Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Kemandirian dan ketahanan energi merupakan isu strategis yang mana


ketergantungan konsumsi energi terhadap bahan bakar fosil (miyak dan gas)
berpotensial menimbulkan krisis. Data Asian Development Bank (2015) menunjukkan
bahwa sebenarnya pada tahun 2004 telah dimulai krisis energi khususnya dibidang
minyak. Krisis terjadi karena neraca energi secara umum menunjukkan pertumbuhan
konsumsi energi sebesar +3.9 persen berbanding terbalik dengan total produksi
energi sebesar -10.6 persen (BP 2016). Ancaman krisis juga berkaitan dengan bauran
energi yang dipakai. Sebagian besar produksi energi berasal dari energi fosil, 31.49
persen oil, 24.82 persen coal dan 19.04 persen gas (MEMR 2016), sedangkan energi
baru dan terbarukan hanya 7.5 persen (Sugiyono 2016)
Data dari International Energy Agency (2017) menyatakan bahwa, Indonesia
merupakan pengguna energi terbesar di Asia Tenggara, yaitu lebih dari 36%
penggunaan energi primer Asia Tenggara. Antara tahun 2000 dan 2015, produk
domestic bruto (PDB) Indonesia bertambah dua kali lipat dan kebutuhan listrik
meningkat 150%. Pertumbuhan ekonomi mendorong kebutuhan energi Indonesia.
Diperkirakan diperlukan tambahan kapasitas pembangkit listrik 4.1 gigawatts (GW)
per tahun sampai tahun 2030, dimana 50% diantaranya berasal dari PLTU Batubara.
Efisiensi sangat penting dilakukan untuk menghemat energi dan biaya serta
mengurangi emisi.
Persoalan energi tidak lepas dari aspek lingkungan yang berkaitan dengan
paradigma pembangunan berkelanjutan adalah tema yang selalu dibicarakan jika
berhubungan dengan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya
untuk mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama bagi tiga
aspek utama pembangunan, yaitu aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan
hidup (Keraf 2005). Tiga aspek pembangunan harus dipandang sebagai terkait erat
satu sama lain, sehingga unsur-unsurnya saling terkait dan tak terpisahkan atau saling
bertentangan. Dalam pembangunan berkelanjutan titik berat bukan hanya pada aspek
ekonomi saja namun juga aspek sosial budaya dan lingkungan hidup.
Media adalah alat penting dalam pendidikan lingkungan. Diskusi tentang
konsep lingkungan dan kesadaran lingkungan adalah perkembangan yang sangat
baru. Tidak cukup ruang yang dikhususkan pada media untuk topik lingkungan.
Terdapat kecenderungan untuk mendekati isu-isu lingkungan dari perspektif alarmis
daripada yang ilmiah (Ors, 1339: 2012). Media massa mempunyai peran besar dalam
membangun kesadaran tentang krisis energi. Kompas, Kamis 5 Maret 2015
memberitakan bahwa Indonesia, diperkirakan dalam 11 tahun mendatang cadangan
minyak bumi akan habis. Dalam usaha untuk mengantisipasi terjadinya krisis energi,
perlu adanya kesadaran masyarakat beserta pemerintah untuk melakukan terobosan
yang konkret, sistematis dan terstruktur dalam usaha penghematan energi maupun
mengembangkan energi yang berasal dari non-fosil.
Sikap peduli media massa (pers) terhadap masalah energi sangat dibutuhkan
untuk lebih memberi kontribusi atau dukungan kepada usaha-usaha antisipasi
terjadinya krisis energi. Karakter isi pers antara lain mengandung unsur kedekatan,
emosi yang menyentuh kebutuhan manusia yaitu energi. Realitas keadaan energi
merupakan bahan baku utama berita mengenai persoalan energi yang diinformasikan
oleh pers sebagai wujud dari peran media terhadap persoalan energi.
Kompas menjadi objek penelitian karena merupakan harian umum nasional
yang digolongkan sebagai surat kabar high quality and high business performance
diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan dalam memecahkan masalah energi
khususnya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana
Kompas dalam memberitakan masalah energi dalam beberapa hal dan sudut
pandang.

TINJAUAN KONSEP
Shanahan menulis tentang Media Potrayal of Energy (Ayres, 2004 : 9) Media
massa memainkan peran dalam penggambaran masalah energi. Sejak krisis energi
tahun 1973, perhatian para cendekiawan telah berubah pada bagaimana bentuk
media, bingkai, dan pengaruh persepsi pemirsa terhadap energi dan lingkungan.
Selama periode setelah krisis energi, terutama sepanjang tahun 1980-an dan awal
1990-an, isu-isu konservasi energi sering menjadi topik perhatian para ilmuwan. Krisis
minyak dan bahaya yang dirasakan dari kekuatan nuklir membuat masyarakat peka
terhadap pentingnya penghematan energi. Masalah-masalah ini juga sering
disebutkan di media.
Pada awal gerakan lingkungan ini, diyakini bahwa media massa dapat menjadi
alat yang menonjol untuk mendorong konservasi energi, melalui pengadopsian
langkah-langkah penghematan energi dan mempromosikan alternatif penggunaan
sumber energi. Faktanya bahwa media dapat memainkan peran penting dalam pilihan
individu seseorang. Pengaruh seperti iklan, jurnalisme, program televisi, dan media
lain perlu dipertimbangkan ketika menentukan bagaimana orang membuat pilihan
dalam perilaku penggunaan energi.
Media mempunyai kewajiban untuk mengabarkan sebuah peristiwa yang
mempunyai nilai berita dengan seluas-luasnya, jujur, dan objektif dalam kerangka
memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Namun pada sisi
lain konsep Agenda Media memungkinkan media untuk memilih, melakukan seleksi,
dan menentukan informasi apa saja yang akan diolah dan disajikan untuk memenuhi
kebutuhan publiknya Pilihan, dan perhatian media pada suatu fenomena tertentu
pada akhirnya berujung pada terbentuknya sebuah kecenderungan yang disebut
dengan bias (Mc. Quail dalam Shoemaker dan Reese, 2014 : 42).
Merujuk pada model agenda setting yang menyatakan bahwa media
menentukan apa yang diberikan kepada khalayak dan menganggap bahwa hal yang
diberikan itu layak disimak khalayak (Littlejohn et al, 2017 : 162). Fungsi agenda
setting dari medi massa merupakan konsep yang menentukan hubungan positif antara
pentingnya isu tersebut diantara publik. Media pasti selalu mempunyai kekuatan
penuh apabila kredibiltas media tinggi, keterangan yang saling bertentangan rendah,
nilai pembagian media secara individu dan khalayak memiliki kebutuhan tinggi akan
panduan (Littlejohn et al, 2017: 163). Kompas memiliki agenda tentang permasalahan
energi mempunyai kebijakan redaksional, termasuk cara, gaya, orientasi kerja dan
kadar kontribusi terhadap masalah energi. Dalam hal ini, diharapkan agenda Kompas
yang berisi tentang kemandirian dan ketahanan energi yang disusun oleh para
redaktur dapat mempengaruhi secara positif kepada khalayak, sehingga agenda
khalayak yang timbul akan menyadarkan tentang pentingnya menjaga kemandirian
dan ketahanan energi.
Dalam penelitian ini, Kompas dipandang mempunyai fungsi dala usahanya
memberikan sumbangan pemahaman permasalahan energi. Lasswell dalam
Littlejohn & Foss (2009 : 575) mengidentifikasi tiga fungsi utama media massa :
1. Pengawasan lingkungan: dilakukan dengan menyampaian pesan sebagai usaha
preventif dalam rangka ketahanan dan kemandirian energi dari ancaman krisis
energi.
2. Korelasi bagian-bagian masyarakat: dilakukan dengan menyeleksi, melakukan
interpretasi dan mengkritisi informasi yang berkaitan dengan masalah energi
untuk kemudian ditransmisikan kepada khalayak agar dapat ditanggapi dengan
baik.
3. Transmisi warisan sosial: mengkomunikasikan nilai, norma, dan gaya lintas waktu
dan antar kelompok. Surat kabar berfungsi sebagai kedua jendela ke dalam
budaya dan kapsul waktu kontemporer lainnya untuk generasi mendatang.
Menyalurkan informasi tentang ketahanan dan kemandirian energi agar menjadi
suatu pranata sosial dan dapat berguna untuk generasi selajutnya.

METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode
analisis isi (content analysis). Krippendorff (2004:18) mendefinisikan analisis isi
sebagai metode penelitian untuk membuat kesimpulan yang dapat direplikasi dan
validasi dari teks dengan konteks penggunaannya. Analisis isi digunakan untuk
mendeskripsikan isi teks komunikasi yang sifatnya manifest. Manifest dalam analisis
isi mengacu pada teks komunikasi yang tampak dan tersurat (Drisco & Maschi,
2016:2).
Sampel penelitian ini adalah berita yang bertema energi yang dimuat di Harian
Kompas periode Januari-Mei 2018. Uji reliabilitas dilakukan untuk memenuhi aspek
goodness criteria menggunakan intercoder reliability (3 coder) dengan menggunakan
rumus Pearson Correlation. Hasil intercoder reliability yang dilakukan menunjukkan
nilai 84.5, maka instrumen penelitian ini dapat dinyatakan reliable.
Proses coding dilakukan dengan melihat data yang terlihat pada berita
berdasarkan pada kategori teknis, ruang rubrikasi, gaya pengungkapan tulisan, teknik
penulisan dan pemilihan narasumber.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini diawali dengan membahas pada sisi teknis. Harian Kompas
dalam memberitakan masalah energi memberikan porsi yang cukup. Hal tersebut
dapat dilihat pada Diagram 1 dari penghitungan frekuensi besaran centimeter per
kolom 46% berkisar 5-41 dan 30 % berkisar 42-78 centimeter kolom. Berita tentang
masalah energi sebagian besar (74%) dimuat pada halaman 11-20 (lihat Diagram 2)
yang artinya masalah energi belum mendapatkan posisi yang strategis.
Permasalah energi dapat dibagi menjadi berbagai macam tema, (Diagram 3)
pada Harian Kompas tema yang sering mendapatkan tempat adalah tentang harga
atau tingkat keekonomian (28%) serta dampak lingkungan karena konsumsi energi
(24%). Krisis energi dan pengembangan energi non migas tidak mendapatkan porsi
yang banyak. Pada sisi lain, (Diagram 4) berita tentang permasalahan energi Harian
Kompas lebih banyak memilih sudut berita (angle) what (65%).

Berita tentang pernasalahan energi belum mendapatkan tempat yang utama


pada Harian Kompas. Pada Diagram 5 menujukkan bahwa sebagian besar berita
tentang permasalahan energi pada Harian Kompas dimuat pada kategori berita utama
32% dan berita biasa 41%. Sedangkan penempatan pada headline hanya 4%.
Permasalahan energi sejalan dengan data tema berita pada Diagram 3, rubrik
ekonomi (71%) menjadi tempat yang sering dipakain untuk menempatkan berita
masalah energi pada Harian Kompas (lihat Diagram 6).
