Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai Penyakit Kusta.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Banjar, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Tujuan........................................................................................................ 1

C. Cara Memperoleh Data............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Kusta............................................................................. 3

B. Penularan Penyakit Kusta......................................................................... 3

C. Konsep Pencegahan Penyakit Kusta......................................................... 4

D. Konsep Terapi............................................................................................

III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat , bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk
yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat. Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan
masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit,
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di dunia termasuk Indonesia.
Perumusan visi Indonesia sehat 2010, melalui empat strategi pembangunan kesehatan merupakan
wujud dari perubahan paradigm yang kita anut. Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan
berorientasi kepada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya
penyembuhan orang sakit. Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan pada upaya promotif
dan preventif dengan meningkatkan, memelihara dan melindungi agar menjadi lebih sehat dan
produktif serta tidak jatuh sakit. Sedangkan, yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi
sehat. Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang, dimana pelayanan kesehatan
masyarakatnya belum memadai sehubungan dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia
sejak tahun 1997. Permasalahan utama yang dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang
sebagian besarnya adalah penyakit menular yang berbasis lingkungan. Scabies ditemukan disemua
Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa Negara yang sedang berkembang prevalensi
scabies sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.
Berdasarkan departemen kesehatan republic Indonesia, prevalensi penyakit scabies dalam masyarakat
diseluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6 % - 12,95 % dan scabies menduduki urutan peringkat
ketiga dari 12 penyakit kulit. Sedangkan untuk penyakit kusta Dinkes Provinsi Jatim dari 33 provinsi yang
ada diIndonesia, terdapat empat propinsi yang masih memiliki angka kasus Kusta lebih dari 1000 kasus.
Diantaranya Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan juga Sulawesi Selatan. DiIndonesia, jumlah
penderita baru tahun 2008 adalah 17.243 dan 29% darinya berasal dariJawa Timur.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tentang penyakit

a. Untuk menjelaskan definisi kusta.


b. Untuk menjelasakan bagaimanakah klasifikasi kusta.
c. Untuk menjelasakan bagaimanakah etiologi kusta.
d. Untuk menjelasakan bagaimanakah patofisiologi kusta.
e. Untuk menjelasakan bagaimanakah manifestasi klinis kusta.
f. Untuk menjelaskan bagaimanakah pencegahan kusta.

II. PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Kusta


Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae)
yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998)

Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (Mansjoer
Arif, 2000)

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler
obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran
nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 )

Kusta adalah penykit menular pada umunya mempengaruhi ulit dan saraf perifer, tetapi
mempunyai cakupan maifestasi klinis yang luas ( COC, 2003)

Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluler, menyerang
saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali
susunan saraf pusat. Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya antara
40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro
biasanya berkelompok dan ada yang disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.
Penderita Penyakit kusta

B. Penularan Penyakit Kusta


Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui
hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:

a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar
masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.

b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada
lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.

Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting.
Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum
penularan seperti halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya.

Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit
dengan kasus-kasus lepra terbuka.

Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit
kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mycrobacterium Leprae dan daya
tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :

- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa

- Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti

- Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti

n social : Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah

- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

C. Konsep Pencegahan Penyakit Kusta


1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
a. Penyuluhan kesehatan

Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan
memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita
dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang
diberikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan
dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga
penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)

b. Pemberian imunisasi

Sampai saat ini belum ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti pemberian imunisasi
(Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG
satu kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali
dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum
menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan hasil
berbeda pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2006).
2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :

a. Pengobatan pada penderita kusta

Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit
penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum
pengobatan.

b. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe
tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain (Depkes RI, 2006).

3. Pencegahan tertier

a. Pencegahan cacat kusta

Pencegahan tersier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada penderita. Upaya pencegahan cacat
terdiri atas (Depkes RI, 2006) :

o Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan secara
teratur dan penangan reaksi untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf.

o Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri untuk mencegah luka dan perawatan
mata, tangan, atau kaki yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf.

2). Rehabilitasi kusta

Rehabilitasi merupakan proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal
atas usaha untuk mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu
kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Tujuan rehabilitasi adalah
penyandang cacat secara umum dapat dikondisikan sehingga memperoleh kesetaraan, kesempatan dan
integrasi sosial dalam masyarakat yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Depkes RI,
2006). Rehabilitasi terhadap penderita kusta meliputi :

o Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

o Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang
berlebihan.

o Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.

o Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan.

o Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat.

3. SIMPULAN
a. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman micobakterium leprae.

b. Kusta dibagi dalam 2 bentuk,yaitu :

- kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid)

- kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)

c. Micobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluller, menyerang saraf
perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali
susunan saraf pusat.

d. Micobakterium leprae masuk kedalam tubuh manusia, jika orang tersebut memiliki respon imunitas yang
tinggi maka kusta akan lebih mengarah pada tuberkuloid, namun jika respon imunitas dari tubuh orang
tersebut rendah maka kusta akan lebih mengarah pada lepromatosa.

e. Manifestasi klinik dari penderita kusta adalah adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.

f. Penularan penyakit kusta sampai saat ini hanya diketahui melalui pintu keluar kuman kusta yaitu:
melalui sekret hidung dan kontak langsung dengan kulit penderita. Selain itu ada faktor-faktor lain yang
berperan dalam penularan ini diantaranya: usia, jenis kelamin, ras, kesadaran sosial dan lingkungan.

g. Untuk pencegahan penyakit kusta terbagi dalam 3 tahapan yaitu : pencegahan secara primer, sekunder
dan tersier.

h. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kusta yang perlu dilakukan adalah melakukan
pengkajian, pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa keperawatan, kemudian memberikan tindakan
perawatan yang komprehensip.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Muh. Dali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates

Halim, Paulus W. dan Nuraini Kurdi. 2003. Kusta. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai