanggan

Pengertian kepuasan pasien adalah memahami kebutuhan dan

keinginan konsumen. Dalam hal ini pasien adalah hal penting yang

mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang

sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas

mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang

pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu rumah sakit

harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien

yang lebih banyak. Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan

kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk

dapat merebut pelanggan.

Kepuasan pasien merupakan perbandingan antara harapan yang

dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada

saat mengkonsumsi produk atau jasa. Konsumen yang mengalami kepuasan

terhadap suatu produk atau jasa dapat dikategorikan ke dalam konsumen

masyarakat, konsumen instasi dan konsumen individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara lain:

1. Kualitas produk dan jasa

Pasien akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk

atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap

kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan
32

kualitas produk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi rumah sakit

terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.

2. Kualitas pelayanan

Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini

pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik

atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Harga

Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan

kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini

mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin

mahal biaya perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.

Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,

memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

4. Estetika

Merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca

indera, misalnya keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap

dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan

ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.

5. Lokasi

Meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan

salah satu aspek yang menetukan pertimbangan dalam memilih rumah

sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau
33

yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik

akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah

sakit.

6. Faktor emosional

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap

konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah

mempunyai pandangan “Rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat

kepuasan yang lebih tinggi.

7. Kinerja (Performance)

Pendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan inti yang

telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud

dari kinerja ini misalnya kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan

bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama

keperawatan pada waktu penyembuhan yang relative sedih, kemudahan

dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu

dengan memperhatikan kebersihan, keramahan, dan kelengkapan

peralatan rumah sakit.

8. Keandalan (Reliability)

Sejauh mana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan dan

ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini

dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki perawat dalam

memberikanjasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan


34

pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan di

rumah sakit.

Untuk memenuhi kepuasan pelanggan, RSUD Kota Semarang memberikan

informasi kepada pasien mengenai obat dengan baik (informasi tentang

indikasi, aturan pakai, efek samping obat).

3.3.3. Peracikan Obat

Setelah memeriksa resep, hal hal yang harus dilakukan adalah:

1. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kedaluwarsa obat, dan keadaan fisik

obat.

2. Meracik obat jika pasien menginginkan untuk dibuat dalam bentuk

pulveres, kapsul. Jika tidak obat dimasukkan langsung ke dalam plastic

klip. Injeksi dijadikan satu klip bersama dengan alkes khususnya alat

suntik.

3. Pemberian etiket di plastic klip. RSUD Kota Semarang dalam member

etiket sudah memakai sistem ketik dan di print.

3.3.4.Perhitungan Harga Obat

● HNA

Adalah Harga netto apotek, merupakan harga (modal) awal apotek

dalam membeli obat dari distributor (PBF atau PBF cabang)


35

● Mark Up

Adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang

menetapkan 30% (1,3)

● PPN 10% (1,1)

Adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap

pertambahan nilai dari proses transaksi dari produsen sampai ke konsumen

● HJA

Adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen

setelah diperhitungkan HNA, PPN 10%, dan Mark Up.

3.3.5 Pengambilan Obat Sesuai Permintaan

Sistem pengambilan obat di RSUD Kota Semarang, resep yang diterima

ditelaah awal oleh petugas yang menerima resep kemudian petugas mengentry

dan dilihat apakah stok yang tersedia di depo tersebut masih tersedia atau

tidak, jika tidak tersedia bisa diganti dengan obat yang lain dengan isi zat aktif

yang sama atau bisa FPO ke gudang atau depo farmasi lain yang masih

memiliki stok.

3.3.6 Penulisan Etiket

Penulisan etiket dilakukan setelah pengentrian selesai dan ditempelken di

plastic klip, karena RSUD Kota Semarang telah menggunakan metode ketik

print dengan menggunakan label. Keterangan yang terdapat pada etiket antara
36

lain, nama pasien, waktu pemakaian, letak ruang (bangsal), jenis obat dan

jumlah obat, tanggal penggunaan obat.

3.3.7 Penulisan Copy Resep

Penulisan copy resep dilakukan jika pasien tidak sanggup untuk menebus

semua resep dan hanya ditebus setengahnya, dan pasien meminta resep untuk

dibawa pulang.

3.3.8 Penyerahan Obat

Setelah administrasi selesai pasien diberikan informasi penggunaan obat

secara tertulis di etiket dan lisan yang dilakukan oleh petugas farmasi.