Pada aspek penulisan berita, penelitian ini melihat dari gaya penulisan judul
dan gaya penulisan isi. Pada Diagram 7, terlihat bahwa sebagian besar 93% Harian
Kompas menulis judul secara subtantif. Judul ditulis dengan pilihan kata yang lugas,
mudah atau langsung untuk dipahami maknanya, sehingga dapat ditarik kesimpulan
apakah merepresentasikan keberpihakan atau netral. Pada Diagram 8, terlihat bahwa
sebagian besar 95% Harian Kompas menulis judul secara deskriptif. Deskripsi
mengenai peristiwa yang dikabarkan disampaikan secara lugas, dengan gaya bahasa
sederhana yang mudah dimengerti oleh orang kebanyakan, memaparkan peristiwa
sebagai berita dalam unsur 5w dan 1H.
Diagram 9 menunjukkan bahwa Harian Kompas dalam memberitakan
permasalahan energi disajikan dengan teknik penulisan secara straight dan
investigative masing-masing sebesar 50%. Jenis narasumber sebagaimana
digambarkan pada Diagram 10, yang banyak dikutip sebagai sumber berita pada
penelitian ini lebih banyak bersumber pada birokrat (35%), BUMN dan Swasta (28%)
dan intelektual (27%).

PEMBAHASAN
Berdasar pada teori Agenda Setting yang menyatakan bahwa media
mempunyai kemampuan untuk menentukan apa yang akan diberikan kepada
khalayak dan menganggap bahwa hal yang diberikan itu layak diterima khalayak.
Harian Kompas dalam memberitakan masalah energi secara teknis memiliki peran
yang belum maksimal. Permasalahan energi pada Harian Kompas tidak diberi ruang
yang cukup luas dan belum mendapatkan posisi yang strategis. Volume yang tidak
cukup luas dan peletakan berita yang sebagian besar menunjukkan bahwa Harian
Kompas belum memandang permasalahan energi adalah agenda yang penting yang
harus mendapatkan perhatian semua pihak.
Kecenderungan tema permasalahan energi pada Harian Kompas lebih banyak
menampilkan harga/keekonomian serta dampak lingkungan karena konsumsi energi
menunjukkan nahwa Harian Kompas dalam menjalankan fungsi media massa pada
konteks pengawasan lingkungan dan korelasi. Tema krisis energi dan
pengembangan energi non fosil belum mendapatkan porsi yang cukup yang
mengindikasikan bahwa Harian Kompas belum menjalankan fungsi transmisi.
Masalah energi mencakup masalah yang multi aspek dan berkaitan dengan
pembangunan berkelanjutan. Selain aspek ekonomi dan dampak lingkungan, perlu di-
agenda-kan aspek solusi dalam memecahkan masalah energi.
Permasalahan energi adalah masalah yang kompleks. Energi berkaitan
dengan aspek hulu sampai ke hilir. Pemaparan berita dengan sudut bidik (angle) yang
cenderung “what” menunjukkan bahwa Harian Kompas belum menyajikan berita
permasalahan energi secara kompleks. Artinya adalah berita itu sengaja dituliskan
untuk menonjolkan aspek peristiwa atau kejadian yang dianggap penting. Bisa karena
alasan daya tarik yang tinggi, nilai signifikan bagi khalayak, maupun kebaruan
(aktualitas) saja. Sejalan dengan aspek volume berita dan letak berita, Harian
Kompas lebih banyak menempatkan berita permasalahan energi pada rubrik berita
biasa (halaman dalam) khususnya rubrik ekonomi. Temuan ini sejalan dengan
pemahaman pemerintah (pembuat keputusan) yang memandang energi pada aspek
krisis berfokus ekonomi (Luqman et al, 2018: 90).
Kategori yang digunakan untuk mengkaji judul berita dibuat secara dikotomis;
Substantif, dan Konotatif. Dengan kategori Substantif, artinya judul berita ditulis
dengan pilihan kata yang lugas, mudah atau langsung dapat dimengerti maknanya
sehingga dari judul ini dapat dimaknai apakah isi judul berita tersebut
merepresentasikan keberpihakan atau netral. Sedang dengan kategori Konotatif,
artinya penulisan judul berita dilakukan dengan pilihan kata berupa ungkapan,
pengandaian, eufimisme, atau kata-kata lain yang bermakna ganda, sehingga sulit
untuk diindentifikasi apakah berpihak atau netral.
Tidak berbeda dengan gaya pengungkapan judul, kategori untuk Gaya
Pengungkapan Isi inipun dipetakan secara dikotomis; Deskriptif, dan Interpretif.
Dalam Gaya Deskriptif, penggambaran mengenai peristiwa yang dikabarkan
disampaikan secara lugas, dengan gaya bahasa dan pilihan kata yang mudah
dimengerti oleh orang kebanyakan. Dengan gaya seperti ini netralitas atau
keberpihakan sebuah berita lebih mudah dikenali. Sebaliknya, dengan Gaya
Interpretif paparan mengenai peristiwa yang dikabarkan dilakukan dilakukan dengan
memuat unsur menimbang-nimbang, analitis, tidak straight to the point, sehingga tidak
mudah dikenali apakah berpihak atau netral.
Pemilihan sumber berita yang lebih banyak bersumber pada birokrat dan
BUMN atau Swasta serta intelektual, menunjukkan bahwa Harian Kompas cenderung
belum memihak pada masyarakat. Masyarakat belum diberikan kesempatan untuk
berperan lebih banyak dalam diskursus energi.

SIMPULAN DAN SARAN


Harian Kompas dalam memberitakan masalah energi belum memberikan
ruang yang cukup serta menempatkan posisi berita pada posisi yang strategis.
Ditempatkan pada berita biasa (rubrik ekonomi). Sejalan dengan rubrikasi,
kepentingan jangka pendek lebih dikedepankan oleh Harian Kompas dengan lebih
menonjolkan agenda ekonomi daripada solusi dalam memecahkan masalah energi.
Mengingat penting dan tingkat urgensi masalah energi kompas diharapkan
dapat memberikan ruang yang cukup dan menempatkan berita terkait pada tempay
yang strategis. Berita hendaknya diperluas tidak hanya berfokus pafa aspek ekonomi
saja namun mencakup aspek solusi permasalahan energi yaitu pengembangan energi
non fosil sebagai solusi masalah energi.
Berita sengaja dituliskan untuk menonjolkan aspek peristiwa atau kejadian
(what) yang dianggap penting. Judul ditulis secara lugas (subtantif) dengan isi yang
deskriptif. Selain itu Harian Kompas belum memberikan ruang bagi masyarakat untuk
dapat terlibat dalam diskursus permasalahan energi.
Harian Kompas hendaknya tidak nanya menitik beratkan pada aspek “what”
saja dalam penulisan berita. Dapat dilakukan perluasan aspek sehingga agenda yang
dibentuk dapat ter-transmisi-kan secara lengkap dengan memberikan ruang yang
cukup masyarakat terlibat dalam diskursus.
INTRODUCTION
Energy independence and security is a strategic issue in which energy
consumption dependence towards fossil fuels (oil and gas) has a potential to cause a
crisis. Data derived from Asian Development Bank (2015) demonstrate that in 2004,
actually, energy crisis has begun especially in the oil sector. The crisis occurred
because the energy balance generally showed the energy consumption growth of +3.9
percent which was inversely proportional to the total energy production of -10.6
percent (BP 2016). The threat of crisis also relates to the energy mix used. Most of the
energy production comes from fossil energy, 31.49 percent for oil, 24.82 percent for
coal and 19.04 percent for gas (MEMR 2016), while the new and renewable energy is
only 7.5 percent (Sugiyono 2016)
The data from International Energy Agency (2017) stated that Indonesia is the
largest energy consumer in Southeast Asia which is more than 36% of primary energy
use in Southeast Asia. Between 2000 and 2015, Indonesia's gross domestic product
(GDP) doubled and the electricity demand increased by 150%. Economic growth
drives Indonesia's energy needs. It is estimated that additional capacity of electricity
of 4.1 gigawatts (GW) is needed per year until 2030, of which 50% comes from coal
power plant. Efficiency is very important to save energy and costs as well as to reduce
emissions.
