Anda di halaman 1dari 52

REFLEKS DAN SENSASI INDRA

Laporan Praktikum

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM
Praktikum Iritabilitas Otot dan Saraf dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 27 September 2018 di gedung O5 210 Laboratorium Fisiologi
Hewan Universitas Negeri Malang.

B. TUJUAN
1. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai bermacam macam refleks
pada manusia
2. untuk mengetahui adanya berbagai macam sensasi indra umum dan
indra khusus

C. DASAR TEORI
Secara tradisi dikatakan bahwa manusia memiliki lima indera, yaitu
peraba, pengecap, pembau, penglihatan dan pendengaran. Pada
kenyataannya setiap indera tersebut melibatkan beberapa sensasi yang lain.
Misalnya indera peraba, melibatkan kemampuan mengenal panas atau
dingin, tekanan dan sakit. (Soewolo, 1999)
Salah satu sifat makhluk hidup yaitu meiliki kemampuan iritabilitas,
untuk merespon stimulus. Pada hewan maupun manusia, respon terhadap
stimuli melibatkan tiga proses : 1) menerima stimulus, 2) menghantarkan
implus, dan 3) respon oleh efektor. (Soewolo, 1999). Sedangkan, menurut
Basuki, dkk (2000) agar terjadi sensasi diperlukan empat saraf: (1) harus
ada rangsangan yang masuk, (2) organ pengindera harus menerima
rangsangan dan mengubahnya menjadi impuls saraf, (3) impuls harus
dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, (4) bagian otak yang
menerima harus menerjemahkan impuls menjadi sensasi.
Indera merupakan juataan reseptor sistem saraf, beberapa reseptor
ini merupakan suatu struktur yang amat khusus, yang lain sederhana berupa
serabut-serabut telanjang (Basuki, 1988). Sedangkan menurut Basuki
(2000) menyatakan bahwa sebuah reseptor sensori (indera) mempunyai
struktur sederhana yang berupa dendrit dari sebuah neuron tunggal atu
sebuah oegan kompleks, seperti mata yang berisi neuron khusus, epitelim,
jaringan ikat. Semua reseptor sensori berisi dendrite dari neuron sensori.
Sebagian besar impuls sensori dihantarkan menuju area sensori dari korteks
serebral. Disinilah suatu stimulus menghasilkan sensasi.
Reseptor indera sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang, dan
terdapat dalam kulit,tulang,sendi, dan organ-organ viseral.Ada dua
macamsensasi sakit yaitu sensasi sakit somatik dan sensasi sakit
viseral.Sensasi sakit somatik,terjadi bila reseptor rasa sakit dalam kulit,
tulang ,persendian,otot, dan tendon mendapat rangsangan. Reseptor sakit
somatik merespon stimuli mekanik dan kimia (Soewolo,2005)

Pada lidah terdapat kuncup pengecap,kuncup pengecap tergolong


kemoreseptor yang menerima rangsangan zat-zat kimia dalam makanan
yang kita makan. Kuncup pengecap tersusun atas dua macam sel, yaitu sel
penyokong dan sel reseptor.Sel-sel reseptor tersebut akan berhubungan
dengan ujung dendrit saraf pengecap yang akan meneruskan impuls ke
korteks otak . Kuncup-kuncup pengecap merespon kepada empat rasa
dasar,yaitu: manis ,asam,pahit,dan asin.Permukaan atas lidah terbagi
menjadi empat daerah yang sensitif terhadap rasa tertentu : pangkal lidah
sensitif terhadap rasa pahit , bagian kanan dan kiri lidah sensitif terhadap
rasa asam , bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin , dan ujung
lidah sensitif terhadap rasamanis (Soewolo,2005)

Rasa dasar (pencicipan) berhubungan erat dengan penciuman.


Banyak dari apa yang kita sebut rasa makanan sebenarnya aroma. Meskipun
bau dirasakan oleh ratusan jenis reseptor, rasa saat ini diyakini kombinasi
dari lima sensasi: manis, asam, asin, pahit, dan umami . Masing-masing dari
lima sensasi rasa saat ini diakui terkait dengan fungsi tubuh esensial. Rasa
asam dipicu oleh adanya 𝐻 + dan asin dengan kehadiran 𝑁𝑎+ , dua ion yang
konsentrasi dalam UID tubuh diatur erat. Tiga sensasi rasa lainnya yang
timbul dari molekul organik. Manis dan umami berhubungan dengan zat
bernutrisi. Rasa pahit diakui oleh tubuh sebagai peringatan dari komponen
mungkin beracun. Jika ada sesuatu terasa pahit, reaksi pertama kita adalah
sering meludah keluar. Reseptor untuk rasa terletak terutama pada kuncup
pengecap (taste buds) yang terdapat pada permukaan lidah . Satu pengecap
terdiri dari 50- 150 sel rasa, bersama dengan sel-sel pendukung dan sel basal
regeneratif. Reseptor rasa juga tersebar melalui daerah lain di rongga mulut,
seperti langit-langit (Silverthorn,2010).

Telinga terdiri atas tiga bagian : telinga luar , telinga tengah, dan
telinga dalam . Telinga dalam merupakan tempat dua sistem sensori yang
berbeda yaitu koklea yang mengandung reseptor yangmampu mengubah
gelombang bunyi menjadi impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar, dan
organ vestibular yang mengandung alat-alat keseimbangan .Dalam proses
mendengar membran timpani berfungsi menerima getaran suara luar , yang
selanjutnya diteruskan ke telinga dalam melalui tulang-tulang pendengaran
. Stapes akan berhubungan dengan telinga dalam melalui jendela lonjong (
fanestra ovalis). Telinga dalam terdiri atas koklea dan organ vestibular
.Koklea merupakan saluran yang berbentuk seperti rumah siput , yang di
dalamnya berisi organ korti sebagai reseptor getaran . Sedangkan organ
vestibular terdiri dari dua bagian yaitu : saluran setengahlingkaran ( kanalis
semisirkularis ) . dan vestibulum. Pada pangkal setiap saluran setengah
lingkaran terdapat penggelembungan yang disebut sebagai ampula.Di dalam
ampula ini terdapat keseimbangan dinamis yang disebut krista ampularis
atau krista. Vestibulum terdiri atas dua bagian , yaitu sakulus dan utrikulus
yang didalamnya terdapat keseimbangan statis yang disebut makula
akustika atau makula (Soewolo,2005)

Neuron di telinga yang sensitif terhadap frekuensi suara yang


berbeda, tetapi mereka tidak memiliki medan reseptif dan aktivasi mereka
tidak memberikan informasi tentang lokasi suara. Sebaliknya, otak
menggunakan waktu aktivasi reseptor untuk menghitung lokasi . Suara yang
berasal langsung di depan seseorang mencapai kedua telinga secara
bersamaan. Suara yang berasal dari satu sisi mencapai telinga lebih dekat
beberapa milidetik sebelum mencapai telinga yang lain. Otak memproses
perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk rangsangan suara untuk mencapai
kedua sisi korteks pendengaran dan menggunakan informasi tersebut untuk
menghitung sumber suara (Silverthorn,2010)

Ada dua macam alat keseimbangan , yaitu keseimbangan dinamis


(krista ampularis) dan alat keseimbangan statis .Krista ampularis terletak di
dalam ampula ,setiap telinga memiliki tiga krista ampularis yang posisinya
saling tegak lurus satu sama lain.Krista ampularis merupakan jaringan yang
melengkung dan mengandung sel-sel reseptor. Rambut-rambut selreseptor
secara bersamadilapisi oleh zatgelatin , sehingga secara keseluruhan bagian
ini berupa tudung yang disebut kupula. Kupula menonjol ke ruang ampula
yang berisikan endolimfe.Di bagian dasarsel-sel reseptor melekat ujung-
ujung dendrit saraf sensorik (Soewolo,2005).

Perputaran kepala menyebabkan endolimfe di dalam saluran semi


sirkularis bergerak. Aliran endolimfe tersebut akan mendorong kupula
sehingga kupula condong ke arah tertentu . Gerakan kupula ini akan
menggerakan pula rambut sel-sel reseptor .Apabila gerakan rambut condong
ke arah kinossilum , maka pada sel reseptor akan terjadi
hiperpolarisasi.Depolarisasi pada sel reseptor akan diikuti dengan
dilepaskanya neurotransmiter , yang selanjutnya akan membangkitkan
impuls pada ujung saraf sensoris. Impuls tersebut selanjutnya disampaikan
ke pusat keseimbangan di dalam otak .Posisi krista ampularis tegak lurus
satu sama lain, dan masing-masing berpasang-pasangan pada telinga kanan
dan telinga kiri .Setiap gerakan kepala akan dideteksi oleh paling tidak dua
krista ampularis,dimana sel-sel reseptor salah satu krista akan mengalami
depolarisasi dan sel-sel reseptor yang satunya akan mengalami
hiperpolarisasi . Akibat mekanisme ini , maka setiap gerakan rotasi kepala
dan tubuh akan disadari , sehingga keseimbangan kita saat bergeraktetap
terjaga (Soewolo,2005).