3.4 Komunikasi Informasi Dan Edukasi

3.4.1. Pemberian Informasi Obat kepada Konsumen

Dalam memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada pasien

yang dilakukan TTK dan Apoteker di RSUD Kota Semarang sudah cukup

baik. Semua depo melakukan KIE yang sama yaitu dengan memberikan

berbagai informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan obat yang

diserahkan pasien meliputi :

1. Aturan pemakaian

2. Cara pemakaian
37

3. Dosis yang harus diminum

4. Efek samping obat khusus

5. Cara penyimpanan obat

6. Interaksi obat yang terjadi (bila ada)

Jika dirasa pasien ragu dengan KIE yang diberikan oleh TTK dan

Apoteker, pasien berhak bertanya kembali. Pasien juga dapat mengulang

kembali informasi yang sudah diberikan TTK dan Apoteker agar pasien

tepat menggunakan obat tersebut.

3.4.2. Pemberian Informasi Cara Pemakaian Obat kepada Konsumen

Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk

menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan

melalui anus, atau cara lain. Ada beberapa obat yang cara pemakaiannya

khusus seperti Durogesic yang penggunaannya ditempelkan pada kulit,

kemudian Stolax penggunaannya dimasukkan ke dalam dubur. Salep, gel, cara

penggunaanya dengan cara dioleskan pada permukaan kulit yang sakit. Saat

menyerahkan obat ke pasien, petugas sebelumnya bertanya kepada pasien,

apakah pasien sudah pernah menggunakan obat tersebut atau belum, apabila

belum pernah memakai maka petugas tersebut akan menerangkan kepada

pasien cara pemakaian obat tersebut, apabila pasien belum mengerti maka

pasien dapat bertanya kepada petugas hingga mengerti.


38

Berikut cara pemakaian obat secara terurai beserta penjelasannya :

● Oral

Obat yang cara penggunaanya masuk melalui mulut. Keuntungannya

relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat, tidak

bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak

kooperatif, untuk obat iritatif dan rasa tidak enak, penggunaannya terbatas,

obat yang terurai oleh cairan lambung atau usus tidak bermanfaat

(penicillin G, insulin).

Obat oral paling baik digunakan bila meminum obat dengan satu gelas

air penuh. Ikutilah petunjuk dokter atau apoteker. Ada beberapa obat yang

diminum bersama makanan, misalnya Griseofulvin, atau sesudah makan

(golongan analgesik antiinflamasi), ada juga yang diminum pada saat

lambung kosong, misalnya antasida. Jika harus meminum obat dalam

jangka lama, minumlah semua obat sesuai dosisnya. Jangan digerus atau

dihisap jika tidak diberi petunjuk seperti itu.

● Sublingual

Cara penggunaannya obat ditaruh di bawah lidah. Tujuannya supaya

efeknya lebih cepat karena pembuluh bawah lidah merupakan pusat sakit.

Misal pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat

serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan

hati dapat dihindari (tidak lewat vena porta).


39

● Inhalasi

Penggunaanya dengan cara disemprot ke mulut. Misal obat asma.

Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogeny, kadar obat

dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan

langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu diperlukan alat dan metoda

khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru – sekresi

saluran nafas, toksisitas pada jantung.

Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap akan diabsorpsi

sangat cepat melalui alveolus paru-paru dan membran mukosa pada

perjalanan pernafasan.

Cara pemakaian inhaler :

1. Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya sebanyak

mungkin.

2. Ambillah inhaler, kemudian dikocok.

3. Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak di bagian

bawah.

4. Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan

mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian

mulut inhaler).

5. Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam,

bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan


40

menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja

secara efektif).

6. Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak

membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh).

7. Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi

seperti cara di atas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter.

8. Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah

efek samping yang mungkin terjadi.

● Rektal

Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya

mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit

atau tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di lambung,

terjadi efek lintas pertama, contoh asetosal, parasetamol, indometasin,

teofillin, barbiturat.

Bentuk sediaan obat yang digunakan per rektal adalah suppositoria.

Berbentuk seperti peluru atau torpedo sehingga memudahkan untuk

dimasukkan ke dalam anus.

Berikut ini petunjuk penggunaan suppositoria :

1. Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria

dibasahi dengan air.


41

2. Penderita berbaring dengan posisi miring dan suppositoria

dimasukkan ke dalam rektum.

3. Masukkan suppositoria dengan cara bagian ujung suppositoria

didorong dengan ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal

kira-kira ½ - inchi pada bayi dan 1 inchi pada dewasa.

4. Setelah penggunaan suppositoria, tangan dicuci bersih.

● Pervaginal

Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, tetapi dimasukkan ke

dalam vagina. Misal untuk keputihan atau jamur (kandidiasis). Untuk

penggunaan obat yang melalui vagina, cuci tangan anda hingga bersih.

Gunakan aplikator, masukkan obat ke dalam vagina sejauh mungkin

secara pelan-pelan dan tak menimbulkan rasa sakit. Bebaskan obat dengan

mendorong plunger. Tunggu beberapa menit sebelum bangun, cuci

aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat.

