NIM : 185120601111025
No.Absen : 36
a) Secara vertikal , yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatannya dalam hal ini
yang dimaksud adalah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat
pemerintahan.
b) Secara horizontal , yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya secara
horizontal.
Perbandingan Konferedasi, Negara kesatuan, dan negara federal .
Persoalan sifat kesatuan atau sifat federal dari suatu negara yaitu persoalan integrasi dari
golongan-golongan yang berbeda dalam suatu wilayah. Integrasi dalam pelaksanaan
minimal (yaitu dalam suatu konfederasi) atau dapat pula dilaksanakan secara minimal
(yaitu dalam suatu negara kesatuan.)
Konfederasi
Menurut L Oppenheim:
Konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh yang untuk
mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas penjanjian internasional
diakui dengan menyelenggarakan alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai
kekuasaan tertentu terhadap negara anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga
negara itu.
Kekuasaan alat bersama yang saangat terbatas dan hanya mencakup persoalan-persoalan
yang ditentukan, tetap merdeka dan berdaulat.Sehingga konfederasi pada hakikatnya
ialah bukan negara,baikdari sudut politik dan hukum Internasional. Keanggotaan suatu
konfederasi tidaklah menghilangkan apapun sebagai negara anggota,kelangsungan
hidup konfederasi tergantung kesukarelaan negara-negara peserta.
Negara Kesatuan
Menurut C.F.Strong; “Negara kesatuan ilah bentuk negara dimana wewenang legistatif
tertinggi dipusatkan dalam satu badan legistatif nasional/pusat, kekuasaan terletak
penuh pada pemerintahan pusat. Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk
menyerahkan sebagian kekuasaanya kepada daerah berdasarkan hak otonomi,tetapi
pada tahap terakhir kekuasaan tertinggi tetap ditangan pusat. Hakikat negara kesatuan
ialah kedaulatan tidak trebagi,tidak dibatasi karena tidak diakui badan legistatif lain
selain legistatif pusat,dengan ciri-ciri; adanya supremasi DPR pusat dan tidak ada
badan-badan yang berdaulat.
Negara Federal
Menurut C.f.Strong ciri negara federal adalah mencoba menyesuaikan dengan dua
konsep yang bertentangan,yaitu kedaulatan negara sepenuhnya dan kedaulatan negara
bagian. Dan menurutnya ada dua syarat membentuk negara federal, yaitu; 1) adanya
rasa sebangsa diantara kesatuan-kesatuan politik yang hendak membentuk federasi. 2)
keinginan pada kesatuan-kesatuan politik yang hendak mengadakan federasi untuk
mengadakan ikatan terbatas. Menurut George Jellinek ada perbedaan antara antar
federasi dan konfederasi yakni kedaulatannya, konfederasi terletak pada masing negara
dan anggota,sedangkan federasi letak kedaulatannya pada federasi itu sendiri bukan
negara bagian.
Kalau antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian diadakan pembagian
tugas yang terperinci secara materil, pembagian kekuasaan dapat dilakukan dengan dua
hal, dengan cara tergantung dimana letaknya kekuasaan :
Amerika Serikat dianggap sebagai federalisme yang paling sempurna, dengan ciri-ciri
yang kuat, yakni (1) dana kekuasaan terletak di negara-negara bagian, (2) Kedudukan
MA Federal sebagai penafsir utama dari UUD dalam memutuskan masalah kompetensi
antara berbagai tingkat pemerintahan . Sifar federalnya kelihatan dari susunan badan
legistatifnya (congress) yang terdiri dari 2 majelis, yaitu House of Representatives dan
Senat. Senat, dimana semua negara bagian mendapat perwakilan yang sama, lebih
berkuasa daripada House of Representatives. Senat berwenang menyetujui perjanjian
internasional dan pengangkatan penting seperti hakim dan duta besar, masa jabatan
senat 6 tahun lamanya,sedangkan House of Representative hanya 2 tahun. UUD
menetapkan adanya suatu pengadilan federal yang berhak mengadili semua persoalan
konstitusional. MA federal merupakan pengadilan tinggi menyelesaikan persoalan
konstitusional.
Republik Indonesia Serikat terdiri atas 15 negara bagian yang secara formal
berkedudukan “saling sama martabat” dan “saling sama hak”. Bentuk federal bersifat
sempurna,karena:1) Kekuasan pemerintah federal diperinci satu persatu, dan dana
kekuasaan terletak pada negara-negara bagian.
2) Dalam hal timbulnya pertentangan antara UU federal dan UU negara bagian, maka
MA federal mempunyai wewenang menyelesaikannya dan keputusannya mengikat
kedua belah pihak. Pemerintah federal mempunyai suatu kekuasaan yang tidak terdapat
dalam negara-negara federal lainnya, yaitu wewenang untuk memeriksa UUD negara
bagian sebelum dapat disahkan sebagai UUD negara bagian.
Pembagian kekuasaan pemerintah negara terdapat dalam UUD 1945, Bab III tentang
Kekuasaan Pemerintah Negara, Bab VII tentang Dewan Perwakilan rakyat, dan Bab IX
tentang kekuasaan Kehakiman.Kekuasaan legistatif dijalankan oleh Presiden dibantu
dengan mentri-mentri, sedangkan Yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan lain-
lain badan kehakiman. Sistem pemerintahannya ialah Presidensial, Kabinet tidak
bertanggung jawab dengan DPR dan oleh karena itu tidak dapat dijatuhkan oleh DPR
dalam masa jabatan. Presiden juga tidak membubarkan DPR sebagaimana halnya dalam
sistem parlementer di India dan Inggris. Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada
MPR, dimana ia akan menjadi mandatarisnya. Akan tetapi masa demokrasi terpimpin
ada niat untuk meninggalkan sistem Trias Politika ini,sebab asalnya datang dari sumber-
sumber liberalisme. Pemerintahan Orde baru,menjadi otoriter karena masa Soeharto ini
memakai prinsip pembagian kekuasaan,dimana pada masa itu peran lembaga eksekutif
lebih mendominasi (executive-heavy), sedangkan peran dan fungsi dari lembaga
legistatif dan yudikatif tidak berkembang sebagaimana mestinya. Hal tersebut dilihat
dengan adanya aturan, Presiden dapat dipilih tanpa batas oleh MPR, lembaga legistatif
dan yudikatif tidak dapat melakukan check dan balnces terhadap lembaga eksekutif.
Pada masa Reformasi memperlihatkan pengurangan dominasi lembaga eksekutif dan
peningkatan peran legistatif dan yudikatif. Bila sebelumnya jabatan Presiden dan
wapres tidak dibatasi,namun mas ini di tentukan masa jabatannya yaitu dalam waktu 5
tahun untuk memberlakukannya lagi keputusan MPR.
Sementara itu untuk mengembalikan kekuasaan kewenangan, peran dan fungsi lembaga
eksekutif dan fungsi lembaga legistatif, amandemen kedua dan ketiga UUD 1945
mengamanatkan bahwa semua anggota MPR harus dipilih melalui Pemilu, pada
amandemen ketiga mengamanatkan peningkatan kekuasaan DPR dalam pembuatan UU,
berhak mengusulkan RUU dibahas bersama presiden untuk menghasilkan keputusan
bersama.
Meningkat peran lembaga yudikatif juga terlihat dengan adanya didirikan Mahkamah
Konstitusi,merupakan salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia yang berwenang
untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya berupa final
menguji UU terhadap UUD