Sedangkan alat keseimbangan statis di lakukan oleh Makula


akustika yang terletak di dalam sakulus dan uritkulus . Bila seseorang dalam
posisi tegak ,maka rambut selreseptor dalam utrikulus berorientasi vertikal
dan rambut sel reseptor dalam sakulus berorientasihorizontal . Dalam
utrikulus pada setiap sisi kepala, sebagian sel reseptor terdepolarisasi dan
sebagian yang lain hiperpolarisasi .Sel reseptor yang terdepolarisasi akan
membebaskan neurotransmiter yang selanjutnya diikuti terjadinya impuls
pada ujung saraf sensoris untuk diteruskan ke pusat keseimbangan di otak
(Soewolo,2005).

Telinga dalam juga mendeteksi posisi tubuh yang berhubungan


dengan gaya gravitasi dan gerakan tubuh . Gerak tubuh manusia dideteksi
pada ketiga saluran setengah lingkaran di bagian atas masing-masing telinga
dalam. Ketiga saluran tersebut merupakan tiga tabung yang berisi cairan
,masing-masing mengarah ke salah satu dari ketiga bidang ruang . pada satu
ujung setiap saluran ada ruang kecil yang berisi sel-sel rambut sensori .
Setiap kali kepaladigerakan, saluran setengah lingkaran itupun bergerak .
Akan tetapi, cairan didalamnya itu gerakanya lambat,danakibatnya ada
gerak relatif di antara dinding saluran dan cairan (John,1992).

Dalam proses melihat mula-mula cahaya yang masuk melalui kornea


diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina.Sebelum mencapai fotoreseptor ,
cahaya tadi melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar. Akson sel-sel
ganglion pada permukaan dalam retina dan akan mengumpul menjadi satu
pada bagian belakang bola mata, membentuk saraf penglihatan . Tempat
menyatunya akson-akson sel ganglion disebut diskus optikus ( bintik buta )
. Bayangan benda yang kita lihat akan jatuh tepat pada retina, dan impulsnya
akan disampaikan ke pusat penglihatan pada lobus osipitalis untuk
diinterpretasikan (Soewolo,2005)

Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut


lengkung refleks, yang terdiri atas 5 komponen dasar: 1. Reseptor, 2. Saraf
aferen, 3. Pusat saraf (otak atau sumsum tulang belakang), 4. Saraf aferen,
5. Efektor. (Soewolo, 1999)

Berdasarkan sederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf,


reseptor sensori dikelompokkan menjadi (1) indera umum yang meliputi
reseptor dan jalur syaraf sederhana, sensasi taktil (sentuhan, tekanan,
vibrasi), sensasi termoreseptif(panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi
proprioseptif (Okesadaran atau aktivitas otot, tendon, sendi, keseimbngan),
(2) indera khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi
gustatory (pengecap), sensasi visual (penglihatan), sensasi auditori
(pendengaran), sensasi equilibrium (orientasi tubuh) (Basoeki, 2000).

D. ALAT DAN BAHAN

Alat

 Pemukul karet
 Gelas piala (100cc)
 Penggaris
 Gelas ukur
 Kapas
 Sari jeruk (nutrisari)
 Kertas pH
 Kertas hisap
 Ijuk
 Penggaris
 Meteran
 Pensil
 Jarum pentul
 Pinset
 Timer
 Kertas manila
 Tabung reaksi

Bahan

 Air
 Es batu
 Gula pasir
 Larutan gula
 Larutan kina
 Larutan garam dapur
 Larutan cengkeh
 Wortel
 Kentang
 Apel
 Bawang merah

E. PROSEDUR KERJA

a. Refleks Patella

Memukul ligamentum
Subyek duduk dengan
patellaris dengan pemukul
kedua kaki terjuntai bebas
karet

Memukul ligamentum Subyek menarik kedua


patellaris dengan pemukul tangan yang jari-jarinya
karet bertautan satu sama lain

Subyek duduk dengan


Memukul ligamentum
kedua kaki terjuntai bebas
patellaris dengan pemukul
dengan mengerjakan
karet
penjumlahan 3 digit angka

b. Refleks Achilles

Subyek duduk berlutut di


Memukul tendon
kursi dengan kedua
Achilles dengan pemukul
telapak kaki tergantung
karet
bebas (rileks)

Subyek duduk belutut di


Memukul tendon kursi dengan kedua
Achilles dengan pemukul telapak kaki kaku dan
karet tegang dan lebih
ditegakkan
c. Refleks kornea

Subyek duduk di
kursi

Mendekatkan sedekat
mungkin sedikit
kapas ke kornea mata
subyek

d. Refleks Fotopupil/Cahaya

Mengukur diameter
pupil subyek
sebelum diberi
perlakuan

Subyek menghadap Mengukur diameter


ke arah cahaya pupil segera setelah
setelah mata tertutup subyek membuka
selama 2 menit mata

e. Refleks Akomodasi Pupil

Subyek melihat
Mengukur diameter
suatu pbyek yang
pupilnya
berjarak ± 6 m

Subyek mengalihkan
Mengukur diameter pandangan pada
pupilnya obyek yang dekat ±
20 cm

f. Refleks Konvergensi
Subyek memusatkan
pandangan pada Mengamati posisi
suatu obyek yang kedua bola mata
jauh

Subyek mengalihkan
Mengamati posisi pandangan pada
kedua bola mata obyek di dekat mata
secara tiba-tiba

g. Refleks Menelan

Menelan saliva di
dalam mulut secara Mengamati apa yang
berturut-turut selama terjadi
20 detik

Melakukan hal yang


Mengamati apa yang sama untuk sejumlah
terjadi air yang dimasukkan
ke dalam mulut

h. Refleks Salivari

Menahan tidak Menahan tidak


Mengumpulkan saliva
menelan saliva selama menelan saliva selama
dalam gelas piala
2 menit 2 menit

Mengukur pH saliva
Mengumpulkan saliva dengan menempelkan Mengukur volume dan
dari mulut ke dalam
kertas pH pada ujung pHnya
gelas piala kecil
lidah

Meneteskan 2-3 tetes


Mengukur volume dan sari jeruk pada lidah
pHnya dan membiarkannya 2-
10 detik

i. Uji Pembeda Dua Titik


Menyentuhkan 2 jarum
pentul ada ujung jari subyek Mengulangi untuk daerah
dengan ajrak kedua ajrum sisi hidung, punggung
pentul dimulai dari yang lengan dan belakang leher
terpendek

Subyek menunjukkan bila Mencatat jarak terpendek


merasakan sentuhan dua kedua ujung jarum pentul
ujung jarum pentul atau yang dirasakan subyek atau
hanya satu ujung saja terdeteksi

j. Reseptor Sentuh

Membuat petak ukuran 2,5


cm pada punggung, Subyek memberi tahu bila
kemudian membaginya mengalami sensasi sentuhan
menjadi 25 petak kecil

Menekankan ijuk pada


petak-petak sampai ijuk
Subyek menutup mata bengkok, sekali untuk setiap
petak kecil dan tekanan yang
diberikan sama

k. Reseptor Sakit

Membuat petak 2,5 cm pada


Membedakan area yang
lengan bawah yang
identik dengan sensasi sakit
sebelumnya digunakan
dan sentuhan
untuk uji sentuhan

Menggunakan sejumput Meletakkan ujung jarum


kapas yang telah direndam pada permukaan kulit yang
air untuk mengompres kulit telah dipetaki kemudian
lengan tersebut selama 5 menekannya sampai
menit menghasilkan sensasi sakit

l. Menentukan Propioreseptor
Subyek menutup mata,
merentangkan tangan kanan sejauh
Menulis huruf X dengan menghadap mungkin di belakang tubuhnya,
papan tulis kemudidan dengan cepat membawa
jari telunjuk ke ujung hidungnya,
menghitung keberhasilannya

Subyek menutup mata, kemudian


Membiarkan beberapa saat spidol menunjuk jari tengah tangan kirinya
masih pada huruf X dengan telunjuk tangan kanannya,
menghitung keberhasilannya