● Parentral

Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan

ke dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran

pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau insulin.

Efeknya supaya langsung sampai pada sasaran. Keuntungannya yaitu

dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit
42

menelan atau pasien yang tidak kooperatif, dapat untuk obat yang

mengiritasi lambung, dapat menghindari obat kerusakan obat di saluran

cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu

kurang aman, tidak disukai pasien.

● Topikal atau Lokal

Obat yang sifatnya lokal, missal tetes mata, tetes telinga, tetes hidung,

dan salep.

1. Pemakaian tetes mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian tetes

mata adalah ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun

dan selalu ditutup rapat setelah digunakan. Untuk glaukoma dan

inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus

diikuti dengan benar.

Cara pemakaian :

Cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk

kelopak mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka

kantung konjungtiva, obat diteteskan pada kantung konjungtiva

dan mata ditutup selama 1-2 menit jangan mengedip.


43

2. Pemakaian tetes hidung

Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila

penggunaan obat dilakukan sambil berdiri dan duduk atau

penderita cukup berbaring saja.

Kemudian teteskan obat pada lubang hidung dan biarkan

selama beberapa menit agar obat dapat tersebar di dalam hidung.

Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan di

antara dua paha. Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan

dengan air hangat dan keringkan.

3. Pemakaian tetes telinga

Hal-hal yang harus diperhatikan adalah ujung alat penetes

jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga. Cuci tangan

sebelum menggunakan obat tetes telinga. Bersihkan bagian luar

telinga dengan cotton bud. Jika sediaan berupa suspensi, sediaan

harus dikocok terlebih dahulu.

3.4.3. Pemberian Informasi Dosis Obat yang Benar kepada Konsumen

Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi

(khasiat), yang tepat dan aman apabila dikonsumsi oleh pasien.

Petugas yang menyerahkan obat menerangkan dosis yang benar

kepada pasien seperti berapa kali obat tersebut digunakan dalam sehari,
44

berapa takaran yang harus diminum tiap kali minum pada sediaan sirup serta

memberitahu kapan obat tersebut diminum oleh pasien.

Jika meminum obat dalam bentuk cairan, harus diperhatikan

penggunaan sendok yang disebutkan pada obat dengan sendok yang

umumnya terdapat di rumah. Sendok makan pada obat perhitungannya 15 ml,

sedangkan sendok makan yang umum pada rumah tangga sekarang biasanya

isinya 8 ml. Sendok teh pada takaran obat adalah 5 ml, tapi sendok teh di

rumah biasanya sekitar 3 ml. Sebaiknya kalau sendok teh pada obat

gunakanlah sendok takar obat yang biasanya disertakan bersama obat cair.

3.4.4. Pemberian Informasi Khasiat Obat

Saat petugas menyerahkan obat kepada pasien harus menerangkan

khasiat obat tersebut dan berapa lama obat tersebut memberi efek, sesuai atau

tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. Seperti

Natrium Diklofenak yang digunakan pada saat nyeri, Vometa yang digunakan

saat mual, Ondansetron yang digunakan pada saat mual, Mecobalamin sebagai

vitamin neurotropik pada otak, Isosorbid Dinitrat sebagai obat jantung,

Simvastatin sebagai obat kolesterol, Karbamazepin untuk obat antiepilepsi

(kejang/ayan), Amlodipin untuk obat tensi, Furosemide untuk memperlancar

air seni (diuretika), Glimepirid untuk obat gula (antidiabetes), Ketoconazole

dan Miconazole untuk antifungi (obat anti jamur), Piracetam untuk obat

kardiovaskuler. Obat – obat sebagain antibiotic contohnya, Rifampisin,


45

Chloramphenicol, Amoxicillin, Gentamicin, Clindamysin HCl,

Kotrimoksasol, Sulfametoksazol, Tetrasiklin, Linkomisin, Doksisiklin hiklat,

Cefixime, Ceftriaxon, Cefotaxime, Cefoperazone, Cefadroxil, Azithromycin

dihidrat.

3.4.5 Pemberian Informasi Efek Samping Obat

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan

berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan.

Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan,

merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal

ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam

memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek – efek

tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien.

Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian

merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat

ini.