Energy issues which cannot be separated from the environmental aspects
relating to the paradigm of sustainable development is a theme that is always
discussed when dealing with environment. Sustainable development is an effort to
synchronize, integrate and give equal weight to three main aspects of development,
namely economic, socio-cultural and environmental aspects (Keraf 2005). Those three
aspects of development must be viewed as elements that are closely related to one
another, so that the elements are interrelated and inseparable or not contradictory. In
sustainable development, the emphasis is not only on economic aspects but also on
socio-cultural and environmental aspects.
Media are important tools in environmental education. The discussions
concerning on environmental concepts and awareness are very new developments.
There is not enough space specialized to the media for environmental topics. There is
a tendency to approach environmental issues from an alarmist perspective rather than
a scientific one (Ors, 1339: 2012). The mass media has a big role in building
awareness about the energy crisis. Kompas, on Thursday, March 5th, 2015 reported
that Indonesia is estimated, in the next 11 years, would run out of petroleum reserves.
In an effort to anticipate the energy crisis, it needs the awareness of the community
and the government to make concrete, systematic and structured breakthroughs in
energy-saving efforts and developing non-fossil energy.
The caring attitude of the mass media (press) on energy issues is needed to
contribute more or support the efforts to anticipate the energy crisis. The character of
the press contents includes the elements of closeness and emotions that touch human
needs, namely energy. The reality of the energy condition is the main raw material for
news about energy issues which are informed by the press as a manifestation of the
role of media towards energy issues.
Kompas becomes the object of research because it is a national daily
newspaper which is classified as a high quality and high business performance
newspaper. It is expected that it can contribute significantly in solving energy issues,
especially in Indonesia. This study aims to describe how Kompas in reporting energy
issues in several ways and points of view.

CONCEPT REVIEW
Shanahan wrote about Media Portrayal of Energy (Ayres, 2004: 9) that Mass
media play a role in describing energy issues. Since the energy crisis in 1973, the
attention of scholars has changed to how the media forms, frames, and the influence
of viewers' perceptions of energy and the environment are. During the period after the
energy crisis, especially during the 1980s and early 1990s, energy conservation issues
were often becoming the topic of concern for scientists. The oil crisis and the perceived
dangers of nuclear power made people sensitive to the importance of energy savings.
These issues were also often mentioned in the media.
At the beginning of this environmental movement, it was believed that mass
media could become a prominent tool to encourage energy conservation by
implementing the energy saving steps and promoting the alternative use of energy
sources. The fact is that media can play an important role in one's choice. Influences
such as advertising, journalism, television programs, and other media need to be
considered when determining how people make choices in energy use behavior.
The media have an obligation to inform an event which has broad, honest, and
objective news values in the framework of fulfilling the public's right to obtain the
information needed. However, on the other hand, the concept of the Media Agenda
allows the media to choose, conduct selection, and determine what information will be
processed and presented to meet its public needs. Choice and media attention to a
particular phenomenon ultimately lead to the formation of a tendency called bias (Mc.
Quail in Shoemaker and Reese, 2014: 42).
Referring to the agenda-setting model which states that the media determine
what is given to the public and consider that the thing given is worth listening to the
people (Littlejohn et al, 2017: 162). The function of agenda setting of the mass media
is a concept that determines the positive relationship between the importance of the
issue among the public. The media always have full power if the media credibility is
high, conflicting information is low, and the value of individual media sharing and the
audience has a high need for guidance (Littlejohn et al, 2017: 163). Kompas has an
agenda on energy issues which have editorial policies including ways, styles, work
orientation and levels of contribution to energy issues. In this case, it is expected that
Kompas agenda which contains energy independence and security compiled by
editors can positively influences the public, so that the public agenda which arises will
recognize the importance of maintaining energy independence and security.
In this research, Kompas is considered as having a function in its efforts to
contribute to energy issues understanding. Lasswell in Littlejohn & Foss (2009: 575)
identified three main functions of mass media:
1. Environmental monitoring: is carried out by delivering messages as a preventive
effort in the context of energy independence and security from the threat of energy
crisis.
2. Correlation between sections of society: is carried out by selecting, conducting
interpretation and criticizing information relating to energy issues to be transmitted
to the public so that the issues can be responded properly.
4. Transmission of social heritage: is an effort in communicating values, norms, and
time section and inter groups’ styles. Newspapers have function as both windows
which enter to culture and other contemporary time capsules for future
generations. Distributing the information about energy independence and security
to become a social institution and to be useful for the next generation.
RESEARCH METHOD
The type of this research is descriptive quantitative using content analysis
methods. Krippendorff (2004: 18) defined that content analysis is a research method
used to make conclusions that can be replicated and validated from the text in the
context of its use. Content analysis is used to describe the contents of a
communication text which is manifest. Manifest in content analysis refers to visible and
explicit communication texts (Drisco & Maschi, 2016: 2).
The sample of this research are energy-themed news which were published in
Kompas Newspaper for the period of January to May 2018. Reliability test was
conducted to fulfill the aspect of goodness criteria using intercoder reliability (3 coders)
using Pearson Correlation formula. The results of the intercoder reliability which has
been performed showed a value of 84.5, so this research instrument could be stated
reliable.
The coding process was carried out by looking at the data seen in the news
based on the technical category, rubric space, style of writing disclosure, writing
techniques and the selection of interviewees.

THE RESULTS OF THE RESEARCH


The results of this research is started by discussing on the technical side.
Kompas Newspaper, in reporting on energy issues, provided a sufficient portion. This
can be seen in Diagram 1 that from the frequency calculation of centimeters per
column, 46% ranges from 5 to 41 and 30% ranges from 42 to 78 centimeters column.
The news concerning on energy issues are mostly (74%) published on pages 11 to 20
(see Diagram 2) which means that energy issues have not yet gained a strategic
position.
Energy issues can be divided into various themes (Diagram 3). In Kompas
Newspaper, the theme that often gets a place is news concerning on price or economic
level (28%) and environmental impact due to energy consumption (24%). Energy crisis
and non-oil and gas energy development do not get a large portion. On the other hand,
(Diagram 4) the news concerning on energy issues in Kompas Newspaper is more
likely to choose what (65%) news angle.
The news about energy issues has not yet gained a major place in Kompas
Newspaper. In Diagram 5, it is showed that most of the news concerning on energy
issues in Kompas Daily is included in the 32% of main news category and 41% of the
common news. While, the headline placement is only 4%. Energy issues are in line
with the news theme data in Diagram 3, the economic rubric (71%) becomes a place
which is often used to place news concerning on energy issues in Kompas Newspaper
(see Diagram 6).
In the aspect of news writing, this research paid attention to the title and content
writing style. In Diagram 7, it can be seen that most of Kompas Newspaper, writes the
subtitles substantially (93%). The title is written with straightforward, easy or direct
word choices to understand its meaning, so that it can be concluded that whether it
represents partiality or neutrality. In Diagram 8, it can be seen that most of Kompas
Newspaper, writes the title descriptively (95%). Descriptions of reported events were
delivered in a straightforward manner with simple language style which is easily
understood by most people and it exposed events as news in 5w and 1H element.
Diagram 9 shows that Kompas Newspaper, in reporting energy issues, is
presented with straight and investigative writing techniques, 50% respectively. The
type of interviewee as illustrated in Diagram 10 which is widely cited as a source of
news in this research, was mostly sourced from bureaucrats (35%), BUMN (State-
Owned Enterprises) and Private (28%) and intellectuals (27%).

DISCUSSION
Based on the Agenda Setting theory, it was stated that the media have the
ability to determine what will be given to the public and assume that the things given
are worthy of being accepted by the public. Kompas Newspaper, in reporting on
energy issues, had a technical role which was not optimal. Energy issues, in the
Kompas Newspaper, were not given sufficient space and did not get a strategic
position. The volume which was not wide enough and the news laying mostly showed
that Kompas Newspaper had not seen the energy issues as important agenda that
must get attention of all parties.
The tendency of the theme of energy issues in Kompas Newspaper highlighted
price/economy and environmental impact more because energy consumption showed
that Kompas Newspaper carried out the functions of mass media in the context of
environmental monitoring and correlation. The theme of energy crisis and the
development of non-fossil energy had not received sufficient portions which indicate
that the Kompas Newspaper had not carried out the transmission function. Energy
issues cover multi-aspect problems and are related to sustainable development. In
addition to economic aspects and environmental impacts, it is necessary for the
aspects of solutions in solving energy issues to be scheduled or planned.
Energy issues are complex problems. Energy is related to the upstream and
downstream aspects. The presentation of the news that tends to "what" news angle
showed that Kompas Newspaper had not presented news of energy issues in a
complex manner. This means that the news was intentionally written to highlight
aspects of events or phenomena that were considered important. It could be due to
either reasons of high attractiveness, significant value to the audience, or newness
(actuality) only. In line with the aspect of the news volume and the location of the news,
Kompas Newspaper placed more news on energy issues in the common news section
(inner page) especially the economic rubric. This finding is in line with the
understanding of the government (decision makers) that views energy in the aspect of
the crisis with a focus on the economy (Luqman et al, 2018: 90).
The categories used to review news headings were made dichotomically;
substantive, and connotative. With the Substantive category, it means that the news
title was written with straightforward word choices, easy or directly understandable so
that from this title, it can be interpreted whether the content of the news title represents
partiality or neutrality. While, with the connotative category means the writing of the
news title was done with a choice of words in the form of expressions, presuppositions,
euphemisms, or other words that have double meaning, so that it was difficult to
identify whether it was siding or neutral.
Not different with the disclosure style of the title, the category for this content
disclosure style was also mapped dichotomically; descriptive, and interpretive. In
Descriptive Style, the depictions of events reported were conveyed straightforwardly,
with language styles and word choices that are easily understood by most people.
With this kind of style, neutrality or partiality of a news was more easily recognized.
On the contrary, the Interpretive Style of exposure regarding the events reported were
carried out by loading the elements of weighing, analytics, not straight to the point, so
that they were not easily recognized whether they were siding or neutral.
The selection of sources of the news which were mostly sourced from
bureaucrats and BUMN (state-owned enterprises) or private as well as intellectuals
showed that Kompas Newspaper tends not to side with society. People have not been
given the opportunity to play a greater role in the energy discourse.
CONCLUSION AND SUGGESTION
Kompas Newspaper, in reporting energy issues, has not provided enough
space and placed the news in a strategic position. The news is placed on common
news (economic rubric). In line with the rubrication, short-term interests are prioritized
by Kompas Newspaper by highlighting the economic agenda rather than the solution
to solve energy issues.
Considering the importance and urgency of the energy issues, Kompas is
expected that it can provide sufficient space and place the related news on a strategic
location. The news should be expanded not only to focus on economic aspects but
also to cover the solution aspects of energy issues, namely the development of non-
fossil energy as a solution to energy issues.
The news is intentionally written to highlight aspect of events or phenomena
which are considered important. The title is written in a straightforward (substantive)
manner with descriptive content. In addition, Kompas Newspaper has not provided
space for the public to be involved in the discourse on energy issues.
Kompas newspaper should not ask to focus on the "what" aspect in the news
writing. Expansion of aspect can be conducted so that the agenda which is formed
can be transmitted fully by providing enough space for the community to be involved
in the discourse.

Anda mungkin juga menyukai