Menutup mata, mengangkat tangan


Mengulangi 3 kali, mencatat hasil
kanan di atas kepala, kemudian
dengan mengukur jarak titik dengan
membuat titik sedekat mungkin
huruf X untuk setiap kali percobaan
dengan huruf X

m. Bintik Buta

Membuat gambar X dan O Pada jarak tertentu tanda O


berjarak 6 cm pada menghilang dari bidang
selembar kertas manila pandang subyek

Subyek memegang kertas


tersebut 50 cm di depannya
Perlahan-lahan subyek
dengan tanda X lurus pada
mendekati kertas, sementara
mata kanan, dan melihat
mata kanan tetap pada X
kedua gambar dengan
menutup mata kiri

n. Proyeksi Binokular

Membuat dua lubang


pada karton dengan jarak
sama dengan jarak kedua
pupil

Memegang karton 30 cm Mengamati apa yang


di depan mata dengan nampak ketika pada saat
latar belakang cahaya menutup salah satu
terang mata

Memandang kedua Mendekatkan karton ke


lubang, mata kiri ke arah mata perlahan, pada
lubang kiri, mata kanan jarak tertentu nampak
ke lubang kanan satu lubang
o. Pentingnya Penglihatan Binokuler

Subyek menutup salah


satu mata sambil Mengulangi sampai 10
memegang sebatang kali
pensil

Subyek memasukkan
Pengamat memegang
pensil ke dalam tabung
tabung reaksi vertikal
reaksi, mengamati
dengan lubang di atas
hasilnya

p. Adaptasi Olfaktori

Mencatat waktu yang


Subyek menutup mata
diperlukan sampai
dan menutuo satu
aroma menghilang dari
nostril dengan kapas
penciuman subyek

Pengamat memegang Subyek bernapas


sebotol minyak dengan satu nostril,
cengkeh di bawah menghembuskan napas
nostril yang terbuka lewat mulut

q. Reseptor Gustatori
Subyek membersihkan Subyek membersihkan
Pengamat meletakkan lidahnya, kemudian lidahnya, mengulangi
butiran gula pasir pada perlakuan diulang dengan menggunakan
ujung lidah subyek dan
mencatat waktunya dengan menggunkan nutrisari pada ujung dan
kina dan garam dapur sisi lidah

Subyek menunjukkan Pengamat mencatat


dengan mengangkat waktu seberapa lama
tangan bila ia telah dapat mengecap rasa
mengeca rasa manis manis

Pengamat mencatat
Mengulangi perlakuan
waktu seberapa lama
dengan menggunakan
dapat mengecap rasa
setetes larutan gula
manis

r. Pengecap dan Pembau

Subyek mengeringkan
lidahnya, menutup mata
Mencatat data dalam tabel
dan menjepit hidungnya
dengan nostril tertutup

Subyek diminta mengenali


Pengamat meletakkan
setiap potongan tadi
potongan wortel, bawang
berturut-turut dengan
merah, kentang daan apel
segera, setelah mengunyah
satu persatu pada lidah
dan setelah membuka
subyek
nostril

s. Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi

Subyek menutup mata Mengukur jarak


dan satu lubang telinga terjauh bunyi mulai
dengan kapas terdengar

Mendekatkan sebuah
timer pada telinga Mendekatkan timer ke
subyek yang terbuka, telinga subyek
satu garis lurus dengan perlahan
telinga

Meletakkan telinga
timer 2 meter lebih
Menjauhkan timer dari
jauh dari jarak terjauh
telinga perlahan
bunyi masih dapat
didengar subyek
t. Penghantaran Suara

Jika sudah tidak


Menggetarkan sebuah Meletakkan garputala terdengar suara,
garputala dengan yang bergetar di atas memindahkan garputala
pemukul karet kepala ke dekat telinga dan
mencatat hasilnya

Meletakkan tangkai pada Menutup kedua telinga,


kepala atau antara dua mencatat dimana letak
gigi atas-bawah sumber suara

Menutup salah satu


Mencatat suaara
telinga, mencatat dimana
terdengar dari mana
letak sumber suara

u. Tes Romberg

Subyek berdiri tegak


dengan kedua kaki
merapat, kedua tangan di Mencatat hasilnya
samping tubuh selama 5
menit

Pengamat Subyek menutup kedua


memperhatikan mata, mengulangi
goyangan tubuh subyek perlakuan

v. Kanalis Semisirkularis

Subyek duduk di
Mencatat sensasi
atas kursi putar,
yang dialami
kaki bertumpu di
subyek
sandaran kaki

Memutar kursi putar Menghentikan


selama beberapa putaran kursi
detik dengan tiba-tiba
F. HASIL PENGAMATAN

KEGIATAN LANGKAH Respon subyek


KERJA
Percobaab ke- Hasil
1 ++
2 ++
Subyek tidak 3 +
melakukan apa-
apa, duduk Keterangan:
dengan kaki ++: refleks subyek baik
terjuntai +++: refleks subyek sangat baik
Percobaab ke- Hasil
1 ++
2 ++
Subyek 3 +++
REFLEKS mengerjakan
PATELLA penjumlahan 3 Keterangan:
digit angka ++: refleks subyek baik
+++: refleks subyek sangat baik
Percobaab ke- Hasil
1 ++
2 -
Subyek menarik 3 -
kedua tangan
yang jari jarinya Keterangan:
bertautan satu ++: refleks subyek baik
sama lain +++: refleks subyek sangat baik
REFLEKS Kaki subyek Respon kaki ditekuk
ACHILLES tergantung bebas Tendon achilles Tendon
kemudian telapak kanan achilles kiri
kaki ditekuk ke
arah betis, tepuk
bagian kanan dan
kiri tendon Tidak ada Tidak ada

achilles refleks (terasa refleks (terasa


sakit) sakit)

Respon kaki rileks


Tendon achilles Tendon
kanan achilles kiri

Telapak kaki Telapak kaki


menendang kea menendang
rah belakang kea rah
belakang
REFLEKS Dekatkan sedekat Respon mata:
KORNEA mungkin sedikit Mata berkedip
kapas ke kornea
mata subyek

REFLEKS a. Ukur diameter Diameter


FOTOPUPIL/ pupil sebelum pupil sebelum 0,5 cm
CAHAYA diberi diberi
perlakuan perlakuan
b. Subyek Diameter
menghadap ke pupil setelah 0,3 cm
arah cahaya diberi
setelah mata perlakuan
tertutup
selama 2
menit. Ukur
diamter pupil,
segera setelah
pelaku
membuka
mata

REFLEKS a. Pada cahaya Diameter 0,6 cm


AKOMODASI yang cukup pupil normal
PUPIL terang, pelaku Diameter 0,5 cm
diminta pupil melihat
melihat suatu benda
obyek yang berjarak 6 m
berjarak kira- Diameter 0,6 cm
kira 6 m. Ukur pupil melihat
diameter benda
pupilnya. berjarak 20
b. Kemudian cm
pelaku
diminta
mengalihkan
pandangan
pada obyek
yang dekat
misalnya
sebuah pensil
yang
diletakkan
pada jarak 20
cm dari mata
pelaku. Amati
perubahan
ukuran
diameter
pupil.
REFLEKS Posisi kedua Kedua bola mata
KONVERGENSI a. Pelaku bola mata tepat ditengah
diminta saat
memusatkan memusatkan
pandangannya pandangan
pada suatu Posisi kedua Mata kiri condong
obyek yang bola mata ke kanan dan mata
jauh. Amati saat kanan tetap di
posisi kedua mengalihkan tengah
bola matanya. pandangan
b. Kemudian
pelaku
diminta
mengalihkan
pandangan
pada obyek di
dekat mata,
amati posisi
bola matanya.

REFLEKS a. Coba telan Setelah Lidah kasat / kering


MENELAN saliva di menelan
dalam mulut saliva 20
secara detik
berturut-turut berturut-
selama 20 turut
detik. Apa Setelah Lidah masih terasa
yang terjadi? memasukkan basah
b. Lakukan hal sejumlah air
yang sama ke dalam
untuk mulut
sejumlah air
yang
dimasukkan
ke dalam
mulut.

REFLEKS a. Setelah Perlakuan volume PH


SALIVARI menahan tidak Tidak 0,5 ml 8
menelan menelan
saliva selama selama 2
2 menit. menit
Kumpulkan Ditetesi - 4
saliva dari sari jeruk
mulut ke Tidak 2 ml 4
dalam gelas menelan
piala kecil. selama 2
Ukur volume menit
dan pH
b. Teteskan 2-3
tetes sari jeruk
pada lidah.
Biarkan 5-10
detik. Ukur
pH saliva
dengan cara
menenmpelka
n kertas pH
pada ujung
lidah
c. Setelah
menahan tidak
menelan
saliva selama
2 menit,
kumpulkan
saliva dalam
gelas piala.
Ukur volume
dan pH

UJI PEMBEDA a. Pengamat Perlakuan Jarak (mm)


DUA TITIK menyentuhkan Jarak 0,4 cm
2 ujung jarum terpendek
pentul pada Hidung 0,4 cm
ujung jari Punggun 1,1 cm
subyek lengan
dengan jarak Belakang 1,5 cm
kedua jarum leher
pentul dimulai
dari yang
terpendek
b. Subyek harus
menunjukkan
bila ia
merasakan
sentuhan dua
ujung jarum
pentul atau
hanya satu
ujung saja
c. Catat jarak
terpendek
kedua ujung
jarum pentul
yang
dirasakan
subyek atau
terdeteksi
d. Ulangi untuk
daerah sisi
hidung,
punggung
lengan dan
belakang leher

RESEPTOR a. Buatlah petak + + + + +


SENTUH ukuran 2,5 cm + + + + +
pada + + + + +
punggung + + + + +
lengan, + + + + +
kemudian bagi
menjadi 25 Keterangan:
petak kecil + : terasa
b. Subyek - : tidak terasa
menutup mata.
Pengamat
menekan ijuk
pada petak-
petak sampai
ijuk bengkok,
sekali untuk
setiap petak
kecil dan
tekanan yang
diberikan
harus sama
c. Subyek harus
memberi ahu
bila
mengalami
sensasi
sentuhan.
Pengamat
mencatat hasil

RESEPTOR a. Buatlah petak + + + + +


SAKIT 2,5 cm pada + + + + +
lengan bawah + + + + +
yang + + + + +
sebelumnya + + + + +
digunakan
untuk uji Keterangan:
sentuhan + : terasa
b. Gunakan - : tidak terasa
sejumput
kapas yang
telah
direndam air
untuk
mengompres
kulit lengan
tersebut
selama 5
menit,
tambahkan air
bila perlu
c. Letakkan
ujung jarum
pada
permukaan
kulit dan tekan
secukupnya
sampai
menghasilkan
sensasi sakit
d. Bedakan
sensasi sakit
dan sentuhan!
Apakah area
untuk
sentuhan dan
sakit identik?

MENENTUKAN a. Dengan R1 0,5


PROPIORESEPT menghadap cm
OR papan tulis, R2 1
tulislah huruf Cm
“X” R3 1,3
b. Biarkan untuk Cm
beberapa saat Rata-rata 0,93
kapur masih cm
pada huruf X
c. Sekarang tutup Perlakuan Hasil
mata, angkat
tangan kanan
di atas kepala,
kemudian Menunjuk jari 6 berhasil, 4
buatlah titik tengah tangan gagal
sedekat kiri dengan
mungkin telunjuk
dengan huruf tangan kanan
X Jari telunjuk 7 berhasil, 3
d. Ulangi 3 kali, ke hidung gagal
catat hasilnya
dengan Keterangan:
mengukur + : berhasil
jarak titik - : tidak berhasil
dengan huruf
X untuk setiap
kali coba
e. Subyek
menutup mata,
kemudian
menunjuk jari
tengah tangan
kirinya dengan
telunjuk
tangan
kanannya.
Bagaimanan
keberhasilanny
a?
f. Dengan mata
tertutup,
subyek
merentangkan
tangan kanan
sejauh
mungkin
dibelakang
tubuhnya.
Kemudian
dengan cepat
membawa jari
telunjuk ke
ujung
hidungnya.
Seberapa tetap
keberhasilanny
a?

BINTIK BUTA a. Buatlah Posisi pada Posisi pada


gambar X dan mata kanan mata kiri
O berjarak 6 x o x o
cm pada = 34 cm = 41 cm
selembar O O
kertas manila x x
b. Subyek = 33 cm = 44 cm
memegang o x o x
kertas tersebut = 45 cm = 44 cm
50 cm di X X
depannya o o
dengan tanda = 41 cm = 42 cm
X lurus pada
mata kanan
subyek.
Subyek harus
dapat melihat
kedua gambar
dengan
menutup mata
kiri
c. Perlahan –
lahan subyek
mendekati
kertas,
sementara
mata kanan
tetap pada X
d. Pada jarak
tertentu tanda
O menghilang
dari bidang
pandang
subyek. Sebab
bayangan jatuh
pada bintik
buta

PROYEKSI a. Buatlah dua Nampak satu lubang pada jarak = 2, 5


BINOKULAR lubang pada cm
karton dengan Saat ditutup terlihat dua lubang
jarak sama
dengan jarak
kedua pupil
b. Pegang karton
30 cm di
depan mata
dengan latar
belakang
cahaya terang
c. Pandang kedua
lubang, mata
kiri ke lubang
kiri, mata
kanan ke
lubang kanan
d. Dekatkan
karton ke arah
mata perlahan
– lahan, pada
jarak tertentu
nampak satu
lubang
e. Pada saat ini
tutup salah
satu mata. Apa
yang nampak?

PENTINGNYA a. Subyek Berhasil = 3 kali


PENGLIHATAN menutup salah Gagal = 7 kali
BINOKULAR satu mata
sambil
memegang
sebatang
pensil.
b. Pengamat
memegang
tabung reaksi
vertikal
dengan lubang
diatas.
c. Subyek
memasukkan
pensil ke
dalam tabung
reaksi,
bagaimana
hasilnya?
d. Ulangi sampai
10 kali
ADAPTASI a. Subyek
OLFAKTORI menutup Mulai tercium : 6 cm
mata dan satu
nostril Bau hilang: 8 cm
ditutup
dengan kapas
b. Pengamat
memegang
sebotol
minyak
cengkeh di
bawah nostril
yang tebuka
c. Subyek
bernafas
dengan satu
nostril,
menghembus
kan nafas
lewat mulut
d. Catat waktu
yang
diperlukan
sampai
aroma
menghilang
dari
penciuman
subyek

RESEPTOR a. Pengamat Perlakuan Waktu (detik)


GUSTATORI meletakkan Butiran gula 27,86
butiran gula Larutan gula 2,75
pasir pada Kina 5,5
ujung lidah Garam dapur 4,39
subyek dan Nutrisari 5,8
mencatat
waktunya
b. Subyek
menunjukkan
dengan
mengangkat
tangan bila ia
telah
mengecap rasa
gula (manis).
Pengamat
mencatat
waktu lagi,
merekam
berapa lama
subyek
mengecap gula
c. Ulangi
perlakuan
diatas dengan
menggunakan
setetes larutan
gula. Rekam
lagi berapa
lama waktu
yang
diperlukan
subyek untuk
mengecap rasa
manis
d. Subyek
membersihkan
lidahnya,
kemudian
perlakuan
diulang
dengan
menggunakan
zat lain seperti
kina dan
garam dapur
e. Setelah subyek
membersihkan
lagi lidahnya,
ulangi dengan
menggunakan
nutrisari pada
ujung dan sisi
lidah
PENGECAP a. Subyek Menutup nostril
DAN PEMBAU mengeringkan mengec memba rasa
lidahnya, ap u
menutup mata, Apel √ * +++
dan menjepit Kentan √ * -
hidungnya g
sehingga Bawan √ * Peda
kedua nostril g s
tertutup merah
b. Pengamat wortel √ * -
meletakkan
potongan Membuka nostril
wortel, mengec memba rasa
bawang ap u
merah, Apel √ ** +++
kentang dan Kentan √ * -
apel satu g
persatu pada Bawan √ ** Peda
lidah subyek g s
c. Subyek merah
diminta
wortel √ * -
mengenali
Keterangan:
setiap
#: bisa mengecap
potongan tadi
*: tidak berbau
berturut-turut
**: berbau
dengan segera,
+++: manis
setelah
++: kurang manis
mengunyah
+: sangat kurang manis
(nostril
--: pahit
tertutup) dan
-: hambar
setelah
membuka
nostril
d. Rekan data
dalam tabel

KETAJAMAN a. Subyek
SUMBER BUNYI menutup mata Jarak terjauh 1 : 1,15 m
dan satu
lubang telinga Jarak terjauh 2 : 1,20 m
dengan kapas
b. Pengamat
mendekatkan
sebuah timer
pada telinga
subyek yang
terbuka.
Usahakan agar
telinga satu
garis lurus
c. Jauhkan timer
dari telinga
perlahan-lahan
d. Letakkan timer
2 meter lebih
jauh dari jarak
terjauh bunyi
yang masih
dapat didengar
subyek
e. Dekatkan
timer ke
telinga subyek
perlahan lahan
f. Ukur jarak
terjauh bunyi
mulai
terdengar
subyek.
Apakah jarak
sama?
Mengapa

PENGHANTARA a. Getarkan Perlakuan Letak Sumber


N SUARA sebuah garpu suara
tala dengan Garpu tala Kanan
pemukul karet diatas kepala
b. Letakkan
Salah satu Kanan
tangkai pada
telinga ditutup
kepala atau
Kedua telinga Kanan
dua gigi atas-
ditutup
bawah
c. Terdengar Diletakkan Kanan dan

suara dari dekat telinga sangat

mana? mendenging

d. Tutup salah
satu telinga,
dimana letak
sumber suara?
e. Tutup kedua
telinga,
dimana
sumber bunyi?
f. Letakkan
garputala yang
bergetar diatas
kepala
g. Bila sudah
tidak terdengar
suara,
pindahkan
garputala di
dekat telinga
h. Bagaimana
hasilnya?

TES ROMBERG a. Subyek berdiri Mata terbuka Mata tertutup


tegak dengan Bergoyang pada Bergoyang pada
kedua kaki waktu 36 detik waktu 10 detik
merapat,
kedua tangan
di samping
tubuh selama 5
menit
b. Pengamat
memperhatika
n goyangan
tubuh subyek
c. Sekarang
subyek
menutup
kedua mata,
mengulangi
perlakuan
sebelumnya
d. Bagaimana
hasilnya?

KANALIS a. Subyek duduk Pusing


SEMISIRKULAR diatas kursi Pandangan buram
IS putar, kaki Setelah berhenti masih merasa
bertumpu di berputar-putar sesaat
sandaran kaki
b. Pengamat
memutar kursi
putas selama
beberapa
detik.
c. Pengamat
menghentikan
putaran kursi
dengan tiba-
tiba
d. Bagaimana
sensasi yang
dialami
subyek?
e. Bila subyek
masih merasa
kursi berputar,
berarti fungsi
kanalis
semisirkularis
masih normal
G. ANALISIS DATA

Praktikum kali ini membahas tentang sensasi indera dan refleks pada
manusia. Pada percobaan reflek patella perlakuan pertama, yaitu subyek tidak
melakukan apa-apa dan duduk dengan kaki terjuntai, percobaan ke-1 dan kedua
refleks subyek baik dan pada percobaan ke- 3 hasil refleks subyek kurang baik.
Perlakuan kedua, subyek mengerjakan penjumlahan 3 digit angka, percobaan
pertama dan kedua refleks subyek baik, sedangkan pada percobaan ketiga refleks
subyek sangat baik. Perlakuan ketiga, sunyek disuruh untuk menarik tangan yang
jari jarinya bertautan satu sama lain, percobaan pertama refleks subyek baik
sedangkan pada percobaan kedua dan ketiga subyek tidak menunjukkan adanya
refleks.
Pada percobaan refleks Achilles, pada perlakuan respons kaki ditekuk,
tendon Achilles kanan dan kiri subyek tidak menunjukkan adanya refleks, namun
terasa sakit akibat dipukul dengan pemukul karet. Sedangkan pada perlakuan respns
kaki rileks, tendon kanan dan kiri subyek menunjukkan adanya respon, sehingga
telapak kaki subyek menendang kea arah belakang
Refleks kornea mata subyek saat didekatkan sedekat mungkin dengan
kapas adalah berkedip.
Diameter pupil sebelum diberiperlakuan mengenai rfleks fotopupil cahaya
adalah sebesar 0,5 cm, setelah mata tertutup selama 2 menit dan disinari cahaya
flash handphone diameter pupil berubah menjadi 0,3 cm
Pada refleks akomodasi pupil subyek diminta untuk melihat objek sejauh 6
meter. Diameter pupil normal subjek adalah 0,6 cm namun setelah melihat benda
berjarak 6 m diameter pupil subyek adalah sebesar 0,5 cm, dan pada saat subyek
melihat benda dekat dengan jarak 20 cm dari mata, diameter pupilnya adalah 0,6
cm.
Untuk mengetahui refleks konvergensi, subyek diminta untuk memuatkan
pandangannya pada suatu obyek maka kedua bola mata subyek berada tepat di
tengah, dan ketika subyek mengalihkan pandangan, mata kiri subyek condong ke
kanan dan mata kanan subjek tetap di tengah.
Pada percobaan refleks menelan lidah subyek kasat/kering setelah menelan
saliva 20 detik berturut-turut, lidah subyek masih terasa basah setelah memasukkan
sejumlah air ke dalam mulut.
Pada percobaan refleks salivary, subyek yang tidak menelan selama 20
menit memiliki vlume saliva 20 ml dengan pH=8, namun saat ditetesi jeruk pH nya
= 4. Setelah tidak menelan selama 2 menit, volume saliva subyek adalah 2 ml
dengan pH=4.
Pada uji pembeda dua titik, jarak terpendek kedua jarum pentul adalah 0,4
cm, jarak terpendek pada sisi hidung adalah 0,4 cm, pada sisi punggu lengan 1,1
cm, dan pada sisi belakang leher 1,5 cm.
Setelah dibuat petakan 2,5 cm dengan 25 petak kecl pada reseptor sentuh,
subyek merasakan semua sentuhan saat pengamat menekan ijuk pada petak kecil
tersebut.
Sedangkan pada percobaan reseptor sakit, subyek terlebih dahulu
dikompres kulitnya, kemudian subyek merasakan semua sentuhan/ sakit pada
seluruh petak kecil yag ditekan jarum.
Dalam menentukan propioreseptor, diperoleh R1 = 0,5 cm, R2= 1 cm, dan
R3= 1,3 cm, sehingga rata-rata nya yaitu 0,93 cm. ktika subyek menunjuk jari
tengah tangan kiri menggunakan telujuk tangan kanan dengan mata tertutup, subyek
berhasil sebanyak 6 kali dan 4 kali gagal. Sedangkan ketika subyek merentangkan
tangan kanan sejauh mungkin di belakang tubuhnya dan dengan cepat membawa
jari telunjuk ke ujung hidupnya, subyek berhasil sebanyak 7 kali dan gagal
sebanyak 3 kali.
Pada uji bintik buta, posisi pada mata kanan, letak bitnik buta subyek

terhadap bayangan =34 cm, mata kiri = 41 cm, mata kanan = 33

cm, mata kiri = 44 cm, mata kanan =45 cm, mata kiri =44 cm,

mata kanan = 41 cm, mata kiri = 42 cm.


Pada percobaan proyeksi binokuler, subyek Nampak satu lubang pada jarak
2,5 cm, namun saaat ditutup terlihat dua lubang.
Pentingnya penglihatan binokuler, subyek berhasil memasukkan pensil ke
tabung reaksi secara vertical sebanyak 7 kali, dan gagal sebanyak 3 kali.
Pada percobaan adaptasi olfaktori, subyek menutup mata dan dalah satu
nostril, minyak cengkeh mulai tercium oleh subyek saat berjarak 6 cm, dan bau nya
mulai hilang pada jarak 8 cm.
Pada uji respetor gustatori, butiran gula dapat dirasakan subyek dalam
waktu 27,86 detik, larutan gula dapat dirasakan subyek dalam waktu 2,75 det ik,
kina dapat dirasakan subyek dalam waktu 5,5 detik, garam dapur dapat dirasakan
subyek dalam waktu 4,39 detik, nutrisari dapat dirasakan subyek dalam waktu 5,8
detik.
Pada uji pengecap dan pembau, subyek dapat mengecap seluruh bahan baik
pada saat membuka dan menutup nostril, hampir semua bahan tidak dapat tercium
baunya kecuali perlakuan membuka nostril pada apel dan bawang merah. Baik saat
menutup dan membuka notril, apel terasa manis (+++), kentang dan wortel terasa
hambar, dan bawang merah terasa pedas.
Pada tes ketajaman sumber bunyi jarak terjauh pertama yang dapat
terdengar subyek adalh 1,15 m dan yang kedua(2 meter lebih jauh dari jarak
pertama) adalah 1,20 m.
Pada uji penghantaran suara menggunakan garputala, suara garputala
dengan perlakuan garputala diatasa kepala, salah satu telinga ditutup, kedua telinga
ditutup diletakkan dekat telinga, letak sumber suara semuanya berasal dari kanan,
namun berbeda dengan perlakuan lainnya, ketika didekatkan dengan telinga suara
garputala sangat mendenging pada subyek.
Pada tes Romberg, subyek mulai bergoyang pada waktu 36 detik dan pada
saat menutup mata, subyek mulai bergoyan pada waktu 10 detik.
Untuk menguji kenormalan kanalis sirkularis, subyek diminta duduk diatas
kursi, kaki bertumpu diatas sandaran kaki dan kursi diputar bebrapa lama. Dengan
begitu, subyek merasakan pusing, pandang buram dan sensasi berasa diputar
walaupun telah berhenti.
H. PEMBAHASAN

a. Refleks Patella

 Percobaan pertama yaitu saat subyek tidak melakukan apa-apa, duduk


dengan kaki terjuntai. Dengan 3 kali percobaan didapatkan hasil refleks
masih bekerja dengan baik dan kuat. Hal ini disebabkan karena neuron sel
saraf pada bagian tersebut masih rileks dan belum diberi perlakuan sehingga
refleksnya masih cepat (Soewolo, 2000).
 Percobaan kedua yaitu saat subyek mengerjakan penjumlahan 3 digit angka,
dengan posisi yang sama. Dengan 3 kali percobaan didapatkan hasil refleks
yang juga masih bekerja dengan baik. Menurut teori, neuron sel saraf
harusnya bekerja lebih lambat karena otak sedang bekerja dan
mengakibatkan terhambatnya penghantaran impuls. Kemungkinan yang
menyebabkan refleks masih berkerja adalah soal yang diberikan terlalu
mudah bagi subyek (Soewolo, 2000).
 Percobaan ketiga adalah saat subyek menarik kedua tangan yang jari-jarinya
bertautan satu sama lain, dengan posisi yang sama. Dengan 3 kali
percobaan, hanya satu kali kaki mengalami refleks sedangkan kedua lainnya
tidak. Hal ini disebabkan otak yang juga bekerja pada anggota tubuh yang
lain, yang menyebabkan adanya neuron sel saraf yang bekerja bersamaan
sehingga refleks pada kaki menjadi terhambat (Soewolo, 2000).

b. Refleks Achilles

 Percobaan pertama adalah kaki subyek tergantung bebas dengan telapak


kaki ditekuk ke arah betis dengan keadaan rileks. Hasil menunjukkan bahwa
otot dan saraf masih bekerja dengan baik dengan ditunjukkan telapak kaki
yang menendang ke arah belakang dan masih terasa sakit. Hal ini
disebabkan otot yang masih bisa merespon impuls saraf dan menghasilkan
refleks (Soewolo, 2000).
 Percobaan kedua adalah kaki subyek tergantung bebas dengan telapak kaki
ditekuk ke arah betis dengan telapak kaki yang ditekuk sehingga menegang.
Hasil menunjukkan bahwa otot tidak merespon impuls sehingga telapak
kaki tidak ada pergerakan dan tidak terasa sakit (Soewolo, 2000).

c. Refleks Kornea

 Percobaan dilakukan dengan mendekatkan sedekat mungkin kapas ke


kornea mata subyek. Hasil menunjukkan bahwa mata berkedip. Hal ini
disebabkan otak telah menerima neuron sel saraf dan menghasilkan refleks
dengan mengedipkan mata dengan tujuan melindungi mata dari benda luar
(Soewolo, 2000).

d. Refleks Fotopupil/Cahaya

 Percobaan dilakukan oleh subyek yang menghadap ke arah cahaya setelah


mata tertutup selama 2 menit, dan segera membuka mata untuk diukur
diameter pupilnya. Hasil menunjukkan pupil mengecil setelah diberi
perlakuan yaitu dari 0,5 cm menjadi 0,3 cm dan juga pandanga menjadi agak
kabur. Hal ini disebabkan adanya kontraksi pupil yaitu mengecilnya
diameter pupil yang bertujuan membatasi banyaknya cahaya tepi yang
masuk ke bagian tepi lensa. Cahaya tepi ini yang juga menghasilkan
kaburnya bayangan karena tidak fokus jatuh di retina (Soewolo, 2000).

e. Refleks Akomodasi Pupil

 Percobaan dilakukan dengan subyek melihat suatu obyek yang berjarak 6 m


dan kemudian dialihkan pandangannya pada obyek yang dekat dengan jarak
20 cm dari mata subyek. Hasil menunjukkan diameter pupil yang
menyempit dan meluas dengan kedua perlakuan tersebut. Pada perlakuan
pertama diameter pupil mengecil dari 0,6 cm menjadi 0,5 cm. Hal ini
disebabkan pupil yang mengalami kontraksi dengan menyempit agar dapat
memfokuskan bayangan ke retina. Begitu juga dengan perlakuan setelahnya
dengan pupil kembali dengan ukuran awal yaitu 0,6 cm. Hal ini disebabkan
pupil yang berkontraksi melebar kembali untuk menyesuaikan tepat
tidaknya bayangan yang jatuh ke retina (Soewolo, 2000).

f. Refleks Konvergensi
 Percobaan dilakukan dengan subyek memusatkan pandangan pada suatu
obyek yang jauh. Hasil menunjukkan bahwa posisi kedua bola mata tepat di
tengah dan terfokus pada satu benda. Hal ini disebut dengan single
binocular vision yang dapat mengarahkan cahaya dari suatu benda jatuh
pada titik-titik sesuai (corresponding points). Hal ini disebabkan karena
cahaya yang datang relatif sejajar dan dapat langsung melewati pupil dan
sampai ke titik sesuai pada retina sehingga posisi kedua bola mata tepat di
tengah (Soewolo, 2000).
 Percobaan kedua yaitu subyek mengalihkan pandangan pada obyek di dekat
mata. Hasil menunjukkan bahwa posisi bola mata kiri, condong ke kanan
sedangkan mata kanan tepat di tengah. Menurut teori apabila benda
didekatkan ke mata, kedua bola mata diputar ke arah medial sehingga
bayangan jatuh pada titik sesuai. Hal ini disebut konvergensi bola mata.
Hasil belum sesuai teori disebabkan saat mendekatkan benda terlalu tiba-
tiba sehingga bola mata refleks berputar tidak ke arah yang seharusnya
(Soewolo, 2000).

g. Refleks Menelan

 Percobaan dengan menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut


selama 20 detik. Hasil menunjukkan bahwa lidah terasa kesat/kering.
Menurut teori, tahap faringeal dalam penelanan hanya terjadi dalam 2 detik,
sehingga tidak mengganggu proses respirasi. Pusat menelan secara khusus
menghambat pusat respirasi selama waktu tersebut, menghentikan
pernapasan untuk melangsungkan penelanan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa akan sulit untuk menelan secara berturut-turut selama
20 menit karena tidak seimbang dengan proses respirasi dan susah bernapas.
Sehingga otomatis lidah juga akan terasa kesat/kering (Indriawati, 2009).
 Percobaan selanjutnya menelan saliva dengan sejumlah air dimasukkan ke
dalam mulut. Hasil menunjukkan lidah masih terasa basah. Berdasarkan
pada percobaan pertama, jika akan sulit menelan saliva secara berturut-
turut. Berbeda dengan masuknya air sehingga secara otomatis katup
pernapasan juga akan tertutup dan sistem pencernaan yang bekerja,
sehingga penelanan lebih mudah dan tidak terhambat (Indriawati, 2009).

h. Refleks Salivary

 Percobaan dengan menahan tidak menelan saliva selama 2 menit. Hasil


menunjukkan volume saliva yaitu 0,5 ml dengan pH 8. Menurut teori proses
refleks saliva yaitu dari membayangkan, melihat dan mencium makanan →
korteks serebri → pusat salivasi medula → neuron parasimpatik → kelenjar
saliva →sekresi saliva. Teori tersebut menjelaskan apabila dalam keadaan
terkondisikan yaitu sekresi saliva yang umum. Pada percobaan ini saliva
ditahan tidak ditelan selama 2 menit, sehingga sekresi saliva tidak normal
dan saliva tersebut tertampung di rongga mulut. pH menunjukkan 8 yang
berarti mulut dalam kondisi sedikit basa (Indriawati, 2009).
 Percobaan selanjutnya adalah dengan meneteskan 2-3 tetes sari jeruk pada
lidah dan membiarkannya selama 5-10 detik, dan setelahnya menahan tidak
menelan saliva selama 2 menit. Hasil menunjukkan volume saliva 2 ml
dengan pH 4. Menurut teori perubahan pH pada saliva disebabkan oleh
kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas buffer
saliva. Dikarenakan sari jeruk tersebut bersifat sehingga menimbulkan
rangsang produksi saliva yang lebih begitu juga dengan turunnya nilai pH
menjadi asam (Afrina, 2014).

i. Uji Pembeda Dua Titik

 Percobaan dengan menyentuhkan 2 ujung jarum pentul pada ujung jari,


hidung, punggung lengan, dan belakang leher dengan jarak terpendek. Hasil
menunjukkan bahwa jarak terpendek masing-masing adalah 0,4 cm, 0,4 cm,
1,1 cm, dan 1,5 cm. Menurut teori kepekaan pada berbagai bagian tubuh
berbeda-beda dan memiliki daerah sensori berbeda di otak (Soewolo, 2000).
Reseptor sentuhan dan tekanan paling besar di ujung jari sedangkan paling
kecil di belakang leher, sehingga pada ujung jari dapat dirasakan 2 titik
paling pendek diantara perlakuan lain (Basoeki, 1988).

j. Reseptor Sentuh
 Percobaan dengan membuat petak ukuran 2,5 cm pada punggung lengan
yang kemudian dibagi menjadi 25 petak kecil yang akan ditekan ijuk pada
setiap petaknya. Hasil menunjukkan bahwa seluruh petak kecil merasakan
sentuhan. Menurut teori reseptor yang bertanggungjawab terhadap sensasi
sentuhan adalah ujung saraf telanjang dan ujung saraf berkapsul. Pada ujung
saraf berkapsul terdapat reseptor berkapsul yaitu badan Meissner, yang
terletak di dalam dermis yang merupakan mekanoreseptor yang merespon
sentuhan ringan. Terdapat mekanoreseptor lain yaitu cawan Merkel yang
berada di ujung saraf telanjang yang terletak pada lapisan luar kulit dan
menerima stimulus sentuhan ringan juga. Sentuhan ijuk dapat terasa karena
sentuhan dan tekanan yang diberikan ke kulit sama sehingga dapat diterima
oleh reseptor cawan Merkel dan dapat diteruskan ke otak sehingga dapat
dihasilkan sensasi sentuhan (Soewolo, 2000).

k. Reseptor Sakit

 Percobaan dengan membuat petak yang sama seperti uji reseptor sentuhan
yang dikompres dengan es batu selama 5 menit dan menekan ujung jarum
pada permukaan kulit pada tiap petak. Hasil menunjukkan bahwa seluruh
petak merasakan sensasi sakit. Menurut teori, reseptor sakit terdapat di
ujung saraf telanjang di dalam kulit dan organ dalam. Ada 2 tipe sensasi
sakit yaitu sensasi sakit somatik dan viseral. Pemberian es pada permukaan
kulit mengurangi pembengkakan dan rasa sakit dari jarum pentul. Sensasi
sakit disebabkan oleh reseptor sakit somatik yang merespon stimulus
mekanik dan kimia. Rasa sakit somatik akibat stimulus disebut dengan
supervikal somatik pain (Soewolo, 2000).

l. Menentukan Propioreseptor

 Percobaan dengan menghadap papan tulis dan menulis huruf X,


membiarkan beberapa saat saat spidol masih menempel pada huruf X,
menutup mata dan mengangkat tangan kanan di atas kepala kemudian
membuat titik sedekat mungkin dengan titik X. Hasil menunjukkan dari 3
kali percobaan didapatkan rata-rata jarak titik X dengan titik coba adalah
0,93 cm. Dapat diketahui bahwa propioreseptor dapat terjadi karena adanya
kontraksi otot, ketika menutup mata dan membuat titik yang hasilnya tidak
terlalu jauh dengan huruf X. Pada saat mata tertutup dan tangan bergerak
menuju huruf X, otot berkontraksi sehingga stimulus dapat diterima reseptor
dan diteruskan ke otak. Reseptor akan menjaga agar gerak tangan kurang
lebih sama seperti sebelumnya (Soewolo, 2000).
 Percobaan kedua dengan menutup mata dan menunjuk jari tengah tangan
kiri dengan telunjuk tangan kanan. Hasil menunjukkan daei 10 kali
percobaan berhasil 6 kali coba. Hal tersebut menunjukkan propioreseptor
masih bekerja dengan baik karena stimulus yang telah direkam dengan baik
oleh otak begitu juga dengan percobaan merentangkan tangan dari belakang
tubuh dan menyentuh ujung hidung dengan mata tertutup yang
menunjukkan hasil 7 kali berhasil dari 10 kali percobaan sehingga
menjukkan propioreseptor bekerja dengan baik (Soewolo, 2000).

m. Bintik Buta

 Percobaan dengan membuat gambar X dan O yang berjarak 6 cm, subyek


memegang kertas dengan jarak 50 cm di depannya dengan tanda X lurus
dengan mata kanan dan harus melihat kedua titik dengan mata kiri. Perlahan
subyek mendekati, mata kanan tetap melihat X hingga O menghilang dari
bidang pandang. Menurut teori, pada saat melihat bayangan harus tepat
jatuh di retina untuk merangsang sel batang dan kerucut agar dan
menghasilkan impuls saraf yang harus dihantarkan ke area visual korteks
serebralis. Yang selanjutnya akan diproyeksikan oleh lensa yang akan
melewati lapisan ganglion dan bipolar sehingga tepat di retina. Tempat
menyatunya akson-akson sel ganglion pada permukaan retina disebut bintik
buta (Soewolo, 2000).

n. Proyeksi Binokuler

 Percobaan dengan membuat dua lubang dengan jarak sama dengan kedua
pupil dan memegangnya 30 cm di depan mata dengan latar belakang cahaya
terang. Melihat kedua lubang dengan mata kiri lubang kiri dan mata kanan
lubang kanan. Mendekatkan karton ke arah mata perlahan sampai nampak
satu lubang dan setelahnya menutup salah satu mata. Hasil menunjukkan
pada jarak 2,5 cm nampak satu lubang dan pada saat mata ditutup terlihat
dua lubang kembali. Menurut teori penglihatan bikoluer adalah pengilhatan
yang menggunakan kedua mata secara serentak sehingga bayangan akan
tepat jatuh ke retina. Hasil yang diperoleh sama dengan teori dimana ketika
kertas didekatkan terlihat satu lubang pada jarak 2,5 cm, sedangkan pada
saat salah satu mata ditutup terlihat dua lubang kembali. Hal ini dikarenakan
penglihatan binokuler akan bekerja apabila kedua mata digunakan secara
serentak (Basoeki, 1988).

o. Pentingnya Penglihatan Binokuler

 Percobaan dengan subyek menutup salah satu mata sambil memegang salah
satu pensil dan memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi dengan 10 kali
percobaan. Hasil menunjukkan dari 10 kali percobaan hanya 3 kali
percobaan yang berhasil masuk ke dalam tabung reaksi. Menurut Basoeki
(1988 ), hal ini terjadi karena ketika subyek menutup salah satu mata maka
permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang untuk
membelokkan cahaya agar fokus pada retina sehingga fokus penglihatan
juga berkurang. Selain itu mata juga akan lebih cepat mengalami kelelahan.
Pentingnya penglihatan binokuler adalah untuk mempertajam dan
memperfokus benda yang dilihat subyek.

p. Adaptasi Olfaktori

 Percobaan dengan menutup mata dan satu nostril dengan kapas, memegang
sebotol minyak cengkeh di bawah nostril yang terbuka. Hasil menunjukkan
pada jarak 6 cm mulai tercium dan pada jarak 8 cm sudah tidak tercium.
Menurut teori, proses stimulus reseptor pembau akan terganggu apabila
keadaan nostril juga terganggu, seperti pilek sehingga kerja reseptor
olfaktori terganggu juga (Soewolo, 2000).

q. Reseptor Gustatori
 Percobaan dengan meletakkan butiran gula pasir, larutan gula, kina, garam
dapur dan nutrisari pada ujung lidah dan mencatat waktunya. Hasil
menunjukkan bahwa pada penaburan gula pasir lidah dapat mengecap pada
detik 27,86, pada larutan gula 2,75, pada kina 5,5, pada garam dapur 4,39,
dan pada nutrisari 5,8. Menurut teori, lidah manusia mengandung kuncup-
kuncup pengecap yang merupakan reseptor rasa (papila) pada permukaan
atas lidah. Zat makanan yang terkandung dapat mencapai kuncup pengecap
melalui lubang pengecap (taste pores). Kuncup pengecap terdiri atas 2 sel,
sel penyokong dan sel reseptor. Pada ujung sel reseptor yang menghadap
lubang pengecap dilengkapi mikrofili yang disebut rambut gustatori. Sel-sel
tersebut langsung berhubungan dengan dendrit saraf yang menghantarkan
impuls ke otak. Semua bahan amatan dapat masuk ke dalam kuncup
pengecap dan impuls sampai ke otak. Apabila bahan amatan berwujud cair
maka sel pengecap akan lebih cepat merespon impuls karena bentuk
molekulnya yang lebih kecil (Soewolo, 2000).

r. Pengecap dan Pembau

 Percobaan dengan mengeringkan lidah, menutup mata dan menjepit kedua


nostril, kemudian meletakkan potongan wotel, bawang merah, kentang dan
apel satu persatu pada lidah dan setelah mengunyah membuka nostril. Hasil
menunjukkan pada saat menutup kedua nostril subyek tidak dapat membau
bahan namun masih dapat mengecap dan mengenali rasa, sedangkan pada
saat nostril dibuka subyek dapat menentukan bau dari bahan. Menurut teori,
rasa yang dirasakan pada lidah berhubungan dengan erat dengan indra
penciuman. Meskipun bau dirasakan oleh oleh ratusan jenis reseptor, rasa
saat ini diyakini kombinasi dari lima sensasi : manis, asin, asam, pahit dan
umami (Silverthorn, 2010).

s. Ketajaman Sumber Bunyi

 Percobaan dengan subyek menutup mata dan satu lubang telingan dengan
kapas, mendekatkan sebuah timer pada telinga subyek yang terbuka dan
menjauhkan timer secara perlahan. Meletakkan timer 2 m lebih jauh dari
jarak terjauh bunyi yang masih dapat didengar subyek dan mendekatkan
timer perlahan ke subyek. Hasil menunjukkan pada jarak terjauh pertama
1,15 m dan jarak terjauh kedua 1,20 m. Menurut teori, bunyi yang didengar
mempunyai frekuensi yang berbeda dari yang tinggi dan rendah. Membran
basilaris pada koklea mempunyai struktur yang berbeda untuk fungsi yang
berbeda. Ketika bunyi menjauhi telinga frekuensi tinggi menuju rendah
sehingga membran basilaris yang tinggi adalah yang menerima frekuensi
tinggi, sedangkan ketika bunyi mendekati telinga membran basilaris yang
bekerja adalah yang menerima frekuensi rendah. Karena struktur membran
basilaris yang lebar dan fleksibel akan mengakibatkan bunyi yang
frekuensinya rendah dapat didengar walau masih jauh (Soewolo, 2000).

t. Pengahantaran Suara

 Percobaan dengan menggetarkan garputala dengan pemukul karet dan


meletakkan tangkai pada kepala dan mencatat dari mana sumber suara.
Hasil menunjukkan ketika garputala di atas kepala terdengar dari telinga
kanan, ketika salah satu telinga ditutup terdengar dari telinga kanan, ketika
kedua telinga ditutup terdengar dari telinga kanan, dan ketika diletakkan
dekat telingan tersengar dari telinga kanan kuat dan sangat mendenging.
Menurut teori, otak memproses perbedaan waktu yang diperlukan unruk
rangsangan suara dalam mencapai dua sisi pendengaran dan
menggunakannya dalam menghitung jaraknya. Jarak sumber bunyi terdekat
akan dapat diterima oleh terlinga terdekat (Shilverthorn, 2010).

u. Tes Romberg

 Percobaan dengan subyek berdiri tegak dengan kedua kaki merapat, kedua
tangan di samping tubuh selama 5 menit dan memperhatikan goyangan
tubuhnya, menutup mata dan mengulanginya. Hasil menunjukkan pada saat
mata terbuka, tubuh bergoyang pada detik ke 36 sedangkan pada saat mata
tertutup, tubuh bergoyang pada detik ke 10. Menurut teori, manusia
memiliki dua macam alat keseimbangan, yaitu alat keseimbangan dinamis
(krista ampularia) dan keseimbangan statis (makula akustika). Setiap
makula akustika terdiri dari sekumpulan sel-sel reseptor yang strukturnya
mirip reseptor paa krista ampularis. Meskipun reseptor dalam saulus dan
utrikulus pada dasarnya sama, namun masing-masing berorientasi terhadap
arah yang berbeda, dalam utrikulus pada setiap sisi kepala, sebagian rambut
sel reseptor akan terdepolarisasi dan sebagian yang lain hiperpolarisasi. Sel
yang terdepolarisasi akan membebaskan neurotransmitter yang selanjutnya
diikuti terjadinya impuls pada ujung saraf sensoris untuk diteruskan ke pusat
keseimbangan otak. Hasil sesuai dengan teori yaitu ketika mata terbuka
subyek dapat berdiri tegak lebih lama daripada mata tertutup, hal ini
dikarenakan makula akustika dapat emndeteksi posisi tubuh sehingga
informasi dari aparatus vestibularis disalurkan ke nukleus vestibularis di
batang otak dan menyebabkan tubuh tetap seimbang. Penglihatan juga
mempunyai peran penting yaitu untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
tubuh dengan lingkungan sekitar sehingga tubuh dapat beradaptasi dengan
baik (Soewolo, 2000).

v. Kanalis Semisirkularis

 Percobaan dengan subyek duduk di atas kursi putar, kaki bertumpu di


sandaran kaki, memutar kursi selama beberapa detik dan menghentikannya
dengan tiba-tiba. Hasil menunjukkan subyek pusing, pandangan kabur dan
setelah berhenti masih berasa memutar sesaat. Menurut teori, perputaran
pada kepala menyebabkan endolimfe di dalam saluran semi sirkularis
bergerak dan mendorong kupula condong ke arah tertentu. Gerakan kupula
akan menggerakkan rambut sel-sel reseptor. Jika gerakan kupula condong
ke arah kinossilum, sel reseptor akan mengalami hiperpolarisasi.
Depolarisasi pada sel reseptor akan menyebabkan pelepasan
neurotransmitter, dan akan membangkitkan ujung saraf sensoris. Impuls
tersebut akan diteruskan ke pusat keseimbangan di otak. Jika subyek masih
merasakan perputaran setelah kursi dihentikan mendadak maka dapat
disimpulkan bahwa alat keseimbangan dinamis masih bekerja secara normal
dan baik (Soewolo, 2000).
I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Refleks adalah
respon yang cepat dan tidak disadari tehadap perubahan lingkungan interna maupun
lingkungan eksterna. Komponen utama dari lengkung refleks adalah reseptor yang
menerima stimulus, efektor yang merespon stimulus, neuron sendorik dan motorik
yang merupakan lintasan komunikasi antara reseptor dan efektor. Berdasarkan
sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas refleks somatik dan refleks
otonom. Sensasi indra adalah respon yang disadari terhadap perubahan lingkungan
eksterna. Syarat terjadinya sensasi indra adalah harus ada rangsang, organ indra
menerima rangsang dan mengubah menjadi impuls, impuls harus dihantarkan
sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, dan bagian otak yang menerima harus
menerjemahkannya menjadi sensasi. Berdasarkan sederhana atau kompleksnya
reseptor dan jalur saraf, reseptor sensori dikelompokkan menjadi indra umum
(sensasi taktil, sensasi termoreseptif, sensasi sakit, sensasi proprioseptif) dan indra
khusus (sensasi olfaktori, sensasi gustatori, sensasi visual, sensasi auditori, sensasi
equilibrium).

J. DAFTAR RUJUKAN

Afrina, Chismirina, S., dan Amirza, N.S. 2014. Perubahan Ph Saliva Sebelum Dan
Sesudah Mengkonsumsi Buah Pisang Ayam (Musa Acuminata
Colla) Pada Mahasiswa FKG Unsyiah Angkatan 2014. Cakradonya Dent
J; 10(1): 44-48. Aceh : Universitas Syah Kuala
Basoeki&Soedjono. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.
IMSTEP JICA: Malang.

Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: P2LPTK

John,Wkimball.1992.Biologi Jilid II.Jakarta:Penerbit Erlangga

Indriawati, R. 2009. Fisiologi Tractus Digestivus. Yogyakarta : UNY


Silverthorn, Dee Unglaub. 2010. Human Physiology. University of Texas
Soewolo. 1999. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi
Soewolo. 2000. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang
Soewolo.2005.Fisiologi Manusia.Malang:Universitas Negeri Malang

K. LAMPIRAN

Gambar1. (a) Kanalis Semisirkularis, (b) Menentukan Propioreseptor, (c)


Proyeksi Binokular.

Gambar1. (a) Refleks Salivari, (b) Menentukan Propioreseptor, (c) Proyeksi


Binokular.
Gambar 2. (a) Refleks Fotopupil

Gambar 3. (a) Refleks Patella, (b) pH hasil dari Refleks Salivary, (c)
Penghantaran Suara, (d) Reseptor Sentuh

Anda mungkin juga menyukai