Petugas saat memberikan obat kepada pasien harus memberitahukan

efek samping dari obat tersebut, serta apa yang harus dilakukan untuk

menghindari atau mengatasinya, awalnya pasien ditanya sudah mengetahui

atau belum tentang efek samping obat tersebut, jika belum maka petugas

harus memberitahukan kepada pasien. Seperti penggunaan Rifampisin yang


46

apabila diminum menimbulkan efek samping berupa air seni yang berwarna

merah, alprazolam dan paracetamol jika diminum akan menimbulkan rasa

kantuk. Pemberian informasi tentang efek samping obat secara terurai adalah

sebagai berikut :

1. Menyebabkan rasa kantuk.

Digunakan pada sediaan untuk anak yang mengandung antihistamin,

atau sediaan lain untuk anak, yang jika diberi peringatan nomor 2 tidak

sesuai.

2. Menyebabkan rasa kantuk. Jangan mengemudikan kendaraan atau

menjalankan mesin. Hindari minum alkohol.

Digunakan pada sediaan untuk dewasa yang dapat menyebabkan rasa

kantuk, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengemudikan dan

menjalankan mesin yang penuh resiko. Beberapa sediaan ada yang hanya

menyebabkan rasa kantuk pada beberapa hari pertama pengobatan dan

beberapa ada yang hanya menyebabkan rasa kantuk pada dosis besar.

Dianjurkan hindari minuman beralkohol, karena efek obat depresi yang

bekerja di obat SSP ditingkatkan oleh alkohol.

Larangan yang tegas dapat mendorong beberapa pasien tidak

menggunakan obat tersebut. Oleh karena itu, Apoteker perlu menerangkan

resiko dan manfaat, terutama pada pasien yang merasa dapat mentoleransi

efek dari alkohol. Pasien epilepsi yang ingin mengemudikan kendaraan

harus berkonsultasi dengan dokter.


47

Efek samping lain yang tidak berhubungan dengan rasa kantuk tetapi

juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengendarai atau

menjalankan mesin dengan aman adalah penglihatan kabur, pusing, dan

mual. Secara umum, tidak ada label yang secara khusus diberikan untuk

mengatasi keadaan ini, tetapi sebaiknya pasien diberi konseling yang

tepat.

3. Jangan digunakan bersamaan dengan obat ini

Digunakan pada sediaan tablet salut enterik. Hal ini untuk

menghindari kemungkinan pelarutan salut yang terjadi lebih awal dari

seharusnya dengan adanya ph alkali. Hal tersebut juga berlaku bagi

ketokonazol yang penyerapannya dipengaruhi oleh antasid secara

signifikan, biasanya selang waktu untuk menghindari efek antasid adalah

2 sampai 4 jam.

4. Jangan minum obat-obat yang mengandung besi atau zink pada saat

bersamaan dengan obat ini

Digunakan pada sediaan yang mengandung ofloksasin dan beberapa

kuinolon, doksisiklin, minosiklin, dan penisilamin. Interaksi obat-obat ini

menyebabkan terjadinya khelat kalsium, besi, dan zink sehingga

berkurang penyerapannya ketika digunakan bersama kalsium yang

terdapat dalam antasid atau sediaan yang mengandung besi atau seng.

Selang waktu penggunaan kedua obat ini adalah 2 sampai 3 jam.

5. Obat ini menyebabkan urine berwarna


48

Digunakan pada sediaan yang dapat menyebabkan urine pasien

berwarna yang tidak seperti biasanya. Hal ini termasuk fenoftalein (warna

urine menjadi merah muda), triamteren (warna urine menjadi biru muda),

levodopa (warna urine menjadi merah gelap), dan rifampisin (warna urine

menjadi merah).

6. Keguguran

Akibat misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan (gastric

ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non

steroid.

7. Ketagihan

Akibat obat-obatan penenang dan analgesic seperti diazepam serta

morfin.

8. Kerusakan janin

Akibat Thalidomide dan Accutane.

9. Pendarahan usus

Akibat aspirin.

10. Penyakit kardiovaskular

Akibat obat penghambat CoX-2

11. Tuli dan gagal ginjal

Akibat antibiotik Gentamisin.

12. Kematian

Akibat propofol.
49

13. Depresi dan luka pada hati

Akibat interferon.

14. Diabetes

Yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.

15. Diare

Akibat penggunaan orlistat.

16. Disfungsi ereksi

Akibat antidepresan.

17. Demam

Akibat vaksinasi.

18. Glaukoma

Akibat tetes mata kortikosteroid.

19. Rambut rontok dan anemia

Karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.

20. Hipertensi

Akibat penggunaan efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status

ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.

21. Kerusakan hati

Akibat paracetamol.
50

Cara mencegah munculnya efek samping obat :

1. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera

di leafleat atau yang diresepkan dokter.

2. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di

leafleat atau diresepkan oleh dokter.

3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi,

pasien usia lanjut, dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.

4. Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat.

5. Beritahukan ke dokter apabila sedang hamil, menyusui, alergi obat

tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang

meminum obat lain atau suplemen herbal.

6. Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.

7. Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai